KELAS VIII
MTs MA’ARIF NU GONDANG
TAHUN PELAJARAN 2018/2019
Karya Tulis
Disusun dan diajukan untuk melengkapi
Salah satu syarat mengikuti
Ujian Nasional / Ujian Sekolah ( UN/US )
Tahun Pelajaran 2019/2020
Disusun Oleh :
KELOMPOK
1. TEGUH IFAN S. 4. AKMAL MUHASIM
2. SYA’BANI 5. OWEN GINANJAR
3. VERI HARYANTO 6. KHOERUL ANAM
KELAS : VIII
Hari : Kamis
Tanggal : 21
Bulan : Maret
Tahun : 2019
Pembimbing
Karya tulis ini telah dievaluasi dan disahkan oleh Tim Evaluasi pada :
Hari : Kamis
Tanggal : 21
Bulan : Maret
Tahun : 2019
Tim Evaluasi
Ketua Sekretaris
Mengetahui,
Kepala Madrasah
Penulis,
MOTTO
Pertama-tama kami mengucapkan puji dan syukur kepada Allah SWT. yang telah
memberkati kami sehingga karya tulis ini dapat diselesaikan. Kami juga ingin
mengucapkan terima kasih bagi seluruh pihak yang telah membantu kami dalam
pembuatan karya tulis ini dan berbagai sumber yang telah kami pakai sebagai data dan
fakta pada karya tulis ini.
Karya tulis ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan mengikuti Ujian
Nasional ( UN ) dan Ujian Madrasah (UM) tahun pelajaran 2019/2020 yang akan datang.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan rasa terimakasih kepada:
1. Kepala Madrasah Tsanawiyah Ma’arif NU Gondang.
2. Ibu Ariyanti Widianingsih, S.Pd selaku pembimbing.
3. Bapak dan Ibu Guru serta Staf MTs Ma’arif NU Gondang.
4. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan karya tulis ini.
Kami mengakui bahwa kami adalah manusia yang mempunyai keterbatasan dalam
berbagai hal. Oleh karena itu tidak ada hal yang dapat diselesaikan dengan sangat
sempurna. Begitu pula dengan karya tulis ini yang telah kami selesaikan. Tidak semua hal
dapat kami deskripsikan dengan sempurna dalam karya tulis ini. Kami melakukannya
semaksimal mungkin dengan kemampuan yang kami miliki.
Maka dari itu, kami bersedia menerima kritik dan saran dari pembaca yang
budiman. Kami akan menerima semua kritik dan saran tersebut sebagai batu loncatan yang
dapat memperbaiki karya tulis kami di masa datang.
Akhir kata semoga keberadaan karya tulis ini bermanfaat.
Penulis,
DAFTAR ISI
A. Latar Belakang
Karya Wisata adalah kegiatan wisata yang dilakukan dengan tujuan
menambah wawasan dan pengatahuan siswa serta menambah pangalaman. Setelah
karya wisata kami laksanakan, siswa diwajibkan untuk membuat karya tulis. Karya
tulis adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dilaksanakan.
B. Tujuan Penyusunun Karya Tulis
- Sebagai syarat mengikuti Ujian Nasional dan Ujian Madrasah tahun pelajaran
2019/2020.
- Untuk meningkatkan kreativitas berpikir siswa dan dapat menambah
pengetahuan seputar obyek wisata yang adu di Yogyakarta.
- Menumbuhkan rasa cinta terhadap wisata Indonesia.
C. Alasan Pemilihan Obyek
- Yogyakarta terdapat banyak peninggalan sejarah.
- Banyak dikunjungi wisatawan.
- Untuk menggali lebih dalam tentang Yogyakarta.
D. Metode Pengumpulan Data
- Metode Observasi
Yaitu metode pengumpulan data dengan pengamatan langsung pada obyek.
- Metode Study Kepustakaan.
Mencari data tentang Buku Obyek Wisata Yogyakarta untuk reverensi
laporan.
E. Sistematika Penulisan
Karya tulis ini disusun dengan sistematika sebagai berikut :
- BAB I Pendahuluan
- BAB II Pembahasan / Isi Laporan
- BAB III Penutup
BAB II
PEMBAHASAN / ISI LAPORAN
Nasab Kiai Dalhar tersambung pada trah Raja Mataram, Amangkurat III. Ayah
Kiai Dalhar bernama Abdurrahman bin Abdurrauf bin Hasan Tuqo. Pada waktu perjuangan
Perang Jawa, Kiai Abdurrauf membantu Dipanegara berjuang di tanah Jawa. Kiai
Abdurrauf dikenal sebagai salah satu Panglima Perang Dipanegara, membantu laskar pada
Perang Jawa. Dari silsilah Kiai Hasan Tuqo, tersambung kepada Raja Amangkurat III
(memerintah 1703-1705), atau Amangkurat Mas. Kiai Hasan Tuqo memiliki nama ningrat,
yakni Raden Bagus Kemuning.
Pada waktu itu, Kiai Hasan Tuqo tidak senang berada di kawasan Keraton, serta
memilih untuk memperdalam ilmu agama. Kiai Hasan Tuqo kemudian memilih menyepi di
kawasan Godean, Yogyakarta. Nama desa Tetuko sampai sekarang masih masyhur sebagai
petilasan Kiai Hasan Tuqo.
Pada waktu Perang Jawa (1825-1830) meletus, Pangeran Dipanera dibantu oleh
barisan kiai yang berjuang untuk melawan Belanda. Di antaranya, tercatat nama Kiai
Modjo, Kiai Hasan Besari, Kiai Nur Melangi, serta Kiai Abdurrauf. Putra Kiai Hasan
Tuqo, Kiai Abdurrauf inilah yang mendapat tugas sebagai panglima Perang Dipanegara,
yang menjaga kawasan Magelang. Pada kisaran awal abad 19, kawasan Magelang menjadi
jalur penting dalam ekonomi dan politik, karena menjadi titik pertemuan dari kawasan
Yogykarta menuju Temanggung dan Semarang di daerah pesisiran. Kiai Abdurrauf
menjadi panglima untuk menjaga wilayah Magelang, serta memberi pengaruh penting
penganut Dipanegara di kawasan ini.
Kiai Dalhar mewarisi semangat dakwah dan perjuangan dari ayah dan kakeknya.
Sejak kecil, beliau haus akan ilmu agama, dengan mengaji dan belajar di pesantren. Pada
umur 13 tahun, Nahrowi (Dalhar kecil) mulai belajar mondok. Ia mengaji kepada Mbah
Kiai Mad Ushul di kawasan Mbawang, Ngadirejo, Salaman, Magelang. Di pesantren ini,
Kiai Dalhar belajar ilmu tauhid selama 2 tahun.
Pada tahun 1314 H/1896, putra Syaikh Abdul Kahfi at-Tsani berniat untuk belajar
di Makkah. Sang Syaikh memerintah Kiai Dalhar agar menemani putranya, yakni Sayyid
Muhammad al-Jilani al-Hasani. Di Makkah, dua pemuda pengabdi ilmu ini, diterima oleh
Syaikh Sayyid Muhammad Babashol al-Hasani, yang merupakan kerabat dari Syaikh
Ibrahim al-Hasani. Syaikh Sayyid Muhammad Babashol, pada waktu itu merupakan Mufti
Syafi'iyyah Makkah. Di rubath kawasan Misfalah, Kiai Dalhar bersama Syaikh
Muhammad al-Jilani al-Hasani bermukim selama mengaji di Makkah.
Pada tahun pertama Kiai Dalhar mengaji di Makkah, terjadi peristiwa penyerangan
Hijaz oleh tentara Sekutu. Tanah Hijaz yang masuk dalam kuasa Turki Utsmani diserang
oleh tentara sekutu. Syekh Muhammad al-Jilani mendapat tugas untuk berjuang membantu
perlawanan tanah Hijaz, setelah 3 bulan mengaji. Sedangkan, Kiai Dalhar beruntung dapat
terus mengaji selama 25 tahun di tanah suci.
Dari jalur thariqah inilah, Kiai Dalhar dikenal sebagai mursyid, sufi, ulama 'alim,
sekaligus penggerak perjuangan pada masa kemerdekaan di Indonesia. Kiai Dalhar
menurunkan ijazah thariqah syadziliyyah kepada 3 orang muridnya, yakni Kiai Iskandar
Salatiga, Kiai Dhimyati Banten, dan Kiai Ahmad Abdul Haq.
Ketika mengaji di Makkah, secara istiqomah Kiai Dalhar tidak pernah buang hadats
di tanah suci. Ketika ingin berhadats, Kiai Dalhar memilih pergi di luar tanah Suci, sebagai
bentuk penghormatan. Inilah bentuk ta'dzim sekaligus sikap istiqomah Kiai Dalhar yang
telah teruji.
Kiai Dalhar dikenal menulis beberapa kitab, di antaranya: Kitab Tanwir al-Ma'ani,
Manaqib Syaikh as-Sayyid Abdul Hasan Ali bin Abdullah bin Abdul Jabbar as-Syadzili al-
Hasani, Imam Tariqah Saydziliyyah. Kiai Dalhar juga menjadi rujukan beberapa kiai yang
kemudian menjadi pengasuh pesantren-pesantren ternama. Di antara murid Kiai Dalhar,
yakni Kiai Ma'shum (Lasem), Kiai Mahrus Aly (Lirboyo), Abuya Dhimyati (Banten), Kiai
Marzuki Giriloyo serta Gus Miek.
Gus Miek juga dikenal dekat dengan Kiai Dalhar. Dalam catatan Ibad (2007: 31),
Gus Miek bisa membina hubungan dengan Mbah Jogoroso, Kiai Ashari, Gus Mad putra
Kiai Dalhar, Kiai Mansyur dan Kiai Arwani. Kemudian, mata rantai berlanjut, dari Kiai
Ashari, Gus Miek membina hubungan dengan Kiai Abdurrahman bin Hasyim (Mbah
Benu) dan Kiai Hamid Kajoran. Lalu, dari Kiai Hamid Kajoran, Gus Miek berinteraksi
dengan Mbah Juneid, Mbah Mangli dan Mbah Muslih Mranggen.
Ketika era perjuangan melawan rezim kolonial, peran Kiai Dalhar tidak bias
dilupakan. Para pejuang di kawasan Magelang, Yogyakarta, Banyumas dan kawasan
Bagelen-Kedu datang ke pesantren Kiai Dalhar untuk meminta doa. Oleh Kiai Dalhar, para
pejuang diberi asma', doa dan ijazah kekebalan, serta diberi bambu runcing yang telah
diberi doa. Dikisahkan, ketika para pejuang menggempur Belanda di kawasan Benteng
Ambarawa, dimudahkan oleh Allah dengan semangat dan kekuatan. Dorongan doa dan
semangat yang diberikan Kiai Dalhar serta beberapa kiai lainnya, menambah daya juang
para santri untuk bertempur mengawal kemerdekaan.
Pertempuran laskar santri dan pemuda melawan tentara sekutu, meletus pada 21
November 1945. Atas desakan laskar dan tentara rakyat, yang dikomando oleh Jendral
Soedirman, tentara sekutu mundur ke Semarang. Namun, mundurnya Sekutu juga
membuat ribut di Ambarawa, yang kemudian disebut Palagan Ambarawa. Pada perang ini,
Laskar Hizbullah dari Yogyakarta dan kawasan sekitar, bersatu dengan beberapa tentara
rakyat mengepung Ambarawa. Laskar Hizbullah Yogyakarta mengirim Batalyon Bachron
Edrees, tepatnya di kawasan Jambu dan Banyubiru.
Mbah Kiai Dalhar mencatatkan sejarah dalam jaringan ulama Nusantara, sebagai
rujukan keilmuan, perjuangan serta sufisme dalam tradisi pesantren. Kiai Dalhar wafat
pada 23 Ramadhan, bertepatan dengan 8 April 1959. Jasad Kiai Dalhar dikebumikan di
pemakaman Gunungpring, Watucongol, Muntilan, Magelang. Kisah perjuangan dan
keteladanan Kiai Dalhar menjadi bukti betapa penting jaringan ulama-santri dalam
mengawal negeri, menjemput kemerdekaan Indonesia[].
Monumen Yogya Kembali dibangun pada tanggal 29 Juni 1985 dengan upacara
tradisional penanaman kepala kerbau dan peletakan batu pertama oleh Sri Sultan
Hamengkubuwono IX dan Sri Paduka Paku Alam VIII. Gagasan untuk mendirikan
monumen ini dilontarkan oleh kolonel Soegiarto, selaku walikota madya Yogyakarta pada
tahun 1983. Nama Yogya Kembali dipilih dengan maksud sebagai tetenger (peringatan)
dari peristiwa sejarah ditariknya tentara pendudukan Belanda dari ibukota RI Yogyakarta
pada waktu itu, tanggal 29 Juni 1949. Hal ini merupakan tanda awal bebasnya bangsa
Indonesia dari kekuasaan pemerintahan Belanda.
Gua Pindul adalah objek wisata berupa gua yang terletak di Desa Bejiharjo,
Kecamatan Karangmojo, Kabupaten Gunungkidul. Gua Pindul dikenal karena cara
menyusuri gua yang dilakukan dengan menaiki ban pelampung di atas aliran sungai bawah
tanah di dalam gua, kegiatan ini dikenal dengan istilah cave tubing. Aliran sungai bawah
tanah dimulai dari mulut gua sampai bagian akhir gua, di dalam gua terdapat bagian sempit
yang hanya bisa dilewati satu ban pelampung, sehingga biasanya wisatawan akan
bergantian satu per satu untuk melewati bagian ini. Panjang gua Pindul adalah 350 meter
dengan lebar 5 meter dan jarak permukaan air dengan atap gua 4 meter. Penelusuran gua
Pindul memakan waktu kurang lebih selama satu jam yang berakhir pada sebuah dam.
Aliran sungai yang berada di dalam Gua Pindul berasal dari mata air Gedong Tujuh.
Obyek wisata Gua Pindul diresmikan pada 10 Oktober 2010.
Kisah ini di awali orang orang pada zaman dahulu yang bernama Ki Ageng
Pemanahan dan Ki juru Mertani. Keduanya mendapatkan tugas untuk membunuh bayi
yang diperintahkan oleh Panembahan Senopati Mataram. bayi tersebut adalah anak dari
Puteri Penembahan Senopati.
Sang bayi mungil yang diperintahkan untuk dibunuh oleh Panembahan Senopati
dimandikan oleh Ki Ageng dan Ki Juru Mertani di aliran sungai di bawah Lobang bukit
tersebut.
Ketika proses memandikan sang bayi, pipi sang bayi terbentur dinding goa hingga
benjol. Dalam bahasa Jawa, Benjol berarti “Pindul”. Hal itulah yang melatar belakangi asal
mula nama Goa Pindul.
D. Jalan Malioboro
Jalan Malioboro adalah nama salah satu kawasan jalan dari tiga jalan di Kota
Yogyakarta yang membentang dari Tugu Yogyakarta hingga ke perempatan Kantor Pos
Yogyakarta. Secara keseluruhan terdiri dari Jalan Margo Utomo, Jalan Malioboro, dan
Jalan Margo Mulyo. Jalan ini merupakan poros Garis Imajiner Kraton Yogyakarta.
Pada tanggal 20 Desember 2013, pukul 10.30 oleh Sri Sultan Hamengkubuwono X
nama dua ruas jalan Malioboro dikembalikan ke nama aslinya, Jalan Pangeran
Mangkubumi menjadi jalan Margo Utomo, dan Jalan Jenderal Achmad Yani menjadi jalan
Margo Mulyo.
Terdapat beberapa objek bersejarah di kawasan tiga jalan ini antara lain Tugu
Yogyakarta, Stasiun Tugu, Gedung Agung, Pasar Beringharjo, Benteng Vredeburg, dan
Monumen Serangan Oemoem 1 Maret.
Jalan Malioboro sangat terkenal dengan para pedagang kaki lima yang menjajakan
kerajinan khas Jogja dan warung-warung lesehan di malam hari yang menjual makanan
gudeg Jogja serta terkenal sebagai tempat berkumpulnya para seniman yang sering
mengekpresikan kemampuan mereka seperti bermain musik, melukis, hapening art,
pantomim, dan lain-lain di sepanjang jalan ini.
Saat ini, Jalan Malioboro tampak lebih lebar karena tempat parkir yang ada di
pinggir jalan sudah dipindahkan ke kawasan parkir Abu Bakar Ali. Karena Kedepanya
Malioboro Akan Menjadi Semi Pedestrian
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Dari uraian makalah yang telah penulis susun maka dapat disimpulkan sebagai
berikut :
1. Makam mbah Dalhar yang ada di Gunung Pring adalah salah satu tempat bersejarah
yang ada di Jawa Tengah dan mempunyai karomah khususnya bagi umat
Islam.Selain mempunyai karomah juga bagi para peziarah dapat meningkatkan
keimanan dan ketaqwaan kepada Alloh Subhanahuwata’ala setelah melakukan
ziarah.
2. Monumen Yogya Kembali adalah salah satu monumen yang bersejarah yang ada di
Jojakarta sebagai tanda awal bebasnya bangsa Indonesia dari penjajahan Belanda.
3. Gua pindul adalah salah satu peninggalan kuno yang bersejarah sekaligus tempat
pariwisata yang terletak di Kabupaten Gunung Kidul Jawa Tengah.
4. Jalan Malioboro adalah salah satu jalan yang bersejarah bagi masyarakat
Yogyakarta khususnya .Jalan Malioboro juga sebagai tempat penjualan kerajinan
dan makanan khas Jogjakarta.
B.Saran – saran
1. Karya tulis yang sudah penulis susun masih banyak sekali kekurangannya,baik dari
segi susunan kalimat,bahasa maupun penulisan hurufnya.Bagi para pembaca yang
budiman penulis mohon kritik dan saran yang membangun,agar penulis dapat
meningkatkan untuk lebih baik lagi kedepannya dalam menyusun karya tulis ini.
2. Sebagai warga negara Indonesia yang baik dan sangat menjunjung tinggi
kebudayaan dan kesusilaan,untuk itu kita harus melestarikan tempat- tempat atau
peninggalan-peninggalan yang brsejarah agar tetap lestari sampai akhir zaman.
3. Sebagai siswa dengan berkaraya wisata apalagi yang sifatnya religi agar dapat
dijadikan sebagai salah satu sarana untuk menambah wawasan dan pengetahuan
sekaligus untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Alloh sukhanahu
wata’ala.
DAFTAR PUSTAKA
Djamhari, Saleh As'ad 2004 Strategi Menjinakkan Dipanegara Stelsel Benteng, 1827-
1830. Depok: Komunitas Bambu..
Ibad, Muhammad Nurul 2007. Pelajaran dan Ajaran Gus Miek. Yogyakarta: LKIS.
Buku petunjuk singkat kunjungan Museum Monumen Yogya Kembali: Nuansa Wisata
Sejarah Perjuangan Bangsa Indonesia 1945-1949.
Suyenga, Joan A stroll down Yogyakarta's 'Main Street', pp.165-167 of Oey, Eric (1994)
Java 2nd edition Periplus Editions ISBN 962-593-004-3
Turner, Peter (1997). Java (1st edition). Melbourne: Lonely Planet. hlm. 215–216. ISBN 0-
86442-314-4.
Situs
https://mynameisbunny.wordpress.com/2013/01/04/asal-usul-kyai-raden-santri/
http://www.nu.or.id/post/read/66785/kh-dalhar-watucongol-kiai-pejuang-dan-cucu-
panglima-perang-jawa
https://id.wikipedia.org/wiki/Museum_Monumen_Yogya_Kembali
https://id.wikipedia.org/wiki/Gua_Pindul
https://id.wikipedia.org/wiki/Jalan_Malioboro
LAMPIRAN – LAMPIRAN