Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

Karikatur Tentang Masa Pendudukan Jepang


di Indonesia

Disusun Oleh :
1. Aura Ryani Zahwa
2. Dimas Ibnu Mu’thi
3. Irma Lestari
4. Leni Agustina Dalimunthe
XI IPA I

SMAN 3 Rantau Utara


TAHUN AJARAN
2020/2021
DAFTAR ISI
Judul………………………………………………………...............................
...............……………………….i
Daftar Isi………………………………..........................................
…………………………………………..ii
Kata Pengantar…………………………………....................................
…………………………………iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang……………………...................................
……………………………….... 1
B. Rumusan Masalah……………...............................
……………………………………..... 1
C. Tujuan.........................................................................................................
... 1

BAB II PEMBAHASAN

A. Awal Mula Kedatangan Bangsa Jepang ke Indonesia.................. 2


B. Sambutan Baik Rakyat Indonesia Terhadap Jepang..................... 33
C. Tujuan Sebenarnya Jepang Datang ke Indonesia ......................... 22
D. Organisasi Bentukan Jepang Selama Menjajah Indonesia......... 22
E. Kekejaman Bangsa Jepang Terhadap Indonesia............................ 22
F. Perlawanan Rakyat Indonesia Terhadap Jepang........................... 22
G. Dampak Pendudukan Jepang di Indonesia....................................... 22

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan...............................................................................................
22
B. Saran..........................................................................................................
22
Kata Pengantar

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan


rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
makalah yang berjudul Karikatur Tentang Masa Pendudukan Jepang
di Indonesia ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk


memenuhi tugas guru pada bidang pelajaran Sejarah Indonesia ibu
Dewi Fitri Shinta Pane, S.Pd. selain itu makalah ini juga bertujuan
untuk menambah wawasan bagi para pembaca dan juga bagi
penulis.

Dalam penyusunan proposal ini, kami menyadari sepenuhnya


bahwa proposal ini masih jauh dari kesempurnaan karena
pengalaman dan
pengetahuan kami yang terbatas. Oleh karena itu, kami memohon
maaf atas segala kesalahan yang ada pada karya kami.

Rantauprapat, 5 Februari 2021


Anggota Kelompok

Bab I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Keikutsertaan Jepang dalam Perang Pasifik membutuhkan segala
sesuatu yang terkait dengan kepentingan perang, misalnya
daerah/pusat pertahanan militer, sumber ekonomi, dantenaga manusia.
Kebutuhan akan daerah pertahanan dalam perang membuat Jepang
melakukan penguasaan atas daerah-daerah strategis dan
menguntungkan secara militer dan ekonomis yang dapat menjamin
kelangsungannya di Asia Tenggara. Demikian pula potensi sumber
daya alam dan tenaga manusia yang ada di daerah-daerah tersebut
merupakan daya tarik bagi Jepang untuk menguasainya.

Konsekuensi dari kebutuhan dan kepentingan tersebut, maka


Jepang menjadikan Indonesia sebagai salah satu daerah
penguasaannya. Ada tiga faktor yang menyebabkan tentara Jepang
menyerbu dan menguasai Indonesia. Pertama, Indonesia sangat kaya
akan bahan mentah yang sangat dibutuhkan oleh Jepang untuk
menunjang serta mendukung usaha-usaha perangnya,seperti minyak
tanah, batu bara, timah, dan lain-lainnya. Kedua, Indonesia terkenal
kaya dan subur dengan potensi sumber daya alamnya terutama bahan
makanan yang berupa tanam-tanaman, bahan makanan hewani. Ketiga,
Indonesia mempunyai tenaga manusia yang cukup besar yang sangat
dibutuhkan Jepang untuk menggerakkan dan melancarkan usaha-usaha
perangnya.

Keikutsertaan Jepang dalam


Perang Pasifik membutuhkan
segala sesuatu yang terkait
dengan kepentingan perang,
misalnya daerah/pusat
pertahanan militer, sumber
ekonomi, dan
tenaga manusia. Kebutuhan akan
daerah pertahanan dalam perang
membuat Jepang melakukan
penguasaan atas daerah-daerah
strategis dan menguntungkan
secara militer dan ekonomis yang
dapat menjamin
kelangsungannya di Asia
Tenggara. Demikian pula potensi
sumber daya alam
dan tenaga manusia yang ada di
daerah-daerah tersebut merupakan
daya tarik bagi Jepang untuk
menguasainya.
Konsekuensi dari kebutuhan
dan kepentingan tersebut,
maka Jepang menjadikan
Indonesia sebagai salah satu
daerah penguasaannya. Ada tiga
faktor yang menyebabkan tentara
Jepang menyerbu dan menguasai
Indonesia. Pertama, Indonesia
sangat kaya akan bahan mentah
yang sangat dibutuhkan oleh
Jepang untuk menunjang serta
mendukung usaha-usaha
perangnya,
seperti minyak tanah, batu bara,
timah, dan lain-lainnya. Kedua,
Indonesia terkenal kaya dan
subur dengan potensi sumber
daya alamnya terutama bahan
makanan yang berupa tanam-
tanaman (jagung, beras, kacang
hijau, dan ubi-ubian), bahan
makanan hewani (kerbau, sapi,
kambing, ayam, itik, dan lain-
lainya). Ketiga, Indonesia
mempunyai tenaga manusia
(man
power) yang cukup besar yang
sangat dibutuhkan Jepang untuk
menggerakkan dan melancarkan
usaha-usaha perangnya (Sagimun,
1989: 211-212).
B. Rumusan masalah
1. Bagaimana awal mula kedatangan bangsa Jepang ke Indonesia?
2. Mengapa rakyat Indonesia menyambut kedatangan Jepang dengan
baik?
3. Apa tujuan sebenarnya Jepang datang ke Indonesia?
4. Apa saja organisasi bentukan Jepang di Indonesia?
5. Bagaimana kekejaman Jepang saat berada di Indonesia?
6. Apa saja perlawanan rakyat Indonesia terhadap Jepang?
7. Apa saja dampak dari penjajahan Jepang terhadap Indonesia?

1
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui awal mula kedatangan bangsa Jepang ke Indonesia.
2. Untuk mengetahui alasan rakyat Indonesia menyambut kedatangan
Jepang dengan baik.
3. Untuk mengetahui tujuan sebenarnya Jepang datang ke Indonesia.
4. Untuk mengetahui apa saja organisasi bentukan Jepang di Indonesia.
5. Untuk mengetahui bagaimana kekejaman Jepang saat berada di
Indonesia.
6. Untuk mengetahui perlawanan rakyat Indonesia terhadap Jepang.
7. Untuk mempelajari dampak dari penjajahan Jepang terhadap Indonesia.
2
Bab II
Pembahasan
A. Awal Mula Kedatangan Bangsa Jepang ke Indonesia

Jepang pertama kali datang ke Indonesia pada tanggal 11 Januari 1942


lewat Tarakan, Kalimantan Timur. Pasukan Hindia Belanda terpukul
mundur. Di Kalimantan dan Sumatra, Jepang menguasai ladang minyak.
Jepang kemudian mulai bergerak ke Jawa yang menjadi pusat
kekuasaan Pemerintah Hindia Belanda. Pada 1 Maret 1942, tentara ke-16
Jepang mendarat di Teluk Banten, Eretan Wetan di Jawa Barat, dan
Kragan di Jawa Tengah. Pada 5 Maret 1942, Jepang berhasil merebut
Batavia dari Hindia Belanda. Gubernur Jenderal Hindia Belanda,
komandan dan pasukannya yang terpukul mundur ke Lembang, Jawa
Barat, akhirnya dikuasai juga oleh Jepang.
Pasukan Belanda yang kalah bersedia menyerahkan Bandung dan
daerah-daerah sekitarnya. Namun Letnan Jenderal Hitoshi Imamura yang
memimpin invasi, meminta penyerahan total atas semua pasukan di Jawa
dan bagian Indonesia lainnya. Jika Belanda menolak, Jepang akan
mengebom Bandung dari udara. Belanda akhirnya memenuhi tuntutan
Jepang. Peralihan kekuasaan ini ditandai dengan ditandatanganinya
Perjanjian Kalijati.
3
B. Sambutan Baik Rakyat Indonesia Terhadap Jepang

Kedatangan Jepang ke Indonesia disambut dengan gembira rakyat


Indonesia karena Jepang dianggap telah membebaskan Indonesia dari
belenggu Pemerintah Hindia Belanda. Jepang berusaha menampilkan
kebenciannya terhadap bangsa kulit putih dengan menyiksa tawanan
Belanda di depan umum. Sebaliknya, Jepang membebaskan rakyat
pribumi yang jadi tawanan politik Belanda.
Di sepanjang jalan, pasukan Jepang disambut dengan sorak sorai
"Banzai, banzai!" serta "Hidup Nippon, hidup Nippon!". Selama beberapa
bulan radio Tokyo telah mendengung-dengungkan propaganda bahwa
mereka akan membebaskan rakyat Indonesia dari belenggu penjajahan
Belanda. Di awal kedatangannya pun, Jepang memutarkan lagu Indonesia
Raya setiap hari lewat radio.
Jepang mengenalkan diri sebagai "saudara tua" bangsa Indonesia
karena sama-sama dari benua Asia. Jepang melancarkan propaganda yang
menunjukkan dirinya seolah-olah pahlawan. Mereka menjanjikan
masyarakat bisa membeli barang dengan harga murah karena politik
dumping.
Di awal, bujuk rayu Jepang berhasil mengelabui rakyat pribumi.
Rakyat pribumi makin percaya karena ada ramalan yang ditulis Raja
Kediri, Jayabaya, yang memerintah sekitar tahun 1157. Ramalan Jayabaya
kira-kira berbunyi, "Akan datang bangsa berkulit kuning dari Utara,
berperawakan tidak tinggi, pendek pun juga tidak. Mereka itu nanti akan
menduduki tanah Jawa, tetapi hanya seusia tanaman jagung. Dan akan
kembali ke negerinya sendiri, sedangkan tanah Jawa akan kembali
dikuasai anak negeri sendiri pula.

C. Tujuan Sebenarnya Jepang Datang ke Indonesia

Datangnya Jepang ke Indonesia bukanlah untuk menyelamatkan bangsa


Indonesia dari genggaman Belanda, melainkan untuk mencari keuntungan
bagi Jepang sendiri. Adapun tujuan sebenarnya antara lain:
1. Menjadikan Indonesia sebagai daerah penghasil dan penyuplai
bahan mentah dan bahan baker bagi kepentingan industri Jepang.

2. Menjadikan Indonesia sebagai tempat pemasaran hasil industri


Jepang. Indonesia dijadikan tempat pemasaran hasil industri Jepang
karena jumlah penduduk Indonesia sangat banyak.
3. Menjadikan Indonesia sebagai tempat untuk mendapatkan tenaga
buruh yang banyak dengan upah yang relatif murah.

Dengan tujuan tersebut maka Jepang harus mampu membungkus


tujuan yang jelas-jelas merugikan bangsa Indonesia dengan berbagai
propaganda agar diterima oleh bangsa Indonesia. Propaganda Jepang
yang cukup menarik simpati rakyat Indonesia adalah sebagai berikut :

1. Jepang adalah “saudara tua” bagi bangsa-bangsa di Asia dan berjanji


membebaskan Asia dari penindasan bangsa Barat.
2. Jepang memperkenalkan semboyan “Gerakan Tiga A”: Jepang
Pemimpin Asia, Jepang Pelindung Asia, dan Jepang Cahaya Asia.
3. Jepang menjanjikan kemudahan bagi bangsa Indonesia, seperti janji
menunaikan ibadah haji, menjual barang dengan harga murah.
4. Jepang memperkenankan pengibaran bendera merah putih bersama
bendera Jepang Hinomaru.
5. Rakyat Indonesia boleh menyanyikan lagu “Indonesia Raya”
bersama lagu kebangsaan Jepang “Kimigayo”.
6

D. Organisasi Bentukan Jepang Selama Menjajah Indonesia

Jepang memerlukan tambahan tentara untuk membantunya melawan


kekuatan Amerika dan sekutunya karena tentara Jepang sendiri mulai
terdesak. Hal tersebut mendorong Jepang untuk memberikan latihan
kemiliteran. Jepang berharap organisasi kemiliteran yang telah dibentuk
akan dapat membantu Jepang melawan sekutu. Organisasi kemiliteran
yang dibentuk Jepang, di antaranya sebagai berikut :
1. Seinendan (Barisan Pemuda), beranggotakan pemuda berusia antara
14-22 tahun.
2. Keibodan (Barisan Pembantu Polisi), beranggotakan pemuda berusia
26-35 tahun.
3. Heiho (Pembantu Prajurit Jepang), anggota Heiho ditempatkan dalam
kesatuan tentara Jepang sehingga bannyak dikerahkan ke medan
perang.
4. Pembela Tanah Air (PETA), dibentuk pada 3 Oktober 1943. Calon
perwira PETA mendapatkan pelatihan di Bogor. Tujuan didirikannya
PETA adalah untuk mempertahankan wilayah masing-masing.
5. Fujinkai (Barisan Perhimpunan Wanita), Suishintai (Barisan Pelopor),
Jibakutai (Barisan Berani Mati),

E. Kekejaman Bangsa Jepang Terhadap Indonesia


Kedatangan Jepang ke Indonesia pada tahun 1942 berpengaruh besar,
dalam artian yang baik dan buruk. Dampak baiknya, mereka berhasil
mengusir Belanda yang telah menduduki Indonesia selama tiga abad.
Namun kabar buruknya, Jepang memiliki caranya tersendiri untuk
menjajah bangsa Indonesia.
Walaupun masa pendudukan Jepang relatif singkat, yakni 3,5 tahun,
mereka berhasil mengubah mimpi buruk menjadi nyata. Pemerintah dan
tentara Jepang memimpin dengan begitu kejam dan merenggut banyak
hal, padahal mereka mengaku akan memberikan kemerdekaan di awal
kedatangannya.
Berikut ini sejumlah bukti kekejaman para penjajah Jepang terhadap
rakyat Indonesia:

1. Membuat rakyat Indonesia hidup secara tak manusiawi


Para penjajah Jepang memiliki cara yang licik untuk mengelabui
rakyat Indonesia. Mereka datang mengaku sebagai "saudara tua"
bangsa kita untuk mendapatkan simpati. Tak hanya itu, janji
kemerdekaan juga digemborkan di awal kedatangan, sehingga rakyat
memercayainya.
Namun ternyata, semua kebaikan itu hanya berlangsung dalam
waktu yang singkat. Tak lama setelah Jepang menduduki Banten,
makanan, obat-obatan, pakaian, dan berbagai barang kebutuhan lainnya
menghilang dari pasar.
Akibatnya, rakyat pun sangat menderita. Mereka terpaksa makan
seadanya dan mengenakan karung goni sebagai alat penutup tubuh.
Belum lagi jika sakit, tak ada obat yang bisa diakses, sehingga rakyat
menggunakan tumbuh-tumbuhan herbal seadanya.

2. Romusha, kerja paksa ala Jepang


Bukti kekejaman Jepang yang paling terkenal adalah romusha.
Mereka memaksa rakyat, terutama para petani, untuk mengerjakan
berbagai hal. Mulai dari terjun ke medan perang, membangun berbagai
benteng, penjara, dan lain sebagainya.
Para pekerja romusha direkrut dengan paksa. Setiap kepala
daerah harus menyetorkan data laki-laki usia produktif, setelah itu
mereka akan dipanggil untuk menjadi romusha. Saat panggilan datang,
keluarga harus merelakan mereka, karena sering kali para pekerja
tersebut tidak kembali lagi ke rumahnya.

9
Setelah menjadi romusha, mereka akan diberi pakaian "seragam"
berupa karung goni yang berkutu. Setiap hari para pekerja paksa itu
harus melakukan tugas yang berat tanpa istirahat dan makanan yang
cukup. Tubuh mereka pun kurus dan lemah, namun tetap harus bekerja
dengan berat.
Para tentara Jepang pun mengawasinya setiap waktu. Cambuk,
pentungan logam, dan berbagai senjata siap untuk diayunkan kapan
saja ketika ada romusha yang melawan, berusaha melarikan diri, atau
mencuri waktu istirahat.

3. Membangun penjara-penjara yang tidak manusiawi


Jepang juga terkenal dengan penjara-penjaranya yang tak kenal
ampun dan tidak manusiawi. Salah satu contohnya adalah penjara
bawah tanah yang ada di Lawang Sewu, Semarang, Jawa Tengah.
Bangunan tersebut awalnya dibuat oleh pemerintah Belanda
untuk kantor kereta api. Namun saat Jepang menguasai Indonesia, ia
dialihfungsikan menjadi penjara. Terdapat dua macam penjara yang
terkenal di Lawang Sewu, yakni penjara jongkok dan berdiri.
Penjara jongkok dibuat seperti bak dengan tinggi 50 sentimeter.
Para tahanan harus jongkok di dalamnya. Seakan tak cukup kejam, bak
tersebut diisi air yang mencapai leher lalu ditutup dengan besi.
Sementara penjara berdiri dibuat dengan ukuran 1 x 1 meter.
Ruangan tersebut biasanya diisi oleh delapan orang. Para tahanan yang
berasal dari pribumi maupun warga Belanda harus berdiri berdesak-
desakan di dalamnya.

4. Menyiksa dan membiarkan tahanan mati kelaparan


Seakan penjara yang dibuatnya tak cukup menyiksa, para
penjajah Jepang juga terkenal sering membiarkan tahanannya mati
kelaparan. Para sipir dengan sengaja tidak memberikan makanan
kepada tahanan selama berhari-hari.
Ketika diberi pun, makanan tersebut tidak cukup untuk memenuhi
nutrisi yang diperlukan. Ini terjadi karena penjajah Jepang menganggap
penjara adalah tempat untuk menyiksa, bukan hanya menahan. Maka
tak heran jika banyak tahanan yang mati sebelum dieksekusi.
Belum lagi, tahanan juga sering mendapatkan siksaan dari
Kempeitai, polisi militer Jepang yang sangat sadis. Mereka tak ragu
mengeluarkan berbagai metode untuk menyiksa orang.

10
F. Perlawanan rakyat Indonesia terhadap Jepang
Sikap Jepang yang semena-mena dan menyengsarakan rakyat Indonesia,
lambat laun makin terasa dan disadari. Penderitaan ini memicu kebencian
rakyat terhadap Jepang. Di sebagian wilayah, rakyat memilih angkat senjata.
PETA, organisasi militer yang dibentuk Jepang sendiri bahkan melawan.
Begitu pula para tokoh nasional yang melawan dengan caranya masing-
masing.
1) Perlawanan di Aceh
Aceh menjadi salah satu wilayah yang dikuasai Jepang. Masyarakat
Aceh diperlakukan dengan sewenang-wenang dan mengalami penderitaan
yang cukup lama karena banyak rakyat Aceh yang dikerahkan untuk
Romusha. Akibat hal itu, pada 10 November 1942 terjadi penyerangan
terhadap Jepang di Cot Plieng, penyerangan tersebut dipimpin oleh
Tengku Abdul Jalil yang merupakan seorang guru mengaji di Cot Plieng.
Sebanyak dua kali Jepang berusaha menaklukan wilayah Cot Plieng, dua-
duanya pun berhasil digagalkan oleh rakyat Aceh dengan serangannya,
dan berhasil memukul mundur Jepang ke daerah Lhokseumawe.
Kemudian pada serangan ketiga, Jepang berhasil merebut Cot Plieng, dan
Tengku Abdul Jalil harus gugur di tempat saat sedang beribadah.
2) Perlawanan di Singaparna (Tasikmalaya)
Singaparna, Tasikmalaya, menjadi salah satu wilayah yang berhasil di
duduki oleh Jepang. Pada masa itu, rakyat Singaparna dipaksa untuk
mengikuti upacara Seikerei. Upacara Seikerei merupakan upacara
penghormatan kepada kaisar Jepang dengan cara membungkuk kearah
matahari terbit. Dengan cara seperti ini, masyarakat Singaparna merasa
sangat dipermalukan dan dilecehkan. Selain itu, mereka juga merasa
menderita karena diperlakukan secara sewenang-wenang dan kasar oleh
Jepang. Akibatnya, pada bulan Februari 1944, rakyat Singaparna
melakukan perlawanan terhadap Jepang. Pasukan perlawanan dipimpin
oleh Kiai Zainal Mustofa. Akan tetapi Jepang berhasil menangkap Kiai
Zainal Mustofa pada tanggal 25 Februari 1944, dan pada tanggal 25
Oktober 1944, Kiai Zainal harus menghentikan perjuangannya setelah
beliau dihukum mati.

12
3) Perlawanan di Indramayu
Indramayu mendapatkan perlakuan yang sama oleh Jepang, masyarakat
Indramayu dipaksa menjadi romusha, bekerja di bawah tekanan dan
diperlakukan secara sewenang-wenang. Oleh karena itu, masyarakat
Indramayu juga melakukan perlawanan terhadap Jepang. Pemberontakan
tersebut terjadi di Desa Kaplongan pada bulan April 1944. Selanjutnya
beberapa bulan kemudian, tepatnya tanggal 30 Juli 1944 terjadi
pemberontakan di Desa Cidempet, Kecamatan Loh Bener.

4) Perlawanan di Blitar (Pemberontakan PETA)


Perlawanan juga terjadi di Blitar. Pada tanggal 14 Februari 1945 terjadi
pemberontakan yang dilakukan para tentara PETA (Pembela Tanah Air)
di bawah pimpinan Supriyadi. Pemberontakan ini merupakan
pemberontakan terbesar pada masa pendudukan Jepang.
9
G. Dampak Pendudukan Jepang di Indonesia

Zaman pendudukan Jepang sangat memberi dampak pada kehidupan


rakyat Indonesia dalam berbagai aspek dan bidang baik itu positif maupun
negatif, di antaranya yaitu:

Dampak Positif

 Diperbolehkannya bahasa Indonesia untuk menjadi bahasa komunikasi


nasional dan menyebabkan bahasa Indonesia mengukuhkan diri sebagai
bahasa nasional.
 Jepang mendukung semangat anti Belanda, sehingga mau tak mau ikut
mendukung semangat nasionalisme Indonesia, antara lain menolak
pengaruh-pengaruh Belanda, misalnya perubahan nama Batavia
menjadi Jakarta.
 Untuk mendapatkan dukungan rakyat Indonesia, Jepang mendekati
pemimpin nasional Indonesia seperti Soekarno dengan harapan agar
Soekarno mau membantu Jepang memobilisasi rakyat Indonesia.
Pengakuan Jepang ini mengukuhkan posisi para pemimpin nasional
Indonesia dan memberikan mereka kesempatan memimpin rakyatnya.
 Dalam bidang ekonomi didirikannya kumyai yakni koperasi yang
bertujuan untuk kepentingan bersama, mendirikan sekolah-sekolah
seperti SD 6 tahun, SMP 9 tahun dan SLTA.
 Pembentukan stara masyarakat hingga tingkat paling bawah yakni
rukun tetangga “RT” atau Tonarigumi.
 Diperkenalkan suatu sistem baru bagi pertanian yakni line system
“sistem pengaturan bercocok tanam secara efisien” yang bertujuan
untuk meningkatkan produksi pangan.
 Dibentuknya BPUPKI dan PPKI untuk mempersiapkan kemerdekaan
Indonesia, dari sini muncullah ide Pancasila.
 Jepang dengan teprogram melatih dan mempersenjatai pemuda-pemuda
Indonesia demi kepentingan Jepang pada awalnya, namun oleh pemuda
hal ini dijadikan modal untuk berperang yang dikemudian hari
digunakan untuk menghadapi kembalinya pemerintah kolonial
Belanda.
 Dalam pendidikan dikenalkan sistem Nipon-sentris dan
diperkenalkannya kegiatan upacara dalam sekolah.

10

Dampak Negatif

 Penghapusan semua organisasi politik dan pranata sosial warisan


Hindia Belanda yang sebenarnya banyak diantaranya yang bermanfaat
bagi kemajuan ilmu pengetahuan, sosial, ekonomi dan kesejahteraan
warga.
 Romusha, mobilisasi rakyat Indonesia “terutama warga Jawa” untuk
kerja paksa dalam kondisi yang tidak menusiawi.
 Penghimpunan segala sumber daya seperti sandang, pangan, logam dan
minyak demi kepentingan perang. Akibatnya berasa dan berbagai
bahan pangan petani dirampas Jepang sehingga banyak rakyat yang
menderita kelaparan.
 Krisis ekonomi yang sangat parah, hal ini karena dicetaknmya uang
pendudukan secara besar-besaran sehingga menyebabkan terjadinya
inflasi.
 Kebijakan self sufficiency “kawasan mandiri” yang menyebabkan
terputusnya hubungan ekonomi antar daerah.
 Kebijakan fasis pemerintah militer Jepang yang menyebar polisi
khusus dan intelijen di kalangan rakyat sehingga menimbulkan
ketakutan. Pemerintah Jepang bebas melanggar hak asasi manusia
dengan menginterogasi, menangkap, bahkan menghukum mati siapa
saja yang dicurigai atau dituduh sebagai mata-mata atau anti-Jepang
tanpa proses pengadilan.
 Pembatasan pers sehingga tidak ada pers yang idependen semuanya
dibawah pengawasan Jepang.
 Terjadinya kekacuan sistuasi dan kondisi keamanan yang parah seperti
maraknya perampokan, pemerkosaan dan lain-lain.
 Pelarangan terhadap buku-buku berbahasa Belanda dan Inggris yang
menyebabkan pendidikan yang lebih tinggi terasa mustahil.
 Banyak guru-guru yang dipekerjakan sebagai pejabat-pejabat pada
masa itu yang menyebabkan kemunduran standar pendidikan secara
tajam.

11

Bab III
Penutup
A. Kesimpulan

Jepang mula mula datang ke Indonesia pada tahun 1942 dengan tujuan
untuk memenuhi kebutuhan mereka untuk berperang. Belanda yang saat
itu sedang menduduki Indonesia berhasil dipukul mundur oleh Jepang dan
Jepang juga berhasil untuk mengambil alih Indonesia.
Berkat Jepang yang berhasil mengalahkan Belanda yang sudah sangat
lama menjajah Indonesia, rakyat Indonesia menyambut kedatangan Jepang
dengan sangat baik dan terbuka. Hal ini dimanfaatkan Jepang untuk
melancarkan kebijakan lainnya untuk mengambil hati rakyat.
Untuk mendapatkan kekuatan militer lebih, Jepang membentuk banyak
organisasi baik bersifat militer dan nonmiliter demi kepentingan Jepang
sendiri.
Kekejaman bangsa Jepang selama menduduki Indonesia kian pedihnya,
kekejaman puncaknya adalah dengan diadakannya romusha atau kerja
paksa. Rakyat dipaksa bekerja untuk terjun ke medan perang, membangun
benteng, dan penjara tanpa upah atau makanan sedikitpun.
Karena kekejaman Jepang yang sangat pedih, banyak rakyat Indonesia
yang melakukan perlawanan terhadap Jepang. Perlawanan terbesar
terhadap Jepang dilakukan oleh PETA (Pembela Tanah Air) di Blitar,
Jawa Timur yang dipimpin oleh Supriyadi.

12

Anda mungkin juga menyukai