Tokoh
Gerakan APRA dipimpin oleh Kapten Raymond Westerling, dan didalangi oleh Sultan Hamid II.
Gerakan APRA didalangi oleh kelompok kolonialis Belanda yang ingin mengamankan
kepentingan ekonominya di Indonesia.
Tujuan pemberontakan APRA adalah mempertahankan bentuk federal, berdirinya negara
federal, dan adanya tentara sendiri di setiap negara bagian.
Aksi Gerakan
Upaya Penumpasan
Tokoh
Pemberontakan Andi Azis dipelopori oleh Kapten Andi Azis, seorang Komandan Kompi APRIS
bekas KNIL.
Latar belakang pemberontakan Andi Azis adalah penolakan pemerintah RIS atas tuntutan
Andi Azis yang menginginkan agar APRIS dari unsur KNIL di Ujungpandang saja yang
bertanggung jawab atas keamanan NIT.
Penolakan terhadap kehadiran TNI ke Sulawesi Selatan.
Tujuan pemberontakan Andi Aziz adalah mempertahankan keberadaan Negara Indonesia
Timur.
Aksi Gerakan
Pada tanggal 5 April 1950, pasukan Andi Azis menduduki obyek-obyek penting seperti
lapangan terbang dan kantor Telkom.
Menawan pejabat panglima Tentara dan Teritorium Indonesia Timur, Letkol A.Y.
Mokoginta.
Upaya Penumpasan
Pada tanggal 8 April 1950, pemerintah memberi ultimatum agar dalam waktu 4 24 jam
Andi Azis menyerah. Namun Andi Azis tidak segera melapor.
Mengirim pasukan yang dipimpin Mayor Worang untuk menangkap Andi Azis.
Pada tanggal 26 April 1950, mengirimkan pasukan di bawah Kolonel A.E. Kawilarang
untuk menumpas habis pemberontakan Andi Azis yang dilakukan oleh pasukan KL dan
KNIL.
Tokoh
Pemberontakan Republik Maluku Selatan (RMS) didalangi oleh Mr. Dr. Christian Robert Steven
Soumokil, bekas Jaksa Agung NIT.
Aksi Gerakan
Upaya Penumpasan
Menggunakan jalan damai dengan mengirimkan utusan dr. Leimena, namun mengalami
kegagalan.
Menggelar operasi dan ekspedisi militer yaitu Gerakan Operasi Militer yang dipimpin
Kolonel Ale Kawilarang.
Dalam perebutan Benteng New Victoria, Letkol Slamet Riyadi gugur.
Pada tanggal 2 Desember 1963, Dr. Soumokil berhasil ditangkap dan diadili.