Anda di halaman 1dari 13

Angkatan Perang Ratu Adil

&
Gerakan Andi Azis
Angkatan Perang Ratu Adil (APRA)
Apa itu APRA?

APRA adalah kelompok milisi pro-Belanda yang muncul di era Revolusi Nasional.

APRA dibentuk dan dipimpin oleh mantan kapten KNIL (Koninklijk Nederlands
Indisch Leger) atau Tentara Hindia Belanda, Raymond Westerling.
Latar Belakang
Terjadinya perang APRA ini didasari dengan adanya hasil keputusan dari Konferensi
Meja Bundar (KMB) pada Agustus 1949.

Hasil dari KMB, yaitu:

- Kerajaan Belanda akan menarik pasukan KL dari Indonesia


- Tentara KNIL akan dibubarkan dan akan dimasukkan ke dalam
kesatuan-kesatuan TNI

Keputusan ini lantas membuat para tentara KNIL merasa khawatir akan mendapatkan
hukuman serta dikucilkan dalam kesatuan.
Asal Muasal
Nama Ratu Adil dalam gerakan APRA sudah lebih dulu disebut-sebut, karena memiliki
sebuah makna penting bagi masyarakat yang saat itu sedang dijajah.

Ratu Adil menjadi ideologi di Jawa Tengah dan Jawa Timur, Menitikberatkan akan
datangnya juru selamat yang akan membawa kesejahteraan pada suatu masa.

Karena Ratu Adil sangat diyakini oleh masyarakat, Kapten Westerling pun
memanfaatkan nama tersebut guna menarik dukungan dalam melancarkan
rencananya.
Ultimatum
Pada 5 Januari 1950, Westerling sudah mengirimkan surat ultimatum kepada RIS yang
berisi tuntutan agar RIS menghargai negara-negara bagian, terutama Pasundan.
Bahkan pemerintah RIS juga diminta untuk mengakui APRA sebagai tentara
Pasundan.
Surat ultimatum ini tidak hanya meresahkan RIS saja, tetapi juga beberapa pihak
Belanda.
Guna mencegah tindakan Westerling, Moh. Hatta mengeluarkan perintah untuk
melakukan penangkapan terhadap Westerling.
Jenderal Vreeden pun bersama Menteri Pertahanan Belanda yang merasa resah dengan
ultimatum ini kemudian menyusun rencana untuk mengevakuasi pasukan RST
tersebut.
Kudeta
Upaya mengevakuasi RST, gabungan baret merah dan baret hijau sudah terlambat
untuk dilakukan.
Westerling sudah lebih dulu mendengar rencana penangkapan tersebut, sehingga ia
mempercepat pelaksanaan kudetanya.
Westerling dan anak buahnya menembak mati setiap anggota TNI yang mereka temui
di jalan.
Sementara Westerling menyerang kota Bandung, anak buahnya, Sersan Meijer menuju
ke Jakarta untuk menangkap Presiden Soekarno dan mengambil alih gedung-gedung
pemerintahan.
Kudeta
Sayangnya, karena pasukan KNIL dan Tentara Islam Indonesia (TII) tidak muncul
untuk membantu Westerling, serangannya di Jakarta mengalami kegagalan.

Setelah melakukan pembantaian di Bandung, seluruh pasukan RST kembali ke tempat


mereka masing-masing.

Meskipun sudah banyak korban jiwa, Westerling tetap tidak tinggal diam. Ia berniat
untuk mengulang kembali tindakannya tersebut.

Namun, upaya keduanya ini gagal, sehingga kudeta pun tidak berhasil dilakukan
Akhir Pemberontakan
Kegagalan kudeta yang dilakukan Westerling terhadap RIS menyebabkan adanya
demoralisasi anggota milisi terhadap Westerling dan ia terpaksa melarikan diri ke
Belanda.

Larinya Westerling ini kemudian membuat APRA berdiri sendiri tanpa adanya seorang
pemimpin yang kuat.

Oleh karena itu, APRA resmi tidak kembali berfungsi pada Februari 1950.
Gerakan Andi Aziz
Pemberontakan Andi Azis terjadi pada 5 April 1950 di Makassar.

Pemberontakan ini dipimpin oleh Kapten Andi Azis sendiri. Ia merupakan mantan
perwira KNIL dan baru diterima masuk ke dalam APRIS. Andi Azis bersama
gerombolannya ingin mempertahankan Negara Indonesia Timur.

Selain itu, hal ini juga dilatarbelakangi oleh penolakan masuknya anggota TNI ke
dalam bagian APRIS.
Mula Pemberontakan
Pada 5 April 1950 pukul 05.00, Andi Azis dan Pasukan Bebas dibantu dengan Pasukan
Belanda dan KNIL menyerang markas APRIS di Makassar.
Mereka juga menyandera sejumlah perwira APRIS, salah satunya Letkol Ahmad Yunus
Mokoginta.
Selain itu, Andi Azis dan pasukannya juga melakukan penyerangan serta menduduki
tempat-tempat vital di Makassar.
Baku tembak serta peperangan pun berkobar. Kota Makassar berada dalam kondisi
yang sangat menegangkan akibat perang yang sedang terjadi antara APRIS yang
dipimpin Andi Azis dengan KL-KNIL.
Penangkapan
Pada tanggal 8 April 1950, pemerintah mengeluarkan ultimatum yang memerintahkan
agar Andi Azis segera melaporkan diri dan mempertanggungjawabkan tindakannya ke
Jakarta dalam kurun waktu 4x24 jam.
Jika Andi Azis tidak segera melaksanakan ultimatum tersebut, maka Kapal Angkatan
Laut Hang Tuah akan membom Kota Makassar.
Namun, Andi Azis tidak goyah, ia tetap tidak menuruti perintah tersebut.
Sampai akhirnya, setelah batas waktu sudah terlewat, pemerintah mengirim pasukan di
bawah Kolonel Alex Kawilarang dan tanggal 15 April 1950, Andi Azis bersedia datang
ke Jakarta.
Dampak
Pemberontakan Andi Azis ini memberikan dampak yang cukup berpengaruh di
Indonesia, yaitu:

1. Penyerangan ke Markas Tentara Nasional Indonesia


2. Bergabungnya NIT dengan NKRI
3. Terbentuknya Pasukan Bebas
4. Penyerangan Markas Panglima Teritorium
Sekian, terima kasih.

Anda mungkin juga menyukai