Anda di halaman 1dari 7

Sejarah pemberontakan Andi Azis di Makassar

1).Tempat dan tanggal peristiwa

Pemberontakan Andi Azis terjadi di Makassar, Ujung Pandang, Sulawesi selatan pada
tanggal 5 April 1950, di bawah pimpinan Kapten Andi Azis. Andi Azis seorang mantan perwira
KNIL yang baru saja diterima masuk ke dalam APRIS. Tujuan pemberontakan Andi Azis adalah
untuk mempertahankan keutuhan Negara Indonesia Timur (NIT). Sedangkan latar belakang
pemberontakan Andi Azis karena gerombolan yang dipimpinnya menolak masuknya pasukan
pasukan APRIS dari TNI.

2).Tokoh Utama

Peristiwa Pemberontakan Andi Azis di Makassar, Latar Belakang, Tujuan, Dampak –


Tokoh utama pada Pemberontakan kali ini adalah Andi Abdoel Azis. Andi Abdoel Azis atau
dikenal dengan sebutan Andi Azis lahir pada tangal 19 September 1924 di Simpangbinal,
Kabupaten Barru, Sulawesi Selatan. Pada tahun 1930-an Andi Azis dibawa ke Belanda oleh
seorang pensiunan Asisten Residen bangsa Belanda, dan pada tahun 1935 Andi memasuki Leger
School dan lulus dari sekolah tersebut tahun 1938. Setelah Andi Azis keluar dari sekolah yang
didudukinya, ia meneruskan perjalanannya ke Lyceum sampai tahun 1944. Di dalam hatinya,
Andi sebenarnya ingin memasuki sekolah kemiliteran di Belanda untuk menjadi seorang prajurit.
Akan tetapi niatnya untuk masuk ke dalam sekolah militer tidak terlaksana karena pecahnya
Perang Dunia ke II. Karena niat bulatnya untuk masuk kemiliteran,
akhirnya Andi Azis masuk ke Koninklijk Leger dan ia ditugaskan untuk masuk ke dalam tim
pasukan bawah tanah untuk melawan Tentara Penduduk Jerman (Nazi). Dari pasukan bawah
tanah kemudian ia dipindahkan ke garis belakang pertahananJerman, untuk melumpuhkan
pertahanan Jerman dari dalam. Karena semakin sempitnya kedudukan Sekutu di Eropa, maka
secara diam-diam Azis bersama para kelompoknya menyeberang ke daratan Inggris di mana
daerah tersebut adalah sebuah daerah yang paling aman dari serangan tentara Jerman, meskipun
pada tahun 1944 daerah tersebut sering di bom oleh pasukan udara tentara Jerman.
Di daratan Inggris, Andi Azis mengikuti latihan pasukan komando yang bertempat di sebuah
kamp sekitar 70 kilometer di luar London. Setelah sekian lama berlatih dikamp tersebut,
akhirnya Andi Azis lulus dari latihan komando tersebut dengan pujian sebagai seorang Prajurit
Komando. Seterusnya pada tahun 1945 (tahun di mana Negara Indonesia Merdeka), Andi Azis
mengikuti pendidikan Sekolah calon Bintara di Negara Inggris dan akhirnya ia menjadi Sersan
Kadet. Pada Bulan Agustus 1945 Andi Azis ditempatkan di dalam sebuah komando Perang
Sekutu di India, berpindah-pindah ke Colombo, dan tempat singgah terakhirnya di Calcutta.
Sama seperti Halim Perdana Kusuma, Andi Azis juga seorang Warga Negara Indonesia yang
turut serta dalam Perang Dunia ke II di front Barat Eropa. Setelah Jepang menyerah tanpa syarat
kepada sekutu, akhirnya Andi Azis diperbolehkan untuk memilih tugas dan mempertimbangkan
apakah ia akan masuk ke dalam satuan sekutu yang akan bertugas di Jepang atau memilih untuk
masuk ke dalam kelompok yang akan ditugaskan di gugus selatan Negara Indonesia. Setelah di
pikir-pikir bahwa sudah 11 tahun ia tidak jumpa dengan orang tuanya di Sulawesi Selatan,
akhirnya dengan tegas ia memutuskan untuk ikut satuan yang
akan bertugas di gugus selatan Indonesia, dengan harapan ia bisa bersatu kembali bersama orang
tuanya di Makassar. Pada tanggal 19 Januari 1946 kelompoknya mendarat di daratan pulau Jawa
(Jakarta), waktu itu Andi Azis menjabat sebagai komandan regu, dan kemudian di
tugaskan di Cilinding. Pada tahun 1947-an ia mendapatkan kesempatan libur/cuti panjang ke
Makassar dan mengakhiri dinas militer. Setelah Andi Azis tahu bahwa dia mendapatkan cuti
panjang, maka ia segera kembali lagi ke Jakarta dan mengikuti pendidikan kepolisian di
Menteng Pulo. Pada pertengahan tahun 1947, ia dipanggil lagi untuk masuk ke dalam satuan
KNIL dan diberi jabatan/pangkat Letnan Dua. Selanjutnya Andi Azis diangkat sebagai Ajudan
Senior Sukowati (Presiden NIT), dan setelah hampir satu setengah tahun ia menjabat sebagai
Ajudan, kemudian ia ditugaskan menjadi seorang instruktur pasukan SSOP di Bandung-Cimahi
pada tahun 1948. Setelah itu, ia dikirim lagi ke Makasar dan diangkat sebagai Komandan kompi
dengan pangkat Letnan Satu dan 125 anak buahnya (KNIL) yang sudah berpengalaman dan
kemudian masuk ke TNI (Tentara Nasional Indonesia). Di dalam barisan TNI (APRIS)
kemudian Andi Azis dinaikkan pangkatnya menjadi seorang kapten dan tetap memegang
kendali kompi yang dipimpinnya. Kompi tersebut tidak banyak mengalami perubahan
anggotanya. Anggota kompi yang dipimpinya itu bukanlah anggota sembarangan, mereka
memiliki kemampuan tempur di atas standar pasukan regular TNI dan Belanda. Pada saat itu di
daerah Bandung-Cimahi terdapat banyak prajurit Belanda yang sedang dilatih untuk persiapan
agresi militer Belanda II. Di tempat tersebut ada dua macam pasukan khusus Belanda yang
sedang dilatih. Di antara pasukan khusus itu adalah pasukan komando (Baret Hijau) dan
pasukan penerjun (Baret Merah). Sesuai dengan pengalamannya di front Eropa, kemungkinana
Andi Azis melatih para pasukan Komando tersebut dengan kemampuan yang di milikinya.

3. Latar Belakang Pemberontakan Andi Azis


Pemberontakan di bawah naungan Andi Azis ini terjadi di Makassar yang diawali
dengan adanya konflik di Sulawesi Selatan pada bulan April 1950. Kekacauan yang
berlangsung di Makassar ini terjadi karena adanya demonstrasi dari kelompok
masyarakat yang anti federal, mereka mendesak NIT supaya segera
menggabungkan diri dengan RI. Sementara itu di sisi lain terjadi sebuah konflik dari
kelompok yang mendukung terbentuknya Negara Federal. Keadaan tersebut menyebabkan
terjadinya kegaduhan dan ketegangan di masyarakat.
Untuk menjaga keamanan di lingkungan masyarakat, maka pada tanggal 5 April
1950 pemerintah mengutus pasukan TNI sebanyak satu Batalion dari Jawa untuk
mengamankan daerah tersebut. Namun kedatangan TNI ke daerah tersebut dinilai
mengancam kedudukan kelompok masyaraat pro-federal. Selanjutnya para
kelompok masyarakat pro-federal ini bergabung dan membentuk sebuah pasukan
“Pasukan Bebas” di bawah komando kapten Andi Azis. Ia menganggap bahwa
masalah keamanan di Sulawesi Selatan menjadi tanggung jawabnya.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa lata belakang pemberontakan Andi Azis adalah :
1. Menuntut bahwa keamanan di Negara Indonesia Timur hanya merupakan
tanggung jawab pasukan bekas KNIL saja.
2. Menentang campur tangan pasukan APRIS (Angkatan Perang Republik
Indonesia Serikat) terhadap konflik di Sulawesi Selatan.
3. Mempertahankan berdirinya Negara Indonesia Timur.
4. Dampak Pemberontakan Andi Aziz
Pada tanggal 5 April 1950, anggota pasukan Andi Azis menyerang markas Tentara
Nesional Indonesia (TNI) yang bertempat di Makassar, dan mereka pun berhasil menguasainya.
Bahkan, Letkol Mokoginta berhasil ditawan oleh pasukan Andi Azis. Akhirnya, Ir.P.D Diapri
(Perdana Mentri NIT) mengundurkan diri karena tidak setuju dengan apa yang sudah dilakukan
oleh Andi Azis dan ia digantikan oleh Ir. Putuhena yang pro-RI. Pada tanggal 21 April 1950,
Sukawati yang menjabat sebagai Wali Negara NIT mengumumkan bahwa NIT bersedia untuk
bergabung dengan NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia).

5. Upaya Penumpasan Pemberontakan Andi Aziz


Untuk menanggulangi pemberontakan yang di lakukan oleh Andi Azis, pada tanggal
8 April 1950 pemerintah memberikan perintah kepada Andi Azis bahwa setiap 4 x 24 Jam ia
harus melaporkan diri ke Jakarta untuk mempertanggungjawabkan perbuatan yang sudah ia
lakukan. Untuk pasukan yang terlibat dalam pemberontakan tersebut diperintahkan untuk
menyerahkan diri dan melepaskan semua tawanan. Pada waktu yang sama, dikirim pasukan yang
dipimpin oleh A.E. Kawilarang untuk melakukan operasi militer di Sulawesi Selatan.
Tanggal 15 April 1950, Andi Azis pergi ke Jakarta setelah didesak oleh Sukawati, Presiden dari
Negara NIT. Namun karena keterlambatannya untuk melapor, Andi Azis akhirnya ditangkap dan
diadili untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya, sedangkan untuk pasukan TNI yang
dipimpin oleh Mayor H. V Worang terus melanjutkan pendaratan di Sulawesi Selatan. Pada
tanggal 21 April 1950, pasukan ini berhasil menguasai Makassar tanpa adanya perlawanan dari
pihak pemberontak. Pada Tanggal 26 April 1950, anggota ekspedisi yang dipimpin oleh A.E
Kawilarang mendarat di daratan Sulawesi Selatan. Keamanan yang tercipta di Sulawesi
Selatanpun tidak berlangsung lama karena keberadaan anggota KL-KNIL yang sedang
menunggu peralihan pasukan APRIS keluar dari Makassar. Para anggota KL-KNIL
memprovokasi dan memancing emosi yang menimbulkan terjadinya bentrok antara pasukan KL-
KNIL dengan pasukan APRIS. Pertempuran antara pasukan APRIS dengan KL-KNIL
berlangsung pada Tanggal 8 Agustus 1950, pihak KL-KNIL meminta untuk berunding ketika
menyadari bahwa kedudukannya sudah tidak menguntungkan lagi untuk perperang dan
melawan serangan dari lawan. Perundingan tersebut akhirnya dilakukan oleh Kolonel A.E
Kawilarang dari pihak RI dan Mayor Jendral Scheffelaar dari pihak KLKNIL. Hasil perundingan
kedua belah pihakpun setuju untuk menghentikan baku tembak yang menyebabkan terjadinya
kegaduhan di daerah Makassar tersebut, dan dalam waktu dua hari pasukan KNIL harus
meninggalkan Makassar.

4. Meninggalnya Kapten Andi Azis

Pada tanggal 30 Januari 1984 seluruh keluarga dari Andi Azis diselimuti oleh duka
yang mendalam karena kepergian sang Kapten, Andi Abdoel Azis. Di usianya yang sudah
menginjak 61 Tahun, ia meninggal di Rumah Sakit Husada Jakarta karena serangan jantung yang
dideritanya. Andi Azis meninggalkan seorang Istri dan jenasahnya diterbangkan dari Jakarta Ke
Sulawesi Selatan, lalu dimakamkan di pemakaman keluarga Andi Djuanna Daeng Maliungan
yang bertempat di desa Tuwung, Kabupaten Barru, Sulawesi Selatan. Dalam suasana duka,
mantan Presiden RI, BJ. Habibie beserta istrinya Hasri Ainun, mantan Wakil Presiden RI, Try
Sutrisno dan para anggota perwira TNI turut berduka cita dan hadir dalam acara pemakaman
Andi Azis.
6. Hikmah di Balik Pemberontakan Andi Azis

Kapten Andi Abdoel Azis, ia adalah seorang pemberontak yang tidak pernah
menyakiti dan membunuh orang untuk kepentingan pribadinya. Ia hanyalah korban propaganda
dari Belanda, karena kebutaannya terhadap dunia politik. Andi Azis adalah seorang militer sejati
yang mencoba untuk mempertahankan kesatuan Negara Republik Indonesia pada masa itu, dan
dalam kesehariannya, seorang Andi Azis cukup dipandang dan dihargai oleh masyarakat suku
Bugis Makassar yang bertempat tinggal di Tanjung Priok, Jakarta. Disanalah Andi Azis diakui
sebagai salah satu sesepuh yang selalu dimintai nasehat oleh para penduduk tentang
bagaimana cara menjadikan suku Bugis Makassar supaya tetap dalam keadaan rukun dan
sejahtera. Andi Azis dikenal juga sebagai orang yang murah hati dan suka menolong. Ia selalu
berpesan kepada anak-anak angkatnya bahwa “Siapapun boleh dibawa masuk ke
dalam rumahnya kecuali 3 jenis manusia yaitu pemabuk, penjudi, dan pemain
perempuan. Seorang Andi Azis patut kita jadikan sebagai bahan pembelajaran bahwa kita
selama hidup di dunia ini jangan terlalu percaya sama apa yang orang lain katakan,
percayalah kepada hati nurani, jangan terlalu percaya sama orang lain karena orang
itu belum tentu bisa mengajak kita ke jalan yang benar dan mungkin malah
mengajak kita untuk berbuat salah. Maka dari itu, alangkah lebih baiknya kita harus
berwaspada dan berhati-hati dalam mempercayai orang lain.
Lampiran
Peristiwa Pemberontakan Andi Azis

Disusun oleh
Kelompok 3
Nama:
Destiana Azizah
Fuja Meilta Suci
Intan Milawati
Nadia Hildawati

Kelas : XII IPA 5

SMA Negeri 1 Kandangan

Anda mungkin juga menyukai