Abstrak
Dia cantik, baik, pintar dan suka sekali berdandan. Temannya biasa memanggilnya dengan sebutan
Hani. Ketika di sekolah pun dia membawa alat make up nya hingga suatu hari ada beberapa guru yang
masuk ke dalam kelas saat pelajaran berlangsung, ternyata itu adalah guru BK yang melakukan razia
kepada siswa yang tidak menaati atau melanggar peraturan sekolah. Ada beberapa siswa laki-laki yang
terkena razia dikarenakan gaya rambut dan panjang rambut yang tidak sesuai dengan ketentuan di
sekolah. Begitu juga siswinya ada beberapa yang terkena razia termasuk Hani, pasti tau kan Hani
terkena razia karena apa? Ya, karena Hani membawa alat make up yang berlebihan ke sekolah,
beberapa alat make up Hani disita dan Hani mendapat poin pelanggaran di sekolah. Setelah kejadian
itu Hani mengajak teman-temannya untuk berdiskusi terkait razia yang telah terjadi kemarin.
Sebenarnya apa alasan dari adanya razia rambut, alat make up, warna sepatu, dsb. Kalau dipikir-pikir
tidak ada hubungannya antara rambut, make up, dan warna sepatu dengan pelajaran. Pertanyaan itu
selalu ada dibenak Hani. Sampai suatu hari Hani bertanya kepada wali kelasnya, karena pertanyaannya
tersebut Hani menjadi berdebat dengan wali kelas.
Drama Sekolah
Namanya Hani, dia cantik, baik, pintar dan suka berdandan. dia sekolah di salah satu sekolah
negeri di kotanya. Hani memiliki beberapa sahabat yang selalu ada disampingnya dan Hani selalu
mengajak sahabatnya untuk berdiskusi terkait hal hal yang menurutnya mengganjal. Mereka
sahabatan ber 4 yaitu, Ali, Doni, Hani, dan Tari. Mereka sudah bersahabat lebih dari 6 tahun, jadi
mereka sudah saling mengenal satu sama lain. Beruntungnya mereka selalu satu sekolah dan satu
kelas, tidak pernah terpisahkan. Saat ini mereka menginjak kelas 12 SMA, dimana mereka sedang
sibuk-sibuknya mempersiapkan untuk menghadapi ujian. Tidak terkecuali Hani, dia terkenal siswi yang
pintar dikelas.
Hari ini pelajaran berlangsung dengan hikmat dan tertib, tiba-tiba ada beberapa guru yang
datang ke kelas Hani. Ternyata itu adalah guru BK yang akan melakukan razia di kelas Hani. “Han kamu
aman kan?”. Tanya Tari, karena Tari tau pasti Hani akan mendapatkan poin lagi hari ini karena
membawa make up ditasnya.
“Kayaknya gak perlu deh Tar, toh mereka juga pasti udah tau kalau aku bawa make up ke sekolah.”
Jawab Hani dengan gampangnya.
Setelah percakapan yang cukup singkat itu, tibalah guru BK di meja Hani dan Tari.
Setelah di periksa tas Tari aman dari razia tapi tidak dengan tas Hani. Guru BK selalu menemukan make
up di dalam tas Hani ketika dilakukan razia.
“Hani… Hani … kamu ini yaa kenapa ke sekolah bawa make up? Kamu mau fashion show apa mau
sekolah?”. Tanya guru BK
“Ibu sita lagi ya ini make up kamu? Silahkan tulis nama kamu di kertas ini” pinta guru BK
“Tau nih Hani.. aku aja yang lihat kamu kena razia terus tuh capeeek”. Ungkap Tari
“Kalau capek si capek ya gaes, Cuma gimana lagi make up tuh kebutuhan tauu. Kalau habis wudhu
atau habis cuci muka itu wajib banget pake make up minimal lipstick lah” jawab Hani
“Tapi jangan bawa make up banyak banyak juga kali Han, jadi kena razia kan.” Tari
“Tar kamu kan cewe juga ya? Pasti tau dong perbedaan kita waktu setelah make up sama sebelum
make up, aku tuh kalau gak make up atau gk touch up kelihatan pucat banget gilaa, kalian mau aku
dikira sakit-sakitan karena pucet?” tanya Hani
“Eh kalian mikir gak si kalau sebenarnya panjang pendeknya rambut, warna sepatu dan make up tuh
gak berpengaruh sama pelajaran, buktinya aku selalu make up ke sekolah tapi nilai aku tetep bagus,
gak ada penurunan kan? Tapi kenapa sekolah malah ngasih peraturan untuk siswa-siswanya seperti
gak boleh make up berlebihan, rambut harus sesuai standard sekolah, warna sepatu harus hitam,
dsb.” Ungkap Hani, Hani mengajak teman-temannya untuk berpikir dan berdiskusi.
“Kalau dipikir-pikir iya juga si Han, apa hubungan antara rambut dengan pelajaran. Rambut itu kan
bagian dari cara kita untuk mengekspresikan diri, apalagi kita udah remaja pasti berhak dong untuk
mengekspresikan diri dengan bebas.” Ujar Ali
“Emang kita boleh buat mengekspresikan diri dengan bebas, tapi tidak disekolah juga dong, sekolah
kan juga punya aturannya sendiri, tugas kita hanya mematuhi peraturan itu ketika dilingkungan
sekolah, kalau sudah diluar sekolah kita udah gak terikat sama peraturan sekolah. Mungkin tujuan
dibuatnya peraturan sekolah terkait penampilan itu biar muridnya terlihat rapi” sanggah Tari
“Tapi Tar sebenernya perlu gak sih peraturan sekolah terkait penampilan, sedangkan peraturan
tersebut gak mengganggu pelajaran berlangsung kan?” Hani menimpali pernyataan Tari
“Hmmmmmm sulit memang kalau debat sama orang nakal sekaligus pintar, ada aja jawabannya”
jawab Tari dengan pasrah.
Setelah percakapan yang cukup serius tersebut akhirnya jam istirahat sudah selesai, waktunya
pelajaran selanjutnya untuk dimulai. Semua murid bergegas untuk kembali ke tempat duduknya
masing-masing termasuk Hani dan teman-temannya. Beberapa detik kemudian guru datang untuk
mengajar kelas Hani. Guru tersebut adalah bu Wati wali kelas Hani. Tiba tiba bu wati mengajak murid-
muridnya untuk refreshing sejenak supaya tidak bosan. Ditengah-tengah refreshing Hani mengangkat
tangan dan ingin bertanya kepada wali kelasnya tersebut.
“Bu.. bu.. saya ingin menanyakan sesatu bu, ” pinta Hani sambil mengangkat tangan kanannya.
“Bu kenapa di sekolah harus ada peraturan tentang penampilan, seperti gaya rambut, make up dan
warna sepatu. Padahal kan semua itu sebenarnya gak terlalu berpengaruh terhadap pembelajaran di
kelas. Bahkan mungkin memang gak ada hubungannya” tanya Hani dengan nada heran
“Kenapa disekolah harus ada peraturan seperti itu? Supaya murid-murid yang sekolah disini bisa
terlatih disiplin dan rapi meskipun itu memang tidak ada hubungannya dengan pembelajaran,
pembelajaran juga tidak selalu tentang akademik, kita guru-guru disini mengajarkan murid kita tidak
hanya tentang pendidikan melainkan juga tentang akhlak, kerapian dan kedisiplinan. Oleh karena itu
jadi kalian sebagai murid hanya perlu mematuhi peraturan yang ada disekolah ini saja.” Jawab bu Wati
dengan jelas.
“Tapi bu kita kan sudah remaja, kita juga ada hak untuk mengekspresikan diri kita di sekolah maupun
diluar sekolah.” Timpal Hani tak terima
“Iyaa benar. Kalian memang berhak untuk mengekspresikan diri, tapi kalian juga harus tau semua itu
ada batasannya, ada aturannya, tidak semua harus dibebaskan, paham!!” jawab bu Wati dengan jelas
dan tegas
“Apaan sih bu. Guru aja boleh make up, dsb kenapa murid engga, emang bener ya guru itu selalu
benar!!” timpal Hani lagi dengan nada ngegas
“Hani!!!. Kecilkan nada bicaramu kepada guru mu ini. Atau engga kamu ikut saya ke ruang BK!!” jawab
bu Wati marah
“Han sudah Han, udah yaa ngalah aja daripada kamu masuk BK lagi.” Pinta Tari dengan lembut, Tari
tak mau temannya ini terkena masalah lagi dan masuk BK lagi
“Tapi emang benarkan guru selalu benar, walaupun sebenarnya guru juga bisa salah.!!” Jawab Hani
Dengan berat hati Hani harus masuk ke BK lagi, sebenarnya didalam hati Hani masih
mengganjal karena perdebatannya dengan wali kelasnya belum menjawab pertanyaan hani, kenapa
ada aturan tentang penampilan di sekolah, sedangkan di perguruan tinggi tidak ada aturan yang
berlebihan seperti itu dan nyatanya di perguruan tinggi mahasiswanya juga bisa berprestasi dan
disiplin tanpa ada peraturan seperti disekolah ini.
Setelah Hani sampai di ruang Bk, dia bertemu dengan bu Sulis selaku guru BK.
“Bu saya cuma bertanya kepada WALI KELAS saya kenapa ada aturan tentang penampilan di sekolah.
Itu saja” jawab Hani dengan menekankan kata “wali kelas”
“Saya tau kenapa kamu menanyakan itu? Pasti kamu ingin bebas membawa make up ke sekolah kan?”
tanya bu Sulis
“Han di sekolah ini tempat nya belajar, kamu boleh pake make up ke sekolah tapi make up yang
sewajarnya untuk anak sekolahan saja, jangan terlalu berlebihan. Kalau kamu mau pake make up
seperti anak kuliahan atau anak yang sudah kerja itu boleh tapi bukan di sekolah tempatnya, kamu
pinter looo, saya tau make up memang gak mempengaruhi nilai kamu di akademi, tapi kamu juga
harus tau waktu dan tempat ketika kamu ingin pakai make up, kalau menurut saya sabun cuci muka,
sunscreen dan lip balm itu sudah cukup untuk anak sekolah, gak perlu bawa pensil alis, lipstick,
mascara dll. Sampai sini paham Han?” terang bu Sulis panjang lebar.
“Sekarang kamu minta maaf ke bu Wati karena tadi sempat membentak beliau” suruh bu Sulis kepada
Hani
“Bu Wati saya minta maaf yaa tadi sempat membentak bu Wati didepan kelas” Hani meminta maaf
ke bu wati
“Iyaa Han saya maafkan, lain kali jangan gitu yaa… saya tau kamu pintar, saya juga suka kamu kritis
seperti tadi, tapi tolong dijaga nada bicaranya kepada orang yang lebih tua yaaa… ” nasehat bu Wati
“Baik bu”
“Baik bu”
Setelah kejadian itu Hani tidak pernah lagi membawa make up yang berlebihan ke sekolah,
dia cukup membawa sabun cuci muka, sunscreen dan lip balm seperti yang pernah disarankan oleh bu
Sulis. Karena Hani juga sadar dia sudah mau lulus dari sekolah ini, jadi dia berusaha untuk membuat
kenangan baik dengan sekolah ini, dengan teman-temannya dan dengan gurunya. Intinya taati saja
peraturan yang ada di sekolah entah kalian suka atau engga dengan peraturan itu, yang pasti
peraturan itu akan membuat kita lebih baik kedepannya. Semangat