NAOMI MARIYANTI . S
VII – 3
SMPN 9 BEKASI
BERITA POLITIK
1. Sudah jadi rahasia umum bahwa kebebasan pers di Papua dibatasi oleh
otoritas Indonesia. Wartawan internasional bisa saja meliput apa pun dengan
bebas di pelbagai wilayah lain di Indonesia, tapi tidak di Papua. Ada berlapis
perizinan yang perlu dipenuhi.
Hal inilah yang menimpa Rebecca Alice Henschke, Kepala Biro BBC
Indonesia, yang meliput Kejadian Luar Biasa (KLB) gizi buruk dan campak di
Kabupaten Asmat. Ia berangkat ke Papua dengan mengantongi izin, tapi
kemudian dipaksa keluar hanya dari postingan di sosial media pribadi.
Rebecca, dalam cuitan di Twitter pada 1 Februari lalu (kini telah dihapus),
mengunggah foto ragam makanan dan minuman yang tertumpuk di bibir
Pelabuhan Feri Agats, ibu kota Asmat di pesisir selatan Papua, menghadap Laut
Arafuru. Tidak ada yang janggal dari foto itu sampai kemudian kita membaca
keterangan foto.
Ia menulis bahwa makanan dan minuman ini adalah bantuan untuk penderita
gizi buruk di Papua. Secara tidak langsung, Rebecca mempertanyakan mengapa
bantuan bagi mereka yang menderita gizi buruk sama sekali tak sesuai dengan
yang dibutuhkan. Di hari yang sama, ia mengunggah foto dua personel Tentara
Nasional Indonesia di sebuah hotel, yang satu bingkai dengan burung-burung.
Rebecca, yang sudah dipantau media sosialnya sejak terbang dari Jakarta,
diperiksa intel TNI dan polisi selama lima jam tanpa henti. Rebecca juga
diperiksa imigrasi selama 24 jam, sebelum akhirnya dipulangkan ke Jakarta
pada Sabtu pagi, 3 Februari, kemarin.
Gus Dur batal mengunjungi UGM usai ribuan mahasiswa memblokade jalan
masuk ke kampus.
“Terima kasih sebesar-besarnya kepada Universitas Indonesia, sebab, UI
penyumbang terbanyak menteri-menteri di Kabinet Kerja. Sampai saat ini, ada
enam alumni UI yang membantu saya di Kabinet Kerja,” ujar Jokowi kepada
para tamu undangan Dies Natalis ke-68 UI di Depok, Jawa Barat, Jum’at (2/2)
lalu seperti dilansir Antara.
Jokowi lantas menyebut satu per satu menteri anggota Kabinet Kerja yang
merupakan alumni UI, antara lain Darmin Nasution (Menko Perekonomian), Sri
Mulyani (Menteri Keuangan), sampai Bambang Brodjonegoro (Kepala
Bappenas). Setiap Jokowi menyebut nama-nama menteri tersebut, ratusan
mahasiswa bertepuk tangan.
Tingkat elektabilitas Jokowi unggul di angka 48,50 persen per Januari 2018.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) dianggap sebagai calon terkuat menjelang
dimulainya tahapan pemilihan umum (pemilu) 2019. Namun, posisi itu disebut
belum cukup aman. Peneliti Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Adjie Alfaraby
mengatakan, tingkat elektabilitas Jokowi unggul di angka 48,50 persen per
Januari 2018.
Adjie berkata, ada tiga isu yang bisa mengancam elektabilitas Jokowi jelang
pemilu 2019. Ketiga isu yang dimaksud adalah persoalan ekonomi,
kemungkinan bangkitnya primordialisme, dan buruh tenaga asing.
"Isu primordial juga berpotensi warnai pemilu 2019. Kalau di Pilkada 2017
menunjukkan munculnya kelompok Islam kanan yang menganggap kriteria
memilih pemimpin tak lepas dari ajaran agama. Kami prediksi isu ini tetap
menguat di Pilpres 2019," katanya.
Pada isu buruh negara asing, survei LSI Denny JA menemukan fakta bahwa
58,3 persen responden tidak pernah mendengar kabar itu. Namun, 58,3 persen
warga tidak suka dan resisten terhadap kabar keberadaan tenaga kerja asing.
"Jokowi akan semakin kuat jika tiga isu tersebut bisa dikelola dengan baik,
tetapi akan melemah jika tiga isu itu terabaikan," katanya.
Survei yang dilakukan LSI Denny JA melibatkan 1.200 responden dan dipilih
dengan metode multi stage random sampling. Wawancara tatap muka dilakukan
terhadap responden di 34 provinsi pada 7-14 Januari 2018, serta memiliki
tingkat margin of error kurang lebih 2,9 persen.
Lembaga Survei Indonesia (LSI) memprediksi bahwa ada empat nama yang
bisa menjadi penantang Joko Widodo di Pilpres 2019.
Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA memprediksi ada empat nama yang
berpotensi menjadi penantang Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada pemilu
2019. Keempat nama yang dimaksud adalah Prabowo Subianto, Agus Harimurti
Yudhoyono (AHY), Anies Baswedan, dan Gatot Nurmantyo.
"Divisi pertama adalah tokoh yang pengenalannya di atas 90 persen itu hanya
Prabowo (92,5 persen). Kedua, pengenalan di atas 70-90 persen hanya dua
nama AHY dan Anies Baswedan. Ketiga, yang pengenalannya 55-70 persen
yaitu Gatot Nurmantyo (56,5 persen)," kata Adjie di Kantor LSI Denny JA,
Jakarta Timur, Jumat (2/2/2018).
Pada bursa cawapres potensial dari latar belakang militer, tiga nama terkuat
muncul ke permukaan yaitu AHY, Gatot, dan Moeldoko. AHY dikenal 71,2
persen responden, disusul Gatot dengan tingkat pengenalan 56,5 persen dan
Moeldoko yang dikenali 18 persen masyarakat.
"Pada latar belakang Islam, isu ini cukup penting kita lihat belakangan ini, ada
dua nama potensial yaitu Cak Imin (Muhaimin Iskandar) dan Tuan Guru M.
Zainul Majdi selaku Gubernur NTB," ujarnya.
Cak Imin dikenali 32,4 persen responden, sementara Zainul Majdi memiliki
tingkat popularitas 13,9 persen.
Pada bursa cawapres potensial dari latar belakang parpol muncul dua nama
yakni Airlangga Hartarto dan Budi Gunawan. Airlangga adalah Ketua Umum
Golkar, sementara mama Budi Gunawan muncul karena dianggap memiliki
kedekatan dengan PDI Perjuangan, meski bukan kader partai itu.
Kemudian, baru nama Anies yang menempati daftar cawapres potensial dari
latar belakang gubernur provinsi strategis. Anies menjadi satu-satunya penghuni
daftar karena gubernur baru di daerah strategis lain (Jawa Barat, Jawa Tengah,
dan Jawa Timur) belum terpilih.
Susi memiliki tingkat popularitas 60,6 persen, disusul Sri Mulyani dengan 58,3
persen, CT yang dikenali 35,2 persen responden, dan Aksa diketahui 6,3 persen
masyarakat.
Kantor Komisioner Tinggi untuk Hak Asasi Manusia PBB mengatakan dalam
laporannya bahwa tinjauan awal terhadap 321 perusahaan telah
mengidentifikasi 206 di antaranya terlibat bisnis terkait permukiman Tepi Barat.
Kondisi itu dianggap ilegal menurut hukum internasional.
"Pelanggaran hak asasi manusia yang terkait dengan permukiman sangat luas
dan menghancurkan, mencapai semua segi kehidupan Palestina, termasuk
pembatasan pergerakan, kebebasan beragama, pendidikan dan kepemilikan
tanah,” kata laporan tersebut.
Laporan tersebut merupakan hasil resolusi yang dikeluarkan oleh Dewan Hak
Asasi Manusia pada Maret 2016 yang meminta sebuah database untuk merinci
perusahaan-perusahaan yang terlibat dalam daftar kegiatan tertentu diuntungkan
dari permukiman Israel.
Laporan setebal 16 halaman yang dirilis pada Rabu itu belum akan menjadi
daftar hitam yang dapat mempermalukan perusahaan yang melakukan bisnis
terkait permukiman itu.
Namun, laporan itu tetap kecaman dari pemerintah Trump dan diplomat Israel
di New York dan Jenewa. Mereka menilai, laporan tersebut sebagai bukti bias
institusional Dewan Hak Asasi Manusia.
Duta Besar Presiden Trump, Nikki R. Haley, yang telah bersumpah untuk
memerangi antipati terhadap Israel di beberapa lembaga PBB, mengecam keras
laporan kantor Hak Asasi Manusia tersebut.
"Seluruh masalah ini berada di luar batas amanat Komisioner Tinggi untuk Hak
Asasi Manusia dan merupakan pemborosan waktu dan sumber daya," kata
Haley dalam sebuah pernyataan.
"Meskipun kami mencatat bahwa mereka dengan bijak menahan diri untuk tidak
mencantumkan nama perusahaan individual, fakta bahwa laporan tersebut
dikeluarkan sama sekali merupakan pengingat lain dari obsesi anti-Israel di
Dewan PBB. Semakin banyak Dewan Hak Asasi Manusia melakukan hal ini,
maka semakin tidak efektif pula untuk menjadi advokat melawan pelaku
pelanggaran hak asasi manusia di dunia."
"Kami akan terus bertindak dengan sekutu kami dan menggunakan semua
sarana yang ada untuk menghentikan publikasi daftar hitam tercela ini," tambah
Danon.
Gerhana bulan dirayakan dan diperingati dengan beragam cara, salah satunya
dengan menjadikannya siasat melancarkan pemberontakan. Seorang jawara
dari Bekasi pernah melakukan hal itu pada abad ke-19.
Gerhana bulan terjadi ketika matahari, bumi, dan bulan sedang dalam posisi
sejajar. Dalam situasi normal, letak seperti itu akan menghasilkan bulan
purnama. Namun, pada saat tertentu, dengan letak dan sudut khusus, bayangan
bumi justru menutupi bulan. Alhasil, para penghuni bumi akan melihat bulan
yang bersinar terang itu "dimakan" bayangan gelap.
Saat itu, di zaman kolonial, wilayah Bekasi adalah distrik dari Afdeling Meester
Cornelis (Jatinegara) di bawah Karesidenan Batavia. Letaknya persis di sebelah
timur Betawi.
“[Bekasi] dialiri Sungai Cileungsi dan Sungai Bekasi. Salah satu daerah yang
terkenal ramai oleh pedagang dari hilir hingga ke pedalaman. Di sana juga
berdiri pasar dan perkampungan Tionghoa yang terbentuk sejak 1752,"
sebut Encyclopaedie van Nederlandsch-Indie (1896) yang diterbitkan Martinus
Nijhoff-E.J. Brill di 's-Gravenhage.
Pada kenyataannya, skema itu berujung derita untuk petani di Tambun. Menurut
Mulyawan, kaum petani penggarap lahan di Tambun selalu diperas tuan tanah.
Pajak panen yang dipungut pun sering melebihi ketentuan. Selain itu, jika tidak
sanggup membayar utang, mereka kerap dipaksa menyerahkan kerbaunya
kepada para tuan tanah.
Petrik mengisahkan, salah satu petani yang mengalami hal itu adalah Arpan.
Dia mengaku sebagai pemilik sah dari tanah di Cipamingkis, sebuah daerah
yang letaknya di antara sungai Cisadane dan Citarum. Klaim itu diyakini Arpan
karena pesan ayahnya mengatakan bahwa tanah itu diwariskan kepadanya.
Arpan pun menceritakan penderitaannya ini kepada seorang jawara yang
dikenal dengan nama Bapak Rama (hlm. 153).
Melihat situasi itu, Bapak Rama, yang kerap dipanggil Pangeran Alibasah,
gerah. Menurutnya, tanah-tanah yang terletak di antara sungai Citarum dan
Cisadane adalah tanah warisan nenek moyang.
Rama meramalkan akan terjadi gerhana bulan pada 3 April 1869 dan itu adalah
waktu yang tepat untuk melancarkan pemberontakan. Menurut laki-laki yang
disebut berasal dari Cirebon itu, gerhana bulan membuat tentara Belanda tidak
dapat melihat.
Mendagri mengatakan pihaknya tidak bisa memberi sanksi terhadap bupati dan
wakil bupati Tolitoli yang terlibat pertengkaran.
Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo menilai pertengkaran antara Bupati
Tolitoli Mohammad Saleh Bantilan dan wakil bupati Tolitoli Abdul Rahman H
Buding tidak dapat dibenarkan dengan alasan apa pun. Apalagi pertengkaran
terjadi di muka umum. “Memalukan apa pun penjelasannya,” kata Tjahjo dalam
pesan singkat kepada wartawan, Kamis (1/2).
Tjahjo mengatakan pertengkaran itu memberi contoh tak baik bagi masyarakat.
Menurutnya seorang pejabat mesti bisa bersabat dalam berbagai situasi dan
kondisi. “Demi kehormatan sebagai pejabat daerah dan kehormatan pemerintah
daerah berusahalah menahan emosi walau sesulit apa pun kondisinya,” ujar
Tjahjo.
Meski demikian Tjahjo mengatakan pihaknya tidak akan memberi sanki kepada
bupati dan wakil bupati Tolitoli. Ia menyatakan kemendagri hanya bisa
menanyakan apa sebab masalah pertengkaran itu. “Biar masyarakat yang
menilai,” ujarnya.
Ketegangan yang meningkat selama Pilkada 2017 di Puncak Jaya, Intan Jaya,
dan Tolikara belum sepenuhnya menurun.
Delapan daerah di Papua berpotensi kembali mengalami konflik pada Pilkada
Serentak 2018. Indikasi ini berdasarkan data historis adanya korban jiwa saat
konflik pada pemilu dan pilkada tahun sebelumnya di delapan daerah itu.
"Belum lewat setahun dari pengalaman konflik 2017, pilkada kembali digelar di
Papua di tahun 2018, yaitu 1 pilkada gubernur papua dan 7 pilkada kabupaten.
Penting untuk menjadi perhatian serius," ujar Direktur Eksekutif Perkumpulan
untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem) Titi Anggraini di kantor KPU Jakarta,
Rabu (31/1/2018).
Saat ini saja, Titi mengatakan bahwa ketegangan yang meningkat selama
Pilkada 2017 di Puncak Jaya, Intan Jaya, dan Tolikara belum sepenuhnya
menurun.
"Sisa dendam, baik dendam politik maupun dendam pribadi karena anggota
keluarga yang tewas, diyakini masih ada dan menjadi potensi konflik untuk tiga
daerah ini," kata Titi menerangkan.
Terbaru pada 2017 lalu, terdapat 19 korban tewas dari konflik pilkada yang
terjadi di Puncak Jaya dan Intan Jaya.
Wilayah yang memiliki preseden buruk ini pun, diungkapkan Titi, telah masuk
kategori rawan konflik oleh Badan Pengawas Pemilihan Umum(Bawaslu) dan
kepolisian.
"Apalagi 2019 di daerah yang sama kembali akan digelar pileg dan pilpres,
sehingga konsentrasi untuk Papua harusnya semakin ditingkatkan dan upaya
preventifnya semakin inovatif," jelasnya.
Selain itu, Polri dan TNI juga akan menjalin kerja sama
dengan stakeholder terkait pelaku-pelaku politik yang ada di Papua.
Kerja sama Polri dengan TNI dikatakannya telah dijalin sedari masa kampanye
dengan adanya pasukan khusus atau pasukan operasional. Hanya saja untuk
adanya penambahan pasukan dari TNI, bisa sewaktu-waktu saat dibutuhkan.
"Pergerakan pasukan itu secara eskalasi [sesuai] yang dibutuhkan dan ada
prosedur. Jangan sampai ada menimbulkan kengerian seperti mau perang," kata
dia.
KPK tetap akan memproses hukum apabila ada calon kepala daerah yang
diduga terlibat kasus korupsi.
Komisi Pemberantasan Korupsi tetap akan melakukan proses hukum apabila
ada calon kepala daerah yang diduga terlibat kasus korupsi.
"Ada keinginan kita kerja sama bagaimana kita ke depan sesuai dengan
kewenangan KPK dan Polri kita sama-sama membangun Pilkada berintegritas,"
kata Saut.
Namun, KPK tetap tidak bisa asal bertindak, salah satunya di kasus mahar
politik yang dilakukan non-penyelenggara negara.
Oleh sebab itu, Saut mengatakan, KPK masih melakukan evaluasi MoU yang
sudah ditandatangani untuk menuju Pilkada berintegritas.
"Jadi kita mungkin akan membahas itu di level pimpinan, perjanjian kerja sama
untuk sama-sama membangun Pilkada berkualitas di Indonesia itu berintegritas
seperti apa. Itu lagi kita bahas," kata Saut.
Saut mengatakan KPK tidak akan lagi memperkuat pencegahan korupsi dalam
Pilkada. Tetapi akan lebih mengarah ke proses penindakan. "Kalau saya pikir
indikasi akan ke arah penindakan," ungkapnya.
Di tempat terpisah, Juru Bicara Divhumas Polri Kombes Pol Slamet Pribadi
menyatakan, salah satu dari sekian pemantik konflik Pilkada adalah persoalan
isu SARA dan politik uang.
Maka dari itu, kata dia, Kapolri Tito Karnavian telah membentuk tim Satuan
Tugas (Satgas) anti-SARA dan politik uang. "Adanya Satgas Anti-SARA dan
anti-money politic dalam rangka menciptakan iklim Pilkada yang kondusif,"
ucapnya.
Strategi kepolisian dalam menangani potensi konflik ini yaitu dengan menjalin
kerja sama Polri dengan TNI dan aparatur sipil lain yang ada di sana. Lalu, Polri
dan TNI jalin kerja sama dengan stakeholderterkiat pelaku-pelaku politik yang
ada di Papua.
Kerja sama Polri dengan TNI dikatakannya telah dijalin sedari masa kampanye
dengan adanya pasukan khusus atau pasukan operasional. Hanya saja untuk
adanya penambahan pasukan dari TNI, bisa sewaktu-waktu saat dibutuhkan.
"Pergerakan pasukan itu secara eskalasi yang dibutuhkan dan ada prosedur.
Jangan sampai ada menimbulkan kengerian seperti mau perang," kata dia.
Dalam prosedur pergerakannya, Slamet menyampaikan, komando kepala Polri
adalah menekankan adanya pencegahan dengan mengedepankan faktor kearifan
lokal dari sosial masyarakat Papua sendiri.
"Pilkada ini gawe besar masyarakat. Tidak boleh dengan Pilkada malah
merusak apa yang sudah kita bangun dan sedang bangun. Apa yang sudah kita
pelihara jangan dirusak karena ini milik bersama. Ya sudah kalau berbeda
pandangan berbeda visi dan misi. Jangan ada ujaran kebencian," terangnya.
Ia mengimbau agar jangan sampai ada lagi masyarakat menjadi korban. Sebab,
Slamet memaparkan, ambisi menarik massa secara emosional untuk mendukung
dapat menghalalkan segala cara untuk menang dan tidak bisa menerima
kekalahan secara sportif.
"Pelaku politk sangat penting, aktor di sini sangat penting, KPU. TNI dan Polri
jelas pegang teguh [menjaga keamanan situasi] karena mereka aparatur negara,
pelaksana UU," ucapnya.
"Enggak bisa gitu. Semua hal itu jadi potensi kerawanan. Kita enggak bisa
menyudutkan satu dua orang. Semuanya enggak boleh underestimate, semua
harus bekerja sama untuk keamanan menjelang, saat, dan pasca-Pilkada,"
tandasnya.