Anda di halaman 1dari 16

TUGAS KLIPING BAHASA SUNDA

NAOMI MARIYANTI . S

VII – 3

SMPN 9 BEKASI

BERITA POLITIK

1. Sudah jadi rahasia umum bahwa kebebasan pers di Papua dibatasi oleh
otoritas Indonesia. Wartawan internasional bisa saja meliput apa pun dengan
bebas di pelbagai wilayah lain di Indonesia, tapi tidak di Papua. Ada berlapis
perizinan yang perlu dipenuhi.

Kalaupun izin sudah dikantongi, belum tentu dipakai sebagai garansi


mempelancar pekerjaan mencari informasi. Bisa saja di tengah jalan, atas
penilaian karet dari otoritas terkait, wartawan ditendang keluar.

Hal inilah yang menimpa Rebecca Alice Henschke, Kepala Biro BBC
Indonesia, yang meliput Kejadian Luar Biasa (KLB) gizi buruk dan campak di
Kabupaten Asmat. Ia berangkat ke Papua dengan mengantongi izin, tapi
kemudian dipaksa keluar hanya dari postingan di sosial media pribadi.

Rebecca, dalam cuitan di Twitter pada 1 Februari lalu (kini telah dihapus),
mengunggah foto ragam makanan dan minuman yang tertumpuk di bibir
Pelabuhan Feri Agats, ibu kota Asmat di pesisir selatan Papua, menghadap Laut
Arafuru. Tidak ada yang janggal dari foto itu sampai kemudian kita membaca
keterangan foto.

Ia menulis bahwa makanan dan minuman ini adalah bantuan untuk penderita
gizi buruk di Papua. Secara tidak langsung, Rebecca mempertanyakan mengapa
bantuan bagi mereka yang menderita gizi buruk sama sekali tak sesuai dengan
yang dibutuhkan. Di hari yang sama, ia mengunggah foto dua personel Tentara
Nasional Indonesia di sebuah hotel, yang satu bingkai dengan burung-burung.

Dua unggahan itu mengantarkan Rebecca diperiksa aparat keamanan secara


maraton.

Rebecca, yang sudah dipantau media sosialnya sejak terbang dari Jakarta,
diperiksa intel TNI dan polisi selama lima jam tanpa henti. Rebecca juga
diperiksa imigrasi selama 24 jam, sebelum akhirnya dipulangkan ke Jakarta
pada Sabtu pagi, 3 Februari, kemarin.

Kepala Penerangan Kodam XVII/Cenderawasih Kolonel (Inf) Muhammad Aidi


mengatakan cuitan Rebecca "telah melakukan pencemaran nama baik dan
menyakiti hati kami, karena telah membuat berita bohong atau fitnah, dan
sangat berpotensi merusak nama baik kami dan institusi TNI serta negara."

Mengenai foto makanan, kata Kolonel Aidi, bukanlah dari TNI.

Sebaliknya, katanya, Mabes TNI mengirim "beras, makanan tambahan, selimut,


pakaian, vaksinasi, obat-obatan, perabot dapur seperti panci, piring, wajan,
sendok, dan lain-lain."

Sementara untuk mengklarifikasi foto burung, Aidi mengatakan, saat itu


masyarakat menawarkan anak burung ke TNI di teras hotel Sang Surya
Asmat. "Namun, entah kenapa, Rebecca secara diam-diam mengambil foto
kedua prajurit itu dengan penjelasan bahwa TNI membeli burung yang dipesan
dari hutan," katanya dalam keterangan tertulis.

Direktorat Jenderal Imigrasi melalui Kantor Imigrasi Timika resmi menahan


paspor jurnalis asal Australia ini dengan alasan yang sama dengan keberatan
TNI, bahwa "cuitan beliau di dalam media sosial dapat menimbulkan persepsi
dan kesan negatif terhadap pemerintah."

2. 04 Februari, 2018dibaca normal 4 menit


 Mahasiswa terbelah menyikapi pemerintahan Gus Dur, golongan anti-Gus Dur
mendukung Megawati untuk jadi RI-1

Gus Dur batal mengunjungi UGM usai ribuan mahasiswa memblokade jalan
masuk ke kampus.
“Terima kasih sebesar-besarnya kepada Universitas Indonesia, sebab, UI
penyumbang terbanyak menteri-menteri di Kabinet Kerja. Sampai saat ini, ada
enam alumni UI yang membantu saya di Kabinet Kerja,” ujar Jokowi kepada
para tamu undangan Dies Natalis ke-68 UI di Depok, Jawa Barat, Jum’at (2/2)
lalu seperti dilansir Antara.

Jokowi lantas menyebut satu per satu menteri anggota Kabinet Kerja yang
merupakan alumni UI, antara lain Darmin Nasution (Menko Perekonomian), Sri
Mulyani (Menteri Keuangan), sampai Bambang Brodjonegoro (Kepala
Bappenas). Setiap Jokowi menyebut nama-nama menteri tersebut, ratusan
mahasiswa bertepuk tangan.

Ketika Jokowi selesai memberikan sambutan dan masih berdiri di atas


panggung untuk sesi foto bersama, tiba-tiba seorang pria dengan batik lengan
panjang meniupkan peluit dan mengacungkan buku warna kuning.
Menyaksikan aksi tersebut, pasukan Paspampres langsung mengamankan sang
peniup peluit ke luar ruangan.

Seperti diwartakan Kompas, buku kuning yang ditujukan kepada Jokowi


merupakan tanda peringatanterhadap kinerja pemerintahan selama kurang lebih
4 tahun terakhir. Diketahui belakangan bahwa sang peniup peluit
bernama Zaadit Taqwa, Ketua BEM UI 2018. Masih menurut Kompas, BEM
UI disebut-sebut sekadar ingin menyampaikan kritik dan masukan kepada
Jokowi terkait sejumlah masalah. Keinginan itu diklaim sudah disampaikan
jauh-jauh hari ke pihak rektorat.
Karena pertemuan tak kunjung diagendakan, BEM UI berinisiatif menggelar
aksi damai di dekat Stasiun UI. Namun atribut yang mereka persiapkan untuk
aksi telanjur diamankan pihak kepolisian.

Tak Jadi Mengunjungi UGM


Gejolak mahasiswa merespons kedatangan presiden di kampusnya tidak hanya
terjadi di UI. Pada 2001, situasi serupa terjadi di UGM. Situasinya bahkan bisa
dikatakan lebih parah daripada yang dialami Jokowi. Presiden Indonesia saat
itu, Abdurrahman Wahid (Gus Dur) terpaksa membatalkan kunjungannya ke
UGM akibat kerasnya penolakan elemen mahasiswa.

Berdasarkan laporan Liputan6, Gus Dur dijadwalkan hadir di UGM untuk


menghadiri acara "Gerakan Pelestarian Pohon Meranti" di Fakultas Kehutanan.
Sedianya lawatan tersebut dilaksanakan seusai Gus Dur mengunjungi Hutan
Penelitian UGM, Wanagama I, di Desa Banaran, Kabupaten Gunung Kidul dan
setelah salat Jum’at di Kagungan Dalem Mesjid Agung Wonokromo.

Namun, beberapa lama sebelum Gus Dur menginjak kompleks Bulaksumur,


ribuan mahasiswa yang tergabung dalam Aliansi Mahasiswa Kontra Politisasi
Kampus (AMKPP) telah bersiap menolak kehadirannya. Berdasarkan
pengamatan Kompas, elemen mahasiswa melakukan blokade di setiap jalan
menuju UGM yang dilewati rombongan Gus Dur usai salat Jum’at. Beberapa
titik yang diblokade antara lain jalan masuk UGM via perempatan asrama
Syantikara sampai Bundaran Bulaksumur.

3. 02 Februari, 2018dibaca normal 1 menit


 Adjie berkata, ada tiga isu yang bisa mengancam elektabilitas Jokowi jelang
Pipres 2019

Tingkat elektabilitas Jokowi unggul di angka 48,50 persen per Januari 2018.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) dianggap sebagai calon terkuat menjelang
dimulainya tahapan pemilihan umum (pemilu) 2019. Namun, posisi itu disebut
belum cukup aman. Peneliti Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Adjie Alfaraby
mengatakan, tingkat elektabilitas Jokowi unggul di angka 48,50 persen per
Januari 2018.

Angka itu mengungguli nama-nama Prabowo Subianto, Agus Harimurti


Yudhoyono (AHY), dan Anies Baswedan yang apabila diakumulasikan
berjumlah 41,20 persen atau berselisih 7,30 persen dari tingkat keterpilihan
mantan Gubernur DKI Jakarta itu.
"Sebagai petahana, angka 48 persen belum cukup aman karena petahana
idealnya di atas 50 persen. Ini angka yang tak ideal karena pemilih secara umum
juga memilih capres lain di luar Jokowi," kata Adjie Alfaraby di kantornya,
Jakarta Timur, Jumat (2/2).

Tingkat keterpilihan Jokowi dianggap kuat karena masyarakat puas dengan


kinerjanya sebagai Presiden. Berdasarkan hasil survei LSI Denny JA, kepuasan
masyarakat terhadap kinerja Jokowi sebesar 74,90 persen.

Adjie berkata, ada tiga isu yang bisa mengancam elektabilitas Jokowi jelang
pemilu 2019. Ketiga isu yang dimaksud adalah persoalan ekonomi,
kemungkinan bangkitnya primordialisme, dan buruh tenaga asing.

Pada survei LSI Denny JA diketahui ada 52,6 persen responden-responden


menyatakan bahwa harga kebutuhan pokok saat ini makin berat. Kemudian, 54
persen responden menganggap lapangan kerja sulit didapatkan. Terakhir, 48,4
persen responden berkata bahwa pengangguran meningkat.

"Isu primordial juga berpotensi warnai pemilu 2019. Kalau di Pilkada 2017
menunjukkan munculnya kelompok Islam kanan yang menganggap kriteria
memilih pemimpin tak lepas dari ajaran agama. Kami prediksi isu ini tetap
menguat di Pilpres 2019," katanya.

Pada isu buruh negara asing, survei LSI Denny JA menemukan fakta bahwa
58,3 persen responden tidak pernah mendengar kabar itu. Namun, 58,3 persen
warga tidak suka dan resisten terhadap kabar keberadaan tenaga kerja asing.

"Jokowi akan semakin kuat jika tiga isu tersebut bisa dikelola dengan baik,
tetapi akan melemah jika tiga isu itu terabaikan," katanya.

Survei yang dilakukan LSI Denny JA melibatkan 1.200 responden dan dipilih
dengan metode multi stage random sampling. Wawancara tatap muka dilakukan
terhadap responden di 34 provinsi pada 7-14 Januari 2018, serta memiliki
tingkat margin of error kurang lebih 2,9 persen.

4. 02 Februari, 2018dibaca normal 1:30 menit


 Survei tersebut melibatkan 1.200 responden yang dipilih dengan metode multi
stage random sampling

Lembaga Survei Indonesia (LSI) memprediksi bahwa ada empat nama yang
bisa menjadi penantang Joko Widodo di Pilpres 2019.
Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA memprediksi ada empat nama yang
berpotensi menjadi penantang Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada pemilu
2019. Keempat nama yang dimaksud adalah Prabowo Subianto, Agus Harimurti
Yudhoyono (AHY), Anies Baswedan, dan Gatot Nurmantyo.

Prediksi dikeluarkan LSI Denny JA setelah menggelar survei melibatkan 1.200


responden yang dipilih dengan metode multi stage random sampling.
Wawancara tatap muka dilakukan terhadap responden di 34 provinsi pada 7-14
Januari 2018, serta memiliki tingkat margin of error kurang lebih 2,9 persen.

Keempat nama di atas muncul berdasarkan klasifikasi popularitas masing-


masing tokoh. Peneliti LSI Denny JA Adjie Alfaraby mengungkap, keempat
nama yang disebutkan berada pada tiga divisi berbeda.

"Divisi pertama adalah tokoh yang pengenalannya di atas 90 persen itu hanya
Prabowo (92,5 persen). Kedua, pengenalan di atas 70-90 persen hanya dua
nama AHY dan Anies Baswedan. Ketiga, yang pengenalannya 55-70 persen
yaitu Gatot Nurmantyo (56,5 persen)," kata Adjie di Kantor LSI Denny JA,
Jakarta Timur, Jumat (2/2/2018).

Selain membuat pengelompokan calon penantang Jokowi, LSI Denny JA juga


mengklasifikasikan lima jenis bursa calon wakil presiden potensial di pemilu
2019.

Bursa cawapres potensial disusun berdasarkan latar belakang militer, islam,


partai, kepala daerah wilayah strategis, dan profesional.

Pada bursa cawapres potensial dari latar belakang militer, tiga nama terkuat
muncul ke permukaan yaitu AHY, Gatot, dan Moeldoko. AHY dikenal 71,2
persen responden, disusul Gatot dengan tingkat pengenalan 56,5 persen dan
Moeldoko yang dikenali 18 persen masyarakat.

"Pada latar belakang Islam, isu ini cukup penting kita lihat belakangan ini, ada
dua nama potensial yaitu Cak Imin (Muhaimin Iskandar) dan Tuan Guru M.
Zainul Majdi selaku Gubernur NTB," ujarnya.
Cak Imin dikenali 32,4 persen responden, sementara Zainul Majdi memiliki
tingkat popularitas 13,9 persen.

Pada bursa cawapres potensial dari latar belakang parpol muncul dua nama
yakni Airlangga Hartarto dan Budi Gunawan. Airlangga adalah Ketua Umum
Golkar, sementara mama Budi Gunawan muncul karena dianggap memiliki
kedekatan dengan PDI Perjuangan, meski bukan kader partai itu.

"Airlangga dikenali 25 persen responden dan Budi Gunawan 16 persen,"


katanya.

Kemudian, baru nama Anies yang menempati daftar cawapres potensial dari
latar belakang gubernur provinsi strategis. Anies menjadi satu-satunya penghuni
daftar karena gubernur baru di daerah strategis lain (Jawa Barat, Jawa Tengah,
dan Jawa Timur) belum terpilih.

Terakhir, empat nama muncul sebagai cawapres potensial yang


berlatarbelakang profesional. Mereka adalah Susi Pudjiastuti, Sri Mulyani,
Chairul Tanjung, dan Aksa Mahmud.

Susi memiliki tingkat popularitas 60,6 persen, disusul Sri Mulyani dengan 58,3
persen, CT yang dikenali 35,2 persen responden, dan Aksa diketahui 6,3 persen
masyarakat.

5. 02 Februari, 2018dibaca normal 1:30 menit


 Menurut hukum internasional, kesepakatan bisnis di permukiman Tepi Barat yang
diduduki Israel ilegal

Dari tinjauan awal terhadap 321 perusahaan, 206 di antaranya teridentifikasi


terlibat bisnis terkait permukiman Tepi Barat yang diduduki Israel.
PBB mengguncang Israel pada Rabu (31/1/2018) waktu setempat dengan
mengungkapkan bahwa pihaknya telah memeriksa lebih dari 200 perusahaan
yang melakukan bisnis untuk permukiman di Tepi Barat yang diduduki.

Meski begitu, PBB belum dapat mengumumkan nama-nama perusahaan


tersebut sampai mereka menyelesaikan peninjauannya.

Kantor Komisioner Tinggi untuk Hak Asasi Manusia PBB mengatakan dalam
laporannya bahwa tinjauan awal terhadap 321 perusahaan telah
mengidentifikasi 206 di antaranya terlibat bisnis terkait permukiman Tepi Barat.
Kondisi itu dianggap ilegal menurut hukum internasional.

Dari jumlah yang diidentifikasi, 143 berbasis di Israel dan 22 di Amerika


Serikat, kata PBB seperti dikutip New York Times. Sisa 41 perusahaan tersebut
tersebar di 19 negara, kebanyakan di Eropa, termasuk Jerman, Belanda,
Perancis, dan Inggris.

"Pelanggaran hak asasi manusia yang terkait dengan permukiman sangat luas
dan menghancurkan, mencapai semua segi kehidupan Palestina, termasuk
pembatasan pergerakan, kebebasan beragama, pendidikan dan kepemilikan
tanah,” kata laporan tersebut.

"Bisnis memainkan peran sentral dalam melanjutkan pembentukan,


pemeliharaan, dan perluasan permukiman Israel," demikian laporan itu
menambahkan.

Laporan tersebut merupakan hasil resolusi yang dikeluarkan oleh Dewan Hak
Asasi Manusia pada Maret 2016 yang meminta sebuah database untuk merinci
perusahaan-perusahaan yang terlibat dalam daftar kegiatan tertentu diuntungkan
dari permukiman Israel.

Kegiatan tersebut meliputi penyediaan mesin atau bahan konstruksi,


pengawasan peralatan dan layanan keamanan, serta penyediaan layanan
perbankan dan keuangan.

Laporan setebal 16 halaman yang dirilis pada Rabu itu belum akan menjadi
daftar hitam yang dapat mempermalukan perusahaan yang melakukan bisnis
terkait permukiman itu.

Namun, laporan itu tetap kecaman dari pemerintah Trump dan diplomat Israel
di New York dan Jenewa. Mereka menilai, laporan tersebut sebagai bukti bias
institusional Dewan Hak Asasi Manusia.

Duta Besar Presiden Trump, Nikki R. Haley, yang telah bersumpah untuk
memerangi antipati terhadap Israel di beberapa lembaga PBB, mengecam keras
laporan kantor Hak Asasi Manusia tersebut.

"Seluruh masalah ini berada di luar batas amanat Komisioner Tinggi untuk Hak
Asasi Manusia dan merupakan pemborosan waktu dan sumber daya," kata
Haley dalam sebuah pernyataan.

"Meskipun kami mencatat bahwa mereka dengan bijak menahan diri untuk tidak
mencantumkan nama perusahaan individual, fakta bahwa laporan tersebut
dikeluarkan sama sekali merupakan pengingat lain dari obsesi anti-Israel di
Dewan PBB. Semakin banyak Dewan Hak Asasi Manusia melakukan hal ini,
maka semakin tidak efektif pula untuk menjadi advokat melawan pelaku
pelanggaran hak asasi manusia di dunia."

Duta Besar Israel untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa, Danny Danon, mengecam


laporan tersebut sebagai "tindakan memalukan yang akan menjadi noda di
Komisioner Tinggi untuk Hak Asasi Manusia PBB selama-lamanya."

"Kami akan terus bertindak dengan sekutu kami dan menggunakan semua
sarana yang ada untuk menghentikan publikasi daftar hitam tercela ini," tambah
Danon.

Kantor Hak Asasi Manusia seharusnya menghasilkan laporannya setahun yang


lalu, namun mengatakan bahwa pihaknya menunda publikasi karena
kompleksnya masalah dan kekurangan sumber daya untuk melakukan
penelitiannya.
6. 01 Februari, 2018dibaca normal 2:30 menit
 Malam gerhana bulan dijadikan waktu yang tepat bagi petani Bekasi melancarkan
pemberontakan pada 1869.

Gerhana bulan dirayakan dan diperingati dengan beragam cara, salah satunya
dengan menjadikannya siasat melancarkan pemberontakan. Seorang jawara
dari Bekasi pernah melakukan hal itu pada abad ke-19.
Gerhana bulan terjadi ketika matahari, bumi, dan bulan sedang dalam posisi
sejajar. Dalam situasi normal, letak seperti itu akan menghasilkan bulan
purnama. Namun, pada saat tertentu, dengan letak dan sudut khusus, bayangan
bumi justru menutupi bulan. Alhasil, para penghuni bumi akan melihat bulan
yang bersinar terang itu "dimakan" bayangan gelap.

Peristiwa astronomi itu dimaknai bermacam-macam oleh pelbagai peradaban


sepanjang sejarah umat manusia. Di Bekasi, misalnya, gerhana bulan pernah
menjadi penanda dimulainya sebuah pemberontakan.

Saat itu, di zaman kolonial, wilayah Bekasi adalah distrik dari Afdeling Meester
Cornelis (Jatinegara) di bawah Karesidenan Batavia. Letaknya persis di sebelah
timur Betawi.
“[Bekasi] dialiri Sungai Cileungsi dan Sungai Bekasi. Salah satu daerah yang
terkenal ramai oleh pedagang dari hilir hingga ke pedalaman. Di sana juga
berdiri pasar dan perkampungan Tionghoa yang terbentuk sejak 1752,"
sebut Encyclopaedie van Nederlandsch-Indie (1896) yang diterbitkan Martinus
Nijhoff-E.J. Brill di 's-Gravenhage.

Dalam Pemberontak Tak Selalu Salah (2009), sejarawan Petrik


Matanasi menyebutkan, Bekasi dihuni sekitar 73.000 jiwa pada 1868. Ada
68.000 penduduk pribumi, 4.601 warga keturunan Tionghoa, 25 orang Arab,
dan 11 orang Belanda di sana. Sebagian besar pribumi adalah pendatang, salah
satunya dari Cirebon. Mereka didatangkan dari Cirebon ke Bekasi pada 1823-
1824 sebagai buruh yang dipekerjakan di pabrik gula Karang Congok (hlm.
152).

Tanah Partikelir dan Derita Petani


Sejarawan Betawi Alwi Shahab, sebagaimana dikutip Mulyawan Karim dalam
artikelnya di harian Kompas(23/4/2009), “Cerita Eksekusi di Alun-alun
Bekasi”, mengatakan bahwa Tambun (wilayah Bekasi bagian timur) merupakan
kawasan tanah partikelir milik seorang keturunan Cina pada abad ke-19.
Penguasaan tanah itu dibolehkan melalui skema jual-beli tanah partikelir dalam
peraturan agraria pemerintah kolonial.

Pada kenyataannya, skema itu berujung derita untuk petani di Tambun. Menurut
Mulyawan, kaum petani penggarap lahan di Tambun selalu diperas tuan tanah.
Pajak panen yang dipungut pun sering melebihi ketentuan. Selain itu, jika tidak
sanggup membayar utang, mereka kerap dipaksa menyerahkan kerbaunya
kepada para tuan tanah.

Petrik mengisahkan, salah satu petani yang mengalami hal itu adalah Arpan.
Dia mengaku sebagai pemilik sah dari tanah di Cipamingkis, sebuah daerah
yang letaknya di antara sungai Cisadane dan Citarum. Klaim itu diyakini Arpan
karena pesan ayahnya mengatakan bahwa tanah itu diwariskan kepadanya.
Arpan pun menceritakan penderitaannya ini kepada seorang jawara yang
dikenal dengan nama Bapak Rama (hlm. 153).

Melihat situasi itu, Bapak Rama, yang kerap dipanggil Pangeran Alibasah,
gerah. Menurutnya, tanah-tanah yang terletak di antara sungai Citarum dan
Cisadane adalah tanah warisan nenek moyang.

Kemudian, Bapak Rama pindah ke kampung Ratujaya, Citayam, Depok. Di


sana, dia bertemu dengan Bapak Kolot. Pada 1868, keduanya menghadap Raja
Jawa di Solo untuk mempelajari soal kepemilikan tanah.

Pulang dari keraton Solo, Bapak Rama memutuskan untuk melancarkan


pemberontakan. Tujuannya: membebaskan tanah-tanah tanah-tanah partikelir di
sekitar antara Cisadane dan Citarum. Untuk itu, Bapak Rama menghimpun
ratusan massa dari Tambun, Citayam, Depok, Parung, dan Cibarusah.

"Pemberontakan akan dibagi dalam beberapa kelompok yang akan berontak di


wilayah-wilayah tersebut. Setelah tanah berhasil direbut, mereka akan
berkumpul di Teluk Pucung. Dari Teluk Pucung, di bawah pimpinan Bapak
Rama mereka bersama-sama akan menyerang Batavia," sebut Petrik (hlm. 154).

Rama meramalkan akan terjadi gerhana bulan pada 3 April 1869 dan itu adalah
waktu yang tepat untuk melancarkan pemberontakan. Menurut laki-laki yang
disebut berasal dari Cirebon itu, gerhana bulan membuat tentara Belanda tidak
dapat melihat.

7. 01 Februari, 2018dibaca normal 0:30 menit


 Mendagri meminta pejabat daerah menahan diri dalam kondisi sesulit apa pun.

Mendagri mengatakan pihaknya tidak bisa memberi sanksi terhadap bupati dan
wakil bupati Tolitoli yang terlibat pertengkaran.
Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo menilai pertengkaran antara Bupati
Tolitoli Mohammad Saleh Bantilan dan wakil bupati Tolitoli Abdul Rahman H
Buding tidak dapat dibenarkan dengan alasan apa pun. Apalagi pertengkaran
terjadi di muka umum. “Memalukan apa pun penjelasannya,” kata Tjahjo dalam
pesan singkat kepada wartawan, Kamis (1/2).

Tjahjo mengatakan pertengkaran itu memberi contoh tak baik bagi masyarakat.
Menurutnya seorang pejabat mesti bisa bersabat dalam berbagai situasi dan
kondisi. “Demi kehormatan sebagai pejabat daerah dan kehormatan pemerintah
daerah berusahalah menahan emosi walau sesulit apa pun kondisinya,” ujar
Tjahjo.

Meski demikian Tjahjo mengatakan pihaknya tidak akan memberi sanki kepada
bupati dan wakil bupati Tolitoli. Ia menyatakan kemendagri hanya bisa
menanyakan apa sebab masalah pertengkaran itu. “Biar masyarakat yang
menilai,” ujarnya.

Video pertengkaran Bupati Tolitoli Mohammad Saleh Bantilan dan wakilnya


Abdul Rahman H Buding viral di media sosial. Dalam video berdurasi 2 menit
50 detik itu Buding yang mengenakan kemeja biru langit tampak menendang
meja di atas panggung dan memaki Saleh berulang kali. Saleh pun menanggapi
makian Buding dengan nada tinggi.

Belum diketahui pasti penyebab marahnya Buding. Belum diketahui dalam


acara apa pertengkaran itu terjadi. Namun dari dialog keduanya pertengkaran
sepertinya terjadi di acara pelantikan pejabat baru Tolitoli. "Yang sudah dilantik
tetap dilantik. Titik," kata Saleh.

Kejadian ini telah tersebar di YouTube pada Kamis kemarin.

8. 01 Februari, 2018dibaca normal 1:30 menit


 Wilayah yang memiliki preseden buruk ini telah masuk kategori rawan konflik di
Pilkada 2018

Ketegangan yang meningkat selama Pilkada 2017 di Puncak Jaya, Intan Jaya,
dan Tolikara belum sepenuhnya menurun.
Delapan daerah di Papua berpotensi kembali mengalami konflik pada Pilkada
Serentak 2018. Indikasi ini berdasarkan data historis adanya korban jiwa saat
konflik pada pemilu dan pilkada tahun sebelumnya di delapan daerah itu.

"Belum lewat setahun dari pengalaman konflik 2017, pilkada kembali digelar di
Papua di tahun 2018, yaitu 1 pilkada gubernur papua dan 7 pilkada kabupaten.
Penting untuk menjadi perhatian serius," ujar Direktur Eksekutif Perkumpulan
untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem) Titi Anggraini di kantor KPU Jakarta,
Rabu (31/1/2018).

Adapun delapan daerah yang perlu diwaspadai tersebut adalah Puncak,


Yahukimo, Lanny Jaya, Tolikara, Dogiyai, Jayawijaya, Puncak Jaya, dan Intan
Jaya.

Saat ini saja, Titi mengatakan bahwa ketegangan yang meningkat selama
Pilkada 2017 di Puncak Jaya, Intan Jaya, dan Tolikara belum sepenuhnya
menurun.

"Sisa dendam, baik dendam politik maupun dendam pribadi karena anggota
keluarga yang tewas, diyakini masih ada dan menjadi potensi konflik untuk tiga
daerah ini," kata Titi menerangkan.

Dia melanjutkan bahwa konflik yang terjadi di daerah Papua mengiringi


pelaksanaan baik pilkada maupun pemilu, sudah terjadi berkali-kali. Tercatat
sejak 2010-2014 saja, ada 71 warga yang tewas sepanjang pesta demokrasi
terjadi di Puncak, Yahukimo, Lanny Jaya, Tolikara, Dogiyai, Jayawijaya.

Terbaru pada 2017 lalu, terdapat 19 korban tewas dari konflik pilkada yang
terjadi di Puncak Jaya dan Intan Jaya.

Wilayah yang memiliki preseden buruk ini pun, diungkapkan Titi, telah masuk
kategori rawan konflik oleh Badan Pengawas Pemilihan Umum(Bawaslu) dan
kepolisian.

"Seharusnya upaya preventif dari persepektif penyelenggara Pemilu dan


perspektif kepolisian mengalami kemajuan, karena konflik kekerasannya terjadi
berkali-kali," kata dia.

Menurutnya, semua pihak harus meningkatkan pendekatan dan strategi


penanganan konflik kekerasan dari yang sebelumnya. Sebab, bukan tidak
mungkin korban akibat pilkada akan kembali bermunculan.

"Apalagi 2019 di daerah yang sama kembali akan digelar pileg dan pilpres,
sehingga konsentrasi untuk Papua harusnya semakin ditingkatkan dan upaya
preventifnya semakin inovatif," jelasnya.

Baca juga: Perludem: Sistem Noken Picu Konfik di Pilkada Papua

Humas Polri Kombes Polisi Slamet Pribadi menyebutkan strategi kepolisian


dalam menangani potensi konflik Papua ini. Di antaranya, dengan menjalin
kerja sama antara Polri dengan TNI dan aparatur sipil lain yang ada di sana.

Selain itu, Polri dan TNI juga akan menjalin kerja sama
dengan stakeholder terkait pelaku-pelaku politik yang ada di Papua.

"Semua bersinergi mengatasi persoalan keamanan yang ada dalam Pilkada,"


ucapnya.

Kerja sama Polri dengan TNI dikatakannya telah dijalin sedari masa kampanye
dengan adanya pasukan khusus atau pasukan operasional. Hanya saja untuk
adanya penambahan pasukan dari TNI, bisa sewaktu-waktu saat dibutuhkan.

"Pergerakan pasukan itu secara eskalasi [sesuai] yang dibutuhkan dan ada
prosedur. Jangan sampai ada menimbulkan kengerian seperti mau perang," kata
dia.

Dalam prosedur pergerakannya, Slamet menyampaikan komando dari kepala


Polri yakni dengan menekankan adanya pencegahan dengan mengedepankan
faktor kearifan lokal dari sosial masyarakat Papua sendiri.

9. 01 Februari, 2018dibaca normal 1 menit


 "Kalau memang ada bukti-buktinya ya kenapa enggak?," kata Saut

KPK tetap akan memproses hukum apabila ada calon kepala daerah yang
diduga terlibat kasus korupsi.
Komisi Pemberantasan Korupsi tetap akan melakukan proses hukum apabila
ada calon kepala daerah yang diduga terlibat kasus korupsi.

"Kalau memang ada bukti-buktinya ya kenapa enggak? cuma proses yang


berhenti kan tahapannya," kata Wakil Ketua KPK Saut Situmorang di Gedung
Merah Putih KPK, Kuningan, Jakarta, Rabu (31/1/2018).

Saut menyatakan KPK ingin berkontribusi dalam menciptakan Pilkada yang


berintegritas. Untuk mewujudkan hal itu, KPK akan bekerjasama dengan Polri.

"Ada keinginan kita kerja sama bagaimana kita ke depan sesuai dengan
kewenangan KPK dan Polri kita sama-sama membangun Pilkada berintegritas,"
kata Saut.

Namun, KPK tetap tidak bisa asal bertindak, salah satunya di kasus mahar
politik yang dilakukan non-penyelenggara negara.

Oleh sebab itu, Saut mengatakan, KPK masih melakukan evaluasi MoU yang
sudah ditandatangani untuk menuju Pilkada berintegritas.

"Jadi kita mungkin akan membahas itu di level pimpinan, perjanjian kerja sama
untuk sama-sama membangun Pilkada berkualitas di Indonesia itu berintegritas
seperti apa. Itu lagi kita bahas," kata Saut.

Saut mengatakan KPK tidak akan lagi memperkuat pencegahan korupsi dalam
Pilkada. Tetapi akan lebih mengarah ke proses penindakan. "Kalau saya pikir
indikasi akan ke arah penindakan," ungkapnya.

Di tempat terpisah, Juru Bicara Divhumas Polri Kombes Pol Slamet Pribadi
menyatakan, salah satu dari sekian pemantik konflik Pilkada adalah persoalan
isu SARA dan politik uang.

Maka dari itu, kata dia, Kapolri Tito Karnavian telah membentuk tim Satuan
Tugas (Satgas) anti-SARA dan politik uang. "Adanya Satgas Anti-SARA dan
anti-money politic dalam rangka menciptakan iklim Pilkada yang kondusif,"
ucapnya.

Slamet mengungkapkan bahwa Satgas ini dibentuk khusus untuk mengawal


pesta demokrasi dengan kondusif, tanpa menciptakan isu SARA dan politik
uang. "Kami juga menyebarkan hastag aman tanpa SARA, tanpa money
politic," ungkap Slamet.

10. 31 Januari, 2018dibaca normal 1:30 menit


 Faktor demografis dan geografis membuat masyarakat Papua minim edukasi
mengenai praktik politik

Strategi kepolisian menangani potensi konflik Pilkada Papua 2018 dengan


menjalin kerja sama Polri dengan TNI dan aparatur sipil lain di sana.
Wilayah Papua mendapatkan perhatian khusus dalam pelaksanaan Pilkada
Serentak 2018 terkait potensi konflik. Langkah ini menindaklanjuti pelaksanaan
pada pilkada 2017 lalu yang menelan korban karena timbul kekerasan.

Humas Polri Kombes Polisi Slamet Pribadi mengatakan potensi konflik di


daerah Papua didorong karena faktor demografis dan geografisnya. Hal itu
membuat masyarakat Papua minim edukasi mengenai praktik politik, hak
pemilihan, dan ketentuan memilih calon pemimpin. Akibatnya, konflik
kekerasan rentan disulut dari situasi ini.

"Secara geografis dekat dengan Papua Nugini, dimana saudara-saudara kita


yang berbeda pandang masuk ke Papua, dari Papua Nugini. Inilah potensi
kerawanan," ujar Slamet di kantor KPU Pusat Jakarta pada Rabu (31/1/2018).

Strategi kepolisian dalam menangani potensi konflik ini yaitu dengan menjalin
kerja sama Polri dengan TNI dan aparatur sipil lain yang ada di sana. Lalu, Polri
dan TNI jalin kerja sama dengan stakeholderterkiat pelaku-pelaku politik yang
ada di Papua.

"Semua bersinergi mengatasi persoalan keamanan yang ada dalam Pilkada,"


ucapnya.

Kerja sama Polri dengan TNI dikatakannya telah dijalin sedari masa kampanye
dengan adanya pasukan khusus atau pasukan operasional. Hanya saja untuk
adanya penambahan pasukan dari TNI, bisa sewaktu-waktu saat dibutuhkan.

"Pergerakan pasukan itu secara eskalasi yang dibutuhkan dan ada prosedur.
Jangan sampai ada menimbulkan kengerian seperti mau perang," kata dia.
Dalam prosedur pergerakannya, Slamet menyampaikan, komando kepala Polri
adalah menekankan adanya pencegahan dengan mengedepankan faktor kearifan
lokal dari sosial masyarakat Papua sendiri.

"Pilkada ini gawe besar masyarakat. Tidak boleh dengan Pilkada malah
merusak apa yang sudah kita bangun dan sedang bangun. Apa yang sudah kita
pelihara jangan dirusak karena ini milik bersama. Ya sudah kalau berbeda
pandangan berbeda visi dan misi. Jangan ada ujaran kebencian," terangnya.

Keamanan sosial menurutnya sangatlah penting dan syarat untuk kesejahteraan


masyarakat. Karenanya, ia menekankan agar pelaku partai politik turun tangan
memberikan edukasi kepada masyarakat Papua. Dengan begitu, kontestasi
politik dapat dirayakan dengan damai dan aman, tanpa timbul korban lagi.

"Imbauan kepolisian untuk aktor-aktor politik, stakeholder yang berhubungan


dengan pilkada mulai hari ini lakukan sosialisasi, diseminasi informasi, dan
edukasi gimana sih bermain politik itu bagaimana Pilkada itu, gimana
sih memilih calon itu. Mulai hari ini!" tegasnya.

Ia mengimbau agar jangan sampai ada lagi masyarakat menjadi korban. Sebab,
Slamet memaparkan, ambisi menarik massa secara emosional untuk mendukung
dapat menghalalkan segala cara untuk menang dan tidak bisa menerima
kekalahan secara sportif.

"Pelaku politk sangat penting, aktor di sini sangat penting, KPU. TNI dan Polri
jelas pegang teguh [menjaga keamanan situasi] karena mereka aparatur negara,
pelaksana UU," ucapnya.

Namuan, ia tidak mau menyudutkan dengan mengklaim bahwa praktik politik


di Papua adalah sumber konflik utama.

"Enggak bisa gitu. Semua hal itu jadi potensi kerawanan. Kita enggak bisa
menyudutkan satu dua orang. Semuanya enggak boleh underestimate, semua
harus bekerja sama untuk keamanan menjelang, saat, dan pasca-Pilkada,"
tandasnya.

Anda mungkin juga menyukai