Rumusan masalah
TUJUAN
Bebas dari tugas militer, Westerling justru membentuk gearakan dengan nama
Ratu Adil. Dengan nama ini gerakan Westerling semakin mendapat simpati rakyat.
Dalam waktu yang realtif singkat, ia telah berhasil mengumpulkan modal dan
pengikut sebanyak 8.000 orang termasuk para bekas pasukan Belanda.
Pemerintah RIS menganggap ultimatum itu sebagai sebuah kekonyolan. Oleh karena
itu, Westerling mulai berusaha merebut kekuasaan dengan kekerasan.
Target utama dari kebengisan Westerling adalah Jakarta dan Bandung. Setelah
menyusun rencana, APRA mulai bergerak di sekitar Cililin, di bawah pimpinan dua
orang Inspektur Polisi Belanda, van Beeklen dan van der Meula. Gerakan APRA yang
terdiri dari sekitar 8 0 0 orang di antaranya 3 0 0 anggota KNIL bersenjata lengkap
menyerang kota Bandung pada pagi hari tanggal 23 Januari 1950.
Walaupun satu hari sebelum serangan pimpinan Divisi Siliwangi telah mensinyalir
adanya suatu gerakan dari sekelompok orang bersenjata yang bergerak dari Cimahi
menuju kota Bandung, tetap saja Westerling berhasil memasuki kota itu. Keesokan
harinya APRA telah memasuki kota Bandung dan secara ganas membunuh setiap
anggota TNI yang dijumpai.
Supaya publik tertipu, Sultan Hamid II juga akan ditembak di tangan atau kakinya
agar orang mengira bahwa ia juga termasuk yang akan dibunuh Westerling. Sultan
Hamid II dijanjikan oleh Westerling akan dijadikan Menteri Pertahanan jika rencana
itu sukses.
Akan tetapi berkat kesigapan APRIS, usaha APRA di Jakarta juga menemui
kegagalan. Meskipun demikian Westerling dengan gerombolannya masih terus
mencoba untuk mencapai tujuannya. Tetapi usahanya tetap berujung pada
kegagalan.
Sementara itu, Westerling yang melihat indikasi kegagalan rencananya, memilih
melarikan diri dengan pesawat Catalina Angkatan Laut Belanda ke Singapura pada
2 2 Februari 1 9 5 0 . Di Singapura, Westerling justru ditahan polisi setempat dengan
tuduhan telah memasuki wilayah itu tanpa izin.
Sementara itu Sultan Hamid II yang ikut serta dalam rencana makar tersebut baru
tertangkap pada 5 April 1960.
Presiden Soekarno di depan Singan DPR RIS menyampaiakan pidato yang
menegaskan sikap pemerintah untuk menumpas pemberontakan Westerling.
Selanjutnya, ia mengingatkan pula agar rakyat, khususnya umat Islam agar tidak
terpancing dan masuk gerakan pemberontak.
Kegagalan gerakan APRA justru meningkatkan sikap anti- federal negara- negara
bagian RIS. Usaha untuk menyerahkan kekuasaan kepada pemerintah pusat RIS
semakin keras. Pada tanggal 30 Januari 1950, R. A. A Wiranatakusumah, Wakil
Negara Pasundan mengundurkan diri dan pada tanggal 8 Februari Perdana menteri
mengangkat Sewaka sebagai penggantinya dengan jabatan komisaris RIS di
Pasundan.
Gerakan unitarisme juga meluas ke daerah- daerah lain. Negara Jawa Timur yang
dibentuk oleh Belanda dalam Konferensi Bondowoso, akhirnya dibubarkan setelah
dididesak oleh rakyat. Selanjutnya, Gubernur Jawa Timur, Samadikoen, pada tanggal
2 7 Februari mengeluarkan suatu intruksi kepada segenap residen, bupati, walikota
serta aparat bawahannya dari bekas Negara Jawa Timur agar menyerahkan
pimpinan daerahnya masing- masing kepada pejabat Republik Indonesia yang telah
ditujuk sebelumnya.