Anda di halaman 1dari 7

Peristiwa Pengkhianatan PKI danK esaktian Pancasila,(Bagian:

Pertama)
September 25, 202108225
Oleh: DRS. Miswar Pasai, MH, Ph.D
(Bagian: Pertama)
            Pasang-surut dan pasang-naik serta keberuntungan dan tidak beruntung  dalam
kehidupan manusia adalah sesatu keniscayaan akan terjadi pada diri manusia, baik
secara personal maupun secara berkelompok. Demikian pula, dengan roda kehidupan
manusia di dunia, selalu berputar. Terkadang berada di atas, dan terkadang berada di
bawah serta kemungkinannya berada di tengah. Itulah kehidupan, tak ada yang abadi,
tetapi selalu terjadi peruabahan.
Hal itu, dapat dipastikan dan dirasakan setiap orang yang hidup di dunia. Sebab, hidup
itu adalah aktiftas, dan tak ada kehidupan tanpa aktifitas. Tidak semua aktifitas dan apa
yang kita hadapi adalah sesuatu yang positif, tetapi adakalanya bermakna negatif.
Kendatipi ada hal positif dan negatif yang dirasakan oleh setiap orang, maka bagi
orang-orang yang menggunakan akal sehatnya, tidak akan menyerah dan mengeluh
ketika berhadapan dengan sesuatu dalam kehidupan mereka.

Setidaknya, sejak Indonesia merdeka, 17 Agustus 1945 hingga sekarang, sudah


pernah terjadi peristiwa pemberontakan Partai Komunis Indonesia (PKI) di Indonesia.
Tujuan kelompok tersebut, adalah untuk merebut kekuasaan dari pemerintaha yang
syah dan ingin menafikan Pancasila dari dasar negara Indonesia dan pandangan hidup
bangsa Indonesia dengan upaya mengganti dengan bentuk yang lain, yaitu ideologi
Komunisme. Hal itu, dapat dibuktikan dengan dua kali peristiwa pemberontakan yang
dilakukan oleh PKI dan antek-anteknya. Adapaun peristiwa pemberontakan PKI, adalah
peristiwa pemberontakan PKI yang pertama terjadi di Indonesia, yaitu  peristiwa
pemberontakan PKI yang terjadi yang berpusat  di Madiun, Jawa Tengah tahun 1948.

Selanjutnya, pemberontakan PKI yang kedua terjadi adalah terjadi di Jakarta pada
tahun 1965 di Jakarta. Peristiwa G30S PKI: Sejarah, Tujuan, Kronologi, dan Latar
Belakangnya Kristina, (30 September 2021). Peristiwa G30S PKI atau gerakan 30
September yang dilancarkan oleh Partai Komunis Indonesia (PKI) yang menjadi salah
satu sejarah pahit bagi pemerintah Indonesia pada waktu itu. Peristiwa ini terjadi tepat
hari ini (30/9/1965), atau sekitar 56 tahun silam. PKI merupakan salah satu partai tertua
dan terbesar di Indonesia. Partai ini mengakomodir kalangan intelektual, buruh, hingga
petani. Pada pemilu tahun 1955, PKI berhasil meraih 16,4 persen suara dan menempati
posisi keempat di bawah PNI, Masyumi, dan NU, sebagaimana dikutip dari situs
berita detikedu, (Kristina, 2021).
Sejarah berdirinya PKI tak lepas dari Indische Sociaal Democratische Vereeniging
(ISDV), partai kecil berhaluan kiri yang didirikan oleh tokoh Sosialis Belanda, Hendricus
Josephus Franciscus Marie Sneevliet atau dikenal dengan Henk Sneevliet. Sejarah
PKI, tujuan, tokoh, pemberontakan Madiun, dan Gerakan 30 September berkeingian
untuk mengganti ideologi bangsa Indonesia dari berdasarkan Pancasila dan UUD 1945
menjadi ideologi Komunisme. Seperti dikutip dari buku Sejarah untuk Kelas XII
okarangan Nana Supriatna menjelaskan bahwa, ISDV menyusup ke partai-partai lokal
baik besar maupun kecil, seperti Sarekat Islam (SI). Beberapa tokoh SI yang melejit
pada saat itu antara lain Semaoen dan Darsono, yang tak lain berperan penting dalam
pendirian PKI.

Pada tahun 1920-an, ISDV kemudian mengilhami lahirnya PKI dengan Semaoen
sebagai ketua dan Darsono menjadi wakilnya. Dalam buku Tan Malaka: Pergulatan
Menuju Republik 1897-1925 yang ditulis Harry A. Poeze, Tan Malaka sempat
mengusulkan PKI sebagai Partai Nasional Revolusioner Indonesia (PNRI). Namun,
nama yang diusulkannya ditolak oleh Semaoen.

Sejarah G30S PKI, Peristiwa G30S PKI terjadi pada tahun 1965 dan dimotori oleh Dipa
Nusantara Aidit atau DN Aidit, pemimpin terakhir PKI. Di bawah kendali DN Aidit,
perkembangan PKI semakin nyata walaupun diperoleh melalui sistem parlementer.
Sebagaimana dikutip dari buku Api Sejarah 2 oleh Ahmad Mansur Suryanegara,
menurut Arnold C. Brackman, DN Aidit mendukung konsep Khrushchev, yakni: “If
everything depends on the communist, we would follow the peaceful way (bila
segalanya bergantung pada komunis, kita harus mengikuti dengan cara perdamaian)”.
Pandangan itu, disebut bertentangan dengan konsep Mao Ze Dong dan Stalin yang
secara terbuka menyatakan bahwa, komunisme dikembangkan hanya dengan melalui
perang. G30S PKI terjadi pada malam hingga dini hari, tepat pada akhir tanggal 30
September dan masuk 1 Oktober 1965. Gerakan pemberontakan yang dilakukan oleh
PKI mengincar perwira tinggi TNI AD Indonesia. Tiga dari enam orang yang menjadi
target langsung dibunuh di kediamannya. Sedangkan lainnya diculik dan dibawa
menuju Lubang Buaya.
Keenam perwira tinggi yang menjadi korban G30S PKI antara lain Letnan Jenderal
Anumerta Ahmad Yani, Mayor Jenderal Raden Soeprapto, Mayor Jenderal Mas
Tirtodarmo Haryono, Mayor Jenderal Siswondo Parman, Brigadir Jenderal Donald Isaac
Panjaitan dan Brigadir Jenderal Sutoyo Siswomiharjo, seperti dikutip dari detikedu,
(Kristina, 2021)..
          Tujuan G30S PKI
Tujuan utama G-30S PKI adalah menggulingkan pemerintahan era Soekarno dan
mengganti negara Indonesia menjadi negara Komunis. Sebagaimana diketahui bahwa,
gerakan PKI di Indonesia saat itu, disebut memiliki lebih dari 3 juta anggota dan
membuatnya menjadi partai komunis terbesar ketiga di dunia, setelah RRC dan Uni
Soviet. Selain itu, sebagaimana dikutip dari buku Sejarah untuk SMK Kelas IX oleh
Prawoto, beberapa tujuan gerakan biadap yang pernah dilancarkan dan dilaksanakan
G30S PKI adalah sebagai berikut:

1). Menghancurkan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan menjadikannya


sebagai negara komunis. 2). Menyingkirkan TNI Angkatan Darat dan merebut
kekuasaan pemerintahan. 3). Mewujudkan cita-cita PKI, yakni menjadikan ideologi
komunis dalam membentuk sistem pemerintahan yang digunakan sebagai alat untuk
mewujudkan masyarakat komunis, 4). Mengganti ideologi Pancasila menjadi ideologi
komunis, 5. Kudeta yang dilakukan kepada Presiden Soekarno tak lepas dari rangkaian
kegiatan komunisme internasional,
Kronologi G30S PKI, Tindakan dan penyebarluasan ideologi komunis yang dilakukan
oleh PKI menimbulkan kecurigaan dari kelompok anti-komunis. Tindakan tersebut juga
mempertinggi persaingan antara elit politik nasional. Kecurigaan semakin mencuat dan
memunculkan desas-desus di masyarakat, terlebih menyangkut kesehatan Presiden
Soekarno dan Dewan Jenderal Angkatan Darat. Di tengah kecurigaan tersebut, Letnan
Kolonel Untung, Komandan Batalyon I Kawal Resimen Cakrabirawa, yakni pasukan
khusus pengawal Presiden, memimpin sekelompok pasukan dalam melakukan aksi
bersenjata di Jakarta.

Pasukan tersebut bergerak meninggalkan daerah Lubang Buaya. Peristiwa ini terjadi
pada tengah malam, pergantian hari Kamis, 30 September 1956 menuju hari Jumat, 1
Oktober 1965. Kenapa Disebut Lubang Buaya? Ini Sejarah Saksi Bisu Tragedi
G30S/PKI. Kudeta yang sebelumnya dinamakan Operasi Takari diubah menjadi
gerakan 30 September. Mereka menculik dan membunuh para perwira tinggi Angkatan
Darat. Aksi tentara tersebut pada tanggal 30 September berhasil menculik enam orang
perwira tinggi Angkatan Darat.

Enam Jenderal yang gugur dalam peristiwa G30S PKI antara lain Letnan Jenderal
Anumerta Ahmad Yani, Mayor Jenderal Raden Soeprapto, Mayor Jenderal Mas
Tirtodarmo Haryono, Mayor Jenderal Siswondo Parman, Brigadir Jenderal Donald Isaac
Panjaitan dan Brigadir Jenderal Sutoyo Siswomiharjo. Selan itu, gugur pula ajudan
Menhankam/Kasab Jenderal Nasution, Letnan Satu Pierre Andreas Tendean dan
pengawal Wakil Perdana Menteri II Dr. J. Leimena, Brigadir Polisi Satsuit Tubun.

Salah satu Jenderal yang berhasil selamat dari serangan PKI adalah AH Nasution.
Namun, putrinya yang bernama Ade Irma Suryani Nasution tidak bisa diselamatkan.
Sementara itu, G30S PKI di Yogyakarta yang dipimpin oleh Mayor Mulyono
menyebabkan gugurnya TNI Angkatan Darat, Kolonel Katamso dan Letnan Kolonel
Sugiyono. Kolonel Katamso merupakan Komandan Korem 072/Yogyakarta. Sedangkan
Letnan Kolonel Sugiyono merupakan Kepala Staf Korem. Keduanya diculik dan gugur
di Desa Kentungan, sebelah utara Yogyakarta.

Latar Belakang G30S PKI Secara umum, G30S PKI dilatarbelakangi oleh dominasi
ideologi Nasionalisme, Agama, dan Komunisme (NASAKOM) yang berlangsung sejak
era Demokrasi Terpimpin diterapkan, yakni tahun 1959-1965 di bawah kekuasaan
Presiden Soekarno. Beberapa hal lain yang menyebabkan mencuatkan gerakan yang
menewaskan para Jenderal ini adalah ketidakharmonisan hubungan anggota TNI dan
juga PKI. Pertentangan pun muncul di antara keduanya. Selain itu, desas desus
kesehatan Presiden Soekarno juga turut melatarbelakangi pemberontakan G30S PKI.

Itulah diantara sejarah G30S PKI yang terjadi di Indonesia. Setelah gerakan tersebut
berhasil ditumpas, muncul berbagai aksi dari kalangan masyarakat untuk membubarkan
PKI. Kendatipun, PKI sudah dibubarkan, namun kita mesti dan tetap waspada terhadap
bahaya laten PKI. Sebab, tidak ada jaminan bahwa, mereka tidak bergerak. Mereka,
patut diduga mereka para simpatisan PKI melakukan opersi senyap dan tetap
melakukan pergerakan di bawah tanah? Karena itu, kita bangsa Indonesia tidak boleh
melupakan pristiwa tragis yang memilukan itu. Sebab, yang namanya kebiadapan PKI,
tidak bisa ditolerir (diterima) oleh bangsa Indonesia. Sebab, sifat PKI memusuhi agama
dan tokoh-tokoh agama, dan bahkan anti dengan Pancasila. Karena itu, orang-orang
yang berfaham komunis tidak boleh tinggal dan hidup di Indonesia, karena ideologi
mereka tidak sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945.

              PKI Membunuh Umat Islam


Dalam peristiwa pemberontakan PKI di Madiun, mereka kelompok PKI berhasilan
menguasai Madiun disertai dengan penjarahan dan pembunuhan serta pembantaian
terhadap umat umat Islam. Karena itu, Setiap tanggal 30 September masyarakat
Indonesia teringat dengan peristiwa kelam dalam sejarah Indonesia, yang mana pada
saat itu terjadi pembantain yang dilakukan oleh Partai Komunis Indonesia (PKI). Mereka
bahkan tak segan-segan membantai para kiai dan ulama.

Didalam buku yang berjudul Gerakan 30 September Pemberontakan Partai Komunis


Indonesia Latar Belakang, Aksi, dan Penumpasannya menjelaskan bahwa PKI
merupakan gerakan sosial politik yang menjadi ancaman bagi negeri ini. Partai yang
menganut ideologi Marxisme-Komunisme ini ingin mengganti ideologi Pancasila.
Meletusnya peristiwa Madiun pada 18 September 1948 merupakan usaha ideologi
sosialis kiri untuk mewujudkan Negara Komunis Indonesia. Dengan berbagai aksi yang
dilancarkan kepada rakyat Madiun, kemudian gerak pendukung PKI berhasil menduduki
wilayah-wilayah di sekitar Madiun, seperti Magetan, Ponorogo, dan beberapa daerah
lainnya, seperti dikutip dari, (Republika, 2020)

Untuk melancarkan tujuannya menguasai keresidenan Madiun, PKI terus melakukan


pembunuhan-pembunuhan terhadap tokoh-tokoh penting. Bahkan, para ulama, santri,
dan para pemimpin partai Islam Indonesia di Masyumi ditangkap dan dibunuh.
Perlawanan pun dilakukan oleh umat Islam. Masyarakat yang tergabung dengan
Masyumi melawan gerakan PKI yang menyerang, menumpas orang-orang Islam serta
menjarah dan merampas perbendaharaan milik masyarakat setempat.

Menurut Sejarawan Agus Sunyoto, dalam Republika (2020)  menceritakan bahwa,


fakta-fakta bagaimana PKI melancarkan pemberontakannya. Ada ribuan nyawa umat
Islam termasuk para ulama NU menjadi korban dan simbol-simbol Islam dihancurkan.
Saat itu, keberhasilan PKI menguasai Madiun disertai dengan penjarahan,
penangkapan sewenag-wenang terhadap umat Islam. Bahkan mereka tidak segan
untuk menembak hingga masyarakat Madiun saat itu ketakutan.

Selanjutnya, menurut Agus Sunyoto, pada 1948 (2020), pimpinan Masyumi dan PNI
ketika itu ditangkap dan dibunuh. Pada masa itu, orang-orang dengan pakaian Warok
Ponorogo dengan senjata revolver menembak atau membunuh siapapun yang
dianggap musuh PKI. Tidak hanya itu, mayat-mayat juga banyak bergelimpangan di
jalanan. Bendera merah putih dirobek dan diganti dengan bendera merah berlambang
palu arit, bahkan potret Sukarno diganti dengan potret Muso, pemimpin PKI.

Tragedi Nasional Mengancam Keutuhan NKRI


 

Peristiwa Madiun 1948


Tragedi nasional pertama yang akan kita bahas ialah peristiwa PKI Madiun
1948. Bagaimana peristiwa tersebut, kita simak materi dibawah ini.
 
PKI Madiun ialah sebuah gerakan yang berusaha menggulingkan
pemerintahan yang sah yakni Republik Indonesia dan mengganti landasan
negara. Gerakan ini dipimpin oleh Amir Sjarifuddin dan Muso. Dimulai pada
pertengahan tahun 1948 dan berpusat di Madiun, Jawa Timur.

Amir Sjarifuddin dan Muso merupakan tokoh utama pemberontakkan PKI Madiun 1948
Nah, selanjutnya apa yang melatar-belakangi peristiwa tersebut?  Pertama,
ialah jatuhnya Kabinet Amir Sjarifuddin akibat ditanda-tanganinya perjanjian
Renville yang sangat merugikan Republik Indonesia. Setelah tidak lagi
menjadi Perdana Menteri, Amir membentuk Front Demokrasi Rakyat (FDR)
yang kemudian berkerjasama dengan organisasi berpaham kiri seperti Partai
Komunis Indonesia, Barisan Tani Indonesia (BTI), Pemuda Sosialis Indonesia
(Pesindo) dll. Kedua, kedekatan Amir Sjarifuddin dengan tokoh PKI Musodan
bercita-cita menyebarkan ajaran komunisme di Indonesia.
 
Ketiga, propaganda kekecewaan terhadap Perdana Mentri selanjutnya yakni
Kabinet Hatta akibat programnya untuk mengembalikan 100.000 tentara
menjadi rakyat biasa dengan alasan penghematan biaya.
Bagaimana pemberontakan tersebut berjalan? Pemberontakan PKI Madiun
diawali dengan melancarkan propaganda anti pemerintah dan pemogokan
kerja oleh kaum buruh. Selain itu pemberontakan juga dilakukan dengan
menculik dan membunuh beberapa tokoh negara. Seperti Penembakan
terhadap Kolonel Sutarto pada 2 Juli 1948, penculikan dan pembunuhan
terhadap Gubernur Jawa Timur pertama RM. Ario Soerjo yang kebetulan
berkunjung ke Ngawi dan kemudian dicegat oleh kelompok Amir pada 10
September 1948. Serta  penculikan dan pembunuhan kepada Dr. Moewardi
pada 13 September 1948 yang merupakan tokoh penting dalam peristiwa
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Puncak pemberontakan tersebut terjadi
pada 18 September 1948, saat pemberontak berhasil menguasai kota
Madiun dan mengumumkan lahirnya Republik Soviet Indonesia. Mereka pun
menguasai tempat strategis, melakukan sabotase, perusakan pembakaran
sarana dan prasarana, serta  melakukan pembunuhan terhadap orang-orang
yang anti PKI.

Tokoh nasional yang menjadi korban pemberontakkan PKI Madiun 1948


Lantas, bagaimana pemerintah mengatasi pemberontakan tersebut?
Pemerintah menyadari apa yang dilakukan PKI sangat membahayakan
negara. Oleh karena itu, dilakukan beberapa cara untuk mengakhiri
pemberontakan. Pertama, Soekarno memperlihatkan pengaruhnya dengan
meminta rakyat memilih Soekarno-Hatta atau Muso-Amir. Kedua, Panglima
Besar Sudirman memerintahkan Kolonel Gatot Subroto di Jawa Tengah dan
Kolonel Sungkono di Jawa Timur untuk menjalankan operasi penumpasan
dibantu para santri.

Pejuang mengamankan pelaku pemberontakkan Madiun 1948


Pada 30 September 1948, Madiun dapat diduduki lagi oleh RI. Beberapa
petinggi PKI melarikan diri ke Tionghoa dan Vietnam seperti D.N Aidit dan
Lukman. Muso tertembak dalam pertempuran kecil di Ponorogo. Amir
Sjarifuddin ditangkap dan ditembak mati.

Anda mungkin juga menyukai