Anda di halaman 1dari 6

Nama : Cik Wan Hilmy Bin Wan Mohamed.

No. Nim : 104045203218.


Matakuliah : Politik Islam di Indonesia II.
Dosen : Bapak Tabrani Sabirin,MA.

Jawaban.

1 a. Hingga 1965, PKI telah menguasai banyak dari organisasi massa yang dibentuk Soekarno
untuk memperkuat dukungan untuk rezimnya dan dengan persetujuan dari Soekarno, memulai
kampanye untuk membentuk "Angkatan Kelima" dengan mempersenjatai pendukungnya. Para
petinggi militer menentang hal ini.

Pada 30 September 1965, enam jendral senior dan beberapa orang lainnya dibunuh dalam
upaya kudeta yang disalahkan kepada para pengawal istana yang loyal kepada PKI. Panglima
Komando Strategi Angkatan Darat saat itu, Mayjen Soeharto kemudian mengadakan
penumpasan terhadap gerakan tersebut. Sesudah kejadian tersebut, 30 September diperingati
sebagai Hari Peringatan Gerakan 30 September. Hari berikutnya, 1 Oktober, ditetapkan sebagai
Hari Kesaktian Pancasila. Pada masa pemerintahan Soeharto, biasanya sebuah film mengenai
kejadian tersebut juga ditayangkan di seluruh stasiun televisi di Indonesia setiap tahun pada
tanggal 30 September..

Di era Presiden Soeharto, tanggal 30 September dan 1 Oktober adalah hari yang sakral.
Untuk mengingatkan peristiwa itu, setiap malam tanggal 30 September diputar film
Pengkhianatan G30S/PKI. Selama sepuluh tahun berturut-turut (1987-1997), film karya Arifin C
Noer itu menjadi tontonan wajib bagi masyarakat.

Sedangkan pagi harinya, tanggal 1 Oktober disiarkan secara langsung upacara dari
Lubang Buaya. Juga setiap 30 September masyarakat diwajibkan menaikkan bendera setengah
tiang, dan 1 Oktober menaikkan bendera menjadi satu tiang penuh.

Sejak Soeharto "lengser" tahun 1998, kontroversi mengenai peristiwa 30 September itu
bermunculan. Pro dan kontra sekitar peristiwa itu sudah berkali-kali menjadi perdebatan publik,
sehingga muncul keraguan masyarakat, apakah benar peristiwa 38 tahun silam sama seperti yang
ada di film "Pengkhianatan G30S/PKI".

Banyak hal yang tak terjawab dan sampai saat ini tidak ada penjelasan resmi atau upaya
pelurusan sejarah dari Pemerintah. Tidak heran kalau sekarang masyarakat menganggap "biasa-
biasa saja" hari berkabung 30 September. Buktinya, sangat sulit menemukan bendera setengah
tiang sebagai salah satu simbol hari berkabung nasional.

Namun sejak era Reformasi bergulir, film itu sudah tidak ditayangkan lagi. Peristiwa ini
sampai sekarang masih diliputi banyak misteri. Banyak pertanyaan yang tertinggal, misalnya
dugaan bahwa pemberontakan ini mungkin sengaja diciptakan Soeharto untuk merebut
kekuasaan dari Soekarno. Selain itu peristiwa ini juga memicu peristiwa mengenaskan lainnya
yaitu pembantaian manusia secara sia-sia yang dikatakan antek-antek PKI, terutama di Jawa
Tengah, Jawa Timur, dan Bali. Pada peristiwa amuk massa di mana pimpinan tidak mengambil
tindakan, diperkirakan antara 500.000 sampai 2.000.000 jiwa manusia melayang. Hal ini
merupakan halaman terhitam sejarah Indonesia mulai tahun 1945 sampai ini.

1
Pada awal Orde Baru disebutkan bahwa PKI itu berontak tiga kali, yaitu pada 1926/1927,
1948, dan 1965. Barangkali karena salah tulis, pernyataan tersebut diralat. Untuk selanjutnya,
disebutkan hanya dua kali. Walau bagi sebagian tentara, PKI berontak tiga kali itu tetap tertanam
di dalam otak, seperti ditulis Jenderal (pur) Soejono dalam memoarnya Bukan Puntung Rokok.
Kalau Benny Murdani (alm) lain lagi, dia mengatakan, terjadi tiga pemberontakan. Namun, yang
berlangsung pada 1926/1927 merupakan pemberontakan kaum nasionalis terhadap Belanda.

Selalu dikatakan pada era Orde Baru bahwa PKI itu akan ambil kesempatan bila ada
untuk memberontak. Namun, perlu ditandaskan di sini bahwa pemberontakan yang paling
banyak di Indonesia berlabel Islam (DI/TII, AUI -Angkatan Umat Islam- di Kebumen 1950, dst).
Bahkan, PRRI juga didukung Partai Islam Masyumi.

Bahkan, lebih dari itu, hampir semua pemberontakan tersebut melibatkan perwira militer,
ada pun demikian, bukankah kita tidak pernah menuntut agar TNI dibubarkan, meski pun
pemberontakan paling banyak dimotori oleh perwira tentara.

Sangat ironis bila mengungkapkan korban praktik komunisme di luar Indonesia, tetapi
tidak menyebut bahwa di tanah air kita minimal setengah juta orang yang dianggap komunis
dibantai 1965/1966 dan yang paling banyak di Jawa Tengah serta Jawa Timur. Pelurusan sejarah
tersebut perlu diketahui generasi muda dan anak-cucu kita. Sekali lagi, saya tekankan, pelurusan
sejarah itu tidak merusak akidah.

Bagi yang masih ingat zaman OrdeLama Soekarno dengan NASAKOMnya, masih sangat
segar ingatan kita rakyat dibagi menjadi dua bagian yaitu Golongan Progressive revolusioner
yaitu yang menyetujui NASAKOM yang terdiri dari PNI, NU, dan PKI. Selainnya dianggap
golongan kontra revolusi adalah golongan yang menentang NASAKOM yang pada umumnya
terdiri dari pengikut MASYUMI dan PSI, Golongan Kontrev ini ini menjadi korban keganasan
diktatur Soekarno, mereka dipenjarakan dan alat perjuangannya dibubarkan. Founding father
bangsa Syahrir yang banyak jasanya dalam perjuangan bangsa meninggal dalam status sebagai
tahanan baru mendapat jasa sebagai pahlawan bangsa setelah beliau meninggal. Datangnya
zaman Orde Baru yang tadinya pendukung utama NASAKOM berganti baju menjadi Golongan
Orde Baru mengganyang habis- habisan Orde Lama yang dia sendiri pendukungnya pada waktu
itu. Perkembangan selanjutnya dalam orde baru keadaan tidak banyak berubah, namanya saja
berobah, rakyat dibagi dua golongan yaitu pancasialis dan golongan anti pancasilalis. Korbannya

sudah banyak berjatuhan antara lain golongan PETISI 50 yang dimatikan hak perdatanya.

Orde Baru memandang umat Islam adalah kelompok yang mampu menjatuhkan
pemerintah dengan mengadakan perlawanan terhadap pemerintah melalui partai-partai politik.
Oleh sebab itu pandangan pemerintah orde baru terhadap umat Islam dengan mengongkong
partai Islam dan tidak dibenarkan umat Islam dalam penyampaian dakwahnya tidak dibenarkan
ada unsur-unsur politik. Ini kerana pemerintah pada zaman orde baru melihat kembali umat
Islam pada masa sebelumnya hanya melawan pemerintahan Seokarno. Dengan alasan inilah
pemerintah orde baru mengambil langkah terhadap umat Islam dengan tindakan-tindakkan tidak
membolehkan umat Islam berpolitik dalam partai-partai Islam.

b. Sejak tahun 1966, Indonesia berada dibawah pemerintahan orde baru, suatu
rezim(kekuasaan) yang didukung oleh angkatan bersenjata, dan dipimpin oleh Presiden Soeharto,
seorang pensiunan Angkatan Darat. Orde baru mulai memegang tampuk pemerintahan pada
tanggal 1 Oktober 1965 pada saat terjadinya peristiwa pembunuhan terhadap enam Jenderal

2
Angkatan Darat yang didalangi oleh perwira- perwira muda pengawal Presiden Soekarno dan
PKI. Mayor Jenderal Soeharto, yang pada saat itu menjabat sebagai komandan KOSTRAD
mengambil langkah pengamanan di ibukota serta kota-kota lain di seluruh Indonesia. Partai
Komunis Indonesia kemudian dibubarkan dan ratusan ribu anggota dan pendukungnya dibunuh,
rezim Soekarno yang diduga terlibat dalam pemberontakan PKI disingkirkan dari kekuasaan.
Dari tahun 1960 hingga tahun 1980 didalam pemerintahan orde baru terdapat apa yang
dinamakan golongan ekstrim kanan, yang terdiri dari golongan Muslim yang militan dan
bertujuan mendirikan negara Islam. Secara perlahan-lahan golongan ekstrim kanan disingkirkan
dari pemerintahan dan kehidupan politik. Perlakukan semacam ini tidak terlepas dari kehidupan
politik masa lalu, yaitu pada masa pendudukan Jepang dan masa perang kemerdekaan.
Golongan militer yang berasal dari masa-masa penjajahan dulu, cenderung untuk dikuasai oleh
golongan yang tidak beragama Islam atau non-Islam.

Sampai tahun 1950-an, golongan anti Islam semakin berpengaruh didalam kehidupan
politik, termasuk didalam Angkatan Bersenjata. Didalam sidang parlemen hasil pemilihan umum
tahun 1955 telah diperdebatkan terutama mengenai ideologi negara, yaitu apakah akan tetap
berdasarkan Pancasila atau berubah menjadi negara Islam. Masyumi sebagai salah satu partai
politik Islam terbesar pada tahun 1950 telah berjuang kearah tersebut disidang parlemen sejak
tahun 1957, hingga dibubarkan dengan keputusan Presiden pada tahun 1959. Masyumi sendiri
dibubarkan pada tahun 1960 sebagian disebabkan oleh perjuangannya untuk membentuk negara
Islam, dan yang lebih penting lagi adalah sebagian dari anggotanya terlibat pemberontakan di
daerah pada tahun 1950-an.

Pertimbangan politik Soeharto untuk tidak mengizinkan partai Masyumi aktif dalam
berpolitik adalah dari dampak dan kesan terhadap pemerintahnya. Dengan ini muncul
kekecewaan umat Islam atas sepak terajang Soeharto terutama mantan petinggi Masyumi yang
berharap pemulihan partai selepas selepas Soekarno membubarkan partai Masyumi. Ini terlihat
dalam rejim orde baru pada tahun 1967 yang tidak bersedia merehabilitas partai Masyumi. Pada
masa awal-awal orde baru merupakan masa-masa yang sulit bagi umat Islam dimana ia dianggap
sebagai kekuatan yang membahayakan stabilitas dan keamanan Negara. Meskipun pada
pemerintahan terakhirnya Soeharto sudah hilang dokongan dari ABRI maka terjadi akomodasi
terhadap Islam dan Negara.

c. NU diperbolehkan di zaman orde baru kerana NU dikenal sebagai organisasi sosial


keagamaan yang berpandangan lebih moderat ketimbang organisasi keagamaan Islam lainnya,
dalam konteks kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. NU sendiri sebagai
organisasi keagamaan yang mempertahankan Ahlussunnah wal Jama’ah ‘alaa Mazhaahibil
Arba’ah, yang menurut sebagian kalangan proses kelahirannya guna menghadapi kekuatan
golongan Islam modernis.Partai NU diperbolehkan oleh pemerintah orde baru mungkin kerana ia
merupakan partai yang biasa dimanfaatkan dalam rancangan menstabilitaskan pemerintahan orde
baru. Lagi pula ia melihat bahawa partai NU semasa pemerintahan Soekarno adalah partai yang
mendokong NASAKOM dan pemerintah. maka dengan itu Soeharto memperbolehkan NU dan
mengawal segala aktivitas politik NU.

2. a. Sejak tahun 1966, Indonesia berada di bawah pemerintahan orde baru, suatu
rezim(kekuasaan) yang didukung oleh angkatan bersenjata, dan dipimpin oleh Presiden Soeharto,
seorang pensiunan Angkatan Darat.Orde baru mulai memegang tampuk pemerintahan pada
tanggal 1 Oktober 1965 pada saat terjadinya peristiwa pembunuhan terhadap enam Jenderal
Angkatan Darat yang di dalangi oleh perwira-perwira muda pengawa Presiden Soekarnodan PKI.
Mayor Jenderal Soeharto, yang pada saat itu menjabat sebagai komandan KOSTRAD

3
mengambil langkah pengamanan diibukota sertakota-kota lain diseluruh Indonesia. Partai
Komunis Indonesia kemu diandibubarkan,dan ratusan ribu anggota dan pendukungnya dibunuh,
rezim Soe karno yang diduga terlibat dalam pemberontakan PKI disingkirkan dari kekuasaan.
Dari tahun 1960 hingga tahun 1980 didalam pemerintahan orde baru terdapat apa yang
dinamakan golongan ekstrimkanan,yang terdiridari golongan Muslimyang militan dan bertujuan
mendirikan negara Islam.Secara perlahan-lahan golongan ekstrim kanan disingkirkan dari
pemerintahan dan kehidupan politik. Perlakukan semacam ini tidak terlepas dari kehidupan
politik masalalu, yaitu pada masa pendudukan Jepang dan masa perang kemerdekaan. Golongan
militer yang berasal dari masa-masa penjajahan dulu, cenderung untuk dikuasai oleh golongan
yang ti dak beragama Islam atau non-Islam.

     Sampai tahun 1950-an, golongan anti Islam semakin berpengaruh didalam kehidupan politik,
termasuk didalam Angkatan Bersenjata. Didalam sidang parlemen hasil pemilihan umum tahun
1955 telah diperdebatkan terutama mengenai ediologi negara, yaitu apakah akan tetap
berdasarkan Pancasila atau berubah menjadi negara Islam. Masyumi sebagai salah satu partai
politik Islam terbesar pada tahun1950 telah berjuang ke arah tersebut di sidang parlemen sejak
tahun 1957, hingga dibubarkan dengan keputusan Presiden pada tahun 1959. Masyumi sendiri
dibubarkan pada tahun 1960 sebagian disebabkan oleh perjuangannya untuk membentuk negara
Islam, dan yang lebih penting lagi adalah sebagian dari anggotanya terlibat pemberontakan
didaerah pada tahun 1950-an.

Pada tahun 1973 dibentuk Partai Persatuan Pembangunan(PPP) ,namun dilarang untuk
menggunakan nama Islam. Pada tahun 1984 semua partai politik di wajibkan untuk menjadikan
Pancasila sebagai azas tunggal, serta mendesak PPP untuk membuka keanggotaannya bagi
mereka yang non-muslim. Semenjak akhir tahun 1960 sampai pertengahan tahun 1980 telah
terjadi beberapa tindak kekerasan yang dituduhkan kepada golongan Islam, seperti pembajakan
pesawat Garuda, pemboman bank milik WNI keturunan Cina, dan peledak ancaman di
Borobudur, serta bentrokan fisik di daerah-daerah, peristiwa Tanjung Priok dan sebagainya.

Sejak pertengahan tahun 1980 pandangan pemerintah orde baru terhadap Islam mulai berubah.
Sikap resmi pemerintah terhadap beberapa tuntutan kalangan Islam mulai melunak, sebagai
contoh larangan berjilbab disekolah-sekolah dihapuskan, pengajuan ke parlemen tentang
peradilan Islam, modifikasi hukum Islam, hukuman terhadap majalah/tabloid yang dianggap
menghina Nabi besar Muhhammad SAW, penghapusan Porkas/SDSB, dan pembentukan bank
yang didasarkan pada sariat Islam. Pada tahun 1990 Presiden beserta keluarga menunaikan
hukum Islam yang kelima, yaitu Haji. Dan pada tahun 1991 Presiden Soeharto memberi
kandukungan terhadap berdirinya satu organisasi cendikiawan Muslim dengan nama ICMI,
dibawah pimpinan B.JHabibie. Pembentukan ICMI sendiri telah mengundang pihak pihak yang
pro dan kontra. Di daerah seperti Jawa tengah dan Jawa timur, organisasi Islam Lokal melihat
pembentukan ICMI sebagai suatu usaha untuk membentuk Masyumi dengan gaya baru.
Sebaliknya banyak perwira-perwira senior beranggapan bahwa hal ini merupakan ancaman besar
dari golongan ekstrim kanan.

Kebijakan-kebijakan Suharto juga membawa perubahan signifikan dalam demografi


sosial Indonesia tatkala kebijakan transmigrasi dijlankan sehingga terjadi arus populasi dari
wilayah berpenduduk padat di Jawa, Madura, dan Bali, ke wilayah yang lebih jarang
penduduknya di Kalimantan, dan pulau-pula di Indonesia timur, termasuk Maluku. Pergeseran
populasi ini cenderung terjadi di mana migran Muslim pindah ke wilayah-wilayah yang dihuni
penduduk setempat non-Muslim. Di Maluku dan Maluku Utara, migran Muslim dari Buton,
Bugis dan Makasar bermukim di wilayah perkotan seperti Ambon, dan tatkala faktor-faktor

4
ekonomi dan politik terlihat lebih menguntungkan orang Muslim ketimbang Kristen, ketegangan
pun mulai meruyak

Pemerintah orde baru juga merasakan umat Islam perlu dicurigai karena pada ketika itu
umat Islam atau para ustadz dan kiyai membawa politik dalam dakwahnya. Golongan-golongan
menganggap politik dan Islam tidak boleh dipisahkan maka para kiyai menjalankan aktivitas
dakwahnya dengan unsur-unsur politik yang biasa menganggu stabilitas yang diciptakan
pemerintah orde baru ini.

b. Datangnya zaman Orde Baru yang tadinya pendukung utama NASAKOM berganti baju
menjadi Golongan Orde Baru mengganyang habis-habisan Orde Lama yang dia sendiri
pendukungnya pada waktu itu. Perkembangan selanjutnya dalam orde baru
keadaan tidak banyak berubah, namanya saja berobah, rakyat dibagi dua
golongan yaitu pancasialis dan golongan anti pancasilalis. Korbannya
sudah banyak berjatuhan antara lain Golongan PETISI 50 yang dimatikan
hak perdatanya. Orde baru tidak suka terhadap domokrasi liberal karena pada masa orde baru
juga mempunyai semangat yang baru, melahirkan semangat baru dan tekad baru, pemerintah
menobatkan dirinya sebagai pengoreksian total terhadap kesalahan, kegagalan, dan keburukan
terhadap rezim orde lama yang telah melakukan penyelewengan dan melanggar konstitusi UUD
45 dan pancasila. Pancasila telah diselewengkan dan telah hilang kemurniannya dengan
dimunculkan konsep NASAKOM (nasianal, Islam dan Komunis) oleh Soekarno yang telah
mengikut sertakan komunis dalam pancasila. Hal yang sama juga terjadi terhadap politisi agama
untuk kepentingan politik. Jelas ini dalam konteks masyarakat muslim adalah satu konsep
penyelewengan agama dan perikemanusiaan yang adil dan beradap ditinggalkan, hak asasi
manusia hampir lenyap, jaminan hukum yang hilang, sila kebangsaan dan persatuan luntur, asas
dan sendi agama lambat laun ditinggalkan. Inilah yang menyebabkan kenapa pemimpin orde
baru tidak suka terhadap demokrasi liberal yang mencampurkan pancasila kepada konsep
NASAKOM.

c. Pada tahun 1985-1998 dalam pemerintahan Soeharto dalam pimpinan orde baru beliau
telah berhasil menstabilkan Negara dalam rencananya, beliau membawa konsep-konsep Islam
yaitu beberapa model Islam supaya umat Islam tidak memberontak dan menganggap
pemerintahan Soeharto di bawah orde baru telah bercorak dan mengamalkan konsep-konsep
Islam. Antara model-model yang diterapkan oleh pimpinan orde baru adalah, mengambil
pendekatan terhadap umat Islam supaya masyarakat dan ormas-ormas Islam dapat menerima
pancasila. Antaranya dalam bidang hukum diwujudkan UUPA (Undang-Undang Peradilan
Agama), dalam bidang ekonomi dimunculkan Perbankan Syariah dan membentuk ICMI (Ikatan
Cendikawan Muslim Indonesia). Dengan ini Soeharto membangunkan model-model Islam
dengan mengoptimalkan Departmen Agama dengan mengangkat kepalanya haruslah orang yang
profeosinal dan Depag juga ditugaskan memberi penerangan agama yang membentuk amal soleh
dan tidak ada unsur-unsur politik.

Orde ini juga merencanakan KB (keluarga Berencana) dan ini diminta


pertanggungjawaban terhadap ulama' untuk menerangkan dan memberi penjelasan terhadap KB
ini. MUI (majlis Ulama' Indonesia) juga merupakan jambatan yang dibutuhkan untuk masyarakat
mengenal pemerintah. Selain itu model yang diterapkan juga adalah dengan memperingati hari-
hari besar Islam seperti mengadakan upacara Maulid Nabi di gedung Istana. Dengan ini juga ia
membentuk politik luar negeri yang anti Israil dan mengadakan MTQ (Majlis Tilawah Quran)

5
pada setiap tahun. Inilah model-model Islam yang diterapkan bagi umat Islam tidak membentuk
partai politik yang melawan pemerintah orde baru.

Di Orde ini juga, menurut Robin Bush, dikenal apa yang disebut Islam politik dan Islam
kultural. Perbedaan ini merupakan kelanjutan dari apa yang telah dilakukan Snouck Hurgronje di
zaman kolonial. "Baik di masa Orde Baru maupun kolonial, Islam politik diberi cap oposisional
dan konotasi jelek serta ditindas". Bush memberi contoh, pemerintah Orba membiayai
pembangunan masjid di mana-mana tetapi dalam waktu yang sama menembak umat Islam
seperti di Tanjungpriok. "Pola kebijakan semacam ini digunakan untuk mengontrol dan
mengendalikan umat Islam".

Model-model Islam yang diterapkan ini bertujuan untuk menzahirkan kepada masyarakt
bahwa pemerintah juga mengambil berat terhadap Islam dan mpenganutnya.Bentuk-bentuk Islam
Kultural ini sebenarnya adalah satu kehidupan Islam yang hanya dilaksanakan dalam segi sosial
sahaja akan tetapi ideologi pancasila tidak boleh dihilangkan dalam pemerintahannya. Oleh itu
ormas-ormas Islam berkembang dengan baik karena ia tidak bersangkutan dengan politik dan
ormas-ormas ini juga dibantu oleh pemerintah orde baru.

Anda mungkin juga menyukai