Tragedi ini terjadi pada tanggal 12 September 1984 yang dilatarbelakangi oleh kerusahaan massa
dari umat Islam dengan pemerintah Orde Baru sehingga menimbulkan banyak korban jiwa. Nah,
Hak Asasi Manusia atau HAM merupakan hak yang melekat pada diri manusia dan sangat
mustahil bagi manusia untukhidup tanpanya. HAM ini bersifat universal sehingga dimiliki oleh
setiap orang tanpa memandang individunya
Pembunuhannya membawa kesuraman semakin akrab. Seolah-olah negara tak perlu melindungi
hak hidup warganya, tapi justru berwenang merecoki hajat hidup mereka.
Satu bulan sebelum Marsinah dibunuh, Presiden Soeharto menghadiri pertemuan Hak Asasi
Manusia di Thailand. Dalam forum itu, Soeharto menyatakan RUU Hak Asasi Manusia yang
dicanangkan PBB tidak bisa diterapkan di negara-negara Asia. Jenderal tangan besi itu
menjelaskan, di Asia warga tak bisa bebas mengkritik pemimpinnya, beda
dengan budaya Barat.
Tidak nyana nasib buruk memang menimpanya malam itu. Ia diserang pria tak dikenal tak lama
setelah menginjakkan kaki di rumah. Ia dipukul, kepala dihantam, dan perut disodok besi. Udin
terluka parah tak sadarkan diri.
Tiga hari kemudian, Jumat 16 Agustus 1996, tepat hari ini 25 tahun yang lalu, pihak RS Bethesda
memberi kabar: Operasi tak mampu menghentikan pendarahan hebat di kepala. Nyawa Udin tak
tertolong. Ia meninggal dunia pukul 16.50.
Meninggalnya Udin adalah bukti betapa brutalnya rezim Orde Baru yang tak menghargai nyawa
manusia. Udin tewas tanpa tahu siapa yang membunuhnya dan apa motif di belakangnya.
4. PERISTIWA ACEH
Tembak saya di kepala... Kuburkan saya sendiri, supaya anak-anak saya bisa lihat kuburan
saya..."
Di hadapan sang eksekutor yang siap dengan pistolnya, Thaib Adamy mengucapkan pesan
terakhir sebelum ajal menjemputnya. Dia berujar perlahan dalam bahasa Aceh.
Sejurus kemudian terdengar bunyi "dor!" Gaungnya memecah kesunyian malam di salah satu
sudut di kawasan Lhoknga, kira-kira 20km dari Kota Banda Aceh.
Peristiwa horor itu terjadi 56 tahun silam, ketika huru-hara politik setelah peristiwa G30S 1965
melahirkan kekejaman brutal di Aceh.
Awalnya mereka ingin menuju DPR namun terhambat oleh barikade aparat, setelah proses
negosiasi, mahasiswa pun mundur. Saat itu, seseorang berteriak pada mahasiswa dan lari ke
belakang barisan aparat, lalu ketegangan pun muncul.
Penembakan empat mahasiswa termasuk Hafidin Royan pada sore itu memicu kemarahan
mahasiswa Trisakti lainnya, mereka melempar apa saja ke arah pasukan penembak jitu yang
berada di atas gedung.
Kekerasan yang terjadi pasca Jajak Pendapat Timor-Timur tahun 1999 ialah salah satu kasus yang
diangkat di dalam forum Dengar Kesaksian di Kupang. Perempuan banyak yang menjadi korban
kekerasan pada masa ini. Ada 2 (dua) perempuan korban kekerasan di perbatasan Timor Barat
dengan Timor Timur yang akan menceritakan kisahnya kehilangan dan terpisah dengan anggota
keluarganya.
Dengar Kesaksian ini merupakan bagian dari Tahun Kebenaran (Desember 2012 – Desember
2013), sebuah momentum yang diciptakan KKPK untuk mencapai konsensus kebangsaan yang
baru atas penyelesaian pelanggaran berat HAM masa lalu (1965-2005).
7. KASUS AMBON (1999)
Pertumpahan darah di Ambon pada tahun 1999 oleh kelompok agama Kristen dengan agama
Islam yang berhasil memakan banyak korban. Sejak zaman kolonialisme belanda aristokrasi di
Ambon memanglah beragama Kristen, kemudian setelah kemerdekaan NKRI pun mereka juga
yang berkuasa baik bidang ekonominya maupun pemerintahan atau politiknya. Tetapi seiring
berjalannya waktu, mayoritas Kristen Ambon merasa bahwa minoritas Islam baik dari Ambon itu
sendiri maupun dari rantauan Pulau Jawa semakin menaikan status quonya (kekuasaannya).
Sehingga mereka merasa kalau minorias Islam itu sudah mengancam pribumi Ambon dan pada
akhirnya terjadilah konflik Ambon ini.
Tragedi Walisongo 28 Mei 2000 yang mengakibatkan 200 korban tewas, hingga kini masih
membekas karena perasaan ketidakadilan khususnya bagi kalangan muslim, yang selanjutnya
mengalami stigma sebagai teroris. Santoso dan Basri menjadi saksi mata pada peristiwa tersebut
dan tak sedikit di antara kerabat mereka yang ikut menjadi korban.
Tragedi ini menyeret Abu Bakar Ba’asyir, pemimpin organisasi Jemaah Islamiyah, yang memiliki
keterlibatan dalam pengeboman. Bom meledak pada pukul 23.05 di saat diskotek ramai
pengunjung. Ledakan pertama di Diskotek Paddy’s. Bom disimpan dalam tas punggung dan
diledakkan dengan cara bunuh diri. Lima belas detik kemudian bom kedua seberat 1.000 kg yang
berada dalam sebuah Mitsubshi Colt.