Anda di halaman 1dari 11

KEDATANGAN JEPANG KE INDONESIA

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 1

Nama Anggota:

1. Christian Nico Agusius (10)


2. Muhammad Alan Nafi (26)
3. Muhammad Khoirul Azis (27)
4. Putri Anggun Puspita A. (30)
5. Sakinah Azzahra R. (33)

XI MIPA 1

SMA NEGERI 1 TAYU

TAHUN PELAJARAN 2022/2023


TAHUN PELAJARAN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur kepada Tuhan yang Maha Esa atas rahmat - Nya,
kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini yang berjudul “Dampak Pembakaran Minyak
Bumi". Dalam penulisan tugas ini, kami menyadari banyak menemukan kesulitan, terutama
dalam pengumpulan data, yang disebabkan kurangnya pengetahuandan pengalaman yang
kami miliki. Namun dengan bimbingan dari berbagai pihak, akhirnya penulisan makalah ini
dapat terselesaikan mungkin jauh dari kesempurnaan, sehingga tidak luput dari kesalahan dan
kekurangan. Pada kesempatan ini, kami menyampaikan rasa terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan tugas makalah ini, baik secara materi
maupun non materi.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Endang Sukarti, S.Pd selaku guru
pengampu mata pelajaran sejarah atas bimbingan yang telah diberikan sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik.Tidak lupa kami juga mengucapkan terima kasih
kepada pihak-pihak yang telah berpartisipasi dalam pembuatan makalah ini.

Akhir kata dari kami, semoga dengan materi yang saya sampaikan dapat bermanfaat sekian.

Guna menyempurnakan makalah ini, kami menerima kritik dan saran yang membangun serta
kami mohon maaf jika terdapat kesalahan dalam pembuatan makalah ini.

Terima kasih,

Tayu,10 Januari 2023

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman Judul…………………………………………………………………………………..

Kata Pengantar………………………………………………………………………………….

Daftar Isi………………………………………………………………………………………..

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang……………………………………………………………………………


1.2 Rumusan Masalah ………………………………………………………………………….
1.3 Tujuan………...……………………………………………………………………………
BAB II PEMBAHASAN

2.1 Masuknya Jepang ke Indonesia ......................................…………………………………..

2.2 Sambutan Rakyat Indonesia terhadap Kedatangan Jepang..……………………………….

2.3 Pembentukan Pemerintahan Militer Jepang ....................................................................….

2.4 Pembentukan Pemerintahan Sipil Jepang..............................................................................

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan…………………………………………………………………………………

3.2 Saran... .…………………………………………………………………………………….

Daftar Pustaka..…………………………………………………………………………………
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Berbicara tentang pemerintahan ekonomi Jepang di Indonesia, kita memiliki


pengalaman sejarah yang pahit ketika negara kita diduduki oleh Jepang pada tahun 1942
hingga 1945. Secara ekonomi, kekayaan negara kita disia-siakan untuk kepentingan
Jepang memenangkan Perang Asia Timur Raya. Pengalaman sejarah harus dijadikan
sebagai pelajaran dalam menyikapi perkembangan pengaruh ekonomi Jepang saat ini.
Meskipun masa pendudukan Jepang berlangsung relatif singkat, namun memiliki
pengaruh yang signifikan dalam sejarah bangsa Indonesia. Propaganda Jepang tentang
pemerintahan baru, Liga Bangsa-Bangsa Asia dan janji kemerdekaan memberi harapan
bagi rakyat Indonesia. Meski digerogoti oleh pemerintah Jepang yang represif, apalagi
dengan program Romusa, gerakan-gerakan tersebut, baik terbuka maupun “bawah
tanah”, terus menginspirasi dan menginspirasi gerakan kemerdekaan (Taufik Abdullah
dan A.B. Lapian, (eds.) 2012).
Perlu dipahami bahwa "kemenangan tentara Jepang setelah pecahnya Perang
Pasifik membuka pintu bagi Hindia Belanda". Kedatangan "kakak laki-laki", demikian
Jepang menyebut dirinya, awalnya disambut dengan harapan tinggi, namun kemudian
mengecewakan bangsanya. Namun, pendudukan Jepang membuka sejarah baru bagi
Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam artikel tentang
masuknya orang Jepang ke Indonesia adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana proses masuknya orang Jepang ke Indonesia?


2. Bagaimana perasaan orang Indonesia tentang kedatangan orang Jepang?
3. Apa itu sistem militer Jepang?
4. Apa itu sistem pemerintahan sipil Jepang?

1.3 Tujuan
Tujuan penulisan artikel tentang masuknya Jepang ke Indonesia adalah sebagai berikut:

1. Menganalisis proses masuknya Jepang ke Indonesia.


2. Menganalisis penerimaan masyarakat Indonesia terhadap kedatangan Jepang.
3. Menganalisis pembentukan pemerintahan militer Jepang.
4. Menganalisis pembentukan pemerintahan sipil Jepang.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Masuknya Jepang ke Indonesia


Sejak militer Jepang membom Pearl Harbor pada 8 Desember 1941, serangan
terhadap Angkatan Laut AS di Pasifik terus berlanjut. Serangan-serangan itu
tampaknya tak terbendung oleh Amerika Serikat. Pasukan Jepang berhasil
menghancurkan pangkalan militer Amerika seperti yang ada di Filipina. Kemudian
serangan Jepang juga ditujukan ke Indonesia. Tujuan penyerangan Indonesia adalah
untuk mendapatkan cadangan logistik dan material untuk industri militer, seperti
minyak, timah, dan alumunium. Pasalnya, pasokan minyak Indonesia diharapkan
mampu memenuhi kebutuhan Jepang selama Perang Pasifik.
Harus dipahami bahwa ketika Jepang datang ke Indonesia, ia membawa budaya
dan ideologi fasisme. Jepang sudah menjadi negara fasis. Fasisme atau fasisme adalah
paham atau ideologi. Fasisme dapat diartikan sebagai suatu sistem (sistem
pemerintahan) di mana semua kekuasaan berada di tangan seorang diktator dan otoriter
Seiring berkembangnya kehidupan suatu bangsa, ia menjadi sangat nasionalis
(chauvinistik), elitis, dan rasis. Organisasi kehidupan sosial dan ekonomi sangat ketat
dan berpusat pada masyarakat pemerintahan otoriter yang diperintah oleh kediktatoran.
Fasisme pertama kali berkembang di Italia pada tahun 1922 dengan Benito
Mussolini. Pada tahun 1933 kemudian berkembang di Jerman, yang kemudian juga
berkembang di Jepang.
Pada Januari 1942, Jepang mendarat dan mencapai Indonesia. Tentara Jepang
itu menginvasi Indonesia melalui Ambon dan menguasai seluruh Maluku. Meski
tentara KNIL (Koninklijk Nederlandsch Indisch Leger) dan pasukan Australia berusaha
menghentikan mereka, namun kekuatan Jepang tidak dapat dihentikan. Wilayah
Tarakan Kalimantan Timur saat itu dikuasai Jepang bersama dengan Balikpapan (12
Januari 1942). Jepang kemudian menginvasi Sumatera setelah berhasil mencapai
Pontianak. Pada saat yang sama, Jepang menginvasi Jawa (Februari 1942).
Pada tanggal 1 Maret 1942, kemenangan tentara Jepang dalam Perang Pasifik
menunjukkan kemampuan Jepang menguasai wilayah yang sangat luas, mulai dari
Burma hingga Pulau Wake di Pasifik. Setelah menguasai daerah-daerah di luar Jawa,
Jepang fokus menguasai tanah Jawa sebagai pusat pemerintahan Hindia Belanda. Untuk
menghadapi serangan Jepang, blok sekutu yang terdiri dari Belanda, Amerika Serikat,
Australia, dan Inggris membentuk Komando Angkatan Darat gabungan yang disebut
ABDACOM (American British Dutch Australian Command), dengan markas besar di
Lembang. Letnan Jenderal Ter Poorten diangkat menjadi komandan ABDACOM.
Namun kekuatan ABDACOM tidak mampu menyelamatkan Hindia Belanda dari
kekalahan. Sedangkan Gubernur Jenderal Carda (Tjarda) melarikan diri ke Bandung
pada bulan Februari 1942.
Dalam Pertempuran Laut Jawa, armada Jepang berhasil menghancurkan
pasukan Belanda-Inggris yang dipimpin oleh Laksamana Karel Doorman. Tentara dan
kapal Belanda yang melarikan diri lainnya terus melarikan diri ke Australia. Sementara
itu, pada tanggal 1 Maret 1942, Jenderal Imamura beserta pasukannya mendarat di
Jawa. Pendaratan dilakukan di tiga tempat, yakni di Banten yang diperintahkan oleh
Jenderal Imamura sendiri. Kemudian pendaratan di Ereta Wetan-Indramayu dipimpin
oleh Kolonel Tonishori, dan pendaratan di sekitar Bojonegoro dikoordinir oleh Mayjen
Tsuchihashi. Belanda tidak mencurigai tempat-tempat tersebut jika dulunya mereka
membongkar muatan tentara Jepang. Pada saat yang sama Jepang tidak menyerang
Jakarta karena pada saat itu Belanda sedang mempersiapkan Jakarta menjadi kota
terbuka.
Menghadapi pasukan Jepang, sebenarnya sekutu antara lain berupa tentara
gabungan ABDACOM, dan beberapa kadet dari Akademi Militer Kerajaan dan Korps
Pendidikan Petugas Cadangan di Jawa Barat. Empat batalion infanteri telah disiapkan
di Jawa Tengah, sedangkan Jawa Timur memiliki tiga batalion tentara Indonesia dan
bala bantuandan satu batalion marinir dan juga unit dari Inggris dan Amerika.
Meskipun demikian, pasukan Jepang mendarat di Jawa dalam jumlah besar sangat
besar, berhasil menaklukkan wilayah apapun hampir tanpa perlawanan.
Pasukan Jepang dengan cepat menduduki pusat-pusat tersebut pasukan Belanda
di Jawa Pada tanggal 5 Maret 1942, Batavia jatuh ke tangan Jepang. Tentara Jepang
bergerak lebih jauh ke selatan dan menguasai kota Buitenzorg (Bogor). Kota-kota lain
di Jawa juga dengan mudah jatuh ke tangan Jepang. Akhirnya Pada 8 Maret 1942,
Jenderal Ter Poorte atas nama komandan pasukan Belanda/Sekutu menandatangani
penyerahan tanpa syarat kepada Jepang, yang diwakili oleh Jenderal Imamura.
Penandatanganan ini dilakukan di Kalijati, subang. Penyerahan Belanda kepada Jepang
disebut kapitulasi
Kalijati. Ini mengakhiri penjajahan Belanda di Indonesia. Kemudian Indonesia
berada di bawah pendudukan tentara Jepang gubernur jenderal Tjarda ditangkap.
Namun, Belanda segera mendirikan pemerintahan di pengasingan (Refugee
Pemerintah) di Australia H.J Van Mook.
Menarik untuk dicatat bahwa upaya militer Jepang untuk menguasai Indonesia
berlangsung begitu cepat. Itu ada hubungannya dengan itu perkembangan sebelumnya
Dari Jepang atau negeri sakura atau negeri matahari Pemberontakan berkembang
menjadi negara industri dan muncul sebagai Jepang imperialis mulai mengklaim
wilayah baru Salah satunya daerah baru adalah Indonesia Keinginan Jepang menguasai
Indonesia demi Indonesia sumber daya alam yang melimpah yang dapat digunakan
untuk mengembangkan industri Jepang Dengan slogan yang diperkenalkan oleh Kaisar
Jepang Jimmu, Hakko disebut Ichiu doktrin dominasi dunia dan satu-satunya kerajaan.
Doktrin Hakko Ichiu kemudian menjadi alat propaganda dan politik untuk memajukan
tujuan pemerintah Jepang. Slogan ini juga terinspirasi dari ajaran Shinto yang
menerima dan mengintegrasikan semua tradisi yang datang ke Jepang, termasuk
kehidupan spiritual, tanpa menghilangkan tradisi aslinya. Hakko ichiu menjadi slogan
dan pelajaran persatuan manusia. Ajaran ini diterjemahkan dengan pengertian bahwa
Jepang sebagai negara maju bertanggung jawab membentuk kesatuan umat manusia
dengan memajukan dan mempersatukan bangsa-bangsa di dunia, termasuk Indonesia.
Ajaran Hakko Ichiu diperkuat dengan pernyataan para antropolog bahwa orang Jepang
dan Indonesia adalah orang yang sama. Untuk memenuhi keinginan tersebut, Jepang
sudah mengirimkan mata-mata ke Indonesia pada tahun-tahun sebelumnya sebelum
tentara Jepang tiba di Indonesia.

2.2 Tanggapan Para Tokoh Pergerakan Nasional


Kedatangan Jepang di Indonesia pada awalnya disambut dengan senang hati
oleh rakyat Indonesia. Jepang dielu-elukan sebagai “Saudara Tua” yang dipandang
dapat membebaskan bangsa Indonesia dari kekuasaan Belanda. Sikap simpatik bangsa
Indonesia terhadap Jepang antara lain juga dipengaruhi oleh kepercayaan ramalan
Jayabaya.
Di mana-mana terdengar ucapan “banzai-banzai” (selamat datang-selamat
datang). Sementara itu, pihak tentara Jepang terus melakukan propaganda-propaganda
untuk terus menggerakkan dukungan rakyat Indonesia. Setiap kali Radio Tokyo
memperdengarkan Lagu Indonesia Raya, di samping Lagu Kimigayo. Bendera yang
berwarna Merah Putih juga boleh dikibarkan berdampingan dengan Bendera Jepang
Hinomaru. Melalui siaran radio, juga dipropagandakan bahwa barang-barang buatan
Jepang itu menarik dan murah harganya, sehingga mudah bagi rakyat Indonesia untuk
membelinya.
Simpati dan dukungan rakyat Indonesia itu nampaknya juga karena perilaku
Jepang yang sangat membenci Belanda. Di samping itu, diperkuat pula dengan
berkembangnya kepercayaan tentang Ramalan Jayabaya. Tentara Jepang juga
mempropagandakan bahwa kedatangannya ke Indonesia untuk membebaskan rakyat
dari cengkeraman penjajahan bangsa Barat. Jepang juga akan membantu memajukan
rakyat Indonesia. Melalui program Pan-Asia Jepang akan memajukan dan menyatukan
seluruh rakyat Asia. Untuk lebih meyakinkan rakyat Indonesia, Jepang menegaskan
kembali bahwa Jepang tidak lain adalah “saudara tua”, jadi Jepang dan Indonesia sama.
Bahkan untuk meneguhkan propagandanya tentang Pan-Asia, Jepang berusaha
membentuk perkumpulan yang diberi nama “Gerakan Tiga A”.

2.3 Pembentukan Pemerintahan Militer

1. Pembagian Wilayah Pemerintahan Militer Jepang


Pada pertengahan tahun 1942 timbul pemikiran dari Markas Besar Tentara
Jepang agar penduduk di daerah pendudukan dilibatkan dalam aktivitas pertahanan
dan kemiliteran (termasuk semi militer). Oleh karena itu, pemerintah Jepang di
Indonesia kemudian membentuk pemerintahan militer. Di seluruh Kepulauan
Indonesia bekas Hindia Belanda itu wilayahnya dibagi menjadi tiga wilayah
pemerintahan militer yaitu:
A. Pemerintahan militer Angkatan Darat, yaitu Tentara Kedua Puluh Lima (Tomi
Shudan) untuk Sumatra, yang berpusat di Bukittinggi.
B. Pemerintahan militer Angkatan Darat, yaitu Tentara Keenam Belas (Asamu
Shudan) untuk Jawa dan Madura, yang berpusat di Jakarta. Kekuatan pemerintah
militer ini kemudian ditambah dengan Angkatan Laut (Dai Ni Nankenkantai).
C. Pemerintahan militer Angkatan Laut, yaitu (Armada Selatan Kedua) untuk daerah
Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku, yang berpusat di Makassar.

2. Pembagian Administrasi Wilayah Pemerintahan Militer Jepang


Pembagian administrasi wilayah pendudukan semacam itu tentu juga terkait
dengan perbedaan kepentingan Jepang terhadap tiap-tiap daerah di Indonesia, baik
dari segi militer maupun politik ekonomi. Pulau Jawa yang merupakan pusat
pemerintahan yang sangat penting waktu itu masih diberlakukan pemerintahan
sementara. Hal ini berdasarkan Osamu Seirei (Undang-Undang yang dikeluarkan
oleh Panglima Tentara Ke-16). Di dalam undang-undang itu antara lain berisi
ketentuan sebagai berikut:

A. Jabatan Gubernur Jenderal pada masa Hindia Belanda dihapuskan dan segala
kekuasaan yang dahulu dipegangnya diambil alih oleh panglima tentara Jepang di
Jawa.
B. Para pejabat pemerintah sipil beserta pegawainya di masa Hindia Belanda tetap
diakui kedudukannya, asalkan memiliki kesetiaan terhadap tentara pendudukan
Jepang.
C. Badan-badan pemerintah dan undang-undang di masa Belanda tetap diakui secara
sah untuk sementara waktu, asalkan tidak bertentangan dengan aturan
pemerintahan militer Jepang.

3. Susunan Pemerintahan Militer Jepang


Adapun susunan pemerintahan militer Jepang tersebut adalah sebagai
berikut:
A. Gunshirekan (panglima tentara) yang kemudian disebut dengan Seiko Shikikan
(panglima tertinggi) sebagai pucuk pimpinan. Panglima tentara yang pertama
dijabat oleh Jenderal Hitoshi Imamura.
B. Gunseikan (kepala pemerintahan militer) yang dirangkap oleh kepala staf. Kepala
staf yang pertama adalah Mayor Jenderal Seizaburo Okasaki. Kantor pusat
pemerintahan militer ini disebut Gun Seikanbu. Di lingkungan Gun Seikanbu ini
terdapat empat bu (semacam departemen) dan ditambah satu bu lagi, sehingga
menjadi lima bu. Adapun kelima bu itu adalah sebagai berikut.
1) Somobu (Departemen Dalam Negeri).
2) Zaimubu (Departemen Keuangan).
3) Sangyobu (Departemen Perusahaan, Industri, dan Kerajinan Tangan) atau
urusan perekonomian.
4) Kotsubu (Departemen Lalu Lintas).
5) Shihobu (Departemen Kehakiman).

C. Gunseibu (koordinator pemerintahan dengan tugas memulihkan ketertiban dan


keamanan atau semacam gubernur) yang meliputi:
1) Jawa Barat : pusatnya di Bandung.
2) Jawa Tengah : pusatnya di Semarang.
3) Jawa Timur : pusatnya di Surabaya.
Ditambah dua daerah istimewa (Kochi) yakni Yogyakarta dan Surakarta.
Di dalam pemerintahan itu, Jepang juga membentuk kesatuan Kempetai
(Polisi Militer). Di samping susunan pemerintahan tersebut, juga ditetapkan lagu
kebangsaan yang boleh diperdengarkan hanyalah Kimigayo. Padahal sebelum tentara
Jepang datang di Indonesia, Lagu Indonesia Raya sering diperdengarkan di radio
Tokyo.

2.4 Pemerintahan Sipil


Untuk mendukung kelancaran pemerintahan pendudukan Jepang yang bersifat
militer, Jepang juga mengembangkan pemerintahan sipil. Pada bulan Agustus 1942,
pemerintahan militer berusaha meningkatkan sistem pemerintahan, antara lain dengan
mengeluarkan UU No. 27 tentang Aturan Pemerintahan Daerah dan dimantapkan
dengan UU No. 28 tentang Pemerintahan Shu serta Tokubetsushi. Dengan UU tersebut,
pemerintahan akan dilengkapi dengan pemerintahan sipil. Menurut UU No. 28 ini,
pemerintahan daerah yang tertinggi adalah shu (karesidenan). Seluruh Pulau Jawa dan
Madura, kecuali Kochi Yogyakarta dan Kochi Surakarta, dibagi menjadi daerah-daerah
shu (karesidenan), shi (kotapraja), ken (kabupaten), gun (kawedanan), son (kecamatan),
dan ku (desa/kelurahan). Seluruh Pulau Jawa dan Madura dibagi menjadi 17 shu.
Pemerintahan shu itu dipimpin oleh seorang shucokan. Shucokan memiliki
kekuasaan seperti gubernur pada zaman Hindia Belanda meliputi kekuasaan legislatif
dan eksekutif. Dalam menjalankan pemerintahan shucokan dibantu oleh Cokan Kanbo
(Majelis Permusyawaratan Shu). Setiap Cokan Kanbo ini memiliki tiga bu (bagian),
yakni Naiseibu (bagian pemerintahan umum), Kaisaibu (bagian ekonomi), dan
Keisatsubu (bagian kepolisian). Pemerintah pendudukan Jepang juga membentuk
sebuah kota yang dianggap memiliki posisi sangat penting sehingga menjadi daerah
semacam daerah swatantra (otonomi). Daerah ini disebut tokubetsushi (kota istimewa),
yang posisi dan kewenangannya seperti shu yang berada langsung di bawah
pengawasan gunseikan. Sebagai contoh adalah Kota Batavia, sebagai Batavia
Tokubetsushi di bawah pimpinan Tokubetu shico.
Pemerintah Jepang juga membentuk tonarigumi, yang pada masa sekarang ini
kita kenal dengan Rukun Tetangga (RT). Tanorigumi ini digunakan oleh pemerintah
Jepang untuk mengawasi gerak-gerik rakyat agar dapat dipantau oleh pemerintah
Jepang.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Peristiwa pengeboman Pearl Harbour yang menunjukkan kemenangan Jepang
terhadap Sekutu pada Perang Dunia II dalam peristiwa Perang Pasifik. Peristiwa itu telah
membuka jalan bagi Jepang untuk memasuki negara di Asia, termasuk Indonesia.
Pada Januari 1942, Jepang mendarat dan memasuki Indonesia. Tentara Jepang ini
masuk ke Indonesia melalui Ambon dan menguasai seluruh Maluku. Meskipun pasukan
KNIL (Koninklijk Nederlandsch Indisch Leger) dan pasukan Australia berusaha
menghalangi, tapi kekuatan Jepang tidak dapat dibendung.
Masuk dan kedatangan tentara Jepang disambut baik oleh rakyat Indonesia
karena dipandang sebagai kekuatan pembebas. Jepang kemudian membentuk
pemerintahan militer yang diperkuat dengan pemerintahan sipil.

3.2 Saran
Belajar sejarah Indonesia masa pendudukan Jepang ini sangat penting karena di samping
mendapatkan pemahaman tentang berbagai perubahan seperti dalam tata pemerintahan
dan kemiliteran, tetapi juga mendapatkan pelajaran tentang nilai-nilai keuletan dan kerja
keras dari para pejuang, pengorbanan, dan keteguhan untuk mempertahankan kebenaran
dan hak asasi manusia.
DAFTAR PUSTAKA

Buku Lks Sejarah Indonesia ------------------------------------------ Viva Pakarindo;


Buku Paket Sejarah Indonesia

Anda mungkin juga menyukai