Pemberontakan APRA
(Makalah Seminar Sejarah XII MIPA 2)
2022/2023
A. Latar Belakang
APRA dibentuk dan dipimpin oleh mantan kapten KNIL (Koninklijk Nederlands Indisch
Leger) atau Tentara Hindia Belanda Raymond Westerling. Westerling
mempertahankan bentuk negara federal karena menolak Republik Indonesia Serikat
(RIS) yang terlalu Jawa-sentris di bawah Soekarno dan Hatta.
Terjadinya perang APRA ini didasari dengan adanya hasil keputusan dari Konferensi
Meja Bundar (KMB) pada Agustus 1949. Hasil dari KMB, yaitu Kerajaan Belanda
akan menarik pasukan KL dari Indonesia Tentara KNIL akan dibubarkan dan akan
dimasukkan ke dalam kesatuan-kesatuan TNI Keputusan ini lantas membuat para
tentara KNIL merasa khawatir akan mendapatkan hukuman serta dikucilkan dalam
kesatuan. Dari kejadian tersebut kemudian komandan dari kesatuan khusus Depot
Speciale Troopen (DST), Kapten Westerling, ditugaskan untuk mengumpulkan para
desertir dan anggota KNIL yang sudah dibubarkan. Sebanyak 8.000 pasukan berhasil
terkumpul. Selanjutnya, target utama dari operasinya adalah Jakarta dan Bandung.
Jakarta sendiri pada awal 1950 tengah sering melakukan sidang Kabinet RIS untuk
membahas kembali terbentuknya negara kesatuan. Sedangkan Bandung merupakan
kota yang belum sepenuhnya dikuasai oleh pasukan Siliwangi ditambah dengan
Bandung sudah lama menjadi basis kekuatan militer Belanda. Gerakan ini pun
kemudian mereka namai dengan Angkatan Perang Ratu Adil (APRA).
Nama Ratu Adil dalam gerakan APRA sudah lebih dulu disebut-sebut, karena
memiliki sebuah makna penting bagi masyarakat yang saat itu sedang dijajah. Ratu
Adil menjadi ideologi di Jawa Tengah dan Jawa Timur, menitikberatkan akan
datangnya juru selamat yang akan membawa kesejahteraan pada suatu masa.
Karena Ratu Adil sangat diyakini oleh masyarakat, Kapten Westerling pun
memanfaatkan nama tersebut guna menarik dukungan dalam melancarkan
rencananya. Pemberontakan Westerling memakai nama perang Ratu Adil karena
dengan nama Ratu Adil jadi didukung rakyat banyak.
B. Tujuan
C. Kronologis
Pada 5 Januari 1950, Westerling sudah mengirimkan surat ultimatum kepada RIS
yang berisi tuntutan agar RIS menghargai negara-negara bagian, terutama Pasundan.
Bahkan pemerintah RIS juga diminta untuk mengakui APRA sebagai tentara
Pasundan. Surat ultimatum ini tidak hanya meresahkan RIS saja, tetapi juga
beberapa pihak Belanda. Guna mencegah tindakan Westerling. Moh. Hatta
mengeluarkan perintah untuk melakukan penangkapan terhadap Westerling.
Jenderal Vreeden pun bersama Menteri Pertahanan Belanda yang merasa resah
dengan ultimatum ini kemudian menyusun rencana untuk mengevakuasi pasukan
RST tersebut.
Namun, upaya untuk mengevakuasi RST, gabungan baret merah dan baret hijau
sudah terlambat untuk dilakukan. Westerling sudah lebih dulu mendengar rencana
penangkapan tersebut, sehingga ia mempercepat pelaksanaan kudetanya.
Westerling dan anak buahnya menembak mati setiap anggota TNI yang mereka
temui di jalan. Sementara Westerling menyerang kota Bandung, anak buahnya,
Sersan Meijer menuju ke Jakarta untuk menangkap Presiden Soekarno dan
mengambil alih gedung-gedung pemerintahan. Sayangnya, karena pasukan KNIL dan
Tentara Islam Indonesia (TII) tidak muncul untuk membantu Westerling, serangannya
di Jakarta mengalami kegagalan.
1) Westerling
Westerling meyakini dirinya sebagai Ratu Adil yang diramalkan Jayabaya
berasal dari Turki, hingga tentara yang dibentuknya dinamai Angkatan
Perang Ratu Adil. Dia memerintahkan percobaan kudeta yang gagal
pemberontakan APRA di Bandung yang mencoba membunuh Sri Sultan
Hamengkubuwono IX / Menteri Pertahanan Keamanan, Sekjen Pertahanan
Keamanan Ali Budiardjo, dan Pejabat Kepala Staf Angkatan Perang Kolonel
TB Simatupang.
2) Sultan Hamid II
Pada tahun 1937, masih masa penjajahan Belanda, Sultan Hamid II lulus dari
KMA Belanda berpangkat Letnan pada Tentara Hindia Belanda. Setelah itu,
Sultan memasuki tentara KNIL Belanda dan berpangkat Letnan Dua.
Sebagai orang Indonesia pertama yang mempunyai pangkat tinggi dalam
militer, karirnya maju pesat. Namun, peristiwa APRA mencoreng perjalanan
hidup seorang yang seharusnya dikenang sebagai pahlawan. Sultan Hamid
terbukti bersalah dan menjadi dalang dalam peristiwa kudeta APRA yang
gagal di Bandung, penyerangan Divisi Siliwangi. Kudeta yang bertujuan
menjatuhkan pemerintahan Indonesia dan membunuh banyak tentara dan
sipil membuatnya ditangkap dan dimasukkan dalam penjara. Sultan Hamid
ditangkap beberapa bulan setelah kudeta gagal, 4 April 1950.
3) Anwar Tjokroaminoto
Anwar Tjokroaminoto adalah Perdana Menteri ketiga Negara Pasundan yang
ketiga sejak dibentuknya Indonesia menjadi negara serikat.Setelah diketahui
terlibat dalam pemberontakan APRA dan menjadi bagian dari KNIL yang
ketika perang kemerdekaan disebut tentara kompeni, Perdana Menteri
Tjokroaminoto ditangkap. Negara Pasundan selanjutnya resmi bergabung ke
Indonesia saat kembali menjadi negara kesatuan.
Nilai Kepercayaan/Amanah
Tidak adanya ampunan untuk orang Indonesia yang bekerja sama dengan
penjajah Belanda pada kala itu.
Nani. 2018. 5 Tokoh Pemberontakan APRA Yang Paling Dikenal Dalam Suatu
Wilayahnya. https://guruppkn.com/tokoh-pemberontakan-apra (diakses Minggu, 31
Juli 2022, 22.18)