Anda di halaman 1dari 9

komunis bantai 120 juta orang di 75 negara

Jumat, 27 Mei 2016 20:54 WIB

Pewarta: M. Irfan Ilmie

Jakarta (ANTARA News) - Penyair angkatan 1966 Taufiq Ismail menyebutkan bahwa komunis telah
membantai 120 juta orang di 75 negara selama periode 1917-1991, sehingga harus dilawan.

"Selama 74 tahun Komunis itu rata-rata membunuh 1.621.621 orang setiap tahun atau 4.504 orang per
hari atau tiga orang per menit di 75 negara," ujarnya saat berkunjung ke redaksi LKBN Antara di Jakarta,
Jumat.

Sastrawan yang menandatangani Manifesto Kebudayaan (Manikebu) itu mengungkapkan bahwa


Komunis melakukan kudeta di 75 negara selama 69 tahun pada 1918-1987, dan berhasil mendirikan 28
negara komunis di dunia.

Uni Soviet merupakan negara terbesar yang melakukan pembantaian, yakni 61 juta orang. "Dari jumlah
itu, Stalin bertanggung jawab atas pembantaian terhadap 43 juta orang, sekitar 39 juta orang mati di
kamp-kamp kerja paksa. Pada saat itu pegawai negeri yang menentang komunis dipecat dan disuruh
kerja paksa tanpa diberi makan," ujarnya.

Selanjutnya, pelaku pembantaian terbesar kedua adalah Komunis China. Sejak 1949 hingga 1987,
komunis di Negeri Tirai Bambu itu telah membunuh 40 juta orang warga setempat.

Disusul oleh Kamboja di bawah rezim Khmer Merah pimpinan Pol Pot yang selama periode April 1975-
Desember 1978 telah membantai dua juta orang atau 28,57 persen dari jumlah penduduk.

"Korban total seluruh Perang Dunia, perang lokal abad ke-20 hanya 38 juta jiwa atau sepertiga korban
komunis," ujar Taufiq yang semasa kuliah aktif di organisasi Pelajar Islam Indonesia (PII) itu.

Selain itu, jumlah penduduk 28 negara yang melarikan diri mencapai 35 juta orang karena tidak tahan
dengan kemelaratan dan penindasan selama periode 1917-1971.
Di dunia, lanjut dia, terdapat empat algojo komunisme, yakni Lenin di Uni Soviet selama periode 1917-
1923 telah membunuh 500 ribu orang, Stalin di Uni Soviet pada 1925-1953 membunuh 43 juta orang,
Mao Tse-tung di China selama periode 1947-1976 sebanyak 70 juta orang, dan Pol Pot di Kamboja
membunuh dua juta orang pada 1975-1979.

"Sebagian karena mati kelaparan, kegagalan panen, dan ekonomi," paparnya.

Menariknya, pimpinan Nazi dari Jerman Adolf Hitler mengagumi Stalin. Namun, Hitler membantai 25,6
juta jiwa, sedangkan Stalin membantai 43 juta.

"Komunis secara terang-terangan menulis tujuan mereka adalah merebut kekuasaan dengan kekerasan,
namun Partai Komunis di seluruh dunia menutup-nutupinya," ujar penulis lagu berjudul "Ketika Kaki dan
Tangan Bicara" yang dipopulerkan mendiang Chrisye itu.

Oleh karena ideologinya yang muluk-muluk sebanyak 24 negara sosialis-komunis tersebut pada 1991
bubar berantakan. "China dan Vietnam berkhianat secara ideologi karena mengambil jalan kapitalis yang
saat ini menjadi makmur, sedangka Korea Utara dan Kuba bertahan secara ideologis, namun rakyatnya
tetap melarat sampai sekarang," tuturnya.

Sementara di Indonesia, Komunis telah tiga kali berupaya merebut kekuasaan, yakni pada 1926, 1948,
dan 1965. Namun, ketiga-tiganya gagal dan sejak 1966, komunis menjadi partai terlarang.

"Walau begitu, ideologi ini diam-diam bergerak terus atas dasar dendam. Oleh sebab itu, mari kita
bersama membasmi kebodohan, memberantas kemiskinan, menghabisi korupsi, meredam kekerasan
dan anarkhi demi tegaknya hukum dan keadilan di negeri kita," kata Taufiq, menegaskan.

Saat berkunjung ke LKBN Antara, Taufiq ditemui Direktur Pemberitaan Aat Surya Safaat didampingi
jajaran redaksi.

Editor: Ruslan Burhani

KELEJAMAN PKI
GUBERNUR SOERJO

Ditelanjangi, diseret lebih dari 10 KM lalu di sembelih.

Jika singgah di kota Ngawi, Jawa timur, luangkan waktu sejenak berziarah ke kecamatan Kedunggalar,
disana ada sebuah patung monumen yg akan selalu merintih pedih tak Terperi. Patung yg menyimpan
lara karena Partai Komunis Indonesia (PKI) pimpinan Muso telah menusukan duri dalam sejarah bangsa
ini, duri yg telah menewaskan pahlawan pertempuran Surabaya 1945, bernama Raden Mas
Tumenggung Ario Soerjo, gubernur pertama RI yg menjabat di Jawa timur.

Maladi Yusuf, tokoh gerombolan Front Demokratik Rakyat (FDR) PKI, pada 10 November 1948, telah
menyiksa Soerjo dg begitu banal. Hari itu tepat diperingati sbg hari pahlawan di Yogyakarta yg di hadiri
para pejabat pemerintah, salah satunya adalah gubernur Soerjo.

Setelah menghadiri peringatan hari pahlawan pd tgl 10 November, Gubernur Soerjo pamit undur diri
untuk pergi ke Madiun . Sebelum sampai di Madiun , mobil beliau di cegat anggota Bataliyon FDR, Partai
Komunis Indonesia (PKI) pimpinan Maladi Yusuf ditengah hutan peleng, Kedunggalar, Ngawi. Setelah
diikat tangan nya dg tali, mobil Gubernur Soerjo dibakar.

Dalam saat yg sama , tidak hanya Gubernur Soerjo yg ikut jd korban, dua perwira polisi yaitu Kombes pol
M. Doerjat dan Kompol soeroko turut jd korban, mobil kedua perwira polisi itu pun jg di bakar.

Ketiga mereka kemudian ditelanjangi dan dicaci maki, ketiga nya diikat, lalu diseret hingga lebih dari 5
KM dengan menggunakan kuda.

Dua perwira polisi tsb ternyata lebih dahulu meninggal ketika diseret, kemudian disembelih. Sementara
Gubernur Soerjo tidak kunjung meninggal, ketika disiksa dan di sembelih. Ada anggota FDR PKI yang
berspekulasi, Gubernur Soerjo punya kesaktian, sehingga susah di bunuh, maka salah satu anggota FDR
mengusulkan agar Gubernur Soerjo diseret lg hingga lebih dari 10Km dan harus menyeberangi melewati
tiga sungai, agar betul-betul bisa disembelih.

Mereka terus menyeret Gubernur Soerjo melewati aliran sungai Bengawan solo, sungai sonde, dan kali
kakak. Setelah melewati tiga sungai tsb, Gubernur Soerjo disiksa dan baru kemudian beliau disembelih.
Empat hari kemudian, jenazah Gubernur Soerjo dan dua perwira polisi baru ditemukan dalam kondisi
sangat mengenaskan. Jenazah itu kemudian dimakamkan di Sasono Mulyo yg terletak di Sawahan,
kabupaten Magetan.

Pemerintah lalu menggelari Gubernur Soerjo sebagai Pahlawan Pembela Kemerdekaan. Hal itu tertuang
dalam keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 294 tgl 17 November 1964.

Di desa Bangun rejo lor kecamatan Pitu kabupaten Ngawi, akhirnya di bangun sebuah monumen tempat
gugur sekaligus di kuburkan nya Gubernur Jawa timur pertama, bersama dengan dua orang pengawal
nya.

Selamat jalan pak Soerjo, semoga amal bakti mu diterima oleh Allah SWT.

[29/9 14:03] AgsMA: INILAH SEJARAH YANG TIDAK BOLEH DI LUPAKAN OLEH KITA SEMUA.

Tgl 31 Oktober;1948 : Muso di Eksekusi di Desa Niten Kecamatan Sumorejo Kabupaten Ponorogo.
Sedang MH.Lukman dan Nyoto pergi ke Pengasingan di Republik Rakyat China (RRC).

Akhir November 1948 : Seluruh Pimpinan PKI Muso berhasil di Bunuh atau di Tangkap, dan Seluruh
Daerah yg semula di Kuasai PKI berhasil direbut, antara lain : Ponorogo, Magetan, Pacitan, Purwodadi,
Cepu, Blora, Pati, Kudus, dan lain'y.

Tgl 19 Desember 1948 : Agresi Militer Belanda kedua ke Yogyakarta.

Tahun 1949 : PKI tetap Tidak Dilarang, sehingga tahun 1949 dilakukan Rekontruksi PKI dan tetap tumbuh
berkembang hingga tahun 1965.

Awal Januari 1950 : Pemerintah RI dgn disaksikan puluhan ribu masyarakat yg datang dari berbagai
daerah seperti Magetan, Madiun, Ngawi, Ponorogo dan Trenggalek, melakukan Pembongkaran 7 (Tujuh)
Sumur Neraka PKI dan mengidentifikasi Para Korban. Di Sumur Neraka Soco I ditemukan 108 Kerangka
Mayat yg 68 dikenali dan 40 tidak dikenali, sedang di Sumur Neraka Soco II ditemukan 21 Kerangka
Mayat yg semua'y berhasil diidentifikasi. Para Korban berasal dari berbagai Kalangan Ulama dan Umara
serta Tokoh Masyarakat.

Tahun 1950 : PKI memulai kembali kegiatan penerbitan Harian Rakyat dan Bintang Merah.
Tgl 6 Agustus 1951 : Gerombolan Eteh dari PKI menyerbu Asrama Brimob di Tanjung Priok dan
merampas semua Senjata Api yg ada.

Tahun 1951 : Dipa Nusantara Aidit memimpin PKI sebagai Partai Nasionalis yg sepenuh'y mendukung
Presiden Soekarno sehingga disukai Soekarno, lalu Lukman dan Nyoto pun kembali dari pengasingan
untuk membantu DN Aidit membangun kembali PKI.

Tahun 1955 : PKI ikut Pemilu Pertama di Indonesia dan berhasil masuk empat Besar setelah MASYUMI,
PNI dan NU.

Tgl 8-11 September 1957 : Kongres Alim Ulama Seluruh Indonesia di Palembang–Sumatera Selatan
Mengharamkan Ideologi Komunis dan mendesak Presiden Soekarno untuk mengeluarkan Dekrit
Pelarangan PKI dan semua Mantel organisasi'y, tapi ditolak oleh Soekarno.

Tahun 1958 : Kedekatan Soekarno dgn PKI mendorong Kelompok Anti PKI di Sumatera dan Sulawesi
melakukan koreksi hingga melakukan Pemberontakan terhadap Soekarno. Saat itu MASYUMI dituduh
terlibat, karena Masyumi merupakan MUSUH BESAR PKI.

Tgl 15 Februari 1958 : Para pemberontak di Sumatera dan Sulawesi Mendeklarasikan Pemerintah
Revolusioner Republik Indonesia (PRRI), namun Pemberontak kan ini berhasil dikalahkan dan
dipadamkan.

Tanggal 11 Juli 1958 : DN Aidit dan Rewang mewakili PKI ikut Kongres Partai Persatuan Sosialis Jerman di
Berlin.

Bulan Agustus 1959 : TNI berusaha menggagalkan Kongres PKI, namun Kongres tersebut tetap berjalan
karena ditangani sendiri oleh Presiden Soekarno.

Tahun 1960 : Soekarno meluncurkan Slogan NASAKOM (Nasional, Agama dan Komunis) yg didukung
penuh oleh PNI, NU dan PKI. Dgn demikian PKI kembali terlembagakan sebagai bagian dari
Pemerintahan RI.
Tgl 17 Agustus 1960 : Atas Desakan dan Tekanan PKI terbit Keputusan Presiden RI No.200 Th.1960
tertanggal 17 Agustus 1960 tentang "PEMBUBARAN MASYUMI (Majelis Syura Muslimin Indonesia)" dgn
dalih tuduhan keterlibatan Masyumi dalam Pemberotakan PRRI, padahal hanya karena ANTI NASAKOM.

Medio Tahun 1960 : Departemen Luar Negeri AS melaporkan bahwa PKI semakin kuat dgn keanggotaan
mencapai 2 Juta orang.

Bulan Maret 1962 : PKI resmi masuk dalam Pemerintahan Soekarno, DN Aidit dan Nyoto diangkat oleh
Soekarno sebagai Menteri Penasehat.

Bulan April 1962 : Kongres PKI.

Tahun 1963 : PKI Memprovokasi Presiden Soekarno untuk Konfrontasi dgn Malaysia, dan mengusulkan
dibentuk'y Angkatan Kelima yg terdiri dari BURUH dan TANI untuk dipersenjatai dengan dalih
”Mempersenjatai Rakyat untuk Bela Negara” melawan Malaysia.

Tgl 10 Juli 1963 : Atas Desakan dan Tekanan PKI terbit Keputusan Presiden RI No.139 th.1963 tertanggal
10 Juli 1963 tentang PEMBUBARAN GPII (Gerakan Pemuda Islam Indonesia), lagi-lagi hanya karena ANTI
NASAKOM.

Tahun 1963 : Atas Desakan dan Tekanan PKI terjadi Penangkapan Tokoh-Tokoh Masyumi dan GPII serta
Ulama Anti PKI, antara lain : KH.Buya Hamka, KH.Yunan Helmi Nasution, KH.Isa Anshari, KH.Mukhtar
Ghazali, KH.EZ. Muttaqien, KH.Soleh Iskandar, KH.Ghazali Sahlan dan KH.Dalari Umar.

Bulan Desember 1964 : Chaerul Saleh Pimpinan Partai MURBA (Musyawarah Rakyat Banyak) yg didirikan
oleh mantan Pimpinan PKI, Tan Malaka, menyatakan bahwa PKI sedang menyiapkan KUDETA.

Tgl 6 Januari 1965 : Atas Desakan dan Tekanan PKI terbit Surat Keputusan Presiden RI No.1/KOTI/1965
tertanggal 6 Januari 1965 tentang PEMBEKUAN PARTAI MURBA, dengan dalih telah Memfitnah PKI.

Tgl 13 Januari 1965 : Dua Sayap PKI yaitu PR (Pemuda Rakyat) dan BTI (Barisan Tani Indonesia)
Menyerang dan Menyiksa Peserta Training PII (Pelajar Islam Indonesia) di Desa Kanigoro Kecamatan Kras
Kabupaten Kediri, sekaligus melecehkan Pelajar Wanita'y, dan jg merampas sejumlah Mushaf Al-Qur’an
dan merobek serta menginjak-injak'y.
Awal Tahun 1965 : PKI dgn 3 Juta Anggota menjadi Partai Komunis terkuat di luar Uni Soviet dan RRT.
PKI memiliki banyak Ormas, antara lain : SOBSI (Serikat Organisasi Buruh Seluruh Indonesia), Pemuda
Rakjat, Gerwani, BTI (Barisan Tani Indonesia), LEKRA (Lembaga Kebudayaan Rakjat) dan HSI (Himpunan
Sardjana Indonesia).

Tgl 14 Mei 1965 : Tiga Sayap Organisasi PKI yaitu PR, BTI dan GERWANI merebut Perkebunan Negara di
Bandar Betsi, Pematang Siantar, Sumatera Utara, dgn Menangkap dan Menyiksa serta Membunuh Pelda
Soedjono penjaga PPN (Perusahaan Perkebunan Negara) Karet IX Bandar Betsi.

Bulan Juli 1965 : PKI menggelar Pelatihan Militer untuk 2000 anggota'y di Pangkalan Udara Halim dgn
dalih ”Mempersenjatai Rakyat untuk Bela Negara”.

Tgl 21 September 1965 : Atas desakan dan tekanan PKI terbit Keputusan Presiden RI No.291 th.1965
tertanggal 21 September 1965 tentang PEMBUBARAN PARTAI MURBA, karena sangat memusuhi PKI.

Tgl 30 September 1965 Pagi : Ormas PKI Pemuda Rakjat dan Gerwani menggelar Demo Besar di Jakarta.

Tgl 30 September 1965 Malam : Terjadi Gerakan G30S/PKI atau disebut jg GESTAPU (Gerakan
September Tiga Puluh) : PKI Menculik dan Membunuh 6 (enam) Jenderal Senior TNI AD di Jakarta dan
membuang mayat'y ke dalam sumur di LUBANG BUAYA Halim, mereka adalah : Jenderal Ahmad Yani,
Letjen R.Suprapto, Letjen MT.Haryono, Letjen S.Parman, Mayjen Panjaitan dan Mayjen Sutoyo
Siswomiharjo. PKI jg menculik dan membunuh Kapten Pierre Tendean karena dikira Jenderal Abdul Haris
Nasution. PKI pun membunuh AIP KS Tubun seorang Ajun Inspektur Polisi yg sedang bertugas menjaga
Rumah Kediaman Wakil PM Dr.J.Leimena yg bersebelahan dgn Rumah Jenderal AH.Nasution. PKI jg
menembak Putri Bungsu Jenderal AH.Nasution yg baru berusia 5 (lima) tahun, Ade Irma Suryani
Nasution, yg berusaha menjadi Perisai Ayahanda'y dari tembakan PKI, kemudian ia terluka tembak dan
akhir'y wafat pd tanggal 6 Oktober 1965.

G30S/PKI dipimpin oleh Letnan Kolonel Untung yang membentuk tiga kelompok gugus tugas penculikan,
yaitu : Pasukan Pasopati dipimpin Lettu Dul Arief, dan Pasukan Pringgondani dipimpin Mayor Udara
Sujono, serta Pasukan Bima Sakti dipimpin Kapten Suradi. Selain Letkol Untung dan kawan-kawan, PKI
didukung oleh sejumlah Perwira ABRI (TNI/Polri) dari berbagai Angkatan, antara lain : Angkatan Darat :
Mayjen TNI Pranoto Reksosamudro, Brigjen TNI Soepardjo dan Kolonel Infantri A. Latief. Angkatan Laut :
Mayor KKO Pramuko Sudarno, Letkol Laut Ranu Sunardi dan Komodor Laut Soenardi. Angkatan Udara :
Men/Pangau Laksda Udara Omar Dhani, Letkol Udara Heru Atmodjo dan Mayor Udara Sujono.
Kepolisian : Brigjen Pol. Soetarto, Kombes Pol. Imam Supoyo dan AKBP Anwas Tanuamidjaja.
Tgl 1 Oktober 1965 : PKI di Yogyakarta jg Membunuh Brigjen Katamso Darmokusumo dan Kolonel
Sugiono. Lalu di Jakarta PKI mengumumkan terbentuk'y DEWAN REVOLUSI baru yg telah mengambil Alih
Kekuasaan.

Tgl 2 Oktober 1965 : Letjen TNI Soeharto mengambil alih Kepemimpinan TNI dan menyatakan Kudeta
PKI gagal dan mengirim TNI AD menyerbu dan merebut Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma dari PKI.

Tgl 6 Oktober 1965 : Soekarno menggelar Pertemuan Kabinet dan Menteri PKI ikut hadir serta berusaha
Melegalkan G30S, tapi ditolak, bahkan Terbit Resolusi Kecaman terhadap G30S, lalu usai rapat Nyoto
pun langsung ditangkap.

Tgl 13 Oktober 1965 : Ormas Anshor NU gelar Aksi unjuk rasa Anti PKI di Seluruh Jawa.

Tgl 18 Oktober 1965 : PKI menyamar sebagai Anshor Desa Karangasem (kini Desa Yosomulyo)
Kecamatan Gambiran, lalu mengundang Anshor Kecamatan Muncar untuk Pengajian. Saat Pemuda
Anshor Muncar datang, mereka disambut oleh Gerwani yg menyamar sebagai Fatayat NU, lalu mereka
diracuni, setelah Keracunan mereka di Bantai oleh PKI dan Jenazah'y dibuang ke Lubang Buaya di Dusun
Cemetuk Desa/Kecamatan Cluring Kabupaten Banyuwangi. Sebanyak 62 (enam puluh dua) orang
Pemuda Anshor yg dibantai, dan ad beberapa pemuda yg selamat dan melarikan diri, sehingga menjadi
Saksi Mata peristiwa. Peristiwa Tragis itu disebut Tragedi Cemetuk, dan kini oleh masyarakat secara
swadaya dibangun Monumen Pancasila Jaya.

Tgl 19 Oktober 1965 : Anshor NU dan PKI mulai bentrok di berbagai daerah di Jawa.

Tgl 11 November 1965 : PNI dan PKI bentrok di Bali.

Tgl 22 November 1965 : DN Aidit ditangkap dan diadili serta di Hukum Mati.

Bulan Desember 1965 : Aceh dinyatakan telah bersih dari PKI.

Tgl 11 Maret 1966 : Terbit Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar) dari Presiden Soekarno yg
memberi wewenang penuh kepada Letjen TNI Soeharto untuk mengambil langkah Pengamanan Negara
RI.

B
Tgl 12 Maret 1966 : Soeharto melarang secara resmi PKI. Bulan April 1966 : Soeharto melarang Serikat
Buruh Pro PKI yaitu SOBSI.

Tgl 13 Februari 1966 : Bung Karno masih tetap membela PKI, bahkan secara terbuka di dalam pidatonya
di muka Front Nasional di Senayan mengatakan : ”Di Indonesia ini tdk ada partai yg Pengorbanan'y
terhadap Nusa dan Bangsa sebesar PKI…”

Tgl 5 Juli 1966 : Terbit TAP MPRS No.XXV Tahun 1966 yang ditanda-tangani Ketua MPRS–RI Jenderal TNI
AH.Nasution tentang Pembubaran PKI dan Pelarangan penyebaran Paham Komunisme, Marxisme dan
Leninisme.

Bulan Desember 1966 : Sudisman mencoba menggantikan Aidit dan Nyoto untuk membangun kembali
PKI, tapi ditangkap dan dijatuhi Hukuman Mati pd tahun 1967.

Tahun 1967 : Sejumlah kader PKI seperti Rewang, Oloan Hutapea dan Ruslan Widjajasastra,
bersembunyi di wilayah terpencil di Blitar Selatan bersama Kaum Tani PKI.

Bulan Maret 1968 : Kaum Tani PKI di Blitar Selatan menyerang para Pemimpin dan Kader NU, sehingga
60 (enam puluh) Orang NU tewas dibunuh.

Pertengahan 1968 : TNI menyerang Blitar Selatan dan menghancurkan persembunyian terakhir PKI. Dari
tahun 1968 s/d 1998 Sepanjang Orde Baru secara resmi PKI dan seluruh mantel organisasiya dilarang di
Seluruh Indonesia dgn dasar TAP MPRS No.XXV Tahun 1966. Dari tahun 1998 s/d 2015

Pasca Reformasi 1998 Pimpinan dan Anggota PKI yg dibebaskan dari Penjara, beserta keluarga dan
simpatisanya yg masih mengusung IDEOLOGI KOMUNIS, justru menjadi pihak paling diuntungkan,
sehingga kini mereka meraja-lela melakukan aneka gerakan pemutar balikkan Fakta Sejarah dan
memposisikan PKI sebagai PAHLAWAN Pejuang Kemerdekaan RI. Sejarah Kekejaman PKI yg sangat
panjang, dan jgn biarkan mereka menambah lagi daftar kekejamanya di negeri tercinta ini..

Semoga Tuhan YME senantiasa melindungi kita semua

BAGIKAN SEJARAH INI. JADIKAN PELAJARAN

BUAT GENERASI YG AKAN DATANG

Anda mungkin juga menyukai