Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah
tentang “MASUKNYA JEPANG DI INDONESIA” ini dengan baik meskipun banyak
kekurangan didalamnya.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai kedatangan jepang di indonesia.Kami juga
menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari
kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi
perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak
ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun
orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan
kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang
membangun demi perbaikan di masa depan.
Penyusun
BAB 1
PENDAHULUAN
1. Gerakan 3A
Sejak kedatangannya ke Indonesia, Jepang terus berusaha menarik simpati rakyat
Indonesia. Gerakan 3 A yang berisi Nippon Cahaya Asia, Nippon Pelindung Asia dan
Nippon pemimipin Asia merupakan salah satu propaganda yang dilakukan Jepang
dalam menarik hati rakyat Indonesia. Gerakan 3 A ini berada dibawah pimpinan Mr.
Syamsudin. Selain itu, ditambah pula organisasi Pemuda Asia Raya yang dipimpin
oleh Sukardjo Wiryopranoto. Namun pada perkembangannya Gerakan 3 A gagal
dalam mendapatkan simpati rakyat Indonesia hingga akhirnya organisasi ini
dibubarkan.
2. Majelis Islam A’la Indonesia (MIAI)
Kedatangan Jepang ke Indonesia membawa banyak perubahan pada rakyat
Indonesia, Jepang banyak memberikan peraturan dan kebijakan agar memperkuat
posisi Jepang di Indonesia. Jepang melarang berbagai pertemuan yang dilakukan
rakyat Indonesia yang bersifat politik dan bahkan pemerintah Jepang membubarkan
organisasi pergerakan Indonesia yang sudah ada sejak masa kolonial Belanda.
Terkecuali Majelis Islam A’ la Indonesia (MIAI), karena kegiatannya bersifat
keagamaan, tidak mengadakan kegiatan politik dan strategi pergerakan yang bersifat
terbuka maka organisasi yang dibentuk pada September 1937 ini tidak dibubarkan
oleh pemerintah Jepang. Jepang memberikan kontribusi untuk mengembangkan
kehidupan bragama di Indonesia seperti Kantor Urusan Agama yang dipimpin oleh
orang Indonesia yaitu KH Hasyim Ashari. Pada perkembangan selanjutnya beberapa
pesantren dikunjungi para pembesar Jepang. Umat islam diizinkan membentuk
Hizbullah yang memberikan pelatihan kemiliteran bagi para pemuda islam. Semakin
pesatnya perkembangan organisasi ini membuat kekhawatiran serta mengancam
eksistensi pendudukan Jepang, MIAI akhirnya dicurigai pihak Jepang. Pada 1943,
MIAI dibubarkan dan sebagai penggantinya dibentuk Majelis Syuro Muslimin
Indonesia (Masyumi).
3. Masyumi
Majelis Syuro Muslimin Indonesia berdiri pada 1943 sebagai pengganti MIAI.
Masyumi diketuai oleh KH Mas Mansur dan didampingi KH Hasyim Ashari.
Organisasi ini dimanfaatkan oleh tokoh-tokoh pergerakan nasional Indonesia untuk
mengonsolidasikan organisasi-organisasi islam lainnya, seperti Muhamadiyah,
Nahdatul Ulama, Persatuan Islam dan Sarekat Islam. Tidak jauh berbeda dengan
organisasi pergerakan islam gabungan dalam MIAI, Masyumi memiliki visi bahwa
setiap umat Islam diwajibkan untuk jihad Fisabilillah (berjuang di jalan Allah) dalam
berbagai bidang, termasuk dalam bidang politik. Para kaum muda muslim, khususnya
para santri dipersiapkan untuk berjuang secara fisik maupun politis.
4. Pusat Tenaga Rakyat (Putera)
Dalam rangka membangkitkan semangat dan perasaan anti bangsa kulit putih,
Jepang mendirikan Pusat Tenaga Rakyat (Putera) pada Maret 1942. Organisasi ini
dipimpin oleh 4 serangkai yang memiliki tugas untuk memimpin rakyat Indonesia
supaya mau menghapuskan pengaruh barat. Adapun tujuannya memudatkan seluruh
kekuatan rakyat dalam rangka membantu udaha Jepang memenangkan perang Asia
Pasifik. Empat serangkai dianggap oleh Jepang sebagai lambing dari pergerakan
nasional Indonesia. Sebaliknya, para pemimipin nasional memanfaatkan Putera untuk
mempersiapkan rakyat Indonesia mencapai kemerdekaan. Pemerintah pendudukan
Jepang, tidak menyadari bahwa Putera menjadi sebuah wadah pemupukan rasa
nasionalisme di kalangan rakyat Indonesia.
5. Cuo Sangi In
Cuo Sangi In atau Badan Pertimbangan Pusat dibentuk oelh pemerintah
pendudukan Jepang. Pada awlnya badan ini dimaksudkan Jepang sebagai pengendali
politik di Indonesia. Akan tetapi, justru oelh para pemimpin pergerakan nesional
dimanfaatkan untuk mengimbangi politik Jepang. Badan pertimbangan Pusat
mempunyai tugasa mengajukan usul dan menjawab pertanyaan pemerintah Jepang.
Badan ini kemudian dijadikan sarana strategis bagi para tokoh pergerakan Indonesia.
Bangsa Indonesia diberi kesempatan menduduki jabatan kepala depatemen dan
residen yang sulit didapatkan pada masa pemerintah colonial Belanda.
6. Jawa Hokokai
Melalui pernyataan yang dikeluarkan oleh panglima tertinggi tentara Jepang pada
1944, di jawa berdiri organisasi Jawa Hokokai (Himpunan Kebaktian Jawa).
Organisasi ini lahir dengan dorongan pada situsi Perang Asia Timur Raya yang
semakin gencar. Jawa Hokokai diorientasikan untuk memupuk semangat kebaktian,
yaitu kesediaan untuk mengorbankan diri, mempertebal persaudaraan dan
melaksanakan tugas untuk kepentingan pemerintah pendudukan Jepang. Pimpinan
Jawa Hokokai ditangani langsung oleh pimpinan militer Jepang dan anggotanya
diseleksi secara ketat. Jaringan organisasi ini dari pusat sampai daerah memiliki
bidang-bidang kegiatan, seperti guru, kewanitaan, perusahaan, dan kesenian. Jawa
hokokai bertugas mengerahkan rajyat secara paksa untuk mengumpukan padi,
permata, besi tua, serta menanam jarak. Hasilnya harus diserahkan ke pemerintah
pendudukan Jepanguntuk membiayai Perang Asia Timur Raya.
B. Saran
Belajar sejarah Indonesia masa pendudukan Jepang ini sangat penting karena di
samping mendapatkan pemahaman tentang berbagai perubahan seperti dalam tata
pemerintahan dan kemiliteran, tetapi juga mendapatkan pelajaran tentang nilai-nilai
keuletan dan kerja keras dari para pejuang, pengorbanan, dan keteguhan untuk
mempertahankan kebenaran dan hak asasi manusia.
Daftar Pustaka
Supriatna, N.(2009). Perkembangan Masyarakat Indonesia. Bandung: Perpustakaan Nasional
RI
Sakamoto, T. (1982). Jepang dulu dan sekarang. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
Suryohadiprojo, Sayidiman. (1988). Mayarakat Jepang Dewasa ini. Jakarta: PT. Gramedia
Ricklef, M.C. (2005). Sejarah Indonesia Modern. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
Beasley, W.G. (2003). Pengalaman Jepang Sejarah Singkat Jepang. Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia.
Suryohadiprojo, Sayidiman. (1987). Pengalaman dari Jepang. Manusia dan Masyarakat
Jepang dalam Perjoangan Hidup. Jakarta: Universitas Indonesia.
Gardana, F. (2009). Sejarah dunia.[online].
Tersedia: http://versus.faktualita.com/2009/05/perang-jepang-vs-rusia.html
Alamsyah, I. (2009). Letak Geografis Jepang.[online]
Tersedia: http://freeandzz.wordpress.com/2009/10/18/letak-geografis-jepang/
Hidayat, T. (2008). Dominasi Permintaan Lahan Jepang.[online]
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................ i
DAFTAR ISI...................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................. 1
o A. Latar Belakang................................................................................ 1
o B. Rumusan Masalah.......................................................................... 1
o C. Tujuan............................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................... 2
o A. Kesimpulan........................................................................................16
o B. Saran..................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................16