Disusun Oleh :
1. Aura Ryani Zahwa
2. Dimas Ibnu Mu’thi
3. Irma Lestari
4. Leni Agustina Dalimunthe
XI IPA I
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang……………………...................................
……………………………….... 1
B. Rumusan Masalah……………...............................
……………………………………..... 1
C. Tujuan.........................................................................................................
... 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan...............................................................................................
22
B. Saran..........................................................................................................
22
Kata Pengantar
Bab I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Keikutsertaan Jepang dalam Perang Pasifik membutuhkan segala
sesuatu yang terkait dengan kepentingan perang, misalnya
daerah/pusat pertahanan militer, sumber ekonomi, dantenaga manusia.
Kebutuhan akan daerah pertahanan dalam perang membuat Jepang
melakukan penguasaan atas daerah-daerah strategis dan
menguntungkan secara militer dan ekonomis yang dapat menjamin
kelangsungannya di Asia Tenggara. Demikian pula potensi sumber
daya alam dan tenaga manusia yang ada di daerah-daerah tersebut
merupakan daya tarik bagi Jepang untuk menguasainya.
1
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui awal mula kedatangan bangsa Jepang ke Indonesia.
2. Untuk mengetahui alasan rakyat Indonesia menyambut kedatangan
Jepang dengan baik.
3. Untuk mengetahui tujuan sebenarnya Jepang datang ke Indonesia.
4. Untuk mengetahui apa saja organisasi bentukan Jepang di Indonesia.
5. Untuk mengetahui bagaimana kekejaman Jepang saat berada di
Indonesia.
6. Untuk mengetahui perlawanan rakyat Indonesia terhadap Jepang.
7. Untuk mempelajari dampak dari penjajahan Jepang terhadap Indonesia.
2
Bab II
Pembahasan
A. Awal Mula Kedatangan Bangsa Jepang ke Indonesia
9
Setelah menjadi romusha, mereka akan diberi pakaian "seragam"
berupa karung goni yang berkutu. Setiap hari para pekerja paksa itu
harus melakukan tugas yang berat tanpa istirahat dan makanan yang
cukup. Tubuh mereka pun kurus dan lemah, namun tetap harus bekerja
dengan berat.
Para tentara Jepang pun mengawasinya setiap waktu. Cambuk,
pentungan logam, dan berbagai senjata siap untuk diayunkan kapan
saja ketika ada romusha yang melawan, berusaha melarikan diri, atau
mencuri waktu istirahat.
10
F. Perlawanan rakyat Indonesia terhadap Jepang
Sikap Jepang yang semena-mena dan menyengsarakan rakyat Indonesia,
lambat laun makin terasa dan disadari. Penderitaan ini memicu kebencian
rakyat terhadap Jepang. Di sebagian wilayah, rakyat memilih angkat senjata.
PETA, organisasi militer yang dibentuk Jepang sendiri bahkan melawan.
Begitu pula para tokoh nasional yang melawan dengan caranya masing-
masing.
1) Perlawanan di Aceh
Aceh menjadi salah satu wilayah yang dikuasai Jepang. Masyarakat
Aceh diperlakukan dengan sewenang-wenang dan mengalami penderitaan
yang cukup lama karena banyak rakyat Aceh yang dikerahkan untuk
Romusha. Akibat hal itu, pada 10 November 1942 terjadi penyerangan
terhadap Jepang di Cot Plieng, penyerangan tersebut dipimpin oleh
Tengku Abdul Jalil yang merupakan seorang guru mengaji di Cot Plieng.
Sebanyak dua kali Jepang berusaha menaklukan wilayah Cot Plieng, dua-
duanya pun berhasil digagalkan oleh rakyat Aceh dengan serangannya,
dan berhasil memukul mundur Jepang ke daerah Lhokseumawe.
Kemudian pada serangan ketiga, Jepang berhasil merebut Cot Plieng, dan
Tengku Abdul Jalil harus gugur di tempat saat sedang beribadah.
2) Perlawanan di Singaparna (Tasikmalaya)
Singaparna, Tasikmalaya, menjadi salah satu wilayah yang berhasil di
duduki oleh Jepang. Pada masa itu, rakyat Singaparna dipaksa untuk
mengikuti upacara Seikerei. Upacara Seikerei merupakan upacara
penghormatan kepada kaisar Jepang dengan cara membungkuk kearah
matahari terbit. Dengan cara seperti ini, masyarakat Singaparna merasa
sangat dipermalukan dan dilecehkan. Selain itu, mereka juga merasa
menderita karena diperlakukan secara sewenang-wenang dan kasar oleh
Jepang. Akibatnya, pada bulan Februari 1944, rakyat Singaparna
melakukan perlawanan terhadap Jepang. Pasukan perlawanan dipimpin
oleh Kiai Zainal Mustofa. Akan tetapi Jepang berhasil menangkap Kiai
Zainal Mustofa pada tanggal 25 Februari 1944, dan pada tanggal 25
Oktober 1944, Kiai Zainal harus menghentikan perjuangannya setelah
beliau dihukum mati.
12
3) Perlawanan di Indramayu
Indramayu mendapatkan perlakuan yang sama oleh Jepang, masyarakat
Indramayu dipaksa menjadi romusha, bekerja di bawah tekanan dan
diperlakukan secara sewenang-wenang. Oleh karena itu, masyarakat
Indramayu juga melakukan perlawanan terhadap Jepang. Pemberontakan
tersebut terjadi di Desa Kaplongan pada bulan April 1944. Selanjutnya
beberapa bulan kemudian, tepatnya tanggal 30 Juli 1944 terjadi
pemberontakan di Desa Cidempet, Kecamatan Loh Bener.
Dampak Positif
10
Dampak Negatif
11
Bab III
Penutup
A. Kesimpulan
Jepang mula mula datang ke Indonesia pada tahun 1942 dengan tujuan
untuk memenuhi kebutuhan mereka untuk berperang. Belanda yang saat
itu sedang menduduki Indonesia berhasil dipukul mundur oleh Jepang dan
Jepang juga berhasil untuk mengambil alih Indonesia.
Berkat Jepang yang berhasil mengalahkan Belanda yang sudah sangat
lama menjajah Indonesia, rakyat Indonesia menyambut kedatangan Jepang
dengan sangat baik dan terbuka. Hal ini dimanfaatkan Jepang untuk
melancarkan kebijakan lainnya untuk mengambil hati rakyat.
Untuk mendapatkan kekuatan militer lebih, Jepang membentuk banyak
organisasi baik bersifat militer dan nonmiliter demi kepentingan Jepang
sendiri.
Kekejaman bangsa Jepang selama menduduki Indonesia kian pedihnya,
kekejaman puncaknya adalah dengan diadakannya romusha atau kerja
paksa. Rakyat dipaksa bekerja untuk terjun ke medan perang, membangun
benteng, dan penjara tanpa upah atau makanan sedikitpun.
Karena kekejaman Jepang yang sangat pedih, banyak rakyat Indonesia
yang melakukan perlawanan terhadap Jepang. Perlawanan terbesar
terhadap Jepang dilakukan oleh PETA (Pembela Tanah Air) di Blitar,
Jawa Timur yang dipimpin oleh Supriyadi.
12