Anda di halaman 1dari 18

All About Education

WELCOME to RezaRaharJa Blogger Education || Muh. Adha

Sabtu, 01 Agustus 2015

Pemberontakan Andi Azis

MAKALAH SEJARAH INDONESIA

Materi : PEMBERONTAKAN ANDI AZIS

Disusun Oleh Kelompok 3 (XII D) :

1. Muh. Adha

2. Akbar Afrizal

3. Fatimatul Zahra

4. Nurimama

5. Suci Rahma

SMA NEGERI 1 DOMPU

TAHUN AJARAN 2015-2016


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah swt.,karena atas limpahan rahmat dan karuniaNyalah
sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah Sejarah ini sesuai waktunya.

Kami mencoba berusaha menyusun makalah ini sedemikian rupa dengan harapandapat
membantu pembaca dalam memahami pelajaran Sejarahyang merupakan judul dari Makalah
kami,yaitu “Pemberontakan Andi Azis”. Disamping itu,kami berharap bahwa Makalah Sejarah ini
dapat dijadikan bekal

pengetahuan untuk melangkah ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi lagi.

Kami menyadari bahwa didalam pembuatan Makalah Sejarah ini masih ada

kekurangan sehingga kami berharap saran dan kritik dari pembaca sekalian khususnya dari guru
mata pelajaran agar dapat meningkatkan mutu dalam penyajian berikutnya.

Akhir kata kami ucapkan terima kasih.

Dompu, 30 Juli 2015

(kelompok 3)
Daftar Isi

Kata Pengantar ..........................................................................................................................1

Daftar Isi ...................................................................................................................................2

BAB 1

Pendahuluan dan Pembahasan ..................................................................................................3

Sejarah Hidup ...........................................................................................................................3

Karier ........................................................................................................................................3

Kembali ke Indonesia ...............................................................................................................4

Peristiwa Pemberontakan Andi Azis di Makasar .....................................................................4

1. Latar belakang pemberontakan Andi Azis ................................................................................6

2. Dampak Pemberontakan Andi Azis ..........................................................................................7

3. Upaya penumpasan pemberontakan Andi Azis .........................................................................7

4. Meninggalnya Kapten Andi Azis ..............................................................................................8

5. Hikmah Di Balik Pemberontakan Andi Azis .............................................................................8

Pertempuran Makasar 1950 ......................................................................................................10

BAB 2

Penutup ......................................................................................................................................15

Kesimpulan ................................................................................................................................15
Daftar Pustaka ...........................................................................................................................16

BAB 1

PENDAHULUAN & PEMBAHASAN

Andi Abdul Azis (lahir di Simpangbinangal, kabupaten Barru, Sulawesi Selatan, 19 September 1924; umur
90 tahun) adalah seorang tokoh militer Indonesia yang dikenal karena keterlibatannya dalam Peristiwa
Andi Azis.

Sejarah Hidup

Andi Azis lahir dari keluarga keturunan Bugis di Sulawesi Selatan. Pada awal tahun 1930-an Andi Azis
kemudian dibawa seorang pensiunan Asisten Residen bangsa Belanda keBelanda. Pada tahun 1935 ia
memasuki Leger School dan tamat tahun 1938 lalu meneruskan ke Lyceum sampai tahun 1944.
Sebenarnya Andi Azis sangat berhasrat untuk memasuki sekolah militer di negeri Belanda untuk menjadi
seorang prajurit tetapi niat itu tidak terlaksana karena pecah Perang Dunia II. Kemudian Andi Azis
memasuki Koninklijk Leger dan bertugas sebagai tim pertempuran bawah tanah melawan Tentara
Pendudukan Jerman (Nazi). Dari pasukan bawah tanah kemudian Andi Azis dipindahkan kebelakang
garis pertahanan Jerman, untuk melumpuhkan pertahanan Jerman dari dalam. Karena di Eropa
kedudukan sekutu semakin terjepit, maka secara diam-diam Andi Azis dengan kelompoknya
menyeberang ke Inggris, daerah paling aman dari Jerman — walaupun sebelum 1944 sering mendapat
kiriman bom Jerman dari udara.
Karier

Di Inggris, ia mengikuti latihan pasukan komando di sebuah Kamp sekitar 70 kilometer di luar London.
Andi Azis lulus dengan pujian sebagai prajurit komando. Selanjutnya pada tahun 1945 ia mengikuti
pendidikan Sekolah calon Bintara di Inggris dan menjadi sersan kadet. Pada bulan Agustus 1945, karena
SEAC sedang dalam usaha mengalahkanJepang di front timur, mereka memerlukan anggota tentara
yang dapat berbahasa Indonesia, maka Andi Abdul Azis kemudian ditempatkan di komando Perang
Sekutu di India, berpindah-pindah ke Colombo dan akhirnya ke Calcutta dengan pangkat Sersan. Seperti
Halim Perdana Kusuma, Andi Azis juga orang Indonesia yang ikut serta dalam perang Dunia II di front
Barat Eropa.

Setelah Jepang menyerah tanpa syarat pada sekutu, Andi Azis diperbolehkan memilih tugas apakah yang
akan diikutinya, apakah ikut satuan-satuan sekutu yang akan bertugas di Jepang atau yang akan
bertugas di gugus selatan (Indonesia). Dengan pertimbangan bahwa telah 11 tahun tidak bertemu orang
tuanya di Sulawesi Selatan, akhirnya ia memilih bertugas ke Indonesia, dengan harapan dapat kembali
dengan orang tuanya di Makassar.

Kembali Ke Indonesia

Pada tanggal 19 Januari 1946 satuannya mendarat di Jawa (Jakarta), waktu itu ia menjabat komandan
regu, kemudian bertugas di Cilinding. Pada tahun 1947 mendapat kesempatan cuti panjang ke Makassar
dan mengakhiri dinas militer. Setelah itu ia kembali lagi ke Jakarta dan mengikuti pendidikan kepolisian
di Menteng Pulo, pertengahan 1947 ia dipanggil lagi masuk KNIL dan diberi pangkat Letnan Dua.

Selanjutnya ia menjadi Ajudan Senior, Sukowati (Presiden NIT). Jabatan ini dijalaninya hampir satu
setengah tahun, kemudian ia ditugaskan sebagai salah seorang instruktur diBandung-Cimahi pada
pasukan SSOP—sekolah pasukan payung milik KNIL bernama School tot Opleiding voor Parachusten—
(Baret Merah KNIL) dalam tahun 1948. Pada tahun 1948 Andi Azis dikirim lagi ke Makasar dan diangkat
sebagai Komandan kompi dengan pangkat Letnan Satu dengan 125 orang anak buahnya (KNIL) yang
berpengalaman dan kemudian masuk TNI. Dalam susunan TNI (APRIS) kemudian ia dinaikan pangkatnya
menjadi kapten dan tetap memegang kompinya tanpa banyak mengalami perubahan anggotanya.

Pasukan dari kompi yang dipimpinnya itu bukan pasukan sembarangan karena Kemampuan tempur
pasukan itu diatas standar pasukan reguler Belanda dan juga TNI. Pada saat itu daerah Cimahi adalah
daerah dimana banyak prajurit Belanda dilatih untuk persiapan agresi militer Belanda II. Ditempat ini
setidaknya ada dua macam pasukan khusus Belanda dilatih: pasukan Komando (baret hijau); pasukan
penerjun (baret merah). Andi Azis kemungkinan melatih pasukan komando—sesuai pengalamannnya di
front Eropa.

Peristiwa Pemberontakan Andi Azis di Makassar, Latar Belakang, Tujuan, Dampak


Tokoh utama pada Pemberontakan kali ini adalah Andi Abdoel Azis. Andi Abdoel Azis atau dikenal
dengan sebutan Andi Azis lahir pada tangal 19 September 1924 di Simpangbinal, Kabupaten Barru,
Sulawesi Selatan. Pada tahun 1930-an Andi Azis dibawa ke Belanda oleh seorang pensiunan Asisten
Residen bangsa Belanda, dan pada tahun 1935 Andi memasuki Leger School dan lulus dari sekolah
tersebut tahun 1938.

Setelah Andi Azis keluar dari sekolah yang didudukinya, ia meneruskan perjalanannya ke Lyceum sampai
tahun 1944. Di dalam hatinya, Andi sebenarnya ingin memasuki sekolah kemiliteran di Belanda untuk
menjadi seorang prajurit. Akan tetapi niatnya untuk masuk ke dalam sekolah militer tidak terlaksana
karena pecahnya Perang Dunia ke II. Karena niat bulatnya untuk masuk kemiliteran, akhirnya Andi Azis
masuk ke Koninklijk Leger dan ia ditugaskan untuk masuk ke dalam tim pasukan bawah tanah untuk
melawan Tentara Penduduk Jerman (Nazi).

Dari pasukan bawah tanah kemudian ia dipindahkan ke garis belakang pertahanan Jerman, untuk
melumpuhkan pertahanan Jerman dari dalam. Karena semakin sempitnya kedudukan Sekutu di Eropa,
maka secara diam-diam Azis bersama para kelompoknya menyeberang ke daratan Inggris di mana
daerah tersebut adalah sebuah daerah yang paling aman dari serangan tentara Jerman, meskipun pada
tahun 1944 daerah tersebut sering di bom oleh pasukan udara tentara Jerman.

Di daratan Inggris, Andi Azis mengikuti latihan pasukan komando yang bertempat di sebuah kamp
sekitar 70 kilometer di luar London. Setelah sekian lama berlatih di kamp tersebut, akhirnya Andi Azis
lulus dari latihan komando tersebut dengan pujian sebagai seorang Prajurit Komando. Seterusnya pada
tahun 1945 (tahun di mana Negara Indonesia Merdeka), Andi Azis mengikuti pendidikan Sekolah calon
Bintara di Negara Inggris dan akhirnya ia menjadi Sersan Kadet. Pada Bulan Agustus 1945 Andi Azis
ditempatkan di dalam sebuah komando Perang Sekutu di India, berpindah-pindah ke Colombo, dan
tempat singgah terakhirnya di Calcutta. Sama seperti Halim Perdana Kusuma, Andi Azis juga seorang
Warga Negara Indonesia yang turut serta dalam Perang Dunia ke II di front Barat Eropa.

Setelah Jepang menyerah tanpa syarat kepada sekutu, akhirnya Andi Azis diperbolehkan untuk memilih
tugas dan mempertimbangkan apakah ia akan masuk ke dalam satuan sekutu yang akan bertugas di
Jepang atau memilih untuk masuk ke dalam kelompok yang akan ditugaskan di gugus selatan Negara
Indonesia. Setelah di pikir-pikir bahwa sudah 11 tahun ia tidak jumpa dengan orang tuanya di Sulawesi
Selatan, akhirnya dengan tegas ia memutuskan untuk ikut satuan yang akan bertugas di gugus selatan
Indonesia, dengan harapan ia bisa bersatu kembali bersama orang tuanya di Makassar.
Pada tanggal 19 Januari 1946 kelompoknya mendarat di daratan pulau Jawa (Jakarta), waktu itu Andi
Azis menjabat sebagai komandan regu, dan kemudian di tugaskan di Cilinding. Pada tahun 1947-an ia
mendapatkan kesempatan libur/cuti panjang ke Makassar dan mengakhiri dinas militer. Setelah Andi
Azis tahu bahwa dia mendapatkan cuti panjang, maka ia segera kembali lagi ke Jakarta dan mengikuti
pendidikan kepolisian di Menteng Pulo. Pada pertengahan tahun 1947, ia dipanggil lagi untuk masuk ke
dalam satuan KNIL dan diberi jabatan/pangkat Letnan Dua.

Selanjutnya Andi Azis diangkat sebagai Ajudan Senior Sukowati (Presiden NIT), dan setelah hampir satu
setengah tahun ia menjabat sebagai Ajudan, kemudian ia ditugaskan menjadi seorang instruktur
pasukan SSOP di Bandung-Cimahi pada tahun 1948. Setelah itu, ia dikirim lagi ke Makasar dan diangkat
sebagai Komandan kompi dengan pangkat Letnan Satu dan 125 anak buahnya (KNIL) yang sudah
berpengalaman dan kemudian masuk ke TNI (Tentara Nasional Indonesia). Di dalam barisan TNI (APRIS)
kemudian Andi Azis dinaikkan pangkatnya menjadi seorang kapten dan tetap memegang kendali kompi
yang dipimpinnya. Kompi tersebut tidak banyak mengalami perubahan anggotanya.

Anggota kompi yang dipimpinya itu bukanlah anggota sembarangan, mereka memiliki kemampuan
tempur di atas standar pasukan regular TNI dan Belanda. Pada saat itu di daerah Bandung-Cimahi
terdapat banyak prajurit Belanda yang sedang dilatih untuk persiapan agresi militer Belanda II. Di
tempat tersebut ada dua macam pasukan khusus Belanda yang sedang dilatih. Di antara pasukan khusus
itu adalah pasukan komando (Baret Hijau) dan pasukan penerjun (Baret Merah). Sesuai dengan
pengalamannya di front Eropa, kemungkinana Andi Azis melatih para pasukan Komando tersebut
dengan kemampuan yang di milikinya.

1. Lata Belakang Pemberontakan Andi Azis

Pemberontakan di bawah naungan Andi Azis ini terjadi di Makassar yang diawali dengan adanya konflik
di Sulawesi Selatan pada bulan April 1950. Kekacauan yang berlangsung di Makassar ini terjadi karena
adanya demonstrasi dari kelompok masyarakat yang anti federal, mereka mendesak NIT supaya segera
menggabungkan diri dengan RI. Sementara itu di sisi lain terjadi sebuah konflik dari kelompok yang
mendukung terbentuknya Negara Federal. Keadaan tersebut menyebabkan terjadinya kegaduhan dan
ketegangan di masyarakat.
Untuk menjaga keamanan di lingkungan masyarakat, maka pada tanggal 5 April 1950 pemerintah
mengutus pasukan TNI sebanyak satu Batalion dari Jawa untuk mengamankan daerah tersebut. Namun
kedatangan TNI ke daerah tersebut dinilai mengancam kedudukan kelompok masyaraat pro-federal.
Selanjutnya para kelompok masyarakat pro-federal ini bergabung dan membentuk sebuah pasukan
“Pasukan Bebas” di bawah komando kapten Andi Azis. Ia menganggap bahwa masalah keamanan di
Sulawesi Selatan menjadi tanggung jawabnya.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa lata belakang pemberontakan Andi Azis adalah :

Menuntut bahwa keamanan di Negara Indonesia Timur hanya merupakan tanggung jawab pasukan
bekas KNIL saja.

Menentang campur tangan pasukan APRIS (Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat) terhadap
konflik di Sulawesi Selatan.

Mempertahankan berdirinya Negara Indonesia Timur.

2. Dampak Pemberontakan Andi Aziz

Pada tanggal 5 April 1950, anggota pasukan Andi Azis menyerang markas Tentara Nesional Indonesia
(TNI) yang bertempat di Makassar, dan mereka pun berhasil menguasainya. Bahkan, Letkol Mokoginta
berhasil ditawan oleh pasukan Andi Azis. Akhirnya, Ir.P.D Diapri (Perdana Mentri NIT) mengundurkan diri
karena tidak setuju dengan apa yang sudah dilakukan oleh Andi Azis dan ia digantikan oleh Ir. Putuhena
yang pro-RI. Pada tanggal 21 April 1950, Sukawati yang menjabat sebagai Wali Negara NIT
mengumumkan bahwa NIT bersedia untuk bergabung dengan NKRI (Negara Kesatuan Republik
Indonesia).

3. Upaya Penumpasan Pemberontakan Andi Aziz

Untuk menanggulangi pemberontakan yang di lakukan oleh Andi Azis, pada tanggal 8 April 1950
pemerintah memberikan perintah kepada Andi Azis bahwa setiap 4 x 24 Jam ia harus melaporkan diri ke
Jakarta untuk mempertanggungjawabkan perbuatan yang sudah ia lakukan. Untuk pasukan yang terlibat
dalam pemberontakan tersebut diperintahkan untuk menyerahkan diri dan melepaskan semua
tawanan. Pada waktu yang sama, dikirim pasukan yang dipimpin oleh A.E. Kawilarang untuk melakukan
operasi militer di Sulawesi Selatan.
Tanggal 15 April 1950, Andi Azis pergi ke Jakarta setelah didesak oleh Sukawati, Presiden dari Negara
NIT. Namun karena keterlambatannya untuk melapor, Andi Azis akhirnya ditangkap dan diadili untuk
mempertanggungjawabkan perbuatannya, sedangkan untuk pasukan TNI yang dipimpin oleh Mayor H. V
Worang terus melanjutkan pendaratan di Sulawesi Selatan. Pada tanggal 21 April 1950, pasukan ini
berhasil menguasai Makassar tanpa adanya perlawanan dari pihak pemberontak.

Pada Tanggal 26 April 1950, anggota ekspedisi yang dipimpin oleh A.E Kawilarang mendarat di daratan
Sulawesi Selatan. Keamanan yang tercipta di Sulawesi Selatan-pun tidak berlangsung lama karena
keberadaan anggota KL-KNIL yang sedang menunggu peralihan pasukan APRIS keluar dari Makassar.
Para anggota KL-KNIL memprovokasi dan memancing emosi yang menimbulkan terjadinya bentrok
antara pasukan KL-KNIL dengan pasukan APRIS.

Pertempuran antara pasukan APRIS dengan KL-KNIL berlangsung pada tanggal 5 Agustus 1950. Kota
Makassar pada saat itu sedang berada dalam kondisi yang sangat menegangkan karena terjadinya
peperangan antara pasukan KL-KNIL dengan APRIS. Pada pertempuran tersebut pasukan APRIS berhasil
menaklukan lawan, dan pasukan APRIS-pun melakukan strategi pengepungan terhadap tentara-tentara
KNIL tersebut.

Tanggal 8 Agustus 1950, pihak KL-KNIL meminta untuk berunding ketika menyadari bahwa
kedudukannya sudah tidak menguntungkan lagi untuk perperang dan melawan serangan dari lawan.
Perundingan tersebut akhirnya dilakukan oleh Kolonel A.E Kawilarang dari pihak RI dan Mayor Jendral
Scheffelaar dari pihak KL-KNIL. Hasil perundingan kedua belah pihakpun setuju untuk menghentikan
baku tembak yang menyebabkan terjadinya kegaduhan di daerah Makassar tersebut, dan dalam waktu
dua hari pasukan KNIL harus meninggalkan Makassar.

4. Meninggalnya Kapten Andi Azis

Pada tanggal 30 Januari 1984 seluruh keluarga dari Andi Azis diselimuti oleh duka yang mendalam
karena kepergian sang Kapten, Andi Abdoel Azis. Di usianya yang sudah menginjak 61 Tahun, ia
meninggal di Rumah Sakit Husada Jakarta karena serangan jantung yang dideritanya. Andi Azis
meninggalkan seorang Istri dan jenasahnya diterbangkan dari Jakarta Ke Sulawesi Selatan, lalu
dimakamkan di pemakaman keluarga Andi Djuanna Daeng Maliungan yang bertempat di desa Tuwung,
Kabupaten Barru, Sulawesi Selatan. Dalam suasana duka, mantan Presiden RI, BJ. Habibie beserta
istrinya Hasri Ainun, mantan Wakil Presiden RI, Try Sutrisno dan para anggota perwira TNI turut berduka
cita dan hadir dalam acara pemakaman Andi Azis.

5. Hikmah di Balik Pemberontakan Andi Azis

Kapten Andi Abdoel Azis, ia adalah seorang pemberontak yang tidak pernah menyakiti dan membunuh
orang untuk kepentingan pribadinya. Ia hanyalah korban propaganda dari Belanda, karena kebutaannya
terhadap dunia politik. Andi Azis adalah seorang militer sejati yang mencoba untuk mempertahankan
kesatuan Negara Republik Indonesia pada masa itu, dan dalam kesehariannya, seorang Andi Azis cukup
dipandang dan dihargai oleh masyarakat suku Bugis Makassar yang bertempat tinggal di Tanjung Priok,
Jakarta. Disanalah Andi Azis diakui sebagai salah satu sesepuh yang selalu dimintai nasehat oleh para
penduduk tentang bagaimana cara menjadikan suku Bugis Makassar supaya tetap dalam keadaan rukun
dan sejahtera.

Andi Azis dikenal juga sebagai orang yang murah hati dan suka menolong. Ia selalu berpesan kepada
anak-anak angkatnya bahwa “Siapapun boleh dibawa masuk ke dalam rumahnya kecuali 3 jenis manusia
yaitu pemabuk, penjudi, dan pemain perempuan.

Seorang Andi Azis patut kita jadikan sebagai bahan pembelajaran bahwa kita selama hidup di dunia ini
jangan terlalu percaya sama apa yang orang lain katakan, percayalah kepada hati nurani, jangan terlalu
percaya sama orang lain karena orang itu belum tentu bisa mengajak kita ke jalan yang benar dan
mungkin malah mengajak kita untuk berbuat salah. Maka dari itu, alangkah lebih baiknya kita harus
berwaspada dan berhati-hati dalam mempercayai orang lain.

Andi Aziz merupakan seorang mantan perwira KNIL. Pada tanggal 30 Maret 1950, ia bersama dengan
pasukan KNIL di bawah komandonya menggabungkan diri ke dalam APRIS di hadapan Letnan Kolonel
Ahmad Junus Mokoginta, Panglima Tentara dan Teritorium Indonesia Timur.
Pemberontakan dibawah pimpinan Andi Aziz ini terjadi di Makassar diawali dengan adanya kekacauan
di Sulawesi Selatan pada bulan April 1950. Kekacauan tersebut terjadi karena adanya demonstrasi dari
kelompok masyarakat yang anti-federal, mereka mendesak NIT segera menggabungkan diri dengan RI.
Sementara itu terjadi demonstrasi dari golongan yang mendukung terbentuknya Negara federal.
Keadaan ini menyebabkan muncul kekacauan dan ketegangan di masyarakat.

Untuk menjaga keamanan maka pada tanggal 5 April 1950, pemerintah mengirimkan 1 batalion TNI dari
Jawa. Kedatangan pasukan tersebut dipandang mengancam kedudukan kelompok masyarakat pro-
federal. Selanjutnya kelompok pro-federal ini bergabung dan membentuk “Pasukan Bebas” di bawah
pimpinan Kapten Andi Aziz. Ia menganggap masalah keamanan di Sulawesi Selatan menjadi tanggung
jawabnya.

Pada 5 April 1950, pasukan Andi Aziz menyerang markas TNI di Makassar dan berhasil menguasainya
bahkan Letkol Mokoginta berhasil ditawan. Bahkan Ir.P.D. Diapari (Perdana Mentri NIT) mengundurkan
diri karena tidak setuju dengan tindakan Andi Aziz dan diganti Ir. Putuhena yang pro-RI. Tanggal 21 April
1950, Wali Negara NIT, Sukawati mengumumkan bahwa NIT bersedia bergabung dengan Negara
Kesatuan Republik Indonesia.

Untuk mengatasi pemberontakan tersebut pemerintah pada tanggal 8 April 1950 mengeluarkan
perintah bahwa dalam waktu 4 x 24 Jam Andi Aziz harus melaporkan diri ke Jakarta untuk
mempertanggungjawabkan perbuatannya. Kepada pasukan yang terlibat pemberontakan diperintahkan
untuk menyerahkan diri dan semua tawanan dilepaskan. Pada saat yang sama dikirim pasukan untuk
melakukan operasi militer di Sulawesi Selatan yang dipimpin oleh A.E. Kawilarang.

Pada tanggal 15 April 1950 Andi Aziz berangkat ke Jakarta setelah didesak oleh Presiden NIT, Sukawati.
Tetapi Andi Aziz terlambat melapor sehingga ia ditangkap dan diadili sedangkan pasukan yang dipimpin
oleh Mayor H. V Worang terus melakukan pendaratan di Sulawesi Selatan. Pada 21 April 1950 pasukan
ini berhasil menduduki Makassar tanpa perlawanan dari pasukan pemberontak.

Tanggal 26 April 1950, pasukan ekspedisi yang dipimpin A.E. Kawilarang mendarat di Sulawesi Selatan.
Keamanan yang tercipta di Sulawesi Selatan tidak berlangsung lama karena keberadaan pasukan KL-KNIL
yang sedang menunggu peralihan pasukan APRIS keluar dari Makassar. Mereka melakukan provokasi
dan memancing bentrokan dengan pasukan APRIS.

Pertempuran antara APRIS dengan KL-KNIL terjadi pada 5 Agustus 1950. Kota Makassar pada waktu itu
berada dalam suasana peperangan. APRIS berhasil memukul mundur pasukan lawan. Pasukan APRIS
melakukan pengepungan terhadap tangsi-tangsi KNIL.
8 Agustus 1950, pihak KL-KNIL meminta untuk berunding ketika menyadari bahwa kedudukannya sudah
sangat kritis.Perundingan dilakukan oleh Kolonel A.E Kawilarang dari pihak RI dan Mayor Jendral
Scheffelaar dari KL-KNIL. Hasilnya kedua belah pihak setuju untuk dihentikannya tembak menembak dan
dalam waktu dua hari pasukan KL-KNIL harus meninggalkan Makassar.

PERTEMPURAN MAKASSAR 1950

Usai Penyerahan Kedaulatan (Souvereniteit Overdracht) pada tanggal 27 Desember 1949, dalam negeri
Republik Indonesia Serikat mulai bergelora. Serpihan ledakan bom waktu peninggalan Belanda mulai
menunjukkan akibatnya. Pada umumnya serpihan tersebut mengisyaratkan tiga hal. Pertama, ketakutan
antek tentara Belanda yang tergabung dalam KNIL, yang bertanya-tanya akan bagaimana nasib mereka
setelah penyerahan kedaulatan tersebut. Kedua, terperangkapnya para pimpinan tentara yang
jumlahnya cukup banyak dalam penentuan sikap dan ideologi mereka. Utamanya para pimpinan militer
didikan dan binaan Belanda. Terahir, masih banyaknya terjadi dualisme kepemimpinan dalam kelompok
ketentaraan Indonesia antara kelompok APRIS dengan kelompok pejoang gerilya.

Walaupun sejak bulan Juni 1947 Pemerintah RI telah mengeluarkan kebijaksanaan bahwa segenap
badan kelaskaran baik yang tergabung dalam biro perjoangan maupun yang lepas berada dalam satu
wadah dan satu komando yaitu Tentara Nasional Indonesia (TNI). Ketiga hal tersebut semakin
mengental pada daerah yang masih kuat pengaruh “Belandanya”. Salah satu daerah dimaksud adalah
wilayah Sulawesi Selatan.

Tiga peristiwa di tahun 50 yang terjadi dikota Makassar dan wilayah Sulawesi Selatan memperlihatkan
kekentalan tersebut. Peristiwa pertama terjadi pada tanggal 5 April 1950 yang terkenal sebagai peristiwa
Andi Azis. Peristiwa kedua yang terjadi pada tanggal 15 Mei 1950 dan ketiga yang terjadi pada tanggal 5
Agustus 1950. Dalam ketiga peristiwa tersebut yang menjadi penyebabnya selalu permasalahan
mengenai kegamangan tentara KNIL akan nasib mereka. Sedangkan 2 peristiwa terahir menjadi tolak
ukur dari kegamangan tersebut. Menteri Pertahanan RIS, Sri Sultan Hamengkubuwono IX dalam
pertemuan pers mengatakan bahwa tidak heran dengan terjadinya peristiwa paling ahir pada tanggal 5
Agustus 1950 (Sin Po 8/8/50). Rentetan ketiga peristiwa di Makassar tersebut agaknya selalu bermula
dari upaya-upaya para anggota KNIL (kemudian dilebur dalam KL) untuk mengacaukan kehidupan rakyat
di Makassar sekaligus berupaya untuk memancing tentara APRIS memulai serangan kepada mereka.
Tidak kalah ikut menentukan suasana panas dikota Makassar adalah persoalan tuntutan masyarakat
untuk segera menuju negara kesatuan. Tentu saja gerakan rakyat ini tidak saja terjadi di Indonesia
Timur, tapi juga di Jawa Timur, Pasundan, Sumatera Timur dan berbagai daerah lainnya. Pemerintah RIS
dalam hal ini atau setidaknya banyak fihak dalam kabinet dan Parlemen sangat memberi angin menuju
Negara Kesatuan.Rencana kedatangan tentara APRIS ke Makassar nampaknya terlalu dibesar-besarkan
semata-mata karena rasa takut akan menguntungkan fihak pemerintah pusat (RIS).
Oleh karena itu bukan tidak mungkin pemberontakan Andi Aziz adalah rekayasa politik fihak KNIL akibat
provokasi tokoh-tokoh anti RIS dalam pemerintahan Negara Indonesia Timur. Andi Aziz sendiri diyakini
banyak fihak adalah seorang anggota militer dengan pribadi yang baik. Namun dalam sekala kesatuan
militer KNIL di Sulawesi Selatan dirinya lebih condong sebagai boneka. Tampak bahwa Kolonel Schotborg
dan jakasa agung NIT Sumokil adalah pengendali utama kekuatan KNIL dikota Makassar. Dari hasil
pemeriksaan Aziz dalam sidang militer yang digelar tiga tahun kemudian (1953), saksi mantan Presiden
NIT Sukawati dan Let.Kol Mokoginta tidak banyak meringankan terdakwa yang pada ahirnya dihukum
penjara selama 14 tahun. Dalam persidangan tersebut terdakwa mengaku bersalah, tidak akan naik
appel tapi merencanakan minta grasi kepada Presiden. Ketika sedang berlangsungnya pemberontakan
Andi Aziz di Makassar, untuk mengantisipasinya Pemerintah RIS di Jakarta telah membentuk pasukan
gabungan Expedisi Indonesia Timur.

Pasukan ini terdiri dari batalyon ADRIS dari Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur didukung oleh
AURIS, ALRIS dan Kepolisian. Sebagai pimpinan Komando ditunjuk Kolonel A.E Kawilarang Panglima TT
Sumatera Utara. Ketika pasukan besar ini sedang dipersiapkan keberangkatannya, telah lebih dahulu
diberangkatkan batalyon Worang yang tiba di Sulawesi Selatan pada tanggal 11 April 1950. Meskipun
Worang tidak dapat langsung mendarat di Makassar tapi di Jeneponto yang letaknya 100 km keselatan,
rakyat menyambutnya dengan sukacita. Sebuah foto yang disiarkan majalah Merdeka terbitan 13 Mei
1950 menggambarkan hal tersebut. Terlihat 3 orang anggota tentara APRIS yang berjalan menuju
kerumunan massa dimana dilatar belakang tampak spanduk bertuliskan “ SELAMAT DATANG TENTARA
KITA”. Pertempuran besar memang tidak terjadi antara pasukan APRIS Worang dengan KNIL di Makassar
bahkan Andi Aziz ahirnya mau menyerah guna memenuhi panggilan Pemerintah Pusat di Jakarta
meskipun telah melampaui batas waktu 4 X 24 Jam untuk mendapat pengampunan. Menyerahnya Andi
Azis kemungkinan besar karena kekuatan pendukung dibelakangnya sudah tidak ada lagi yaitu Sumokil
yang sudah terbang ke Ambon via Menado dan Kolonel Schotborg yang siap dimutasi untuk pulang ke
Belanda. Setelah Andi Aziz menyerah, banyak tentara dari bekas infantri KNIL yang tidak tahu lagi siapa
pemimpin mereka dan bagaimana nasib mereka selanjutnya. Sementara untuk bergabung dengan APRIS
belum ada ketentuan karena belum ada peraturan resmi yang akan membubarkan KNIL (KNIL bubar tgl
27 Juli 1950). Tak heran mereka kemudian memprovokasi rakyat dan kemudian memulai serangan
terhadap pos-pos tentara APRIS.

Menjelang pertempuran yang terjadi antara pasukan KNIL dengan pasukan APRIS pada tanggal 15 Mei
1950 bermula ketika banyak anggota KNIL menurunkan bendera merah putih disekitar kampemen
tempat anggota KNIL berdiam. Peristiwa penurunan bendera Sang Saka merah Putih itu terjadi
bersamaan degan tibanya Presiden RIS Soekarno dikota Makasasar yang memulai lawatannya ke
Sulawesi. Setelah Merah Putih diturunkan berlanjut dengan coretan tembok rumah rakyat dan spanduk
disekitar kampemen KNIL berisi tulisan yang memojokkan Negara Republik Indonesia Serikat. Peristiwa
ini juga kemudian berkaitan dengan ditembaknya seorang Perwira APRIS oleh tentara KNIL. Peristiwa
diatas memicu ketegangan yang memunculkan ketidak sabaran anggota APRIS terhadap tindakan dan
ulah provokasi KNIL. Rakyat yang diprovokasi tidak sabar menunggu komando untuk menyerang KNIL.
Pasukan pejoang gerilya dibawah batalyon Lipang Bajeng dan Harimau Indonesia telah mempersiapkan
diri untuk hal tersebut. Sementara tentara KNIL sudah semakin mengeras upayanya untuk
menghancurkan kekuatan APRIS untuk menguasai Makassar. Maka pada tanggal 15 Mei 1950 terjadilah
pertempuran besar dikota Makassar. Pasukan KNIL menyerbu barak-barak APRIS, membakar rumah
rakyat, menghancurkan rumah dan toko-toko didaerah pecinaan. Sekitar Makassar penuh dengan api,
bau anyir darah dan berbagai desing senjata. Serangan KNIL ini memang sudah diwaspadai APRIS.
Tentara APRIS kemudian membalas serangan dan bersamaan dengan itu pasukan pejoang gerilya dari
Batalyon Lipang Bajeng dan Harimau Indonesia telah turun dari dua kota pangkalan mereka di
Polobangkeng dan Pallangga yang terletak disekitar kota Makassar. Seketika suasana medan laga telah
berubah. Pasukan APRIS bersama dua batalyon pejoang tersebut dan rakyat Makassar menyerang balik
tentara KNIL.

Dalam keadaan demikian inilah Kolonel AH Nasution selaku Kepala Staf ADRIS bersama dengan Kolonel
Pereira selaku Wakil Kepala Staf KNIL tiba di Makassar. Kedua pucuk pimpinan tentara ini kemudian
meninjau keadaan dan berunding. Pada tgl 18 Mei 1950 wakil dari APRIS yaitu Overste Sentot
Iskandardinata dan Kapten Leo Lopolisa berunding dengan wakil dari KNIL yaitu Kolonel Scotborg,
Overste Musch dan Overste Theyman yang disaksikan oleh Kolonel AH Nasution serta Kolonel AJA
Pereira. Perundingan menghasilkan dua keputusan penting yaitu dibuatnya garis demarkasi serta tidak
diperbolehkannya kedua tentara APRIS dan KNIL untuk mendekati dalam jarak 50 meter. Untuk
sementara keadaan dapat diamankan. Perundingan pertama ini detailnya menghasilkan persetujuan
untuk melokalisir tentara KNIL ditiga tempat . Namun rupanya persetujuan dimaksud tidak ditaati.
Antara menerangkannya sebagai berikut : “Tetapi persetujuan tinggal persetujuan. Maka pada hari
selasa pertempuran mulai lagi berjalan dengan sengit. Pertempuran yang paling sengit terjadi diempat
tempat. Yaitu tangsi KNIL di Mariso, sekitar tangsi KNIL Matoangin, Boomstraat, sekitar Stafkwartier
KNIL di Hogepad. Pertempuran sudah berjalan tiga hari tiga malam lamanya tetapi belum juga berhenti”
(Kempen 1953:302). Pada ahir Juli 1950 pasukan KNIL dibubarkan. Muncul permasalahan baru. Mau
dikemanakan para prajurit ex KNIL tersebut. Sebagian memang dilebur kedalam KL, sebagian lagi
menunggu untuk diterima sebagai anggota APRIS. Namun masa penantian ini secara psikologis amat
merisaukan para anggota tentara KNIL. Pertama mereka dianggap rakyat sebagai kaki tangan Kolonial
Belanda, sementara disisi lain bekas majikannya tidak mengindahkan nasib mereka. Tmbullah usaha
provokasi baru yang antara lain dilukiskan sebagai berikut : “Sesudah anggota KNIL di Makassar
memperoleh kedudukan sementara sebagai anggota KL pada tanggal 26 Juli 1950 keadaan tidak
bertambah baik, sebaliknya mereka terus menerus menimbulkan kesulitan-kesulitan. Mereka antara lain
menentang dengan kekerasan usaha pimpinan tentara Belanda untuk menyerahkan alat tentaranya
kepada tentara Belanda. Mereka sering menganiaya penduduk. Bendera-bendera kebangsaan
(maksudnya Merah Putih) disekitar kampemen mereka turunkan dan ahir-ahir ini mereka dengan kejam
membunuh perwira Indonesia yang bereda dekat kampemen ketika sedang mengunjungi keluarganya”
(Antara 12/8/1950). Berbagai tindakan provokasi yang dilakukan para eks KNIL ternyata tidak mendapat
tanggapan emosinal oleh APRIS. Sehingga terkesan APRIS terlalu sabar. Kesan sabar ini tertimpakan
pada pucuk pimpinan APRIS Panglima Tentara dan Teritorium Indonesia Timur Kolonel AE Kawilarang.
Pada saat itu Antara menulis : “Kemaren jam 17.00 Kawilarang telah mengadakan pertemuan dengan
wakil-wakil partai dan organisasi di Makassar. Dikatakannya bahwa ia mengerti akan kekecewaan rakyat
terhadap tindakan APRIS yang oleh rakyat dianggap terlalu sabar dalam menghadapi segala percobaan
(masudnya dari fihak KNIL) tetapi dikatakannya seterusnya bahwa dalam hal ini orang harus ingat bahwa
APRIS adalah bagian resmi dari Pemerintah sedangkan KNIL dipandang sebagai tentara tamu selama
mereka belum diorganisir dan semua itu terikat dalam perjanjian KMB yang harus dihormati. Kami
cukup kuat dan pasti dapat menyelesaikan segala sesuatu dengan senjata tetapi dengan demikian
keadaan akan bertambah kacau dan nama negara kita dimata dunia akan surut. (Antara 3/6/1950). Dua
hal yang antagonis antara provokasi yang dilakukan tentara KNIL dan kesabaran pucuk pimpinan APRIS
tersebut menimbulkan dilema dalam menetapkan kebijaksanaan yang akan diambil APRIS selanjutnya.
Apalagi kemudian rakyat Makassar semakin mempertajam sikap mereka terhadap tentara KNIL dengan
melakukan pemboikotan seluruh kegiatan perdagangan dari dan ke markas-markas KNIL. Suasana
tegang ini ibarat bisul yang akan meletus sewaktu-waktu. Agar APRIS tidak keliru mengambil langkah
dalam mengantisipasi ketegangan yang semakin tinggi pada tgl 5 Agustus 1950, APRIS setuju untuk
mengadakan perundingan dengan wakil militer Belanda di Indonesia. Pertemuan yang diikuti oleh tiga
wakil tentara Belanda dan dihadiri pula oleh wakil dari UNCI, menyepakati sikap untuk mengendurkan
ketegangan melalui APRIS yang berjanji akan mengadakan pendekatan kepada rakyat agar
menghentikan boikot kepada tentara KNIL. Belum upaya mengendurkan itu dilakukan oleh APRIS, hari
itu pula pada pukul 17.20 selang 80 menit dari usainya persetujuan tersebut tentara eks KNIL melakukan
serangan sitematis keseluruh barak dan asrama tentara APRIS. Tindakan yang kelewat batas tersebut
dan menghianati persetujuan, pantang ditolak oleh segenap pasukan APRIS, pejoang gerilya yang
tergabung dalam Divisi Hasanudin serta rakyat Makassar. Dalam tempo sekejap memang tentara eks
KNIL dapat menguasai medan pertempuran, namun keadaan cepat berubah beberapa jam kemudian.
Pasukan APRIS yang didukung oleh kekuatan Udara dan Laut menghantam terus menerus barak-barak
eks tentara KNIL. Belum lagi serangan-serangan dari pasukan Divisi Hasanudin dan rakyat. Tidak sampai
3 X 24 jam pasukan eks KNIL sudah terkepung dibarak-barak mereka. Ahirnya pada tanggal 8 Agustus
1950 bertempat dilapangan terbang Mandai diadakan persetujuan antara Kolonel AE Kawilarang yang
mewakili APRIS dan Mayor Jendeal Scheffelaar sebagai wakil Komisaris Tinggi Kerajaan Belanda di
Indonesia. Merka sepakat agar seluruh anggota pasukan KL meninggalkan Makassar dan menyerahkan
seluruh perlengkapannya kepada APRIS. Bagi mereka yang menolak akan dikeluarkan dari KL. Pada pukul
16.00 tanggal 8 Agustus dengan muka tertunduk malu dimulailah pasukan KL meninggalkan Makassar
diiringi cemooh segenap rakyat. Dan untuk pertama kalinya sejak penyerahan kedaulatan tanggal 27
Desember 1949, pasukan APRIS pantas bertepuk dada karena telah memenangkan perang dan mengusir
pasukan KL tampa syarat. Merah Putih telah tegak berdiri menggantikan Merah Putih Biru untuk selama
lamanya. Kemenangan ini tidak lepas dari dukungan seluruh rakyat termasuk para pejoang gerilya yang
telah bahu membahu berjoang dengan pasukan APRIS. Sebuah fenomena monumental yang mencatat
dengan tinta emas dalam buku sejarah Nasional kebesaran TNI. Walau bagaimanapun TENTARA KITA
pernah jaya dan akan tetap jaya untuk selama-lamanya. Hal ini antara lain disebabkan karena pucuk
pimpinannya sangat cermat dan memiliki kewaspadaan serta kedalaman berfikir dalam mengatur
strategi. Mungkin inilah kelebihan Kolonel AE Kawilarang.

BAB 2

PENUTUP

Kesimpulan

Andi Azis akhirnya menjalani hukumannya di Jakarta hingga bebas dimana dia memperoleh keringanan
hukuman menjadi 8 tahun. Pembebasan itu bersyarat karena setiap hari Senin Andi Azis harus melapor
pada pihak yang berwajib.2 Sejak berakhirnya peristiwa Andi Azis Affair, yang biasa disebut
Pemberontakan Andi Azis, nama Andi Abdul Azis tidak pernah lagi disebut dalam buku sejarah
Indonesia.

Daftar Pustaka

1. Poesponegoro, Marwati Djoened dan Nugroho Notosusanto. 2008. Sejarah Nasional Indonesia VI:
Zaman Jepang dan Zaman Republik Indonesia (±1942-1998). Jakarta: Balai Pustaka. Hal: 352. 2.
Disjarahad, Sejarah TNI AD (1945-1973) Peranan TNI AD dalam Menegakkan Negara Kesatuan RI. Hal
131. 3. Matanasi, Patrik. 2009. PERISTIWA ANDI AZIS: Kemelut Mantan KNIL di Sulawesi Selatan Pasca
Pengembalian Kedaulatan. Yogyakarta: Media Pressindo. Hal: 100

1. Poesponegoro, Marwati Djoened dan Nugroho Notosusanto. 2008. Sejarah Nasional Indonesia VI:
Zaman Jepang dan Zaman Republik Indonesia (±1942-1998). Jakarta: Balai Pustaka. 2. Matanasi,
Patrik. 2009. PERISTIWA ANDI AZIS: Kemelut Mantan KNIL di Sulawesi Selatan Pasca Pengembalian
Kedaulatan. Yogyakarta: Media Pressindo. 3. Soetrisno, Eddy. 2002. Buku Pintar Indonesia Abad XX.
Jakarta: Taramedia & Restu Agung.
WWW.GOOGLE.COM

Unknown di 20.08

Berbagi

3 komentar:

Unknown1 Agustus 2015 20.14

Untuk Kelompok 3, copy blog ini sebagai bahan presentasi kita. Jangan Lupa Langsung di Print sendiri-
sendiri yaa :))

Balas

Balasan

Unknown24 Juli 2016 20.10

apa komentar untuk peristiwa tersebut

Balas

BELAJAR BAHASA27 Mei 2020 01.01

menarik sekali

Balas


Beranda

Lihat versi web

Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai