Anda di halaman 1dari 10

KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun ucapkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan rahmat
dan karunia-Nya sehingga Makalah Kedatangan Jepang ke Indonesia ini dapat
diselesaikan dengan baik. Tidak lupa shalawat dan salam semoga terlimpahkan
kepada Rasulullah Muhammad SAW, keluarganya, sahabatnya, dan kepada kita
selaku umatnya.

Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan Makalah Sejarah Indonesia yang berjudul Makalah Kedatangan Jepang ke
Indonesia ini. Dan kami juga menyadari pentingnya akan sumber bacaan dan referensi
internet yang telah membantu dalam memberikan informasi yang akan menjadi bahan
makalah. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan arahan serta bimbingannya selama ini sehingga penyusunan makalah
dapat dibuat dengan sebaik-baiknya. Kami menyadari masih banyak kekurangan
dalam penulisan Makalah Kedatangan Jepang ke Indonesia ini sehingga kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi penyempurnaan
makalah ini.

Kami mohon maaf jika di dalam makalah ini terdapat banyak kesalahan dan
kekurangan, karena kesempurnaan hanya milik Yang Maha Kuasa yaitu Allah SWT,
dan kekurangan pasti milik kita sebagai manusia. Semoga Makalah Kedatangan
Jepang ke Indonesia ini dapat bermanfaat bagi kita semuanya.

PadangSidempuan,20Januari2023

Penyusun
DAFTAR ISI
 

 KATA PENGANTAR........................................................................................ i
 DAFTAR ISI...................................................................................................... ii
 BAB I PENDAHULUAN.................................................................................. 1

o A. Latar Belakang................................................................................ 1
o B. Rumusan Masalah.......................................................................... 1
o C. Tujuan............................................................................................. 1

 BAB II PEMBAHASAN.................................................................................... 2

o A. Masuknya Jepang ke Indonesia.......................................................... 2


o B. Sambutan Rakyat Indonesia terhadap Kedatangan Jepang................ 4
o C. Pembentukan Pemerintahan Militer Jepang................................. 4
 1. Pembagian Wilayah Pemerintahan Militer
Jepang............................................................................... 4
 2. Pembagian Administrasi Wilayah Pemerintahan Militer
Jepang..................................................................................... 5
 3. Susunan Pemerintahan Militer Jepang............................... 5
o D. Pembentukan Pemerintahan Sipil Jepang..................................... 6

 BAB III PENUTUP............................................................................................7

o A. Kesimpulan..........................................................................................7
o B. Saran....................................................................................................7

 DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 7
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Berbicara mengenai dominasi ekonomi Jepang di Indonesia, sebenarnya secara


historis kita sudah memiliki pengalaman pahit pada saat negeri kita diduduki Jepang
tahun 1942-1945. Secara ekonomis kekayaan negeri kita dikuras untuk kepentingan
Jepang demi memenangkan Perang Asia Timur Raya. Pengalaman sejarah semestinya
dapat menjadi pelajaran dalam menyikapi perkembangan pengaruh ekonomi Jepang
sekarang ini.

Meskipun masa pendudukan Jepang hanya berlangsung relatif singkat, tetapi memberi
dampak yang penting dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia. Propaganda Jepang
mengenai tata pemerintahan baru, keberpihakan sebagai sesama bangsa Asia, dan janji
akan kemerdekaan, memberi harapan bagi rakyat Indonesia. Kendati sempat dirusak
oleh pemerintah Jepang yang represif, terutama dengan adanya program romusa,
dorongan dan gerakan untuk mencapai kemerdekaan tetap digencarkan oleh kaum
pergerakan baik secara terang-terangan maupun gerakan “bawah tanah” (Taufik
Abdullah dan A.B. Lapian, (ed) 2012).

Perlu dipahami bahwa “rentetan kemenangan yang dicapai tentara Jepang sejak
melancarkan Perang Pasifik membuka pintu bagi mereka untuk menduduki tanah
Hindia Belanda”. Kedatangan “saudara tua”, sebagaimana Jepang menyebut dirinya,
mula-mula disambut dengan penuh harapan, tetapi kemudian mengecewakan rakyat.
Walaupun demikian, pendudukan Jepang membuka sejarah baru bagi Indonesia”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang akan dibahas di
dalam makalah tentang Kedatangan Jepang ke Indonesia ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana proses masuknya Jepang ke Indonesia?


2. Bagaimana sambutan rakyat Indonesia terhadap kedatangan Jepang?
3. Bagaimana sistem pemerintahan militer Jepang?
4. Bagaimana sistem pemerintahan sipil Jepang?

C. Tujuan

Adapun tujuan dalam penulisan makalah tentang Kedatangan Jepang ke Indonesia ini
adalah sebagai berikut:

1. Untuk menganalisis proses masuknya Jepang ke Indonesia.


2. Untuk menganalisis sambutan rakyat Indonesia terhadap kedatangan Jepang.
3. Untuk menganalisis pembentukan pemerintahan militer Jepang
4. Untuk menganalisis pembentukan pemerintahan sipil Jepang.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Masuknya Jepang ke Indonesia

Sejak pengeboman Pearl Harbour oleh angkatan Perang Jepang pada 8 Desember
1941, serangan terus dilancarkan terhadap angkatan laut Amerika Serikat di Pasifik.
Serangan-serangan itu seolah-olah tak dapat dibendung oleh Amerika Serikat.
Pasukan Jepang berhasil menghancurkan basis-basis militer Amerika seperti di
Filipina. Kemudian serangan Jepang juga diarahkan ke Indonesia. Serangan terhadap
Indonesia bertujuan untuk mendapatkan cadangan logistik dan bahan industri perang,
seperti minyak bumi, timah, dan aluminium. Sebab, persediaan minyak di Indonesia
diperkirakan dapat mencukupi kebutuhan Jepang selama Perang Pasifik.

Perlu dipahami bahwa pada saat Jepang ini memasuki Indonesia sudah membawa
kultur dan ideologi fasisme. Jepang sudah menjadi negara fasis. Fasis atau fasisme
adalah paham atau ideologi. Fasisme dapat dimaknai sebagai sistem (sistem
pemerintahan), di mana semua kekuasaan berada pada satu tangan seorang yang
diktator dan otoriter. Dalam mengembangkan kehidupan berbangsa menjadi sangat
nasionalistik (chauvinistik), elitis, dan rasialis. Penataan kehidupan sosial dan
ekonomi sangat ketat, sentralistik dalam sebuah korporasi pemerintah yang otoriter di
bawah pemimpin yang diktator. Fasisme ini mula pertama berkembang di Italia pada
tahun 1922 dengan tokohnya Benito Mussolini. Kemudian pada tahun 1933
berkembang di Jerman, yang selanjutnya berkembang juga di Jepang.

Pada Januari 1942, Jepang mendarat dan memasuki Indonesia. Tentara Jepang ini
masuk ke Indonesia melalui Ambon dan menguasai seluruh Maluku. Meskipun
pasukan KNIL (Koninklijk Nederlandsch Indisch Leger) dan pasukan Australia
berusaha menghalangi, tapi kekuatan Jepang tidak dapat dibendung. Daerah Tarakan
di Kalimantan Timur kemudian dikuasai oleh Jepang bersamaan dengan Balikpapan
(12 Januari 1942). Jepang kemudian menyerang Sumatra setelah berhasil memasuki
Pontianak. Bersamaan dengan itu Jepang melakukan serangan ke Jawa (Februari
1942).

Pada tanggal 1 Maret 1942, kemenangan tentara Jepang dalam Perang Pasifik
menunjukkan kemampuan Jepang dalam mengontrol wilayah yang sangat luas, yaitu
dari Burma sampai Pulau Wake di Samudra Pasifik. Setelah daerah-daerah di luar
Jawa dikuasai, Jepang memusatkan perhatiannya untuk menguasai tanah Jawa sebagai
pusat pemerintahan Hindia Belanda. Untuk menghadapi gerak invasi tentara Jepang,
blok sekutu yang terdiri atas Belanda, Amerika Serikat, Australia, dan Inggris
membentuk Komando Gabungan Tentara Serikat yang disebut ABDACOM
(American British Dutch Australian Command) yang bermarkas di Lembang. Letnan
Jenderal Ter Poorten diangkat sebagai Panglima ABDACOM. Namun kekuatan
ABDACOM tidak mampu menyelamatkan Hindia Belanda dari kekalahan. Sementara
itu, Gubernur Jenderal Carda (Tjarda) pada Februari 1942 telah mengungsi ke
Bandung.
Dalam pertempuran di Laut Jawa, Angkatan Laut Jepang berhasil menghancurkan
pasukan gabungan Belanda-Inggris yang dipimpin oleh Laksamana Karel Doorman.
Sisa-sisa pasukan dan kapal Belanda yang berhasil lolos terus melarikan diri menuju
Australia. Sementara itu, Jenderal Imamura dan pasukannya mendarat di Jawa pada
tanggal 1 Maret 1942. Pendaratan itu dilaksanakan di tiga tempat, yakni di Banten
dipimpin oleh Jenderal Imamura sendiri. Kemudian pendaratan di Eretan Wetan-
Indramayu dipimpin oleh Kolonel Tonishori, dan pendaratan di sekitar Bojonegoro
dikoordinasi oleh Mayjen Tsuchihashi. Tempat-tempat tersebut memang tidak diduga
oleh Belanda jika ternyata digunakan pendaratan tentara Jepang. Sementara itu Jepang
tidak menyerang Jakarta, karena pada saat itu Jakarta disiapkan oleh Belanda sebagai
kota terbuka.

Untuk menghadapi pasukan Jepang, sebenarnya Sekutu sudah mempersiapkan diri,


yaitu antara lain berupa tentara gabungan ABDACOM, ditambah satu kompi Kadet
dari Akademi Militer Kerajaan dan Korps Pendidikan Perwira Cadangan di Jawa
Barat. Di Jawa Tengah, telah disiapkan empat batalion infanteri, sedangkan di Jawa
Timur terdiri tiga batalion pasukan bantuan Indonesia dan satu batalion marinir, serta
ditambah dengan satuan-satuan dari Inggris dan Amerika. Meskipun demikian, tentara
Jepang mendarat di Jawa dengan jumlah yang sangat besar, berhasil merebut tiap
daerah hampir tanpa perlawanan.

Pasukan Jepang dengan cepat menyerbu pusat-pusat kekuatan tentara Belanda di


Jawa. Tanggal 5 Maret 1942 Batavia jatuh ke tangan Jepang. Tentara Jepang terus
bergerak ke selatan dan menguasai kota Buitenzorg (Bogor). Dengan mudah kota-kota
di Jawa yang lain juga jatuh ke tangan Jepang. Akhirnya pada tanggal 8 Maret 1942
Jenderal Ter Poorten atas nama komandan pasukan Belanda/Sekutu menandatangani
penyerahan tidak bersyarat kepada Jepang yang diwakili Jenderal Imamura.
Penandatanganan ini dilaksanakan di Kalijati, Subang. Penyerahan Belanda kepada
Jepang kemudian dikenal dengan Kapitulasi Kalijati. Dengan demikian, berakhirlah
penjajahan Belanda di Indonesia. Kemudian Indonesia berada di bawah pendudukan
tentara Jepang. Gubernur Jenderal Tjarda ditawan. Namun, Belanda segera
mendirikan pemerintahan pelarian (exile government) di Australia di bawah pimpinan
H.J. Van Mook.

Menyimak dari gerakan tentara Jepang untuk menguasai Indonesia berlangsung begitu
cepat itu memang menarik. Hal ini ada kaitannya dengan perkembangan sebelumnya.
Sejak Jepang atau Negeri Sakura atau Negeri Matahari Terbit berkembang menjadi
negara industri dan tampil sebagai imperialis, Jepang mulai membutuhkan daerah-
daerah baru. Salah satu daerah baru yang dimaksud adalah Indonesia. Keinginan
Jepang untuk menguasai Indonesia karena Indonesia kaya akan sumber daya alam
yang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan industri Jepang. Jepang dengan slogan
Hakko Ichiu yang diperkenalkan oleh Kaisar Jimmu adalah doktrin untuk menguasai
dunia dan satu-satunya kekaisaran.

Doktrin Hakko Ichiu ini kemudian dimodifikasi sebagai alat propaganda dan alat
politik untuk mencapai tujuan pemerintah Jepang. Slogan ini juga diilhami oleh ajaran
Shintoisme yang menerima dan memadukan semua tradisi termasuk kehidupan
spiritual yang masuk ke Jepang, tanpa menghilangkah tradisi aslinya. Hakko ichiu
telah menjadi slogan dan ajaran tentang kesatuan keluarga umat manusia. Ajaran ini
diterjemahkan bahwa Jepang sebagai negara maju bertanggung jawab untuk
membentuk kesatuan keluarga umat manusia dengan memajukan dan mempersatukan
bangsa-bangsa di dunia, termasuk Indonesia. Ajaran Hakko ichiu diperkuat oleh
keterangan antropolog yang menyatakan bahwa bangsa Jepang dan Indonesia
serumpun. Untuk merealisasikan keinginannya itu, maka sebelum gerakan tentara
Jepang itu datang ke Indonesia, Jepang sudah mengirim para spionase untuk datang ke
Indonesia pada tahun-tahun sebelumnya.

B. Sambutan Rakyat Indonesia terhadap Kedatangan Jepang

Kedatangan Jepang di Indonesia pada awalnya disambut dengan senang hati oleh
rakyat Indonesia. Jepang dielu-elukan sebagai “Saudara Tua” yang dipandang dapat
membebaskan bangsa Indonesia dari kekuasaan Belanda. Sikap simpatik bangsa
Indonesia terhadap Jepang antara lain juga dipengaruhi oleh kepercayaan ramalan
Jayabaya.

Di mana-mana terdengar ucapan “banzai-banzai” (selamat datang-selamat datang).


Sementara itu, pihak tentara Jepang terus melakukan propaganda-propaganda untuk
terus menggerakkan dukungan rakyat Indonesia. Setiap kali Radio Tokyo
memperdengarkan Lagu Indonesia Raya, di samping Lagu Kimigayo. Bendera yang
berwarna Merah Putih juga boleh dikibarkan berdampingan dengan Bendera Jepang
Hinomaru. Melalui siaran radio, juga dipropagandakan bahwa barang-barang buatan
Jepang itu menarik dan murah harganya, sehingga mudah bagi rakyat Indonesia untuk
membelinya.

Simpati dan dukungan rakyat Indonesia itu nampaknya juga karena perilaku Jepang
yang sangat membenci Belanda. Di samping itu, diperkuat pula dengan
berkembangnya kepercayaan tentang Ramalan Jayabaya. Tentara Jepang juga
mempropagandakan bahwa kedatangannya ke Indonesia untuk membebaskan rakyat
dari cengkeraman penjajahan bangsa Barat. Jepang juga akan membantu memajukan
rakyat Indonesia. Melalui program Pan-Asia Jepang akan memajukan dan menyatukan
seluruh rakyat Asia. Untuk lebih meyakinkan rakyat Indonesia, Jepang menegaskan
kembali bahwa Jepang tidak lain adalah “saudara tua”, jadi Jepang dan Indonesia
sama. Bahkan untuk meneguhkan propagandanya tentang Pan-Asia, Jepang berusaha
membentuk perkumpulan yang diberi nama “Gerakan Tiga A”.

C. Pembentukan Pemerintahan Militer Jepang

1. Pembagian Wilayah Pemerintahan Militer Jepang

Pada pertengahan tahun 1942 timbul pemikiran dari Markas Besar Tentara Jepang
agar penduduk di daerah pendudukan dilibatkan dalam aktivitas pertahanan dan
kemiliteran (termasuk semi militer). Oleh karena itu, pemerintah Jepang di Indonesia
kemudian membentuk pemerintahan militer. Di seluruh Kepulauan Indonesia bekas
Hindia Belanda itu wilayahnya dibagi menjadi tiga wilayah pemerintahan militer.

 Pemerintahan militer Angkatan Darat, yaitu Tentara Kedua Puluh Lima (Tomi
Shudan) untuk Sumatra, yang berpusat di Bukittinggi.
 Pemerintahan militer Angkatan Darat, yaitu Tentara Keenam Belas (Asamu
Shudan) untuk Jawa dan Madura, yang berpusat di Jakarta. Kekuatan
pemerintah militer ini kemudian ditambah dengan Angkatan Laut (Dai Ni
Nankenkantai).
 Pemerintahan militer Angkatan Laut, yaitu (Armada Selatan Kedua) untuk
daerah Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku, yang berpusat di Makassar.

2. Pembagian Administrasi Wilayah Pemerintahan Militer Jepang

Pembagian administrasi wilayah pendudukan semacam itu tentu juga terkait dengan
perbedaan kepentingan Jepang terhadap tiap-tiap daerah di Indonesia, baik dari segi
militer maupun politik ekonomi. Pulau Jawa yang merupakan pusat pemerintahan
yang sangat penting waktu itu masih diberlakukan pemerintahan sementara. Hal ini
berdasarkan Osamu Seirei (Undang-Undang yang dikeluarkan oleh Panglima Tentara
Ke-16). Di dalam undang-undang itu antara lain berisi ketentuan sebagai berikut.

 Jabatan Gubernur Jenderal pada masa Hindia Belanda dihapuskan dan segala
kekuasaan yang dahulu dipegangnya diambil alih oleh panglima tentara Jepang
di Jawa.
 Para pejabat pemerintah sipil beserta pegawainya di masa Hindia Belanda tetap
diakui kedudukannya, asalkan memiliki kesetiaan terhadap tentara pendudukan
Jepang.
 Badan-badan pemerintah dan undang-undang di masa Belanda tetap diakui
secara sah untuk sementara waktu, asalkan tidak bertentangan dengan aturan
pemerintahan militer Jepang.

3. Susunan Pemerintahan Militer Jepang

Adapun susunan pemerintahan militer Jepang tersebut adalah sebagai berikut.

 Gunshirekan (panglima tentara) yang kemudian disebut dengan Seiko Shikikan


(panglima tertinggi) sebagai pucuk pimpinan. Panglima tentara yang pertama
dijabat oleh Jenderal Hitoshi Imamura.
 Gunseikan (kepala pemerintahan militer) yang dirangkap oleh kepala staf.
Kepala staf yang pertama adalah Mayor Jenderal Seizaburo Okasaki. Kantor
pusat pemerintahan militer ini disebut Gun Seikanbu. Di lingkungan Gun
Seikanbu ini terdapat empat bu (semacam departemen) dan ditambah satu bu
lagi, sehingga menjadi lima bu. Adapun kelima bu itu adalah sebagai berikut.
1)Somobu (Departemen Dalam Negeri).
2) Zaimubu (Departemen Keuangan).
3) Sangyobu (Departemen Perusahaan, Industri, dan Kerajinan Tangan) atau
urusan perekonomian.
4) Kotsubu (Departemen Lalu Lintas).
5) Shihobu (Departemen Kehakiman).
 Gunseibu (koordinator pemerintahan dengan tugas memulihkan ketertiban dan
keamanan atau semacam gubernur) yang meliputi:
1)Jawa Barat : pusatnya di Bandung.
2) Jawa Tengah : pusatnya di Semarang.
3) Jawa Timur : pusatnya di Surabaya.
Ditambah dua daerah istimewa (Kochi) yakni Yogyakarta dan Surakarta.

Di dalam pemerintahan itu, Jepang juga membentuk kesatuan Kempetai (Polisi


Militer). Di samping susunan pemerintahan tersebut, juga ditetapkan lagu kebangsaan
yang boleh diperdengarkan hanyalah Kimigayo. Padahal sebelum tentara Jepang
datang di Indonesia, Lagu Indonesia Raya sering diperdengarkan di radio Tokyo.

D. Pembentukan Pemerintahan Sipil Jepang

Untuk mendukung kelancaran pemerintahan pendudukan Jepang yang bersifat militer,


Jepang juga mengembangkan pemerintahan sipil. Pada bulan Agustus 1942,
pemerintahan militer berusaha meningkatkan sistem pemerintahan, antara lain dengan
mengeluarkan UU No. 27 tentang Aturan Pemerintahan Daerah dan dimantapkan
dengan UU No. 28 tentang Pemerintahan Shu serta Tokubetsushi. Dengan UU
tersebut, pemerintahan akan dilengkapi dengan pemerintahan sipil. Menurut UU No.
28 ini, pemerintahan daerah yang tertinggi adalah shu (karesidenan). Seluruh Pulau
Jawa dan Madura, kecuali Kochi Yogyakarta dan Kochi Surakarta, dibagi menjadi
daerah-daerah shu (karesidenan), shi (kotapraja), ken (kabupaten), gun (kawedanan),
son (kecamatan), dan ku (desa/kelurahan). Seluruh Pulau Jawa dan Madura dibagi
menjadi 17 shu.

Pemerintahan shu itu dipimpin oleh seorang shucokan. Shucokan memiliki kekuasaan
seperti gubernur pada zaman Hindia Belanda meliputi kekuasaan legislatif dan
eksekutif. Dalam menjalankan pemerintahan shucokan dibantu oleh Cokan Kanbo
(Majelis Permusyawaratan Shu). Setiap Cokan Kanbo ini memiliki tiga bu (bagian),
yakni Naiseibu (bagian pemerintahan umum), Kaisaibu (bagian ekonomi), dan
Keisatsubu (bagian kepolisian). Pemerintah pendudukan Jepang juga membentuk
sebuah kota yang dianggap memiliki posisi sangat penting sehingga menjadi daerah
semacam daerah swatantra (otonomi). Daerah ini disebut tokubetsushi (kota
istimewa), yang posisi dan kewenangannya seperti shu yang berada langsung di
bawah pengawasan gunseikan. Sebagai contoh adalah Kota Batavia, sebagai Batavia
Tokubetsushi di bawah pimpinan Tokubetu shico.

Pemerintah Jepang juga membentuk tonarigumi, yang pada masa sekarang ini kita
kenal dengan Rukun Tetangga (RT). Tanorigumi ini digunakan oleh pemerintah
Jepang untuk mengawasi gerak-gerik rakyat agar dapat dipantau oleh pemerintah
Jepang.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Peristiwa pengeboman Pearl Harbour yang menunjukkan kemenangan Jepang


terhadap Sekutu pada Perang Dunia II dalam peristiwa Perang Pasifik. Peristiwa itu
telah membuka jalan bagi Jepang untuk memasuki negara di Asia, termasuk
Indonesia.

Pada Januari 1942, Jepang mendarat dan memasuki Indonesia. Tentara Jepang ini
masuk ke Indonesia melalui Ambon dan menguasai seluruh Maluku. Meskipun
pasukan KNIL (Koninklijk Nederlandsch Indisch Leger) dan pasukan Australia
berusaha menghalangi, tapi kekuatan Jepang tidak dapat dibendung.

Masuk dan kedatangan tentara Jepang disambut baik oleh rakyat Indonesia karena
dipandang sebagai kekuatan pembebas. Jepang kemudian membentuk pemerintahan
militer yang diperkuat dengan pemerintahan sipil..

B. Saran

Belajar sejarah Indonesia masa pendudukan Jepang ini sangat penting karena di
samping mendapatkan pemahaman tentang berbagai perubahan seperti dalam tata
pemerintahan dan kemiliteran, tetapi juga mendapatkan pelajaran tentang nilai-nilai
keuletan dan kerja keras dari para pejuang, pengorbanan, dan keteguhan untuk
mempertahankan kebenaran dan hak asasi manusia.

DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Taufik dkk. 1978. Manusia dalam Kemelut Sejarah. Jakarta: LP3ES.

——–, dan A.B. Lapian. 2012. Indonesia Dalam Arus Sejarah jilid 5 (Masa
Pergerakan Kebangsaan). Jakarta: Ichtiar Baru van Hoeve.

——–, dan A.B. Lapian. 2012. Indonesia Dalam Arus Sejarah jilid 6 (Perang dan
Revolusi). Jakarta: Ichtiar Baru van Hoeve.

Benda, Harry J., 1983. The Crescent and The Rising Sun: Indonesian Islam Under The
Japanese Occupation 1942–1945. Holland/USA: Faris Publications.

Boomgaard, Peter dan Janneke van Dijk. 2001. Het Indie Boek. Zwolle: Waanders
Drukkers.
Departemen Kebudayaan dan Pariwisata. 2007. Wisata Sejarah. Jakarta: Departemen
Kebudayaan dan Pariwisata.

Elson, R. E. 2009. The Idea of Indonesia: Sejarah Pemikiran dan Gagasan. Jakarta:
Serambi Ilmu Semesta.

Notosusanto, Nugroho. 1979. Tentara Peta pada Jaman Pendudukan Jepang di


Indonesia. Jakarta: Departemen Pertahanan dan Keamanan.

Anda mungkin juga menyukai