Anda di halaman 1dari 7

1.

Nama Tokoh : Sultan Hasanudin


Asal Daerah : Makasar
Alasan Melakukan Perlawanan : 1. Adanya upaya-upaya VOC untuk mendapatkan serta
menguasai Gowa terutama pelabuhan Somba Opu guna
menerapkan sistem monopoli perdagangan,padahal
masyarakat Gowa anti terhadap tindakan monopoli
perdagangan.
2. Tindakan VOC yang anarkis dan provokatif dalam
memblokade pelabuhan Somba Opu serta memburu,
menangkap, dan merusak perahu-perahu orang-orang
Bugis, Makassar dan yang lain untuk melemahkan posisi
Gowa.
3. Tindakan VOC dalam menjalankan politik devide et
impera yang akhirnya menyebabkan Perang Gowa antara
pasukan Sultan Hasanuddin dengan VOC,orang-orang
Ambon, dan orang-orang Bugis Bone yang di pimpin oleh
Aru Palaka.
Bentuk – Bentuk Perlawanan : 1. Sultan Hasanuddin mempersiapkan benteng pertahanan
di sepanjang pantai, serta mengkoordinasikan beberapa
sekutu Gowa guna melawan kesewenang-wenangan VOC.
2. 1668 Sultan Hasanuddin mencoba menggerakkan
kekuatan rakyat untuk kembali melawan kesewenang-
wenangan VOC, namun perlawanan ini segera dapat
dipadamkan oleh VOC.
Hasil Perlawanan : upaya yang dilakukan Sultan Hasanuddin mengalami kegagalan.
Beliau akhirnya terpaksa harus mengakui adanya VOC di tanahnya
akibat dikalahkan dalam perang Gowa yang menjadikan ia harus
mengikuti Perjanjian Bongaya tahun 1667 . Akibat perjanjian itu,
akhirnya Sultan Hasanuddin mengundurkan diri dari
kepemimpinannya, tak lama kemudian tepatnya 12 Juni 1670 ia
meninggal dunia.

2. Nama Tokoh : Pangeran Antasari


Asal Daerah : Banjarmasin Kalimantan Selatan
Alasan Melakukan Perlawanan : 1. Belanda melakukan monopoli perdagangan di Kerajaan
Banjar.
2. Pemerintah kolonial Belanda ikut mencampuri urusan
dalam Keraton terutama dalam pergantian sultan-sultan
kerajaan Banjar.
3. Pemerintah kolonial Belanda mengumumkan bahwa
Kesultanan Banjarmasin akan dihapuskan
Bentuk – Bentuk Perlawanan : 1. Pada 25 April 1859, Pangeran Antasari bersama 300
Prajuritnya menyerang tambang batu bara milik Belanda
yang terletak di Pengaron serta perumahan Belanda yang
ada disekitarnya dengan cara dibakar.
2. Merebut Benteng Pengaron serta mengambil alih
tambang Nassau Oranje milik Belanda.
3. Melakukan penyerangan ke perkebunan milik
gubernemen di Gunung Jabok, Kalangan, dan Bangkal.
4. Bersama prajurit dan para panglimanya, melakukan
penyerangan pos-pos Belanda yang terletak di Martapura,
Hulu Sungai, Riam Kanan, Tanah Laut, Tabalong,
sepanjang sungai Barito sampai ke Puruk Cahu.
5. Melakukan perang gerilya serta membuat kerajaan baru
dipedalaman dan benteng-benteng pertahanan.
6. Melakukan penyelundupan senjata untuk mensenjatai
peperangan yang dibantu oleh para pangeran-pangeran
di Banjar.
Hasil Perlawanan : Perlawanan Pangeran Antasari terhadap Penjajah Belanda - Mulai
abad ke-17, VOC telah melakukan hubungan dagang dengan
rakyat Banjarmasin. Antara lain jual beli rotan, intan, emas dan
lada. Bahkan, pada saat Sultan Rahmatullah berkuasa, VOC diberi
izin mendirikan kantor dagang. Namun, ketika VOC menerapkan
sistem monopoli, rakyat Banjarmasin melakukan reaksi
penolakan. Akhirnya, VOC menyingkir dari Banjarmasin.

3.Nama Tokoh : Pattimura


Asal Daerah : Maluku
Alasan Melakukan Perlawanan : 1. Kembalinya Bangsa Eropa terutama Bangsa Belanda ke
Pulau Maluku.
2. Rusaknya tata ekonomi dan pola perdagangan bebas yang
telah lama berkembang di Nusantara akibat kedatangan
Belanda.
3. Tindakan Belanda yang tidak mau membayar hasil bumi
rakyat Maluku.
4. Peningkatan intensitas kegiatan monopoli di Maluku oleh
Belanda.
5. Berbagai kebijakan Belanda yang memberatkan dan
menyengsarakanrakyat Maluku seperti penyerahan wajib,
masih juga harus dikenai kewajiban kerja paksa,
penyerahan ikan asin, dendeng, dan kopi.
6. Pemberentian para guru di Maluku dengan dalih
penghematan.
7. Para pemuda yang akan dikumpulkan untuk dijadikan
tentara di luar Maluku.
8. Sikap Belanda yang sama sekali tidak empati terhadap
jasa-jasa yang telah dilakukan masyarakat Maluku.
Bentuk – Bentuk Perlawanan : 1. Melakukan serangkaian pertemuan rahasia di Pulau
Haruku (Pulau yang dihuni oleh orang-orang Islam), Pulau
Saparua (Pulau yang dihuni orang-orang Kristen), dan
hutan kayu putih guna menseragamkan pemikiran bahwa
masyarakat Maluku tidak ingin lagi menderita di bawah
keserakahan dan kekejaman Belanda.
2. Mengadakan perlawanan untuk menentang kebijakan
Bangsa Belanda.
3. Melakukan perlawanan dimulai dengan menghancurkan
kapal-kapal Bangsa Belanda di pelabuhan.
4. Melakukan penyerbuan dan perlawanan Bangsa Belanda
di Benteng Duurstede serta menguasai benteng tersebut.
5. Menghancurkan, membunuh, serta menggagalkan
rencana Belanda yang berniat menguasai kembali
Benteng Duurstede dengan mendatangkan 300 prajurit
dari Ambon.
6. Melakukan upaya penyerangan terhadap Bangsa Belanda
di Benteng
Zeelandia (Pulau Haruku) serta berusaha menguasainya,
tetapi gagal.

Hasil Perlawanan : 1. menggalang persatuan dengan kerajaan Ternate dan


Tidore, raja-raja di Bali, Sulawesi dan Jawa.
2. 16 Mei 1817 = benteng Duurstede direbut oleh Kapitan
Pattimura beserta rakyat Saparua.
3. Semua tentara Belanda yang ada dalam benteng tewas.
Begitu juga Residen Van den Berg ikut tewas.

4. Nama Tokoh : Sisingamangaraja


Asal Daerah : Sumatra Utara
Alasan Melakukan Perlawanan : 1. Adanya upaya kristenisasi yang dilakukan oleh Belanda
dimana upaya ini dikhawatirkan mampu menghilangkan
tatanan tradisional dan bentuk kesatuan negeri yang
telah ada secara turun temurun, dan
2. Adanya keinginan Belanda untuk menguasai seluruh
tanah Batak.
Bentuk – Bentuk Perlawanan : 1. Melakukan kampanye keliling daerah-daerah guna
menghimbau agar masyarakat mengusir para zending
yang memaksakan agama Kristen kepada penduduk.
2. Mengusir para zending.
3. Melakukan penyerbuan dan pembakaran terhadap pos-
pos zending.
4. Melakukan perlawanan terhadap gerakan pasukan
Belanda di Bahal Batu.
5. Mempersiapkan benteng pertahanan berupa benteng
alam di dataran tinggi Toba dan Silindung.
6. Mempersiapkan benteng pertahanan berupa benteng
buatan di perkampungan.
7. Menyerang dan menyergap berbagai pos Belanda yang
ada di tanah Batak
8. Juli 1889 Sisingamangaraja XII kembali angkat senjata
melawan ekspedisi Belanda di Huta Puong.
9. Sisingamangaraja XII bersama putera-puteranya Patuan
Nagari dan Patuan Anggi beserta sisa prajuritnya
melakukan perlawanan terakhir di Aik Sibulbulon daerah
Dairi.
Hasil Perlawanan : hasil perlawanan yang dilakukan Sisingamangaraja XII beserta
segenap masyarakat Batak mengalami kekalahan. Taktik licik yang
dilakukan Belanda dengan upaya menangkap Boru Sagala, istri
Sisingamangaraja XII dan dua anaknya, menyebabkan
Sisingamangaraja XII mengalami beban psikologi yang berat. 17
Juni 1907 Sisingamangaraja XII meninggal dalam perlawanan
terakhirnya di Aik Sibulbulon (Dairi) karena tertembak timah
panas tepat di dadanya. Kedua putra dan seorang putrinya ikut
gugur di tangan Belanda. Dengan begitu usailah Perang Batak.

5. Nama Tokoh : Sultan Ageng Tirtayasa


Asal Daerah : Banten
Alasan Melakukan Perlawanan : 1. Kezaliman kaum kolonialis dan imperialis di Nusantara
yaitu Belanda.
2. Keinginan Belanda menguasai Banten karena wilayah ini
sangat strategis sebagai bandar perdagangan
internasional.
3. Adanya persaingan antara Belanda (VOC) dengan Banten
dikarenakan VOC membangun bandar perdagangan juga
di Batavia.
4. Hasutan VOC terhadap Sultan Haji (putera Sultan Ageng)
untuk merebut tahta kesultanan Banten.
5. Perompakan atau pembajakan kapal milik Banten yang
pulang dari Jawa Timur oleh kapal-kapal Belanda.
Bentuk – Bentuk Perlawanan : 1. Melakukan serangan-serangan terhadap VOC.
2. Mengundang para pedagang Eropa seperti Inggris,
Perancis, Denmark, dan Portugis serta mengembangkan
hubungan dagang dengan negara-negara Asia seperti
Persia, Benggala, Siam, Tonkin, dan Cina guna
memulihkan posisi Banten sebagai bandar perdagangan
internasional sekaligus menandingi perkembangan VOC di
Batavia.
3. Sultan Ageng Tirtayasa mengirim beberapa pasukannya
untuk mengganggu kapal-kapal dagang VOC
4. Melakukan perusakan terhadap beberapa kebun tanaman
tebu milik VOC guna memberi tekanan dan
memperlemah kedudukan VOC.
5. Mengobarkan semangat anti VOC.
6. Tahun 1682 pasukan Sultan Ageng Tirtayasa mengepung
istana Surosowan dan mendesak Sultan Haji yang
berkomplotan dengan Belanda.
7. Melakukan berbagai serangan-serangan dengan taktik
gerilya.
Hasil Perlawanan : Pada akhirnya, perang Banten yang dipimpin oleh Sultan Ageng
Tirtayasa ini tidak bisa dikatakan mengalami kekalahan, namun
juga belum bisa dikatakan mendapat kemenangan atas VOC.
Tahun 1683 Sultan Ageng Tirtayasa berhasil ditangkap oleh VOC
dengan tipu muslihat. Sultan Ageng ditawan di Batavia sampai
wafatnya pada tahun 1692. Walaupun beliau wafat, rakyat
Banten masih belum putus asa dalam memperjuangkan tanahnya
dari penjajahan VOC.

6. Nama Tokoh : Pangeran Diponegoro


Asal Daerah : Yogyakarta
Alasan Melakukan Perlawanan : 1. Belanda ikut campur dalam urusan keraton Yogyakarta,
bahkan untuk mengganti raja dan mengurusi
kepemerintahan, harus mendapat izin dari pihak Belanda.
2. Adanya berbagai campur tangan Belanda menyebabkan
rusaknya adat istiadat Yogyakarta dan melemahnya
kehidupan beragama, sedangkan diketahuhi bahwa
Pangeran Diponegoro merupakan sosok yang sangat
religius, tegas, dan memiliki jiwa jihad yang tinggi.
3. Kaum bangsawan sangat dirugikan karena sebagian besar
sumber penghasilannya diambil alih oleh Belanda.
Mereka dilarang menyewakan tanah bahkan diambil alih
haknya.
4. Akibat Belanda, rakyat semakin menderita karena
banyaknya pajak yang harus dibayar, seperti pajak hasil
bumi, pajak jalan, pajak ternak, pajak jembatan, pajak
pasar, pajak kepala, pajak dagangan, serta pajak tanah.
5. Tindakan Belanda yang melecehkan harga diri dan nilai-
nilai budaya masyarakat, salah satunya dengan
memasang patok-patok pembuatan jalan yang secara
sengaja mengenai makam leluhur Pangeran Diponegoro.
Bentuk – Bentuk Perlawanan : 1. Bersama-sama dengan pasukannya melarikan diri ke arah
Tegalrejo untuk menghindari upaya penangkapan.
2. Menjadikan goa selarong sebagai basis dalam
menentukan setiap perlawan gerilya.
3. Melakukan berbagai perang gerilya serta melakukan
perlawanan besar-besaran ketika musim hujan tiba.
4. Menjadikan Kyai Mojo sebagai guru spiritual
pemberontakan serta berkoordinasi dengan I.S.K.S.
Pakubowono VI serta Raden Tumenggung Prawirodigdoyo
Bupati Gagatan untuk melakukan perlawanan terhadap
Belanda.
5. Memobilisasi para bandit profesional untuk ikut serta
melakukan perlawanan.
6. Menentukan taktik dan strategi perang dengan sebaik
mungkin berdasarkan informasi mengenai kekuatan
musuh, jarak tempuh dan waktu, kondisi medan,
sertacurah hujan yang dibantu oleh para telik sandi dan
kurir.
Hasil Perlawanan :  Pada akhirnya, berbagai perlawanan dan peperangan
yang dilakukan Pangeran Diponegoro beserta para
panglima dan masyarakat Jawa, mengalami kekalahan
setelah 5 tahun perjuangan.
 Perang ini dapat berakhir pada tahun 1830 diakibatkan
Belanda menggunakan taktik Benteng Stelsel yang
menyebabkan pergerakan Pangeran Diponegoro beserta
prajuritnya menyempit.
 Kemudian Pangeran Diponegoro memilih untuk
menyerahkan diri guna menyelamatkan sisa anggota
laskarnya.
 Beliau pun kemudian ditangkap, dan diasingkan ke tanah
Manado. Selepas itu beliau lalu dipindahkan ke Benteng
Rotterdam Makasar hingga ajal menjemputnya pada 8
Januari 1855. Dengan demikian, berakhirlah seluruh
perjuangan Pangeran Diponegoro beserta para laskarnya.
7. Nama Tokoh : Silas Papare
Asal Daerah : Papua
Alasan Melakukan Perlawanan : 1. Irian Barat yang sedang dalam penjajahan dan
penguasaan Belanda.
2. Belanda yang masih saja menjajah tanah Irian Barat
padahal telah diketahui bahwa Indonesia telah
menyatakan kemerdekaanya.
Bentuk – Bentuk Perlawanan : 1. Berupaya untuk mempengaruhi Batalyon Papua guna
melakukan pemberontakan memerangi kolonialisme
Belanda.
2. Pada Nopember 1946 mendirikan Partai Kemerdekaan
Indonesia Irian (PKII) agar Irian Barat dapat bebas dan
bergabung dengan Republik Indonesia.
3. Oktober 1949 di Yogyakarta, Silas Papare mendirikan
Badan Perjuangan Irian di Yogyakarta dalam rangka
membantu pemerintah Republik Indonesia untuk
memasukkan wilayah Irian Barat ke dalam wilayah RI.
4. Silas Papare membentuk Kompi Irian di lingkungan Mabes
Angkatan Darat guna mempersiapkan diri dalam Perang
Terbuk
Hasil Perlawanan : Pada akhirnya, perjuangan Silas Papare membuahkan hasil. Tepat
tanggal 1 Mei 1963, Irian Barat pun resmi menjadi wilayah
Republik Indonesia sesuai dengan isi persetujuan New York. Nama
Irian Barat pun kemudian diganti menjadi Irian Jaya. 7 Maret 1978
akhirnya Silas Papare meninggal dunia dengan tenang.

Anda mungkin juga menyukai