SEJARAH WAJIB
D
I
S
U
S
U
N
Oleh:
Nama : ROFI ALFARABI
Kelas : XII IPS 1
B. Demokrasi Liberal
C. Demokrasi Terpimpin
D. Orde Baru
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala nikmatnya sehingga penulis
dapat menyusun makalah tentang “Peran Sejarah dalam Membangkitkan Semangat
Nasionalisme” dengan sebaik-baiknya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk meningkatkan kesadaran
anak bangsa dalam mempelajari sejarah Indonesia dan meningkatkan rasa
nasionalisme sehingga mereka mampu melanjutkan cita-cita para pahlawan pendiri
bangsa.
Saya ucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu, memfasilitasi,
memberi masukan, dan mendukung penulisan makalah ini sehingga selesai tepat pada
waktunya. Semoga dibalas oleh Allah SWT dengan ganjaran yang berlimpah.
Meski penulis telah menyusun makalah ini dengan maksimal, tidak menutup
kemungkinan masih banyak kekurangan. Oleh karena itu sangat diharapkan kritik dan
saran yang konstruktif dari pembaca sekalian.
Akhir kata, saya berharap makalah ini dapat menambah referensi keilmuan
masyarakat.
1) Andi Aziz
• Sejarah Hidup
Andi Abdul Azis (19 September 1924 – 11 Januari 1984) adalah
seorang tokoh militer Indonesia yang dikenal karena keterlibatannya dalam
Peristiwa Andi Azis.
Andi Azis lahir dari keluarga keturunan Bugis di Sulawesi Selatan. Pada awal
tahun 1930-an Andi Azis kemudian dibawa seorang pensiunan Asisten
Residen bangsa Belanda ke Belanda. Pada tahun 1935 ia memasuki Leger
School dan tamat tahun 1938 lalu meneruskan ke Lyceum sampai tahun 1944.
Sebenarnya Andi Azis sangat berhasrat untuk memasuki sekolah militer di
negeri Belanda untuk menjadi seorang prajurit tetapi niat itu tidak terlaksana
karena pecah Perang Dunia II. Kemudian Andi Azis memasuki Koninklijk
Leger dan bertugas sebagai tim pertempuran bawah tanah melawan Tentara
Pendudukan Jerman (Nazi). Dari pasukan bawah tanah kemudian Andi Azis
dipindahkan kebelakang garis pertahanan Jerman, untuk melumpuhkan
pertahanan Jerman dari dalam. Karena di Eropa kedudukan sekutu semakin
terjepit, maka secara diam-diam Andi Azis dengan kelompoknya
menyeberang ke Inggris, daerah paling aman dari Jerman — walaupun
sebelum 1944 sering mendapat kiriman bom Jerman dari udara.
• Karier
Di Inggris, ia mengikuti latihan pasukan komando di sebuah Kamp
sekitar 70 kilometer di luar London. Andi Azis lulus dengan pujian sebagai
prajurit komando. Selanjutnya pada tahun 1945 ia mengikuti pendidikan
Sekolah calon Bintara di Inggris dan menjadi sersan kadet. Pada bulan
Agustus 1945, karena SEAC sedang dalam usaha mengalahkan Jepang di front
timur, mereka memerlukan anggota tentara yang dapat berbahasa Indonesia,
maka Andi Abdul Azis kemudian ditempatkan di komando Perang Sekutu di
India, berpindah-pindah ke Colombo dan akhirnya ke Calcutta dengan pangkat
Sersan. Seperti Halim Perdana Kusuma, Andi Azis juga orang Indonesia yang
ikut serta dalam perang Dunia II di front Barat Eropa.
Setelah Jepang menyerah tanpa syarat pada sekutu, Andi Azis diperbolehkan
memilih tugas apakah yang akan diikutinya, apakah ikut satuan-satuan sekutu
yang akan bertugas di Jepang atau yang akan bertugas di gugus selatan
(Indonesia). Dengan pertimbangan bahwa telah 11 tahun tidak bertemu orang
tuanya di Sulawesi Selatan, akhirnya ia memilih bertugas ke Indonesia,
dengan harapan dapat kembali dengan orang tuanya di Makassar.
• Kembali ke Indonesia
Pada tanggal 19 Januari 1946 satuannya mendarat di Jawa (Jakarta),
waktu itu ia menjabat komandan regu, kemudian bertugas di Cilincing. Pada
tahun 1947 mendapat kesempatan cuti panjang ke Makassar dan mengakhiri
dinas militer. Setelah itu ia kembali lagi ke Jakarta dan mengikuti pendidikan
kepolisian di Menteng Pulo, pertengahan 1947 ia dipanggil lagi masuk KNIL
dan diberi pangkat Letnan Dua.
Pasukan dari kompi yang dipimpinnya itu bukan pasukan sembarangan karena
Kemampuan tempur pasukan itu diatas standar pasukan reguler Belanda dan
juga TNI. Pada saat itu daerah Cimahi adalah daerah dimana banyak prajurit
Belanda dilatih untuk persiapan agresi militer Belanda II. Ditempat ini
setidaknya ada dua macam pasukan khusus Belanda dilatih: pasukan
Komando (baret hijau); pasukan penerjun (baret merah). Andi Azis
kemungkinan melatih pasukan komando—sesuai pengalamannnya di front
Eropa.
• Pemberontakan APRIS
Pasukan Andi Azis ini akhirnya menjadi salah satu punggung pasukan
pemberontak APRIS selama bulan April sampai Agustus di Makassar —
disamping pasukan Belanda lain yang desersi dan tidak terkendali. Seperti
yang terjadi dalam pemberontakan APRA Westerling yang terlalu
mengandalkan pasukan khusus Belanda Regiment Speciale Troepen — yang
pernah dilatih Westerling — maka dalam pemberontakan Andi Azis hampir
semua unsur pasukan Belanda terlibat terutama KNIL non pasukan komando.
Dari hasil pemeriksaan Aziz dalam sidang militer yang digelar tiga tahun
kemudian (1953), saksi mantan Presiden NIT Sukawati dan Let.Kol
Mokoginta tidak banyak meringankan terdakwa yang pada ahirnya dihukum
penjara selama 14 tahun. Dalam persidangan tersebut terdakwa mengaku
bersalah, tidak akan naik appel tetapi merencanakan minta grasi kepada
Presiden. Pemberontakan yang dipimpin Andi Azis, mantan perwira
Koninklijke Nederlandsch-Indische Leger (KNIL), berlangsung mulai 5-15
April 1950.
• Dampak Pemberontakan
Pada 5 April 1950, aksi pemberontakan Andi Azis yang sudah disusun
sedemikian rupa bersama para mantan KNIL lainnya. Mereka saat itu
menyerang sektor penting militer bagian Indonesia Timur. Bahkan, Letnan
Kolonel A.J. Mokognita sebagai Panglima Teritorium Indonesia Timur
ditangkap oleh Andi Azis, bawahannya, dan para polisi Makassar.
Pada 8 April 1950, pemerintah Indonesia menitahkan Andi Azis untuk
tanggung jawab dan melaporkan kelakuannya ke Jakarta dalam waktu 4 hari.
Selain itu, ia juga diperintah untuk mencopot para tentaranya di Makassar,
melepaskan tahanan, serta menyerahkan segala persenjataan, ia berhasil
ditangkap pada 15 April 1950. Sedangkan, Sukowati yang tadinya
direncanakan sebagai presiden NIT resmi menyerahkan wilayahnya kepada
NKRI.
Masa pemberontakan Andi Azis dianggap telah usai ketika itu. Akan tetapi,
dampak yang ditimbulkan tidak dapat hilang begitu saja, terlebih lagi Belanda
masih berusaha mengorek kekuasaan di sana. Pada 15 Mei 1950, terjadi lagi
pemberontakan fase kedua, kendati Andi Azis tidak ada. APRIS yang sudah
berada di sana saling berseteru dengan KNIL yang terhasut pihak Belanda.
Berkat bantuan rakyat dan aksi gerilyanya, APRIS berhasil menaklukkan
pergerakan kedua ini tepat pada 19 Mei 1950.
PRRI berawal dari tuntutan tokoh militer dan sipil Sumatra Tengah mengenai
otonomi daerah dan desentralisasi. Ahmad Husein mendeklarasikan PRRI
pada 15 Februari 1958 setelah merasa pemerintah tidak proaktif menanggapi
tuntutan tersebut. Pemerintah pusat melihat PRRI sebagai sebuah gerakan
separatisme dan menumpasnya dengan pengerahan kekuatan militer terbesar
yang pernah tercatat dalam sejarah militer Indonesia.
• Latar belakang
Pascakemerdekaan, kondisi pemerintahan belum stabil. Kesejahteraan
dan pembangunan di awal kemerdekaan masih sangat sulit. Kesenjangan
pembangunan di Pulau Jawa dan pulau-pulau lainnya memicu sentimen bahwa
daerah “dianaktirikan”. Sentimen ini kemudian melahirkan upaya-upaya
revolusi di daerah. Pada Agustus dan September 1956 beberapa tokoh dari
Sumatera Tengah mengadakan rapat dan pertemuan di Jakarta. Pertemuan itu
dilanjutkan dengan reuni 612 perwira aktif dan pensiunan Divisi Banteng pada
20-25 November 1956 di Padang. Divisi IX Banteng adalah komando militer
Angkatan Perang Republik Indonesia (APRI) yang dibentuk pada masa perang
kemerdekaan (1945-1950) dengan wilayah Sumatera Tengah (Sumatra Barat,
Riau, Jambi dan Kepulauan Riau).
Dalam reuni itu muncul aspirasi otonomi untuk memajukan daerah. Disetujui
pula pembentukan Dewan Banteng yang dipimpin oleh Letkol Ahmad Husein,
komandan Resimen IV dan tetorium I yang berkedudukan di Padang. Pada
tanggal 20 Desember 1956, Letkol Ahmad Husein merebut kekuasaan
Pemerintah Daerah dari Gubernur Ruslan Muljohardjo. Dalihnya gubernur
yang ditunjuk pemerintah tidak berhasil menjalankan pembangunan daerah.
Letkol Ahmad Husein mengklaim Pemerintahan Revolusioner Republik
Indonesia (PRRI) terbentuk sejak 15 Februari 1958.
• Tuntutan
PRRI mengajukan tiga tuntutan kepada pemerintah pusat, yaitu:
- Kabinet Djuanda
- Mohammad Hatta dan Sultan Hamengkubuwono IX membentuk
pemerintahan sementara sampai pemilihan umum berikutnya akan
dilaksanakan
- Soekarno kembali pada posisi konstitusionalnya.
Tuntutan lain yang juga diajukan oleh PRRI yaitu terkait dengan masalah
otonomi daerah dan perimbangan ekonomi atau keuangan yang terjadi antara
pemerintah pusat dan daerah.
Pemerintah pusat dianggap tidak adil kepada para warga sipil dan militer soal
pemerataan dana pembangunan. Sehingga mereka menuntut agar pemerintah
bisa bertindak lebih adil, khususnya pada pemerataan dana pembangunan di
daerah.
• Anggota
Para anggota yang menjadi pelopor gerakan PRRI, yakni:
~ Kolonel Ahmad Husein
~ Sjafruddin Prawiranegara
~ Mr. Assaat Dt. Mudo
~ Maluddin Simbolon
~ Prof. Dr. Soemitro Djojohadikoesoemo
~ Moh. Sjafei
~ J.F. Warouw
~ Saladin Sarumpaet
~ Muchtar Lintang
~ Saleh Lahade
~ Ayah Gani Usman
~ Dahlan Djambek
• Operasi Militer
Semenjak adanya gerakan Pemerintahan Revolusi Republik Indonesia,
pemerintah pusat menganggap gerakan tersebut harus segera dituntaskan
dengan gencatan senjata. Pemerintah pun melakukan operasi gabungan yang
terdiri dari Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan Angkatan Udara Angkatan
Perang RI (APRI) untuk menumpas gerakan PRRI. Berikut operasi yang
pernah dilancarkan:
~ Operasi Tegas dengan Sasaran Riau dimulai pada tanggal 12 Maret 1958
dipimpin oleh Let. Kol. Kaharuddin Nasution.
~ Operasi 17 Agustus di bawah pimpinan Kolonel Inf. Ahmad Yani dimulai
pada tanggal 17 Agustus 1958 dibawah pimpinan Kolonel Achmad Yani.
~ Operasi Merdeka di bawah pimpinan Letkol Inf. Rukmito Hendraningrat
terdiri dari:
~ Operasi Sapta Marga I, di Sulawesi Tengah dipimpin oleh Letkol
Sumarsono.
~ Operasi Sapta Marga II, di wilayah Gorontalo dipimpin oleh Mayor Agus
Prasmono.
~ Operasi Sapta Marga III, di kepulauan Sangir-Talaud dan Manado dipimpin
oleh Letnan Kolonel Magenda.
~ Operasi Sapta Marga IV, di Manado dipimpin oleh Letkol Rukminto.
~ Operasi Merdeka adalah gerakan operasi militer yang dilakukan untuk
menumpas Permesta di Sulawesi Utara/Tengah.
• Dampak
Peristiwa Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia (PRRI)
merupakan salah satu gerakan yang menimbulkan dampak negatif terhadap
keberlangsungan hidup negara Indonesia.
Akibat dari kerusuhan yang berlangsung pada 1958-1960 ini, beberapa SMA,
SMP, serta universitas juga turut ditutup, salah satunya Universitas Andalas
yang baru berjalan selama dua tahun juga harus terpaksa ditutup sebab hampir
semua dosen dan mahasiswanya ikut terlibat dalam PRRI.
• Latar Belakang
Maluku merupakan salah satu kota yang pada saat itu terkenal akan
kekayaan rempah-rempahnya, sebab itu Maluku dijuluki sebagai Kepulauan
Rempah. Rakyat Maluku pun berdagang tidak hanya dengan pedagang
Nusantara saja, tetapi juga mancanegara, seperti Tionghoa, Arab, dan Eropa.
Kekayaan Maluku akan rempahnya ini kemudian menjadi daya tarik bagi
bangsa Eropa yang akhirnya menguasai Maluku.
Maluku sendiri dinyatakan sebagai salah satu provinsi Republik Indonesia dua
hari setelah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia dikumandangkan.
• Konflik
Setelah RMS diproklamasikan, muncul pemberitaan tentang KNIL dari
Belanda yang dianggap melindungi para proklamator Maluku Selatan.
Keterlibatan KNIL ini kemudian memicu kecurigaan pihak Indonesia terkait
campur tangan Belanda dalam pendirian RMS.
Operasi ini dipimpin oleh Komandan Mayor Pellupessy. Para pasukan APRIS
mendarat di Pulau Buru, Kai, Aru, dan Seram di Maluku Selatan. Salah satu
titik pertahanan paling baik yang dimiliki RMS adalah Pulau Ambon,
sehingga pasukan APRIS juga mendarat di sana dan kemudian dibagi tiga
kelompok. Ketiga kelompok tersebut kemudian disebar menuju wilayah
Maluku Selatan, terutama yang dikuasai oleh kelompok RMS.
• Akhir
Setelah kelompok tersebut tersebar di wilayah kekuasaan RMS, pasukan
APRIS pun secara perlahan mulai dapat menguasai wilayah-wilayah tersebut.
Beberapa wilayah di Ambon juga dapat direbut kembali oleh APRIS.
Dikuasainya wilayah RMS ini kemudian diikuti dengan penangkapan Presiden
pertama RMS, JH Manuhutu dan Perdana Menteri RMS Wairissal, beserta
sembilan menteri lainnya.
Mereka semua dijatuhi hukuman penjara selama tiga sampai lima setengah
tahun. Untuk menghindari terulangnya kejadian pemberontakan RMS,
pemerintah RI mengambil tindakan tegas dengan memberikan hukuman mati
terhadap sisa-sisa gerombolan RMS.
4) DI/TII Kartosoewirjo
Gerakan Darul Islam (DI) merupakan gerakan politik yang terjadi pada awal
tahun 1948. Gerakan ini mempunyai pasukan yang disebut Tentara Islam
Indonesia (TII), sehingga pemberontakan ini sering disebut dengan DI/TII,
gerakan DI/TII memiliki tujuan mendirikan Negara Islam Indonesia.
Pemberontakan DI/TII merupakan salah satu pemberontakan tersulit yang
pernah dihadapi Indonesia. Sebab, pemberontakan ini menyebar di berbagai
wilayah Indonesia dari Jawa, Sumatra, Sulawesi maupun Kalimantan.
B. Demokrasi Liberal
D. Kemacetan Konstituante
Pemilihan umum tahap II pada tanggal 15 Desember 1955 mengantar
terbentuknya Dewan Konstituante yang bertugas menyusun Undang Undang
Dasar. Namun, antara kurun waktu 1956-1959, Dewan Konstituante belum
berhasil merumuskan Undang-Undang Dasar tersebut. Ketidak berhasilan
Konstituante menyusun UUD baru dan kehidupan politik yang tidak stabil
menimbulkan kekecewaan bagi masyarakat Indonesia.
Pada tanggal 22 April 1959, Presiden Soekarno berpidato di depan sidang
Konstituante yang menganjurkan agar Konstituante menetapkan UUD 1945
menjadi UUD Republik Indonesia. Konstituante kemudian mengadakan
sidang untuk membahas usulan tersebut dan diadakan pemungutan suara untuk
menyelesaikan masalah tersebut. Pemungutan suara tidak memenuhi kuorum.
Banyak anggota Dewan Konstituante yang tidak hadir. Kemudian diadakan
pemungutan suara yang kedua pada tanggal 2 Juni 1959. Pemungutan suara
kedua juga tidak memenuhi kuorum. Dengan demikian, terjadi lagi kemacetan
dalam Konstituante. Pada tanggal 3 Juni 1959 para anggota dewan
mengadakan reses atau istirahat bersidang. Ternyata reses ini tidak hanya
sementara waktu tetapi untuk selamanya. Artinya, Dewan Konstituante
membubarkan diri.
Oleh karena itu, Presiden Soekarno pada tanggal 5 Juli 1959 mengeluarkan
keputusan (dekrit). Keputusan itu dikenal dengan nama Dekrit Presiden 5 Juli
1959. Isi dekrit ini adalah sebagai berikut:
1. Pembubaran Konstituante
2. Berlakunya kembali UUD 1945 dan tidak berlakunya UUDS 1950
3. Pembentukan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS) dan
Dewan Penasihat Agung (DPA).
1. Gunting Syafruddin
Kebijakan ini merupakan pemotongan nilai uang. Caranya dengan memotong
uang yang bernilai Rp2,50 ke atas hingga nilainya menjadi setengah.
Kebijakan ini dikeluarkan pada tanggal 20 Maret 1950 oleh Menteri Keuangan
saat itu, Syafruddin Prawiranegara.
Kebijakan ini dilakukan dengan cara menggunting uang kertas menjadi dua
bagian, bagian kanan dan bagian kiri. Guntingan uang kertas bagian kiri tetap
merupakan alat pembayaran yang sah dengan nilai separuh dari nilai nominal
yang tertera, sedangkan guntingan uang kertas bagian kanan ditukarkan
dengan surat obligasi pemerintah yang dapat dicairkan beberapa tahun
kemudian. Kebijakan ini dilakukan pemerintah guna mengurangi jumlah uang
beredar di masyarakat dan menambah kas negara.
2. Gerakan Benteng
Sistem ekonomi gerakan benteng bertujuan untuk mengubah struktur ekonomi
kolonial menjadi struktur ekonomi nasional. Program ini dicetuskan oleh Dr.
Sumitro Djojohadikusumo, seorang ahli ekonomi Indonesia, yang dituangkan
dalam program kerja Kabinet Natsir. Bertujuan untuk melindungi para
pengusaha dalam negeri dengan cara memberikan bantuan berupa kredit dan
bimbingan konkret. Sekitar 700 pengusaha dalam negeri telah mendapat
bantuan kredit dari pemerintah. Namun, program ini tidak berjalan dengan
baik karena kebiasaan konsumtif yang dimiliki oleh pengusaha dalam negeri.
Banyak yang menggunakan dana kredit tersebut untuk memenuhi kepentingan
pribadinya.
3. Sistem Ekonomi Ali Baba
Sistem ekonomi Ali Baba diprakarsai oleh Mr. Iskaq Tjokrohadisurjo menteri
ekonomi pada masa Kabinet Ali I. Kabinet ini fokus pada kebijakan Indonesia
dan mengutamakan kaum pribumi. Kata “Ali” mewakili pengusaha pribumi
dan “Baba” mewakili pengusaha Tionghoa. Program ini berisi pemberian
kredit dan lisensi pemerintah untuk pengusaha swasta nasional pribumi agar
dapat bersaing dengan pengusaha nonpribumi. Namun, program ini gagal
karena pengusaha pribumi masih miskin dibandingkan pengusaha nonpribumi.
C. Demokrasi Terpimpin
a. Perkembangan Politik
Kehidupan politik pada masa demokrasi terpimpin dilatarbelakangi pula oleh
belum pernah mencapai kestabilan secara nasional pada masa Demokrasi
Parlementer. Persaingan partai-partai politik yang menyebabkan pergantian
kabinet terus terjadi. Selain itu, Dewan Konstituante hasil pemilu tahun 1955
ternyata tidak berhasil melaksanakan tugasnya menyusun UUD baru bagi
Republik Indonesia.
Pada masa Demokrasi Terpimpin, kekuatan politik terpusat pada tiga kekuatan
politik terbesar, yakni Presiden Soekarno, Partai Komunis Indonesia (PKI),
dan TNI Angkatan Darat. Berbeda dengan masa sebelumnya, pada masa
Demokrasi terpimpin partai politik tidak mempunyai peran besar lagi dalam
pentas politik nasional. Sampai dengan tahun 1961, hanya ada 10 partai politik
yang diakui oleh pemerintah, yaitu:
~ PNI,
~ NU,
~ PKI,
~ Partai Katolik,
~ Partai Indonesia,
~ Murba,
~ PSII,
~ IPKI,
~ Partai Kristen Indonesia (Parkindo), dan
~ Persatuan Tarbiyah Islam (Perti).
• Politik Mercusuar
Politik Mercusuar merupakan politik yang dijalankan oleh Presiden Soekarno.
Pandangan politik ini memiliki keinginan dan anggapan bahwa Indonesia
dapat menjadi mercusuar yang menerangi jalan bagi Nefo di seluruh dunia.
Untuk mewujudkannya, maka diselenggarakan proyek-proyek besar dan
spektakuler yang diharapkan dapat menempatkan Indonesia pada kedudukan
yang terkemuka di kalangan Nefo.
• Perjanjian Newyork
Akhirnya, pada tanggal 15 Agustus 1962 ditandatangani suatu perjanjian
antara Pemerintah Indonesia dengan Pemerintah Belanda di New York, yang
terkenal dengan Perjanjian New York. Adapun isi dari Perjanjian New York
sebagai berikut.
- Kekuasaan Belanda atas Irian Barat berakhir pada 1 Oktober 1962.
- Irian Barat akan berada di bawah perwalian PBB hingga 1 Mei 1963
melalui lembaga UNTEA (United Nations Temporary Executive
Authority) yang dibentuk PBB.
- Pada 1 Mei 1963, Irian Barat akan diserahkan kepada pemerintah
Indonesia.
- Pemerintah Indonesia wajib mengadakan penentuan pendapat rakyat
(pepera) Irian Barat untuk menentukan akan berdiri sendiri atau tetap
bergabung dengan Indonesia, pada tahun 1969 di bawah pengawasan
PBB.
• Deklarasi Ekonomi
Pada tanggal 28 Maret 1963, Presiden Soekarno menyampaikan Deklarasi
Ekonomi (Dekon) di Jakarta. Dekon merupakan strategi dasar dalam ekonomi
terpimpin. Tujuan utama Dekon adalah untuk menciptakan ekonomi nasional
yang bersifat demokratis dan bebas dari imperialisme untuk mencapai
kemajuan ekonomi.
Penggantian uang lama dengan uang baru itu diikuti dengan pengumuman
kenaikan harga bahan bakar. Hal ini menyebabkan mahasiswa dan masyarakat
turun ke jalan menyuarakan Tri Tuntutan Rakyat (Tritura) yang berisi:
- Pembubaran PKI beserta ormas-ormasnya
- Perombakan kabinet Dwikora
- Turunkan harga pangan
D. Orde Baru
Orde Baru adalah rezim yang pernah berkuasa di Indonesia dengan waktu
lama, yaitu 32 tahun. Orde baru dimulai pada tahun 1966 hingga 1998 dan
dipimpin oleh Jenderal Soeharto. Istilah “Orde Baru” diciptakan untuk
membedakan periode ini dengan periode Indonesia sebelumnya yang dipimpin
oleh Presiden Soekarno.
A) G30S/PKI
Setelah Gerakan 30 September 1965 (G30S) ditumpas, berdasarkan berbagai
bukti yang serta berhasil dikumpulkan, Partai Komunis Indonesia (PKI)
dituding sebagai dalangnya. Hal ini memicu kemarahan rakyat. Bentrokan
fisik antara masyarakat yang setia pada Pancasila dan UUD 1945 dengan
massa PKI terjadi di Jakarta serta berbagai daerah di seluruh Indonesia.
B) Kondisi Perekonomian
Di sisi lain, kondisi perekonomian semakin bertambah buruk. Barang
keperluan sehari-hari semakin sulit didapat dan harganya pun mahal sehingga
terjadi inflasi. Pemerintah sempat membuat keputusan pemotongan nilai mata
uang rupiah dari Rp1.000 menjadi Rp1. Akan tetapi, harga barang bukan
semakin menurun malah kian tinggi. Pelajar yang tergabung dalam Front
Pancasila bahkan menyatakan kebijakan ekonomi pemerintah saat itu tidak
dapat dibenarkan.
C) Tritura
Pada tanggal 12 Januari 1966 berbagai kesatuan aksi yang tergabung dalam
Front Pancasila mendatangi gedung DPR-GR untuk mengajukan Tri Tuntutan
Rakyat atau Tri Tuntutan Nurani Rakyat. Isi tuntutan Tritura tersebut, yaitu:
- Pembubaran PKI dan ormasnya.
- Pembersihan Kabinet Dwikora dari unsur-unsur PKI.
- Penurunan harga-harga barang.
Pada saat pelantikan anggota kabinet baru tanggal 24 Februari 1966, para
mahasiswa, pelajar, dan pemuda memenuhi jalan menuju Istana Merdeka.
Aksi itu kemudian dihadang oleh Pasukan Cakrabirawa, hingga akhirnya
terjadi bentrokan antara Pasukan Cakrabirawa dan demonstran. Peristiwa ini
mengakibatkan seorang mahasiswa Universitas Indonesia (UI), Arif Rahman
Hakim gugur. Gugurnya Arif Rahman Hakim ini semakin memberikan
semangat juang demonstran untuk menuntut perubahan dan perbaikan taraf
hidup bagi bangsa Indonesia.
D) Supersemar
Melihat situasi semakin tak terkendali, Presiden Soekarno akhirnya menyusun
Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar) untuk Jenderal Soeharto. Isi
Supersemar adalah untuk mengendalikan kondisi negara dan mengamankan
wibawa pemerintah. Soeharto akhirnya mengatasi keadaan serba tidak
menentu dan sulit terkendali, sehingga orde baru pun dimulai. Surat perintah
ini digunakan oleh Soeharto untuk memenuhi tuntutan Tritura, seperti
membubarkan PKI, menangkap menteri yang diduga terlibat G30S,
membentuk kabinet baru, dan menjalankan pemerintahan.
~ Dwifungsi ABRI
Banyak prajurit militer dari berbagai pangkat, jabatan, dan angkatan ikut
bekerja dalam pemerintahan, seperti menjabat posisi lurah atau kepala desa.
Hal ini dianggap sebagai tanda menguatnya KKN (korupsi, kolusi, dan
nepotisme) dalam rezim Orde Baru.
~ Pemerintahan Sentralistik
Sistem pemerintahan sentralistik menguatkan kekuasaan pusat terhadap
daerah. Hal ini disebabkan ketergantungan yang tinggi dari pemerintah daerah
atau keputusan pemerintah pusat. Pada masa Orde Baru, kebijakan
pemerintahan sentralistik ini berupa kebijakan ekonomi dan pembangunan,
sekaligus penerapan kebijakan politik.
Kesimpulan :
Kesimpulan dari materi diatas disimpulkan bahwa dari makalah ini kita
dapat mengetahui peristiwa pengakuan kedaulatan RI oleh Belanda
melalui kita dapat lebih mendalami dan memahami perjuangan para
pejuang untuk mendapatkan kedaulatan. Yang bisa membangun
semangat para pemuda untuk bisa mempertahankan dan lebih
meningkatkan apa yang sudah para pejuang kita perjuangkan untuk
bangsa. Dapat disimpulkan bahwa perubahan Demokrasi Indonesia
dari tahun 1950 sampai dengan era reformasi memiliki tahap-tahapan
yang presisi dan telah dirangkum secara gamblang di dalam makalah
ini.
Saran :
Kita harus menghormati dan menjunjung tinggi rasa persatuan dan kesatuan
dengan cara menghargai jasa para pahlawan dan menjaga kedaulatan NKRI.
Membaca atau mendengarkan makalah ini diharapkan kepada pembaca dan
pendengar mampu mengetahui perubahan Demokrasi Indonesia 1950 sampai
dengan era reformasi. Sehingga mampu menjalankan hak dan kewajibannya
sebagai warga negara Indonesia.