Anda di halaman 1dari 11

PEMBERONTAKAN APRA

BY : KELOMPOK 3
Table of contents

01 Latar Belakang

02 Sebab Peristiwa

03 Peristiwa Terjadi

04 Akhir Peristiwa
01
Latar
Belakang
Latar Belakang Pemberontakan APRA
Latar Belakang Pemberontakan APRA
Latar belakang timbulnya pemberontakan
APRA adalah mulai dibubarkannya negara
bagian bentukan Belanda di Republik
Indonesia Serikat (RIS) yang bergabung
kembali ke Republik Indonesia. APRA tidak
menyetujui adanya rencana pembubaran
Republik Indonesia Serikat (RIS) melalui
hasil Konferensi Meja Bundar di Den Haag
tahun 1949.
02
Sebab
Peristiwa
Sebab Peristiwa
Penyebab pemeberontakan APRA
adalah keinginan Raymond Westerling
dan Sultan Hamid II untuk merebut
kekuasaan dan mempertahankan
negara federal Republik Indonesia
Serikat, seiring dengan dibubarkannya
negara-negara bagian bentukan
Belanda di RIS yang bergabung
Kembali ke Republik Indonesia. Selain
itu penyebab lainnya adalaha
kekecewaan mantan anggota tantara
KNIL yg khawatir pengaruh dan
kekuasaanya berkurang setelah
bergabung TNI
03

Peristiwa Terjadi
Peristiwa Terjadi
Target pemberontakan APRA adalah Jakarta dan Bandung. Jakarta
menjadi target sasaran sebab pada awal Januari 1950 sedang ramai
dilakukan Sidang Kabinet RIS untuk membahas kembalinya Indonesia ke
bentuk negara kesatuan.Kemudian, APRA juga menargetkan kota
Bandung karena situasi kota belum sepenuhnya dikuasai oleh pasukan
Sliwangi. Ditambah pula dengan basis kekuatan militer Belanda yang
kuat di Bandung.23 Januari 1950 pagi, pasukan yang menamakan diri
APRA bergerak dari Cimahi menuju pusat kota Bandung, utamanya ke
Markas Divisi Siliwangi di Jalan Oude Hospitaalweg (sekarang Jalan
Lembong). Sepanjang jalan menuju markas Divisi Siliwangi, pasukan
APRA menembaki tentara Siliwangi yang terlihat tak
bersenjata.Akhirnya, pertempuran tak seimbang 800 APRA melawan 100
tentara Siliwangi yang tersisa di markas terjadi. Pertempuran ini
menewaskan Letkol Adolf Lembong. Akhirnya, APRA menguasai markas
Siliwangi.
04
Akhir
Peristiwa
Akhir Persitiwa
Pada Januari 1950, Presiden RIS Sukarno menunjuk Hamid sebagai menteri negara
tanpa portofolio sekaligus koordinator tim perumusan lambang negara.Menteri tanpa
portofolio adalah menteri pemerintahan tanpa tanggung jawab spesifik atau tidak
mengepalai kementerian tertentu.Dalam sidang kabinet 10 Januari 1950, Hamid
membentuk Panitia Lencana Negara. Kemudian, diadakan sayembara pembuatan
lambang negara. Di sisi lain, Hamid menjalin mufakat dengan Westerling karena ingin
mempertahankan negara federal dan kecewa dengan jabatannya yang hanya sebagai
menteri tanpa portofolio.Menurut Buku Modul Sejarah Indonesia kelas XII oleh
Kemendikbud, Hamid mengakui telah memberi perintah kepada Westerling dan
Inspektur Polisi Frans Najoan untuk menyerang sidang Dewan Menteri RIS pada 24
Januari 1950.
Dalam penyerbuan itu, Hamid juga memerintahkan agar semua menteri ditangkap,
sedangkan Menteri Pertahanan Sultan Hamengku Buwono IX, Sekretaris Jenderal Ali
Budiardjo, dan Kepala Staf Angkatan Perang RIS (APRIS) Kolonel T.B. Simatupang
harus ditembak mati.Drs. Moh. Hatta turun langsung untuk berunding dengan
Komisaris Tinggi Belanda. Akhirnya, Mayor Jenderal Engels yang merupakan
Komandan Tinggi Belanda di Bandung mendesak Westerling untuk meninggalkan
Kota Bandung. Berkat hal itu, APRA pun berhasil dilumpuhkan oleh pasukan APRIS
TERIMA KASIH!

Anda mungkin juga menyukai