Anda di halaman 1dari 28

Motivasi Belajar

Oleh: AsianBrain.com Content Team


Motivasi belajar setiap orang, satu dengan yang lainnya, bisa jadi tidak sama. Biasanya,
hal itu bergantung dari apa yang diinginkan orang yang bersangkutan. Misalnya, seorang
anak mau belajar dan mengejar rangking pertama karena diiming-imingi akan dibelikan
sepeda oleh orangtuanya.
Contoh lainnya, seorang mahasiswa mempunyai motivasi belajar yang tinggi agar lulus
dengan predikat cum laude. Setelah itu, dia bertujuan untuk mendapatkan pekerjaan yang
hebat dengan tujuan membahagiakan orangtuanya.

Apa saja, sih, faktor-faktor yang membedakan motivasi belajar seseorang


dengan yang lainnya?
Beberapa faktor di bawah ini sedikit banyak memberikan penjelasan mengapa terjadi
perbedaaan motivasi belajar pada diri masing-masing orang, di antaranya:
Perbedaan fisiologis (physiological needs), seperti rasa lapar, haus, dan hasrat
seksual
Perbedaan rasa aman (safety needs), baik secara mental, fisik, dan intelektual
Perbedaan kasih sayang atau afeksi (love needs) yang diterimanya
Perbedaan harga diri (self esteem needs). Contohnya prestise memiliki mobil
atau rumah mewah, jabatan, dan lain-lain.
Perbedaan aktualisasi diri (self actualization), tersedianya kesempatan bagi
seseorang untuk mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya sehingga
berubah menjadi kemampuan nyata.

Stimulus motivasi belajar


Terdapat 2 faktor yang membuat seseorang dapat termotivasi untuk belajar, yaitu:
Pertama, motivasi belajar berasal dari faktor internal. Motivasi ini terbentuk
karena kesadaran diri atas pemahaman betapa pentingnya belajar untuk
mengembangkan dirinya dan bekal untuk menjalani kehidupan.
Kedua, motivasi belajar dari faktor eksternal, yaitu dapat berupa rangsangan dari
orang lain, atau lingkungan sekitarnya yang dapat memengaruhi psikologis orang
yang bersangkutan.

Tips-tips meningkatkan motivasi belajar

Motivasi belajar tidak akan terbentuk apabila orang tersebut tidak mempunyai keinginan,
cita-cita, atau menyadari manfaat belajar bagi dirinya. Oleh karena itu, dibutuhkan
pengkondisian tertentu, agar diri kita atau siapa pun juga yang menginginkan semangat
untuk belajar dapat termotivasi.
Yuk, ikuti tips-tips berikut untuk meningkatkan motivasi belajar kita:
Bergaullah dengan orang-orang yang senang belajar
Bergaul dengan orang-orang yang senang belajar dan berprestasi, akan membuat
kita pun gemar belajar. Selain itu, coba cari orang atau komunitas yang
mempunyai kebiasaan baik dalam belajar.
Bertanyalah tentang pengalaman di berbagai tempat kepada orang-orang yang
pernah atau sedang melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi,
orang-orang yang mendapat beasiwa belajar di luar negeri, atau orang-orang yang
mendapat penghargaan atas sebuah presrasi.

Kebiasaan dan semangat mereka akan menular kepada kita. Seperti halnya
analogi orang yang berteman dengan tukang pandai besi atau penjual minyak
wangi. Jika kita bergaul dengan tukang pandai besi, maka kita pun turut terciprat
bau bakaran besi, dan jika bergaul dengan penjual minyak wangi, kita pun akan
terciprat harumnya minyak wangi.
Belajar apapun
Pengertian belajar di sini dipahami secara luas, baik formal maupun nonformal.
Kita bisa belajar tentang berbagai keterampilan seperti merakit komputer, belajar
menulis, membuat film, berlajar berwirausaha, dan lain lain-lainnya.
Belajar dari internet
Kita bisa memanfaatkan internet untuk bergabung dengan kumpulan orang-orang
yang senang belajar. Salah satu milis dapat menjadi ajang kita bertukar pendapat,
pikiran, dan memotivasi diri. Sebagai contoh, jika ingin termotivasi untuk belajar
bahasa Inggris, kita bisa masuk ke milis Free-English-Course@yahoogroups.com.
Bergaulah dengan orang-orang yang optimis dan selalu berpikiran positif
Di dunia ini, ada orang yang selalu terlihat optimis meski masalah merudung. Kita
akan tertular semangat, gairah, dan rasa optimis jika sering bersosialisasi dengan
orang-orang atau berada dalam komunitas seperti itu, dan sebaliknya.
Cari motivator
Kadangkala, seseorang butuh orang lain sebagai pemacu atau mentor dalam
menjalani hidup. Misalnya: teman, pacar, ataupun pasangan hidup. Anda pun bisa
melakukan hal serupa dengan mencari seseorang/komunitas yang dapat
membantu mengarahakan atau memotivasi Anda belajar dan meraih prestasi.

PERAN GURU DALAM MEMBANGKITKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA


Oleh M. Sobry Sutikno

Pembelajaran efektif, bukan membuat Anda pusing, akan tetapi bagaimana tujuan
pembelajaran dapat tercapai dengan mudah dan menyenangkan. - M. Sobry Sutikno Motivasi berpangkal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai daya penggerak yang
ada di dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi tercapainya
suatu tujuan. Bahkan motif dapat diartikan sebagai suatu kondisi intern (kesiapsiagaan).
Adapun menurut Mc. Donald, motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang
yang ditandai dengan munculnya "feeling" dan di dahului dengan tanggapan terhadap
adanya tujuan. Dari pengertian yang dikemukakan oleh Mc. Donald ini mengandung tiga
elemen/ciri pokok dalam motivasi itu, yakni motivasi itu mengawalinya terjadinya
perubahan energi, ditandai dengan adanya feeling, dan dirangsang karena adanya tujuan.
Namun pada intinya bahwa motivasi merupakan kondisi psikologis yang mendorong
seseorang untuk melakukan sesuatu. Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan
sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan, menjamin
kelangsungan dan memberikan arah kegiatan belajar, sehingga diharapkan tujuan dapat
tercapai. Dalam kegiatan belajar, motivasi sangat diperlukan, sebab seseorang yang tidak
mempunyai motivasi dalam belajar, tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar.
Motivasi ada dua, yaitu motivasi Intrinsik dan motivasi ektrinsik.
Motivasi Intrinsik. Jenis motivasi ini timbul dari dalam diri individu sendiri tanpa ada
paksaan dorongan orang lain, tetapi atas dasar kemauan sendiri.
Motivasi Ekstrinsik. Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat pengaruh dari luar
individu, apakah karena adanya ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain sehingga
dengan keadaan demikian siswa mau melakukan sesuatu atau belajar.
Bagi siswa yang selalu memperhatikan materi pelajaran yang diberikan, bukanlah
masalah bagi guru. Karena di dalam diri siswa tersebut ada motivasi, yaitu motivasi
intrinsik. Siswa yang demikian biasanya dengan kesadaran sendiri memperhatikan
penjelasan guru. Rasa ingin tahunya lebih banyak terhadap materi pelajaran yang
diberikan. Berbagai gangguan yang ada disekitarnya, kurang dapat mempengaruhinya
agar memecahkan perhatiannya.
Lain halnya bagi siswa yang tidak ada motivasi di dalam dirinya, maka motivasi
ekstrinsik yang merupakan dorongan dari luar dirinya mutlak diperlukan. Di sini tugas
guru adalah membangkitkan motivasi peserta didik sehingga ia mau melakukan belajar.
Ada beberapa strategi yang bisa digunakan oleh guru untuk menumbuhkan motivasi
belajar siswa, sebagai berikut:
1. Menjelaskan tujuan belajar ke peserta didik.
Pada permulaan belajar mengajar seharusnya terlebih dahulu seorang guru menjelaskan
mengenai Tujuan Instruksional Khusus yang akan dicapainya kepada siwa. Makin jelas
tujuan maka makin besar pula motivasi dalam belajar.
2. Hadiah

Berikan hadiah untuk siswa yang berprestasi. Hal ini akan memacu semangat mereka
untuk bisa belajar lebih giat lagi. Di samping itu, siswa yang belum berprestasi akan
termotivasi untuk bisa mengejar siswa yang berprestasi.
3. Saingan/kompetisi
Guru berusaha mengadakan persaingan di antara siswanya untuk meningkatkan prestasi
belajarnya, berusaha memperbaiki hasil prestasi yang telah dicapai sebelumnya.
4. Pujian
Sudah sepantasnya siswa yang berprestasi untuk diberikan penghargaan atau pujian.
Tentunya pujian yang bersifat membangun.
5. Hukuman
Hukuman diberikan kepada siswa yang berbuat kesalahan saat proses belajar mengajar.
Hukuman ini diberikan dengan harapan agar siswa tersebut mau merubah diri dan
berusaha memacu motivasi belajarnya.
6. Membangkitkan dorongan kepada anak didik untuk belajar
Strateginya adalah dengan memberikan perhatian maksimal ke peserta didik.
7. Membentuk kebiasaan belajar yang baik
8. Membantu kesulitan belajar anak didik secara individual maupun kelompok
9. Menggunakan metode yang bervariasi, dan
10. Menggunakan media yang baik dan sesuai dengan tujuan pembelajaran
*Penulis adalah Direktur Eksekutif YNTP for research and Development Kabupaten
Sumbawa Barat NTB (Tode Dasan, Desa Dasan Anyar, Kecamatan Jereweh, KSB)

Mengenal Teori Motivasi


Oleh: AsianBrain.com Content Team
Untuk memahami tentang motivasi, kita akan bertemu dengan beberapa teori tentang
motivasi, antara lain :
1. Teori Abraham H. Maslow (Teori Kebutuhan)
Teori motivasi yang dikembangkan oleh Abraham H.Maslow pada intinya berkisar pada
pendapat bahwa manusia mempunyai lima tingkat atau hierarki kebutuhan, yaitu :

Fisiologis
Keamanan, keselamatan dan perlindungan
Sosial, kasih sayang, rasa dimiliki
Penghargaan, rasa hormat internal seperti harga diri, prestasi
Aktualisasi diri, dorongan untuk menjadi apa yang mampu ia menjadi.

Menurut maslow, jika seorang pimpinan ingin memotivasi seseorang, maka ia perlu
memahami sedang berada pada anak tangga manakah posisi bawahan dan memfokuskan
pada pemenuhan kebutuhan-kebutuhan itu atau kebutuhan dia atas tingkat itu.
2. Teori Motivasi X dan Y
Teori ini dikemukakan oleh Douglas McGregor yang menyatakan bahwa dua pandangan
yang jelas berbeda mengenai manusia, pada dasarnya satu negatif (teori X) yang
mengandaikan bahwa kebutuhan order rendah mendominasi individu, dan satu lagi
positif (teori Y) bahwa kebutuhan order tinggi mendominasi individu.
3. Teori Motivasi - Higiene
Dikemukakan oleh psikolog Frederick Herzberg, yang mengembangkan teori kepuasan
yang disebut teori dua faktor tentang motivasi. Dua faktor itu dinamakan faktor yang
membuat orang merasa tidak puas atau faktor-faktor motivator iklim baik atau ekstrinsikintrinsik tergantung dari orang yang membahas teori tersebut. Faktor-faktor dari
rangkaian ini disebut pemuas atau motivator yang meliputi:

- prestasi (achievement)
- Pengakuan (recognition)
- Tanggung Jawab (responsibility)
- Kemajuan (advancement)
- Pekerjaan itu sendiri ( the work itself)
- Kemungkinan berkembang (the possibility of growth)

4. Teori Motivasi kebutuhan McClelland


Teori ini memfokuskan pada tiga kebutuhan, yaitu :

- prestasi (achievement)
- Kekuasaan (power)
- Afiliasi (pertalian)

5. Teori Motivasi Harapan - Victor Vroom


Teori ini berargumen bahwa kekuatan dari suatu kecenderungan untuk bertindak dengan
suatu cara tertentu bergantung pada kekuatan dari suatu pengharapan bahwa tindakan itu
akan diikuti oleh suatu keluaran tertentu, dan pada daya tarik dari keluaran bagi individu
tersebut.
Teori pengharapan mengatakan seorang karyawan dimotivasi untuk menjalankan tingkat
upaya yang tinggi bila ia meyakini upaya akan menghantarkan ke suatu penilaian kinerja
yang baik, suatu penilaian yang baik akan mendorong ganjaran-ganjaran organisasional,
seperti bonus, kenaikan gaji, atau promosi dan ganjaran itu akan memuaskan tujuan
pribadi karyawan tersebut.

6. Teori Motivasi Keadilan


Teori ini didasarkan pada asumsi bahwa orang-orang dimotivasi oleh keinginan untuk
diperlakukan secara adil dalam pekerjaan. Individu bekerja untuk mendapat tukaran
imbalan dari organisasi
7. Reinforcement theory
Teori motivasi ini tidak menggunakan konsep suatu motif atau proses motivasi.
Sebaliknya teori ini menjelaskan bagaimana konsekuensi perilaku dimasa yang lalu
mempengaruhi tindakan dimasa yang akan datang dalam proses pembelajaran.
Seberapa kuat motivasi yang dimiliki individu, maka akan banyak menentukan kualitas
perilaku yang ditampilkannya, baik dalam konteks belajar, bekerja maupun dalam
kehidupan lainnya.

Pengertian Motivasi
Oleh: AsianBrain.com Content Team
Kata motif seringkali diartikan dengan istilah dorongan. Dorongan atau tenaga tersebut
merupakan gerak jiwa dan jasmani untuk berbuat.
Jadi motif tersebut merupakan suatu driving force yang menggerakkan manusia untuk
bertingkah- laku, dan di dalam perbuatanya itu mempunyai tujuan tertentu.
Tidak bisa dipungkiri, setiap tindakan yang dilakukan oleh manusia selalu di mulai
dengan motivasi (niat). Lalu, seperti apa pengertian motivasi yang sebenarnya?
Untuk lebih memperjelas pembahasan tentang motivasi, berikut pengertian motivasi
menurut beberapa para ahli manajemen sumber daya manusia, diantaranya yaitu:

Pengertian motivasi menurut Wexley & Yukl adalah pemberian atau penimbulan
motif, dapat pula diartikan hal atau keadaan menjadi motif.
Sedangkan menurut Mitchell motivasi mewakili proses- proses psikologikal,
yang menyebabkan timbulnya, diarahkanya, dan terjadinya persistensi kegiatankegiatan sukarela yang diarahkan ke tujuan tertentu.
Gray lebih suka menyebut pengertian motivasi sebagai sejumlah proses, yang
bersifat internal, atau eksternal bagi seorang individu, yang menyebabkan
timbulnya sikap antusiasme dan persistensi, dalam hal melaksanakan kegiatankegiatan tertentu.
Morgan mengemukakan bahwa motivasi bertalian dengan tiga hal yang sekaligus
merupakan aspek- aspek dari motivasi. Ketiga hal tersebut adalah: keadaan yang
mendorong tingkah laku, tingkah laku yang di dorong oleh keadaan tersebut, dan
tujuan dari pada tingkah laku tersebut.

McDonald memilih pengertian motivasi sebagai perubahan tenaga di dalam diri


seseorang yang ditandai oleh dorongan efektif dan reaksi- reaksi mencapai tujuan.
Motivasi merupakan masalah kompleks dalam organisasi, karena kebutuhan dan
keinginan setiap anggota organisasi berbeda satu dengan yang lainnya. Hal ini
berbeda karena setiap anggota suatu organisasi adalah unik secara biologis
maupun psikologis, dan berkembang atas dasar proses belajar yang berbeda pula.
Chung dan Megginson yang dikutip oleh Faustino Cardoso Gomes,
menerangkan bahwa pengertian motivasi adalah tingkat usaha yang dilakukan
oleh seseorang yang mengejar suatu tujuan dan berkaitan dengan kepuasan kerja
dan perfoman pekerjaan.
T. Hani Handoko mengemukakan bahwa motivasi adalah keadaan pribadi
seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan tertentu
guna mencapai tujuan.
A. Anwar Prabu Mangkunegara, memberikan pengertian motivasi dengan
kondisi yang berpengaruh membangkitkan, mengarahkan dan memelihara prilaku
yang berubungan dengan lingkungan kerja.
H. Hadari Nawawi mendefinisikan motivasi sebagai suatu keadaan yang
mendorong atau menjadi sebab seseorang melakukan sesuatu perbuatan atau
kegiatan yang berlangsung secara sadar.
Lain lagi dengan Henry Simamora, pengertian motivasi menurutnya adalah
Sebuah fungsi dari pengharapan individu bahwa upaya tertentu akan
menghasilkan tingkat kinerja yang pada gilirannya akan membuahkan imbalan
atau hasil yang dikehendaki.
Soemanto secara umum mendefinisikan motivasi sebagai suatu perubahan tenaga
yang ditandai oleh dorongan efektif dan reaksi- reaksi pencapaian tujuan. Karena
kelakuan manusia itu selalu bertujuan, kita dapat menyimpulkan bahwa
perubahan tenaga yang memberi kekuatan bagi tingkahlaku mencapai tujuan,telah
terjadi di dalam diri seseorang.

Dari pengertian-pengertian motivasi diatas maka dapat disimpulkan bahwa motivasi


merupakan suatu keadaan atau kondisi yang mendorong, merangsang atau menggerakan
seseorang untuk melakukan sesuatu atau kegiatan yang dilakukannya sehingga ia dapat
mencapai tujuannya.

===Psikologi Motivasi
Oleh: AsianBrain.com Content Team
Istilah motivasi berasal dari bahasa latin yaitu kata movere yang berarti bergerak. Dalam
konteks sekarang, motivasi dapat didefinisikan sebagai suatu proses psikologi yang
menghasilkan suatu intensitas, arah, dan ketekunan individual dalam usaha untuk
mencapai satu tujuan. Pada tahun 1943, pakar psikologi motivasi Abraham Maslow
memaparkan teori hierarki kebutuhan dari motivasi yang sekarang menjadi terkenal.

Moslow menyatakan bahwa psikologi motivasi adalah sebuah fungsi dari lima kebutuhan
dasar, yaitu:

Psikologi. Kebutuhan dasar yang utama. Antara lain kebutuhan akan makanan,
minum, udara untuk bertahan hidup.
Keamanan: antara lain keselamatan dan perlindungan terhadap kerugian fisik dan
emosional.
Cinta. Keinginan untuk dicintai dan mencintai. Mengandung kebutuhan akan
kasih sayang dan rasa memiliki.
Penghargaan. Kebutuhan akan reputasi, kebanggaan, dan pengakuan dari orang
lain. Juga mengandung kebutuhan akan kepercayaan diri dan kekuatan.
Aktualisasi diri. Keinginan untuk menjadi apa yang ia ingin jadi. Untuk menjadi
terbaik adalah kesanggupan dari menjadi apa.

Pakar psikologi motivasi yang lain, Clayton Alderfer mengembangkan sebuah teori
alternatif dari kebutuhan manusia pada akhir 1960an. Teori ini membedakan kebutuhan
yang telah dikembangkan oleh Maslow menjadi tiga level dari yang terendah sampai
tertinggi yaitu kebutuhan-kebutuhan eksistensi (Existence Needs) yang berkaitan dengan
kebutuhan fisiologis dan keamanan, kebutuhan-kebutuhan hubungan (Relatedness
Needs) yang berfokus pada bagaimana individu berhubungan dengan lingkungan
sosialnya, kebutuhan-kebutuhan pertumbuhan (Growth Needs) yang meliputi kebutuhan
akan tumbuh sebagai manusia pada umumnya dan menggunakan kemampuannya untuk
mencapai potensi yang penuh.
Meskipun teori psikologi motivasi ERG mengasumsikan bahwa perilaku yang
termotivasi mengikuti suatu hierarki yang agak serupa dengan hierarki yang
dikemukakan oleh Maslow, terdapat perbedaan penting.
Pertama, teori ERG menyatakan bahwa lebih dari satu level kebutuhan bisa
menggerakkan motivasi pada saat yang bersamaan. Kedua, teori ERG memiliki apa
yang dinamakan komponen frustasi-regresi ( frustation-regresion aspect). Jadi, jika
kebutuhan-kebutuhan tertentu tidak terpenuhi, individu akan menjadi frustasi, mundur ke
level yang lebih rendah.
David McClelland, seorang pakar psikologi motivasi yang terkenal telah mempelajari
hubungan antara kebutuhan dengan perilaku sejak tahun 1940an. Ia membagi kebutuhan
menjadi tiga jenis, yaitu prestasi (achievement), kekuasaan (power), dan afilasi
(affilation). Penjelasannya adalah sebagai berikut:

The Need for Achievement: Menyatakan bahwa motivasi dan kemampuan sangat
mendorong untuk memperkuat lebih keras lagi mencapai prestasi (sukses) atau
keinginan menyelesaikan suatu kesulitan.
The Need for Affiliation. Keinginan untuk menghabiskan waktu dalam aktivitas
serta hubungan sosial.
The Need of Power. Merefleksikan keinginan individu untuk mempengaruhi,
melatih, megajar, atau mendorong seseorang untuk sukses.

Terence Mitchell, seorang peneliti terkenal mengenai perilaku organisasi,


memperkenalkan model konseptual yang menjelaskan bagaimana psikologi motivasi
mempengaruhi perilaku dan kemampuan bekerja. Ia menerangkan bahwa individual
inputs dan job context merupakan dua kategori kunci dari faktor yang mempengaruhi
motivasi.
Kedua kategori ini saling mempengaruhi satu sama lain yang juga mempengaruhi
motivational process yang nantinya akan membentuk motivated behaviors. Ia juga
menjelaskan bahwa motivated behaviors secara langsung dipengaruhi oleh individual's
ability dan job knowledge (skills), motivasi, dan suatu kombinasi yang membatasi job
context factors. Performance seseorang, pada akhirnya akan dipengaruhi oleh motivated
behavior.

Psikologi Motivasi
Oleh: AsianBrain.com Content Team
Istilah motivasi berasal dari bahasa latin yaitu kata movere yang berarti bergerak. Dalam
konteks sekarang, motivasi dapat didefinisikan sebagai suatu proses psikologi yang
menghasilkan suatu intensitas, arah, dan ketekunan individual dalam usaha untuk
mencapai satu tujuan. Pada tahun 1943, pakar psikologi motivasi Abraham Maslow
memaparkan teori hierarki kebutuhan dari motivasi yang sekarang menjadi terkenal.
Moslow menyatakan bahwa psikologi motivasi adalah sebuah fungsi dari lima kebutuhan
dasar, yaitu:

Psikologi. Kebutuhan dasar yang utama. Antara lain kebutuhan akan makanan,
minum, udara untuk bertahan hidup.
Keamanan: antara lain keselamatan dan perlindungan terhadap kerugian fisik dan
emosional.
Cinta. Keinginan untuk dicintai dan mencintai. Mengandung kebutuhan akan
kasih sayang dan rasa memiliki.
Penghargaan. Kebutuhan akan reputasi, kebanggaan, dan pengakuan dari orang
lain. Juga mengandung kebutuhan akan kepercayaan diri dan kekuatan.
Aktualisasi diri. Keinginan untuk menjadi apa yang ia ingin jadi. Untuk menjadi
terbaik adalah kesanggupan dari menjadi apa.

Pakar psikologi motivasi yang lain, Clayton Alderfer mengembangkan sebuah teori
alternatif dari kebutuhan manusia pada akhir 1960an. Teori ini membedakan kebutuhan
yang telah dikembangkan oleh Maslow menjadi tiga level dari yang terendah sampai
tertinggi yaitu kebutuhan-kebutuhan eksistensi (Existence Needs) yang berkaitan dengan
kebutuhan fisiologis dan keamanan, kebutuhan-kebutuhan hubungan (Relatedness
Needs) yang berfokus pada bagaimana individu berhubungan dengan lingkungan
sosialnya, kebutuhan-kebutuhan pertumbuhan (Growth Needs) yang meliputi kebutuhan

akan tumbuh sebagai manusia pada umumnya dan menggunakan kemampuannya untuk
mencapai potensi yang penuh.
Meskipun teori psikologi motivasi ERG mengasumsikan bahwa perilaku yang
termotivasi mengikuti suatu hierarki yang agak serupa dengan hierarki yang
dikemukakan oleh Maslow, terdapat perbedaan penting.
Pertama, teori ERG menyatakan bahwa lebih dari satu level kebutuhan bisa
menggerakkan motivasi pada saat yang bersamaan. Kedua, teori ERG memiliki apa
yang dinamakan komponen frustasi-regresi ( frustation-regresion aspect). Jadi, jika
kebutuhan-kebutuhan tertentu tidak terpenuhi, individu akan menjadi frustasi, mundur ke
level yang lebih rendah.
David McClelland, seorang pakar psikologi motivasi yang terkenal telah mempelajari
hubungan antara kebutuhan dengan perilaku sejak tahun 1940an. Ia membagi kebutuhan
menjadi tiga jenis, yaitu prestasi (achievement), kekuasaan (power), dan afilasi
(affilation). Penjelasannya adalah sebagai berikut:

The Need for Achievement: Menyatakan bahwa motivasi dan kemampuan sangat
mendorong untuk memperkuat lebih keras lagi mencapai prestasi (sukses) atau
keinginan menyelesaikan suatu kesulitan.
The Need for Affiliation. Keinginan untuk menghabiskan waktu dalam aktivitas
serta hubungan sosial.
The Need of Power. Merefleksikan keinginan individu untuk mempengaruhi,
melatih, megajar, atau mendorong seseorang untuk sukses.

Terence Mitchell, seorang peneliti terkenal mengenai perilaku organisasi,


memperkenalkan model konseptual yang menjelaskan bagaimana psikologi motivasi
mempengaruhi perilaku dan kemampuan bekerja. Ia menerangkan bahwa individual
inputs dan job context merupakan dua kategori kunci dari faktor yang mempengaruhi
motivasi.
Kedua kategori ini saling mempengaruhi satu sama lain yang juga mempengaruhi
motivational process yang nantinya akan membentuk motivated behaviors. Ia juga
menjelaskan bahwa motivated behaviors secara langsung dipengaruhi oleh individual's
ability dan job knowledge (skills), motivasi, dan suatu kombinasi yang membatasi job
context factors. Performance seseorang, pada akhirnya akan dipengaruhi oleh motivated
behavior.

Menumbuhkan Motivasi Pelajar


Oleh: AsianBrain.com Content Team

Dalam setiap bidang, motivasi selalu dibutuhkan, karena inilah yang menjadi pendorong
atau tenaga untuk bergerak. Begitupun dengan pelajar. Motivasi pelajar dibutuhkan agar
siswa lebih giat dalam belajar dan berinovasi menghasilkan karya yang positif.
Untuk memotivasi pelajar, ada beberapa cara. Diantaranya adalah :
1. Menetapkan visi
Setiap pelajar hendaknya memiliki visi yang jelas. Untuk apa dia belajar? Apa yang
diharapkan begitu ia menyelesaikan studinya? Dengan demikian, ia tidak akan asal saja
dalam menjalani proses studinya. Seorang Luiz Alvarez, peraih Nobel Fisika, selalu
melaksanakan nasihat ayahnya untuk selalu duduk diam sambil memejamkan mata dan
berusaha memikirkan persoalan baru, untuk kemudian diteliti dan dipecahkan. Ia selalu
bermimpi untuk menjadi The Most, The Best and The First dalam setiap bidang yang
digelutinya. Kebiasaan baik Luiz ini bisa dijadikan motivasi pelajar, agar memiliki
mental juara.
2. Belajar bukan karena paksaan
Jadikan belajar sebagai makanan, dimana Anda akan lapar jika tidak melakukannya. Buat
bagaimana caranya agar belajar menjadi aktivitas yang menyenangkan, bukan suatu
paksaan. Memang, awalnya ini seperti sebuah pengorbanan. Namun jika Anda
menjalaninya dengan ikhlas, maka lama kelamaan Anda akan bisa menikmati proses
belajar, bahkan ketagihan. Leon Joseph, seorang seniman Prancis di abad 19 bisa
memotivasi pelajar melalui nasihatnya : Kebahagiaan adalah mereka yang berani
bermimpi dan berani berkorban demi mewujudkan mimpinya.
3. Fokus
Sebuah ungkapan yang sangat bagus untuk memotivasi pelajar adalah : "kehidupan tidak
akan pernah menjadi luar biasa tanpa focus, dedikasi dan disiplin". Dengan fokus, maka
akan membuat Anda lebih tajam dalam menentukan sasaran. Ibaratnya, sinar matahari
tidak akan bisa membakar kertas, akan tetapi jika sinar ini difokuskanlewat sebuah kaca
pembesar, sinar ini mampu membakar tidak hanya kertas, tapi bahkan daging pun bisa
matang terbakar.
4. Tidak ada kamus menyerah
Setiap orang pastinya pernah mengalami kegagalan. Mungkin Anda juga pernah
mengalaminya. Bisa jadi Anda sudah bersusah payah, berjuang, belajar, namun Anda
tidak mendapatkan hasil yang Anda inginkan. Kesuksesan akan mendatangi siapa saja
yang tidak takutterhadap kegagalan. Begitulah ucapan Winston Churchill, tokoh
terpenting sejarah Inggris Modern dan sejarah dunia, yang bisa memotivasi pelajar.
5. Membutuhkan waktu dan kesabaran

Kata-kata seorang Napoleon Hill mungkin bisa dijadikan motivasi pelajar : "kesabaran,
keteguhan hati, dan kerja keras adalah kombinasi untuk sukses. Karenanya, jika Anda
ingin sukses, maka Anda harus siap menjalani prosesnya. Akan beda hasilnya jika Anda
belajar ketika akan ujian saja, dengan mereka yang belajar secara rutin. Persiapan
mendadak dalam ujian, bisa jadi akan mengacaukan semuanya. Ingatan yang tidak
mengendap lama akan mudah hilang begitu saja.
Ingat, tidak semua orang yang sukses memiliki prestasi yang bagus sejak kecil. Bahkan,
tidak sedikit yang menemui masalah, seperti disleksia atau sukar mengeja kata-kata.
Sebut saja dalam hal ini Bill Gates (pendiri dan CEO Microsoft) dan Lee Kuan Yew
(mantan Perdaa Menteri Singapura, kemudian menjadi menteri Senior) adalah dua contoh
penderita disleksia yang berhasil. Kunci mengatasi masalahnya tidak lain adalah
memberikan pengulangan belajar dan memberikan dorongan pada anak tersebut. Itulah
mengapa, motivasi pelajar ini memegang peran penting dalam mendukung kesuksesan
seseorang.

Motivasi Guru
Oleh: AsianBrain.com Content Team
Apa yang membuat seorang guru bertahan dengan profesinya? Bahkan, tidak sedikit yang
harus tinggal di pelosok daerah dengan gaji apa adanya. Atau, mungkin saja menjadi guru
bukanlah cita-cita Anda. Bisa jadi karena pilihan kerja yang terbatas, mengharuskan Anda
menjadi guru.
Meski demikian, jika Anda telah menjadi seorang guru, mengapa tidak sekalian menjadi
guru yang baik dan handal, walau belum meliputi seluruh standar kebaikan dan standar
ideal menjadi seorang guru? Mungkin Anda perlu membaca kisah berikut yang bisa
dijadikan teladan, bahkan bisa memotivasi guru.
Memiliki misi dalam kehidupan adalah motivasi terbesar untuk berprestasi. Pada
November 1922, Fr henry Heras, seorang pendeta muda Spanyol, sesudah beberapa hari
mendarat di Bombay, mengabdikan diri pada lembaga pendidikan St. xafier. Ia adalah
seorang ahli sejarah dan mempunyai gelar dalam bidang sejarah Spanyol.
Ketika menemui pimpinan, ia ditanya mengenai cabang ilmu apa yang akan diajarkan.
Heras menjawab Sejarah India, bidang yang sama sekali tidak dipahaminya. Lalu
pimpinan menanyakan, bagaimana ia akan mengajarkan ilmu tersebut. Maka Heras
dengan optimis menjawab : saya akan mempelajarinya. Ungkapan luar biasa yang bisa
memotivasi guru dimana saja.
Dalam menjalankan misinya, tentu saja ia harus menghadapi tugas-tugas yang banyak. Ia
harus mempelajari sejarah secara keseluruhan. Ia harus kembali ke masa silam, serta
sejarah banyak manusia. Kompleksitas tugas kemudian bertambah ketika bukti

dokumenter periode penting berkurang dalam sejarah India dan tidak banyak naskah yang
didasarkan pada penemuan arkeologi.
Namun ia bisa melakuka tugasnya dengan tekad, bahwa dia bukan hanya guru sejarah
yang sempurna, namun juga seorang ahli sejarah yang memiliki reputasi sekelas Sir
Janudath sarkar dan dr. Surendra Nath sen. Kemudian ketika ia wafat di tahun 1956,
karyanya dikenang oleh sebuah institut di Bombay, dengan sebuatn Institut Heras. Nah,
benar bukan, cerita ini sungguh bisa memotivasi guru dimana saja.
Ketika Anda memiliki satu misi besar dalam hidup, maka tidak ada satu tugas pun yang
tampak sulit. Tidak ada kendala besar yang Anda hadapi. Jika Anda seorang tenaga didik,
kata-kata motivasi guru berikut mungkin sesuai untuk Anda :
Seratus tahun dari sekarang, tidak akan ada artinya jenis mobil apa yang akan saya
kendarai, jenis rumah yang saya tinggali, berapa banyak uang yang saya punya di
rekening bank atau pun seperti apa baju yang saya pakai. Tetapi dunia mungkin akan
bisa menjadi sedikit lebih baik karena saya berperan penting dalam kehidupan seorang
anak (Anonim)
Terkait dengan motivasi guru, perlu Anda ketahui, guru yang memberi kesan positif dan
mendalam kepada muridnya adalah guru yang memiliki banyak peran sekaligus. Anda
harus bisa berperan sebagai orang tua mereka, dan pada saat tertentu bergabung bersama
sebagai kawan mainnya. Pada saat yang penting, guru berperan sebagai seorang
pemimpin. Saat yang lain, guru memerankan diri sebagai fasilitator. Dan sejatinya, guru
memainkan dirinya sebagai guru
Menjadi guru berkualitas dunia dan akhirat menjadi konsensus dan tujuan bersama.
Apapun yang Anda lakukan di dunia, pastinya akan memiliki konsekuensi untuk
kehidupan Anda hari ini dan kelak di akhirat. Motivasi guru yang juga perlu Anda
pahami, dunia ini ibarat bercocok tanam dalam nilai-nilai kebaikan. Pahala kebaikan
tersebut akan dipanen di akhirat kelak.

Motivasi Belajar Anak


Oleh: Hermawih Hasan

Beginilah cerita seorang ayah pada waktu makan malam, waktu favorit berkumpul
keluarga, di mana suami, isteri dan semua anaknya hadir.
Paman papi pertama bernama Bill Gates. Ia telah bisa membuat program komputer dalam
usia tiga belas tahun. Program komputer telah membuatnya terobsesi, sehingga ia
merelakan kuliahnya di universitas bergengsi di Amerika.

Lain hari, ayah bercerita lagi, paman papi kedua bernama Steve Jobs, anak yang nakal
pada waktu muda dan gemar elektronika. Ia meninggalkan kuliahnya dan berhasil dalam
tiga industri yang berbeda yaitu musik, komputer dan film animasi.
Hari berikutnya ayah itu bercerita lagi, paman papi ketiga dan keempat bernama Sergey
Brin dan Larry Page. Mereka merelakan program doktornya karena obsesinya untuk
mengkomersialkan hasil riset mesin pencarinya.
Ayah itu menjelaskan bahwa tidak selamanya cerita-cerita itu disampaikan tanpa
gangguan atau komentar negatif. Anak-anaknya sering nyeletuk, "Kok, paman semuanya
kaya tetapi papi tidak banyak uangnya," atau "Pamannya pintar-pintar, kok papi tidak."
atau "Bosan ah, cerita paman melulu."
Untuk mengurangi kebosanan, di hari yang lain sang ayah tidak bercerita lagi tentang
paman-pamannya. Saudara nenek kamu bernama Ibu Teresa. Ketika diragukan niat
baiknya untuk menolong ratusan ribu orang yang harus ditolong, ibu Teresa bertanya,
mulai dari angka berapa kamu menghitung sampai sejuta? Ibu itu berkata, mulai dari
angka satu.
Lain hari ayah itu bercerita lagi, saudara nenek yang lain bernama Grace Murray Hopper.
Ia adalah wanita penemu bahasa pemrograman COBOL. Ia adalah nenek pertama yang
mendapatkan pangkat Real Admiral dan wanita pertama yang masih bekerja pada usia
delapan puluh tahun di angkatan laut Amerika.
Lain hari ayahnya bercerita lagi. Pada suatu hari seorang anak berlari dengan kencang
sambil menangis. Ia duduk di bawah pohon yang rindang sambil meratapi nasibnya dan
menangis karena selalu saja prestasi sekolahnya jauh di bawah nilai kakaknya. Tanpa
sadar ia melihat pemandangan yang indah di mana tetesan air jatuh ke sebuah batu yang
sangat besar. Karena penasaran ia mendatangi lebih dekat dan terkejut ketika melihat batu
itu berlobang karena tetesan-tetesan air yang kecil itu. Setelah dewasa anak itu menjadi
orang yang terkenal jauh melebihi kakaknya karena hasil karyanya.
Begitulah cerita sang ayah kepada anak-anaknya pada setiap acara favorit keluarga,
makan malam. Dan sering juga anak-anaknya mengomel, Ah bosan, pada suatu hari
melulu.
Hasilnya? Masih saja semangat belajar anak-anaknya jauh dari memuaskan yang tentu
saja berakibat pada nilai raport mereka. Namun ayah itu tidak bosan-bosannya dan tidak
kenal lelah bercerita selama berhari-hari, berbulan-bulan dan bertahun-tahun, walaupun
hasil yang diinginkan masih belum kunjung tiba. Stok ceritanya tidak hanya yang di atas,
tetapi sering juga cerita-cerita itu diulang-ulang.
Kadang-kadang, kata sang ayah kepada penulis, sering juga ia bernyanyi sebagai ganti
bercerita. Nyanyian itu adalah nyanyian yang biasa dilakukan ketika anak sekolah
setingkat SD mulai belajar English Grammar. (Pernah dimuat di surat kabar Kompas
pada saat menceritakan seorang bintang NBA).

"Good Better ... Best


Dont let us rest
Until your good becomes your better
And your better becomes your best."
Ayah itu bernyanyi terus sampai suatu hari salah satu anaknya mulai mengomentari
setelah kalimat Dont let us rest., " Ih, capek dech."
Ayah itu bernyanyi dan bercerita, bernyanyi dan bercerita tanpa kenal bosan dan lelah
selama berhari-hari, berbulan-bulan dan bertahun-tahun.
Sampai suatu hari, keajaiban datang kepada anaknya yang sulung, kata sang ayah kepada
penulis. Kepala sekolah dibuat kaget dengan lonjakan drastis nilai-nilainya hanya dalam
hitungan bulan. Lonjakan nilai anak itu adalah yang paling tinggi di sekolahnya. Penulis
memberanikan bertanya, apakah ia ranking pertama? Ah, bukan itu yang penting, jawab
sang ayah. Yang penting adalah usahanya untuk mendorong dirinya ke arah potensi
terbesarnya, sang ayah menjelaskan lebih lanjut.
Mendengar cerita sang ayah, penulis menjadi sadar dan heran dengan masih banyak
orang tua yang tidak atau kurang sabar dalam membimbing anak-anaknya belajar,
sehingga banyak yang menggunakan kekerasan atau pemaksaan kehendak dalam
memotivasi anak-anak yang masih duduk di tingkat SD.
Itu mengingatkan penulis tentang cerita antara angin dan matahari. Angin dengan
kekuatannya mencoba untuk memaksa seseorang agar membuka jaketnya. Semakin angin
itu berusaha dengan keras memaksanya, semakin keras orang itu memegang jaketnya
agar tidak terbawa angin.
Sedangkan matahari dengan bijak menggunakan kekuatannya membujuk orang itu untuk
membuka jaketnya atas keinginan sendiri. Walaupun orang itu sudah berteduh di bawah
pohon yang rindang, tetapi panas teriknya matahari membuat orang itu tidak hanya
membuka jaketnya tetapi juga bajunya. Matahari memberikan motivasi kepada orang itu,
Agar tidak kepanasan bukalah jaket dan bajumu.
Penulis menjadi teringat juga tentang cerita angsa dan telur emas dalam buku "The 7
Habits of Highly Effective People" karya Steven R. Covey. Covey menyinggung cerita
tentang petani miskin yang menemukan angsa yang menghasilkan telur emas. Karena
ketidaksabaran dan keserakahannya, petani itu membunuh angsanya sehingga tidak lagi
mendapatkan telur emasnya. Covey kemudian menghubungkan cerita itu dengan P/KP
(Produksi dan Kemampuan Produksi).
Penulis menjadi teringat juga tentang teori Montessori dari buku "Kisah Sukses Google"
oleh David A Vise dan Mark Malseed, penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama. Inilah
sedikit kutipan tentang teori itu.

Kami berdua sewaktu kecil sama-sama bersekolah di sekolah yang disebut sekolah
Montessori. Sistem pendidikan berdasarkan teori Montessori membiarkan anak-anak
mengerjakan apapun yang mereka suka ketika mereka berusia enam, tujuh, delapan,
sembilan, sepuluh, sebelas, dua belas tahun. Namun setelah itu, karena hormon-hormon
yang berlimpah pada anak laki-laki selewat usia itu, guru-guru sengaja memberi tugastugas ekstra keras kepada mereka. Sebab jika tidak demikian pikiran mereka akan
teralihkan.
Sang Ayah masih terus bercerita dan bernyanyi berhari-hari, berbulan-bulan, bertahuntahun tanpa kenal lelah dan tanpa berharap terlalu banyak kepada hasil.
Komentar sang ayah tentang hasil mengingatkan penulis pada sebuah buku From Good
to Great karya Jim Collin di mana ia berkomentar bahwa kegagalan justru terjadi pada
kategori orang yang terlalu obsesif dengan hasil yang tidak mempunyai kesabaran dalam
usahanya.
Komentar sang ayah tentang hasil mengingatkan juga tentang seorang penulis lain yang
suaranya pernah sering terdengar di sebuah radio yaitu, Gede Prama dalam bukunya
Kebahagiaan yang Membebaskan, penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama.
Ada yang menyebut ini dengan emptiness. Sebuah terminologi timur yang amat susah
untuk dijelaskan dengan kata-kata manusia. Namun Daini Katagiri dalam Returning to
Silence menyebutkan: The final goal is that we should not be obsessed with the result,
whether good, bad or neutral. Keseluruhan upaya untuk tidak terikat dengan hasil. Itulah
keheningan. Sehingga yang tersisa persis seperti hukum alam: kerja, dan kerja. Dalam
kerja seperti ini, manusia seperti matahari. Ditunggu tidak ditunggu, besok pagi ia terbit.
Ada awan tidak ada awan matahari tetap bersinar. Disukai atau dibenci, sore hari di mana
pun ia akan terbenam
Seorang raja bijak pernah berkata, aku adalah raja di raja dengan kekayaan yang tidak
akan pernah disamai oleh siapapun di dunia. Tetapi kekayaan ternyata sia-sia. Aku adalah
raja dengan kekuasaan besar. Tetapi kekuasaan ternyata sia-sia. Tetapi aku berkata
kepadamu, berbahagialah orang yang makan minum dari hasil kerjanya. Berbahagialah
orang yang mencintai pekerjaannya. Kerja dan kerja dan kerja seperti matahari yang pasti
terbit dan terbenam.
Sang Ayah masih terus bercerita dan bernyanyi berhari-hari, berbulan-bulan, bertahuntahun tanpa kenal lelah dan tanpa berharap terlalu banyak kepada hasil.
Penulis menjadi penasaran dengan anak-anak yang lain dari sang ayah, kemudian
bertanya, Bagaimana hasilnya dengan anak yang lain? Hasil lagi, hasil lagi, celetuk sang
ayah. Mungkin karena tidak tega, sang ayah kemudian meneruskan, setiap anak
mempunyai potensi yang berbeda dan hasilnya juga jangan diharapkan sama antara anak
yang satu dengan yang lain. Tetapi herannya peningkatan motivasi belajar kedua anak
tersebut dimulai di umur yang sama yaitu sebelas tahun.

Sekarang kata sang ayah kepada penulis, justru sang ayah yang takut akan motivasi
anaknya karena anaknya sering bangun sebelum pukul empat pagi hari karena selalu
cemas hasil belajarnya kurang cukup. Terpaksa ayahnya bernyanyi lagi:
"Good Better ... Best
Dont let us rest
Until your good becomes your better
And your better becomes your best."
Usaha terbaikmu anakku, usaha terbaikmu. Setelah melakukan itu jangan cemas akan
hasilnya, demikian kata sang ayah kepada anaknya.
Pada waktu makan malam, acara favorit keluarga, sang ayah masih terus bercerita dan
bernyanyi berhari-hari, berbulan-bulan, bertahun-tahun tanpa kenal lelah dan tanpa
berharap terlalu banyak kepada hasil seperti matahari yang pasti akan terbit dan
terbenam.

Empat Penyebab Anak Malas Belajar


Juni 13, 2008 oleh ikhwankopral
Berbagai upaya sudah dilakukan agar anak semangat belajar. Tapi, hasilnya justru
sebaliknya. Seringkali penyebabnya muncul dari orangtua.
Memahami anak sebagai individu yang sedang menjalani tahapan-tahapan dalam masa
pertumbuhannya, diperlukan kesabaran ekstra. Demikian pula ketika mendapati anak
yang telah memasuki usia sekolah begitu malas belajar. Mengandalkan guru untuk
menyelesaikan masalah? Tentu tak bisa begitu.
Apalagi bila kita menyadari bahwa anak sesungguhnya memulai pendidikannya dari
rumah. Sehingga, peran orangtua untuk membantu secara langsung kesulitan yang
dialami anak merupakan hal yang sangat penting. Mencari penyebabnya adalah langkah
awal untuk menerapkan solusi yang tepat.
Robert D. Carpenter MD adalah seorang peneliti yang pernah mengadakan pengamatan
terhadap perkembangan belajar murid sekolah dasar di California, Amerika Serikat.
Dalam pengamatannya ditemukan adanya penyebab mengapa anak-anak kerap
mengalami masalah dalam belajar yang cenderung membuat mereka jadi malas. Berikut
ini empat penyebab yang kerap terjadi dan menyebabkan anak malas belajar.
1. Komunikasi tidak efektif
Ingat, target kita berkomunikasi adalah memastikan bahwa pesan yang ingin kita
sampaikan kepada penerima pesan (anak) diterima dengan benar. Tentu orangtua ingin
agar anak mengerti, menyukai dan melakukan apa-apa yang dipikirkan orangtua.
Komunikasi yang efektif juga bisa mengungkapkan kehangatan dan kasih sayang

orangtua, misalnya, Ayah bangga sekali, kamu sudah berusaha keras belajar di semester
ini.
Coba ingat-ingat bagaimana pola komunikasi yang kita bangun selama ini. Sudahkah
anak-anak menangkap pesan yang kita sampaikan sesuai dengan yang kita maksud?
Seringkali orangtua lupa menyampaikan isi dari pesannya, tapi lebih banyak merembet
pada hal-hal yang sebenarnya di luar maksud utamanya. Misal, nilai ulangan harian anak
di bawah rata-rata teman sekelasnya. Tanpa bertanya terlebih dulu kepada anak kenapa
nilainya jelek, Ibu langsung komentar, Itulah akibatnya kalau kamu nggak nurut Ibu.
Main melulu sih. Ibu tuh dulu waktu sekolah nggak pernah dapat nilai 6. Kamu kok
nilainya jelek begini. Gimana sih? Apa inti pesan yang disampaikan Ibu? Anak salah
karena nilainya jelek dan semakin salah karena Ibu selalu membandingkan anak dengan
keadaan Ibunya sewaktu sekolah. Akibatnya, anak akan berpendapat, Ah, nggak ada
gunanya bilang ke Ibu kalau nilai jelek. Nanti pasti dimarahin.
Padahal, mengetahui nilai anak yang di bawah rata-rata buat orangtua sangat penting
untuk mengevaluasi penyebabnya. Wah, nilai anak saya untuk mata pelajaran
matematika kenapa selalu jelek ya? Apa yang perlu dibantu? Sederet pertanyaan itu bisa
terjawab bila kita berkomunikasi secara efektif, bukan menyalah-nyalahkan anak. Bila
penyebab bisa segera diketahui, maka orangtua bisa mencari solusinya dan melakukan
perbaikan.
Komunikasi yang tidak efektif yang berjalan selama bertahun-tahun, pastinya akan
berdampak negatif pada pembentukan karakter anak. Padahal, salah satu fungsi
komunikasi adalah untuk mengenal diri sendiri dan orang lain. Bisa dipastikan pola
seperti itu akan membuat anak bingung dalam mengenali dirinya sendiri dan
orangtuanya. Apa sih sebenarnya maunya Ayah/Ibu? Kebingungan ini mengakibatkan
dalam diri anak tidak tumbuh motivasi kuat untuk berprestasi, toh mereka tak tahu apa
gunanya mereka belajar.
2. Tak terbantahkan
Pokoknya kamu harus ranking satu. Dulu, ayah sekolah jalan kaki, tapi selalu ranking
satu. Kenapa kamu nggak bisa? Menekankan dengan kalimat, pokoknya, seharusnya,
dan kata sejenis lainnya menunjukkan tidak adanya celah untuk pilihan lain.
Orangtua yang tak terbantahkan membuat anak sulit mengemukakan pendapatnya.
Bahkan, sulit mengetahui potensi dirinya sendiri, apalagi mengoptimalkan potensinya.
Kecenderungan tak terbantahkan ini kalau berlanjut terus bisa menjurus pada upaya
memaksakan kehendak orangtua pada anak. Misalnya, Nanti kamu harus jadi dokter.
Kalaupun akhirnya anak mengikuti kehendak orangtuanya kuliah di fakultas kedokteran,
ia akan menjalaninya dengan setengah hati. Bisa jadi, hanya setahun dijalani, selanjutnya
keluar karena bertentangan dengan keinginannya. Tentu kita tak ingin ini terjadi bukan?
3. Target tidak pas

Target yang tidak pas, bisa terlalu rendah atau terlalu tinggi dari kemampuannya. Jangan
sampai memaksakan begitu banyak kegiatan pada seorang anak sehingga mereka jadi
jenuh dan terlalu lelah. Akibat overaktivitas, banyak anak yang kemudian mulai
meninggalkan belajar sebagai kegiatan yang seharusnya paling utama.
Di sinilah peranan orangtua sangat penting, jangan sampai terlalu memaksa anak dengan
harapan agar mereka dapat menuai prestasi sebanyak-banyaknya. Mereka didaftarkan
pada berbagai macam kursus atau les privat tanpa mengetahui bahwa batas IQ seorang
anak tidak memungkinkannya menerima berbagai macam kegiatan yang disodorkan oleh
orangtua.
Namun, sebaliknya bagi anak yang memiliki IQ tinggi, juga perlu penanganan khusus,
karena mereka tidak cukup dengan target regular untuk anak lainnya. Mereka
membutuhkan tantangan lebih supaya potensinya teroptimalkan. Untuk mengetahui
potensi ini, orangtua perlu bantuan psikolog.
4. Aturan dan hukuman yang tidak mendidik
Terlalu ketat dalam rutinitas harian bisa menyebabkan akhirnya anak malas belajar.
Namun, sebaliknya tanpa membuat rutinitas harian anak tidak terbiasa memiliki jadwal
belajar yang harus dipatuhinya. Jalan tengahnya, rutinitas tidak bisa ditetapkan secara
sepihak oleh orangtua, namun dibangun bersama-sama.
Membuat aturan juga harus diikuti dengan konsekuensi. Jadi, anak dapat mengerti apa
hubungannya antara kepatuhan menjalani aturan dengan konsekuensinya, bukan sekadar
hukuman yang tidak mendidik, seperti hukuman cubitan bila dapat nilai jelek
Bagi anak usia SD ke atas, orangtua perlu mendiskusikannya dengan anak. Aturan
tersebut ditandatangani dan dipasang di dekat meja belajar. Misal, 1) Belajar sehabis
shalat Maghrib sampai Isya; 2) Boleh nonton Avatar pada minggu pagi; 3) Main PS
paling lama 2 jam di hari libur; 4) dan seterusnya.
Jangan bosan juga untuk meng-up date kesepakatan dan mengingatkan kalau ada yang
melanggar. Ingatkan juga akan konsekwensinya, misalnya Belajar yuk! Kemarin kita
sepakat kan kalau nggak belajar, gimana hayo?
Biarkan anak menjawab konsekwensinya. Jika aturan itu sudah dibuat bersama, pasti
anak ingat akan konsekwensinya. Harapannya, kesadaran untuk belajar akan tumbuh dari
dalam diri anak, bukan dipaksakan orangtua. Tidak ada lagi hukuman yang tidak
mendidik, karena hukuman akan membuat anak berpikir Ugh, belajar sangat tidak
menyenangkan!
Mewaspadai empat hal tersebut penting untuk mencegah kemalasan anak semakin parah.
Yuk, bantu anak-anak kita agar rajin dan senang belajar.

Mengapa Anak Malas Belajar?


Mengapa anak-anak lebih suka bermain ketimbang belajar membaca? Mengapa
sebagian anak senang tinggal di rumah, sebagian lagi tidak betah? Ada beberapa
penyebabnya.
Pertama, kontruksi bangunan rumah. Hal ini memang jarang terperhatikan oleh
banyak sekali keluarga. Mereka masih menganggap rumah sebagai benda mati.
Padahal, rumah pada hakekatnya bukan hanya tempat tinggal belaka, melainkan juga
tempat terbinanya kasih-sayang diantara keluarga, tempat dibinanya manusia-manusia
sempurna (insanul kamil), tempat mekarnya taruna-taruna bangsa.
Oleh sebab itu, sesuai fungsinya, orang tua harus mampu menjamin seluruh penghuni
agar betah di rumah, terutama anak-anak. Tanpa itu, terpadunya kasih-sayang dan
kedamaian bisa jadi hanya tinggal impian.
Itulah sebabnya, konstruksi-desain-tata-ruang dalam suatu rumah perlu diperhatikan
dengan seksama. Rancangan rumah secara tak langsung mempengaruhi jiwa
penghuninya. Bahkan, kalau memungkinkan, sangat baik bila disediakan pula ruang
belajar khusus, yang ditata sedemikian rupa hingga si anak bisa betah bertahan belajar di
rumahnya sendiri.
Ruang belajar itu tak perlu mewah, dalam arti luas serta diisi perabot yang wah. Cukup
sederhana saja. Secara psikologis ini akan membuat anak terbiasa dengan kesederhanaan
hidup. Letaknya tentu tidak boleh serampangan. Sedapat mungkin hindarilah kondisi fisik
yang gelap, pengap, dan tidak menyegarkan, serta jangan terlampau dekat dengan
kamar atau pun tempat tidur.
Ruang belajar ini dapat bermacam-macam ragamnya, tergantung kondisi keluarga yang
bersangkutan. Bagi yang mampu, barangkali baik jika disediakan kamar khusus tempat
belajar. Di tempat ini anak diberi keleluasaan untuk berkreasi dan mengembangkan
potensi diri. Berilah mereka hak otonomi penuh atas ruangan itu, tak seorang pun dapat
turut campur mengaturnya. Orang tua hanya mengarahkan, membimbing, serta
mengontrol saja. Hal ini akan mendewasakan diri sang anak, karena sejak kecil ia
terbiasa bertanggung jawab serta memikul akibat-akibatnya.
Di samping itu bisa juga dibuat format ruangan besar, dengan masing-masing anak
memiliki otonomi atas meja belajarnya sendiri. Barangkali seperti suasana kantorlah,
cuma harus dijaga juga ketentraman belajarnya. Selain itu, bisa juga meja belajar dipakai
bersama, termasuk kedua orang tua. Di sini peran ayah ataupun ibu sungguh sangat
mengena, langsung menembus hati anak-anaknya.
Kedua, tata perangkat lunaknya, yakni perangkat-perangkat pengisi yang
memperlancar proses belajar. Umpamanya saja pengaturan cahaya lampu atau sinar
Matahari. Sekalipun tampaknya memang kurang berarti, namun kenyataannya hal itu

sangat berpengaruh. Hal ini dapat kita mengerti dari fakta yang dapat kita jumpai setiap
hari. Buku-buku misalnya, kebanyakan warna dasar kertasnya putih, yang cenderung kuat
memantulkan cahaya. Karena mata harus bekerja keras untuk mengimbangi energi kuat
yang dipantulkan dari kertas putih tersebut. Tentu anak tak akan tahan belajar lama-lama.
Begitu pula sebaliknya. Cahaya lampu yang terlalu lemah akan menyebabkan mata lelah
dan cepat berair, kepala lekas pusing dan tegang, lalu akhirnya timbul rasa malas belajar.
Cahaya lampu perlu diatur sedemikian rupa agar mata bisa bekerja normal, tak
berkontraksi atau pun menegang. Bagaimana pun juga hal ini amat penting, paling tidak
salah satu faktor telah dapat kita kendalikan.
Perangkat lunak lainnya misalnya kedisiplinan, ketertiban, dan suasana kasih sayang.
Yang dimaksud disiplin di sini bukan berarti otoriter dan bersikap kaku-keras terhadap
anak-anak. Karena sikap seperti itu hanya akan menyebabkan si anak selalu merasa
rendah diri, senantiasa salah dalam melakukan apa saja, dan sebagainya. Padahal, potensi
kreatif anak hanya bisa tumbuh dalam suasana kebebasan yang terarah, bukan otoriter
yang dipaksakan.
Begitu pula ketertiban, yang termasuk di dalamnya kebersihan dan keindahan. Pendek
kata keharmonisan. Lingkungan rumah yang nyaman, senantiasa bersih, dan rapi pasti
akan menimbulkan hasrat menyenangkan. Si anak akan betah berlama-lama di rumah.
Siapa yang tidak senang berada dalam lingkungan yang selalu bersih dan menyenangkan?
Kendati demikian, semua itu tidak berarti sama sekali jika suasana di dalamnya serba
menakutkan, serba hitam. Rumah, bagaimanapun jeleknya, tetap bukan pabrik tempat
memproduksi manusia-manusia dan setelah itu dibiarkan begitu saja. Rumah juga
bukan sekadar tempat pengistirahatan.
Bila penghuni rumah begitu sibuk mengurus diri sendiri dan kosong dari sinar kasih serta
kedamaian, tidak heran bila banyak anak dan remaja tak pernah merasa betah di rumah.
Kasih sayang yang amat didambakan tak kunjung tiba. Perhatian dan kedamaian secuil
pun tidak mereka peroleh. Terkadang rumah mereka rasakan bagai Neraka. Akibatnya
lari-lah mereka keluar, mencari dan mencari setitik kasih dan perhatian, mencari pohon
tempat berteduh, tempat meluapkan gerah yang menghimpit batinnya.
Bukankah tindakan itu merupakan jalan pikiran yang sehat dan logis? Ia tidak
menemukan rasa aman di rumah, karena itu ia mencari keamanan di luar rumah.
Kalau di rumah ia kurang memperoleh pengakuan dan penghargaan diri sebagai manusia,
maka ia menuntut pengakuan dan penghargaan itu di luar rumah, dari teman sebayanya
mungkin. Pendeknya, lingkunganlah yang kini menjadi tempat berlabuhnya. Jikalau
lingkungannya baik, masih ada kemungkinan ia akan kembali menemukan dirinya lagi.
Tapi kalau sebaliknya?
Pada dasarnya, anak-anak tidak mau belajar bukan karena dia malas. Kemalasan
hanyalah akibat dari beberapa sebab yang mendahuluinya, yang pada intinya adalah

karena ia tidak betah belajar. Ketidakbetahan belajar itupun sesungguhnya merupakan


akibat dari sekian banyak sebab yang salah satu diantaranya yang paling menonjoladalah anak tidak merasa nyaman berada di rumah.
Hal terakhir ini pun merupakan akibat dari sejumlah sebab tertentu, antara lain kontruksi
ruangan, tata letak dan desainnya, kerapihan, keindahan, keharmonisan, dan yang paling
penting hubungan kasih sayang orang tua dengan anak-anaknya. Bisa dikatakan, faktor
perhatian dan kasih sayang inilah dalam arti sebenarnya- yang paling berpengaruh
terhadap diri anak, sekalipun ia tinggal dalam gubuk miskin, reot, dan tak berbunga!
*** Penulis: Nilna Iqbal

Faktor-Faktor Makro yang Menyebabkan Anak Malas Belajar (2)

Teori Brofenbrenner
Untuk memahami mengapa anak-anak bersikap jalan pintas sehingga malas belajar
(banyak yang sejak SD), dan untuk membantu orangtua mencari cara pencegahan serta
jalan keluarnya, saya mengajak anda sekalian untuk mengkaji sebuah teori yang
dikemukakan oleh Brofenbrenner4.
Teori Brofenbrenner yang berparadigma lingkungan (ekologi) ini menyatakan bahwa
perilaku seseorang (termasuk perilaku malas belajar pada anak) tidak berdiri sendiri,
melainkan merupakan dampak dari interaksi orang yang bersangkutan dengan lingkungan
di luarnya.
Adapun lingkungan di luar diri orang (dalam makalah ini selanjutnya akan difokuskan
pada anak atau siswa SD-SLTA) oleh Brofenbrenner di bagi dalam beberapa lingkaran
yang berlapis-lapis (lihat diagram**):
1. Lingkaran pertama adalah yang paling dekat dengan pribadi anak, yaitu lingkaran
sistem mikro yang terdiri dari keluarga, sekolah, guru, tempat penitipan anak, teman
bermain, tetangga, rumah, tempat bermain dan sebagainya yang sehari-hari ditemui oleh
anak.
2. Lingkaran kedua adalah interaksi antar faktor-faktor dalam sistem mikro (hubungan
orangtua-guru, orangtua-teman, antar teman, guru-teman dsb.) yang dinamakannya
sistem meso.
3. Di luar sistem mikro dan meso, ada lingkaran ketiga yang disebut sistem exo, yaitu
lingkaran lebih luar lagi, yang tidak langsung menyentuh pribadi anak, akan tetapi masih
besar pengaruhnya, seperti keluarga besar, polisi, POMG, dokter, koran, televisi dsb.

4. Akhirnya, lingkaran yang paling luar adalah sistem makro, yang terdiri dari ideologi
negara, pemerintah, tradisi, agama, hukum, adat, budaya dsb.
Makalah ini, dengan mengikuti teori Brofenbrenner tersebut di atas, akan menguraikan
bagaimana sistem makro yang terjadi di dunia dan Indonesia, melalui sistem-sistem lain
yang lebih kecil (exo, meso dan mikro) berpengaruh pada kepribadian dan perilaku anak,
termasuk perilaku malas belajar yang sedang kita biacarakan ini.
Catatan kaki
4 Brofenbrenner, U. 1979: The Ecology of Human Development, Cambridge, MA:
Harvard University Press.
Sumber: http://www.sarlito.net.ms
http://www.halalguide.info/content/view/787/72/
Mengatasi Anak Malas Belajar

Mengatasi Anak Malas Belajar

Jan 26, '08 8:32 AM


for everyone

Anak Malas belajar sudah menjadi salah satu keluhan umum para orang tua. Kasus yang
biasa terjadi adalah anak lebih suka bermain dari pada belajar. Anak usia sekolah tentunya
perlu untuk belajar, antara lain berupa mengulang kembali pelajaran yang sudah diberikan di
sekolah, mengerjakan pekerjaan rumah (pr) ataupun mempelajari hal-hal lain di luar pelajaran
sekolah.

Malas
malas dijabarkan sebagai tidak mau berbuat sesuatu, segan, tak suka, tak bernafsu. Malas
belajar berarti tidak mau, enggan, tak suka, tak bernafsu untuk belajar (Muhammad Ali, Kamus
Bahasa Indonesia)
Jika anak-anak tidak suka belajar dan lebih suka bermain, itu berarti belajar dianggap sebagai
kegiatan yang tidak menarik buat mereka, dan mungkin tanpa mereka sadari juga dianggap
sebagai kegiatan yang tidak ada gunanya/untungnya karena bagi ana-anak tidak secara
langsung dapat menikmati hasil belajar. Berbeda dengan kegiatan bermain, jelas-jelas kegiatan
bermain menarik buat anak-anak, dan keuntungannya dapat mereka rasakan secara langsung
(perasaan senang yang dialami ketika bermain adalah suatu keuntungan).

Sebab
1. Faktor intinsik (dalam diri anak sendiri)
a. Kurangnya waktu yang tersedia untuk bermain
b. Kelelahan dalam beraktivitas (misal terlalu banyak bermain/membantu orang tua)
c. Sedang sakit
d. Sedang sedih (bertengkar dengan teman sekolah, kehilangan barang kesayangan dll)
e. IQ/EQ anak
2. Faktor ekstrinsik

a. Sikap orang tua yang tidak memperhatikan anak dalam belajar atau sebaliknya (terlalu
berlebihan memperhatikan)

Banyak orangtua yang menuntut anak belajar hanya demi angka (nilai) dan bukan atas
dasar kesadaran dan tanggung jawab anak selaku pelajar. Memaksakan anak untuk les ini
itu. dsb.
b. sedang punya masalah di rumah (misalnya suasana di rumah sedang "kacau" karena ada adik
baru).
c. Bermasalah di sekolah (tidak suka/phobia sekolah, sehingga apapun yang berhubungan
dengan sekolah jadi enggan untuk dikerjakan).
Termasuk dalam hal ini adalah guru dan teman sekolah.

tidak tersedianya ruang belajar


khusus, meja belajar, buku penunjang , dan penerangan yang bagus.alat tulis, buku dll)
d. Tidak mempunyai sarana yang menunjang blajar (misal

e. suasana rumah

misalnya rumah penuh dengan kegaduhan, keadaan rumah yang berantakan ataupun
kondisi udara yang pengap. Selain itu tersedianya fasilitas permainan yang berlebihan di
rumah juga dapat mengganggu minat belajar anak. Mulai dari radio tape yang
menggunakan kaset, CD, VCD, atau komputer yang diprogram untuk sebuah permainan
(games), seperti Game Boy, Game Watch maupun Play Stations.
Mengatasi Malas Belajar Anak
Mencari sebab musababnya anak menjadi malas adalah langkah pertama. Saran
berikutnya antara lain sbb:
1. Menanamkan pengertian yang benar tentang seluk beluk belajar pada anak sejak dini.
Terangkan dengan bahasa yang dimengerti anak. menumbuhkan inisiatif belajar mandiri
pada anak, menanamkan kesadaran serta tanggung jawab selaku pelajar pada anak
merupakan hal lain yang bermanfaat jangka panjang.
2. Berikan contoh "belajar" pada anak.
Anak cenderung meniru perilaku orangtua. Ketika menyuruh dan mengawasi anak belajar,
orangtua juga perlu untuk terlihat belajar (misalnya membaca buku-buku). Sesekali ayah-ibu
perlu berdiskusi satu sama lain, mengenai topik-topik serius (suasana seperti anak sedang kerja
kelompok dan diskusi dengan teman-teman, jadi anak melihat kalau orangtuanya juga belajar).

2. Berikan insentif jika anak belajar. Insentif yang dapat diberikan ke anak tidak selalu harus
berupa materi, tapi bisa juga berupa penghargaan dan perhatian. Pujilah anak saat ia mau
belajar tanpa mesti disuruh
3. Sering mengajukan pertanyaan tentang hal-hal yang diajarkan di sekolah pada anak
(bukan dalam keadaan mengetes anak, tapi misalnya sembari mengisi tts atau ikut menjawab
kuis ). Jika anak bisa menjawab, puji dia dengan menyebut kepintarannya sebagai hasil belajar.
Kalau anak tidak bisa, tunjukkan rasa kecewa dan mengatakan "Yah Ade nggak bisa jawab,
nggak bisa bantu Mama deh. Ade, di buku pelajarannya ada nggak sih jawabannya? Kita lihat
yuk sama-sama". Dengan cara ini, anak sekaligus akan merasa dipercaya dan dihargai oleh
orangtua, karena orangtua mau meminta bantuannya.

4. mengajarkan kepada anak pelajaran-pelajaran dengan metode tertentu yang sesuai dengan
kemampuan anak.Misalnya active learning atau learning by doing, atau learning through
playing, sehingga anak merasakan bahwa belajar adalah sesuatu yang menyenangkan.
5. Komunikasi
Hendaklah ortu membuka diri , berkomunikasi dengan anaknya guna memperoleh secara
langsung informasi yang tepat mengenai dirinya.

Carilah situasi dan kondisi yang tepat untuk dapat berkomunikasi secara terbuka
dengannya. Setelah itu ajaklah anak untuk mengungkapkan penyebab ia malas belajar.
Pergunakan setiap suasana yang santai seperti saat membantu ibu di dapur, berjalan-jalan
atau sambil bermain, tidak harus formal yang membuat anak tidak bisa membuka
permasalahan dirinya.
6. Menciptakan disiplin.
jadikan belajar sebagai rutinitas yang pasti.
7. Menegakkan kedisiplinan.
Setelah point 6, Menegakkan

kedisiplinan harus dilakukan bilamana anak mulai


meninggalkan rutinitas yang telah disepakati. Bilamana anak melakukan pelanggaran
sedapat mungkin hindari sanksi yang bersifat fisik (menjewer, menyentil, mencubit, atau
memukul). gunakanlah konsekuensi-konsekuensi logis yang dapat diterima oleh akal
pikiran anak.
8. Pilih waktu belajar terbaik untuk anak, ketika anak merasa segar. Mungkin sehabis mandi
sore. Anak juga bisa diajak bersama-sama menentukan kapan waktu belajarnya.
9. Kenali pola kemampuan dan perkembangan anak kemudian susunlah suatu jadwal
belajar yang sesuai.
dalam hal ini IQ, EQ, kemampuan konsentrasi ,daya serap dll.

Menciptakan suasana belajar yang baik dan nyaman


Setidaknya orangtua memenuhi kebutuhan sarana belajar, memberikan perhatian dengan
cara mengarahkan dan mendampingi anak saat belajar. Sebagai selingan orangtua dapat
pula memberikan permainan-permainan yang mendidik agar suasana belajar tidak tegang
dan tetap menarik perhatian.
10.

11. Menghibur dan memberikan solusi yang baik dan bijaksana pada anak.
Dalam hal ini jika anak sakit/sedih.
Beberapa hal yang tidak kalah pentingnya dalam menyikapi anak yang sedang
dilanda malas belajat adalah
1. Orangtua harus menyadari sisi positif sang anak.
Galilah sisi positif anak agar anak menyadari dirinya sendiri untuk mengatasi
masalahnya,.
Pernah nggak sih kamu menghadapi PR yang sangat sulit, tapi akhirnya bisa
mengatasinya?

Ajak anak untuk mengingat ingat, dan kemudian bercerita. Begitu anak mengingat
momen itu, gali lebih jauh. PR apa itu, apa saja kesulitannya, bagaimana dia
mengatasinya, dan seterusnya.
Anak akhirnya tersadar bahwa dia bisa mengatasi kesulitan-kesulitannya itu, karena dia
memiliki sisi positif tertentu. Sisi itu bergantung dari sang anak. Bisa saja karena
kesabaran, keuletan, usaha dia untuk bertanya kepada teman, dan sebagainya.
Perkuat keyakinan anak, atau sadarkan anak. Misalnya dengan mengatakan: Nah, kamu
pernah mengalami hal yang seperti ini, dan berarti kamu bisa mengatasinya
2. Gunakan imajinasi anak
Orangtua membantu anak membayangkan, apa yang dia inginkan untuk masa depannya.
Baik dalam waktu panjang atau pendek.
Pancing anak untuk membayangkan sesuatu yang menyenangkan jika dia berhasil
mengerjakan PR-nya dengan baik., kira-kira apa ya komentar dari guru? Minta dia
menggambarkan imajinasinya dengan jelas, apa jadinya jika PR-nya bagus. Mulai dari
bagaimana senyum sang guru, komentarnya, dan sebagainya.
3. Mengarahkan anak untu berteman dan "hidup" dalam lingkungan yang baik dan
mendukung.
4. Tidak terfokus bahwa belajar hanya berkutat pada buku non fiksi. Gunakan segala hal
yang baik yang mampu membuat anak "belajar"tentang segala sesuatu, termasuk
permainannya karena dunia bermain adalah dunia anak-anak Pilih dan arahkan
permainannya sehingga anak bisa berkembang.
5. Memberikan bekal nilai-nilai religius pada anak
Inilah faktor yang sangat penting ,disamping doa orang tua akan anak-anaknya. Apalagi
di jaman yang berkembang dengan pesatnya. Tak mungkin orang tua memberikan
pengawasan secara kasat mata terus menerus.Juga kemajuan teknologi. Satu hal yang
menjadi jawabnya adalah: beragama dengan baik dan benar.

Semoga artikel ini dapat membantu orang tua dalam mengatasi anknya yang malas
belajar.
Walloohu A`lam
sumber
http://www.e-psikologi.com/anak/060502.htm

http://www.keluargabahagia.com/artikel.php?act=detail&id=13
keajaibankecil.wordpress.com
Saat mendengar kata "belajar", banyak anak yang enggan untuk melakukannya. Simak
saja Ibu Shelly yang selalu teriak-teriak dahulu untuk menyuruh anaknya belajar. "Anak
saya itu kalau sudah disuruh belajar, selalu ngumpet. Kalau sudah ketemu, dia lari
bersembunyi di tempat lain. Sampai rasanya jengkel sekali," begitu katanya. Sebagai
orang tua tentunya kita ingin agar anak kita menjadi pintar dan tidak ketinggalan
pelajaran, tetapi bagaimana caranya supaya anak mau disuruh belajar? Dibawah ini
merupakan beberapa tips agar anak agar tidak malas belajar:
1. Jadilah contoh yang baik buat anak.
Orang tua merupakan panutan dari anaknya, oleh karena itu kita harus memberikan
contoh terbaik agar ditiru oleh anak. Saat orang tua menyuruh dan mengawasi anak
belajar, usahakan agar Anda juga terlihat seperti mempelajari sesuatu, misalnya dengan
membaca buku. Sesekali ajak anak Anda untuk berdiskusi mengenai suatu topik yang
hangat. Dengan begitu anak melihat bahwa orang tuapun ikut belajar.
2. Pilihlah waktu belajar yang baik.
Ketika anak merasa capek, ia akan enggan untuk melakukan apa saja. Oleh karenanya,
coba pilihlah waktu yang tepat dimana anak sedang merasa segar untuk melakukan
sesuatu, termasuk kegiatan belajar. Anda dapat mencoba di sore hari saat anak sudah
mandi sore.
3. Buatlah jadwal belajar.
Anak cenderung untuk melakukan sesuatu yang pasti. Dengan membuat jadwal belajar
secara rutin, anak akan mengerti bahwa jam yang ditentukan tersebut merupakan
waktunya untuk belajar.
4. Kenali daya konsentrasi anak Anda.
Setiap anak memiliki daya konsentrasi yang berbeda-beda. Coba amati anak Anda,
apakah ia tipe anak yang dapat berkonsentrasi selama 2 jam penuh atau hanya 30 menit.
Apabila anak Anda merupakan tipe daya konsentrasi pendek, berikan istirahat sejenak
disela-sela waktu belajar, setelah itu, anak dapat meneruskan kegiatan belajarnya lagi.
5. Berikan bantuan saat anak membutuhkannya.
Saat mengerjakan PR, kadang anak menemui soal yang sulit untuk dikerjakannya. Coba
berikan bantuan saat ia membutuhkannya dengan cara menjelaskan bagaimana untuk
menyelesaikan soal tersebut. Dengan begitu, anak dapat mengetahui bagaimana cara
mengerjakannya tanpa harus terjebak di soal yang sulit.
Semoga tips diatas dapat membantu dan mudah-mudahan Ibu Shelley tidak perlu teriakteriak dan kejar-kejaran dengan anaknya lagi ...

Anda mungkin juga menyukai