Anda di halaman 1dari 3

PPKI

Latar Belakang (Anggun)

Pemberontakan G30S/PKI adalah keinginan PKI untuk merubah idiologi bangsa dan bentuk
negara Indonesia. PKI melalui kekuatan politiknya merasa khawatir dengan kesehatan Presiden
Soekarno yang memburuk dan menganggap usia Soekarno tidak akan lama lagi. Kesimpulan
tersebut didapatkan usai pingsannya Soekarno pada saat pidato bulan Agustus 1965. Hal ini
menyebabkan persaingan tajam antara PKI dan TNI yang bersebrangan politik.

Sejarah PKI (Yuniar)

Peristiwa G30S PKI terjadi pada tahun 1965 dan dimotori oleh Dipa Nusantara Aidit atau DN
Aidit, pemimpin terakhir PKI. Di bawah kendali DN Aidit, perkembangan PKI semakin nyata
walaupun diperoleh melalui sistem parlementer.Dikutip dari buku Api Sejarah 2 oleh Ahmad
Mansur Suryanegara, menurut Arnold C. Brackman, DN Aidit mendukung konsep Khrushchev,
yakni "If everything depends on the communist, we would follow the peaceful way (bila
segalanya bergantung pada komunis, kita harus mengikuti dengan cara perdamaian)."

Pandangan itu disebut bertentangan dengan konsep Mao Ze Dong dan Stalin yang secara
terbuka menyatakan bahwa komunisme dikembangkan hanya dengan melalui perang. G30S PKI
terjadi pada malam hingga dini hari, tepat pada akhir tanggal 30 September dan masuk 1
Oktober 1965. Gerakan pemberontakan yang dilakukan oleh PKI mengincar perwira tinggi TNI
AD Indonesia. Tiga dari enam orang yang menjadi target langsung dibunuh di kediamannya.
Sedangkan lainnya diculik dan dibawa menuju Lubang Buaya.

Tujuan PKI (Della)

Tujuan utama G30S PKI adalah menggulingkan pemerintahan era Soekarno dan mengganti
negara Indonesia menjadi negara komunis. Seperti diketahui, PKI disebut memiliki lebih dari 3
juta anggota dan membuatnya menjadi partai komunis terbesar ketiga di dunia, setelah RRC dan
Uni Soviet. Gerakan tersebut dipimpin langsung oleh DN Aidit yang saat itu adalah ketua dari PKI
atau Partai Komunis Indonesia.

Selain itu, beberapa tujuan G30S PKI adalah sebagai berikut:

1. Menghancurkan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan menjadikannya sebagai


negara komunis.

2. Menyingkirkan TNI Angkatan Darat dan merebut kekuasaan pemerintahan.

3. Mewujudkan cita-cita PKI, yakni menjadikan ideologi komunis dalam membentuk sistem
pemerintahan yang digunakan sebagai alat untuk mewujudkan masyarakat komunis.

4. Mengganti ideologi Pancasila menjadi ideologi komunis.

5. Kudeta yang dilakukan kepada Presiden Soekarno tak lepas dari rangkaian kegiatan
komunisme internasional.
Kronologi Pemberontakan (Rina)

Tindakan dan penyebarluasan ideologi komunis yang dilakukan oleh PKI menimbulkan
kecurigaan dari kelompok anti-komunis. Tindakan tersebut juga mempertinggi persaingan
antara elit politik nasional. Kecurigaan semakin mencuat dan memunculkan desas-desus di
masyarakat, terlebih menyangkut kesehatan Presiden Soekarno dan Dewan Jenderal Angkatan
Darat.

Di tengah kecurigaan tersebut, Letnan Kolonel Untung, Komandan Batalyon I Kawal Resimen
Cakrabirawa, yakni pasukan khusus pengawal Presiden, memimpin sekelompok pasukan dalam
melakukan aksi bersenjata di Jakarta. Pasukan tersebut bergerak meninggalkan daerah Lubang
Buaya. Peristiwa ini terjadi pada tengah malam, pergantian hari Kamis, 30 September 1956
menuju hari Jumat, 1 Oktober 1965. Tiga dari enam orang yang menjadi target langsung
dibunuh di kediamannya. Sedangkan lainnya diculik dan dibawa menuju Lubang Buaya. Keenam
perwira tinggi yang menjadi korban G30S PKI antara lain Letnan Jenderal Anumerta Ahmad Yani,
Mayor Jenderal Raden Soeprapto, Mayor Jenderal Mas Tirtodarmo Haryono, Mayor Jenderal
Siswondo Parman, Brigadir Jenderal Donald Isaac Panjaitan dan Brigadir Jenderal Sutoyo
Siswomiharjo.

(Zahwa) Sedangkan Panglima TNI yaitu AH Nasution yang menjadi sasaran utama berhasil kabur
dan meloloskan diri. Namun, putri dari AH Nasution yang bernama Ade Irma Nasution meninggal
dunia karena tertembak. Ia tewas bersama ajudannya yang bernama Lettu Pierre Andreas
Tendean yang diculik dan ditembak di Lubang Buaya. Keenam jenderal yang sudah disebutkan di
atas dan juga Lettu Pierre Tendean kini ditetapkan sebagai Pahlawan Revolusi. Sejak
diresmikannya UU Nomor 20 tahun 2009, gelar tersebut sudah diakui sebagai Pahlawan
Nasional.

Pasca Pemberontakan (Zahwa)

Setelah terjadinya tragedi G30S/PKI, Soekarno kemudian memerintahkan Mayor Jenderal


Soeharto untuk menghilangkan dan membersihkan semua unsur pemerintahan dari pengaruh
Partai Komunis Indonesia. Hal tersebut dilakukan atas desakan warga Indonesia karena
menganggap peristiwa tersebut sudah memberikan luka mendalam bagi merek. Setelah
diperintah Soekarno, Soeharto langsung bergerak dengan sigap. Setelah itu, PKI dinyatakan
sebagai penggerak dari adanya kudeta dan kemudian pada dalang dibelakangnya diburu dan
ditangkap. Termasuk juga DN Aidit yang sempat lari dan kabur ke Jawa Tengah.

(Imelda) Namun kemudian Ia berhasil ditangkap. Selain itu, anggota organisasi lain yang
dianggap sebagai simpatisan atau yang berkaitan dengan PKI juga ditangkap. Organisasi tersebut
antara lain CGMI, Lekra, Pemuda Rakyat, Gerakan Wanita Indonesia, Barisan Tani Indonesia, dan
lainnya. Berbagai macam kelompok masyarakat juga ikut menghancurkan markas PKi yang
berada di berbagai daerah. Mereka juga menyerang berbagai lembaga, kantor, toko, dan juga
universitas yang dianggap berkaitan dengan PKI.Di akhir tahun 1965, diperkirakan ada sekitar
500 ribu sampai satu juta angoya serta pendukung PKI yang diduga menjadi korban
pembunuhan. Sementara ratusan ribu lainnya diasingkan di dalam kamp konsentrasi.
Tokoh tokoh dari PKI

1. Dipa Nusantara Aidit

2. Syam Kamaruzaman

3. Letkol Untung syamsuri

Tokoh Jenderal yang terbunuh

1. Mayor Jenderal Sutoyo 6. Letnan Jenderal Siswondo Parman

2. Mayor Jenderal Donald Isaac Panjaitan 7. Kapten Corps zeni Pierra Andreas T

3. Letnan Jenderal Soeprapto 8. Brigadir Jenderal Katamso

4. Jenderal Ahmad Yani 9. Aipda Karel Satsuit Tubun

5. Letnan Jenderal Mas Tirtodarmo Hariyono 10. Kolonel Sugiono

Kesimpulan (Anngun)

Kesimpulan dari G30 S/PKI adalah perjuangan TNI dan rakyat Indonesia dalam menumpas
pemberontakan PKI merupakan usaha yang luar biasa dalam mempertahankan Pancasila
sebagai dasar negara Indonesia yang nilai-nilainya sangat cocok dengan keanekaragaman
bangsa Indonesia.

Hikmah yang dapat diambil dari peristiwa G30SPKI adalah pentingnya sikap mencintai tanah air,
menjunjung tinggi dasar negara, dan mengamalkan pancasila. Karena peristiwa tersebut dilatar
belakangi oleh keinginan untuk mengubah dasar negara.

Anda mungkin juga menyukai