Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang
telah melimpahkan rahmat, hidayah, serta inayah-Nya kepada kita semua, sehingga kami dapat menyelesaikan kliping IPS ini dengan baik. Karena dengan izin-Nya kami dapat membuat dan menyelesaikan kliping IPS ini, walaupun masih banyak kekurangan.
Kami ucapkan terima kasih kepada bapak/ibu guru yang
telah membimbing kami. Besar harapan kami, kehadiran kliping ini dapat memberikan kontribusi bagi terselenggaranya pendidikan yang berkualitas serta mendorong siswa untuk menjadi generasi berprestasi.
Kami menyadari dalam penyusunan kliping ini masih
banyak kekurangan, maka dari itu dengan kerendahan hati, kami mengharap kritik dan saran dari semua pihak untuk/memperbaiki kliping ini sehingga menjadi lebih baik. Daftar isi
Nanti sesuai kan bel og daftar isik de
A. Biografi Tokoh Pejuang kemerdekaan Republik Indonesia
1. Ki Hajar Dewantara
Ki Hajar Dewantara selain dikenal sebagai seorang
pahlawan nasional, ia juga dikenal sebagai Bapak Pendidikan Nasional Indonesia. Perkembangan pendidikan di Indonesia tidak terlepas dari peran Ki Hajar Dewantara. lahir diYogyakarta 2 Mei 1889 ini mengenyam pendidikan di sekolah khusus anak Belanda dan Bangsawan yakni ELS. Setelah itu ia melanjutkan sekolahnya di STOVIA, sekolah kedokteran khusus untuk pribumi namun ia tak selesai. Ia lebih menyukai jurnalistik dan menjadi wartawan di berbagai surat kabar. Tulisan-tulisannya sangat tajam mengkritik pemerintahan kolonial Belanda. Hal ini membuat ia sempat ditangkap dan dibuang ke pulau Bangka. Dari Pulau Bangka, Ki Hajar Dewantara kemudian diasingkan ke Belanda bersama dengan dr. Tjipto Mangunkusumo serta Douwes Dekker. Di Belanda, Ki Hajar Dewantar memperoleh ijazah pendidikan yakni Europeesche Akte yang kemudian dipakai mendirikan lembaga pendidikan di Indonesia.
Setelah kembali ke Indonesia, Ki Hajar Dewantara
kemudian mendirikan lembaga pendidikan bernama Taman Siswa atau Nationaal Onderwijs Instituut Tamansiswa pada tahun 1922. Ki Hajar Dewantara juga mencetuskan semboyan yang kini dipakai dalam pendidikan di Indonesia yakni Ing ngarso sung tulodo (di depan memberi contoh), Ing madyo mangun karso, (di tengah memberi semangat), serta Tut Wuri Handayani, (di belakang memberi dorongan). Setelah Indonesia Merdeka pada tahun 1945, Ki Hajar Dewantara diangkat sebagai Menteri pengajaran Indonesia yang kini dikenal sebagai Menteri Pendidikan.
Bapak Pendidikan Nasional Indonesia ini wafat pada
tanggal 26 April 1959 di Yogyakarta. Atas jasa jasa Ki Hajar Dewantara, pemerintah menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional Indonesia. Hari lahirnya juga diperingati sebagai hari pendidikan. 2. Jenderal Besar Sudirman
Jenderal Besar Sudirman merupakan salah satu
pahlawan yang sudah tidak asing lagi di Indonesia. Namanya sangat terkenal diseluruh Indonesia. Ia merupakan salah satu tokoh militer yang mampu meraih pangkat hingga jenderal besar (bintang lima) dalam tubuh TNI. Pria kelahiran Purbalingga 24 Januari 1916 sebelumnya berlatar belakang sebagai seorang guru. Walaupun terlahir di keluarga miskin, Jenderal Sudirman kala itu mempunyai semangat yang tinggi dalam belajar serta berorganisasi.
Setelah lulus di sekolah calon guru Kweekschool,
Sudirman kala itu kemudian mengajar di Cilacap sebagai seorang guru di sekolah Muhammadiyah. Ketika Jepang masuk ke Indonesia pada tahun 1942, Sekolah tempat Sudirman mengajar ditutup dan diubah menjadi pos militer oleh Jepang. Setelah itu, Sudirman memilih masuk di militer dan bergabung dengan PETA (Pasukan Pembela Tanah Air) di Bogor. Setelah lulus pendidikan ia kemudian menjadi komandan batalyon.
Pasca kemerdekaan Indonesia tahun 1945, Soekarno
kemudian menunjuk Sudirman sebagai Panglima TKR (Tentara Keamanan Rakyat) menggantikan Supriyadi yang menghilang misterius. Ketika agresi militer Belanda terjadi di Indonesia, Jenderal Sudirman sebagai panglima TKR memimpin pasukannnya melawan Inggris di Ambarawa. Ketika Jakarta serta Yogyakarta kala itu dikuasai oleh Belanda, Jenderal Sudirman kemudian melakukan perang gerilya selama tujuh bulan dari hutan ke hutan bersama dengan pasukannya. Namun karena penyakit TBC nya yang semakin parah membuat Jenderal Sudirman kemudian kembali dari bergerilya.
Kondisi penyakitnya yang semakin parah membuat
Jenderal Sudirman kala itu dirawat di Magelang pada tahun 1949. Pasca pengakuan kedaulatan Indonesia oleh Belanda, Sudirman diangkat sebagai Jenderal Besar. Setelah lama berjuang melawan penyakit TBC yang ia derita, Jenderal Besar Sudirman wafat pada tanggal 29 Januari 1950 di Magelang. Ia kemudian dimakamkan di Yogyakarta disamping makam jenderal Urip Sumoharjo. Atas jasanya, Jenderal Besar Sudirman dianugerahi gelar pahlawan nasional kemerdekaan Indonesia. 3. Pangeran Diponegoro
Ia dikenal sebagai salah satu tokoh paling terkenal
dalam perang diponegoro. Perang tersebut merupakan salah satu perang paling besar dan paling lama yang terjadi di tanah Jawa. Pria kelahiran Yogyakarta, 11 November 1785 ini memimpin perlawanan melawan pemerintah kolonial Belanda. Berawal dari usaha Belanda yang membangun jalan melintasi makam leluhur pangeran Diponegoro membuat Pangeran Diponegoro tersinggung dan marah.
Pangeran Diponegoro yang merupakan putera dari
Sultan Hamengkubuwono III mengangkat senjata melawan pemerintah kolonial Belanda dan mengobarkan perang Diponegoro. Walau sempat dikepung oleh Belanda dikediamannya, Pangeran Diponegoro berhasil meloloskan diri bersama dengan keluarga serta pasukannya. Mereka kemudian mendirikan markas di Gua Selarong, Bantul. Perang berlangsung selama lima tahun. Pangeran Diponegoro dibantu oleh rakyat serta 15 orang Pangeran melakukan perlawanan sengit dengan Belanda. Berbagai cara dilakukan oleh Belanda untuk menangkap Pangeran Diponegoro. Mulai dari mengerahkan ribuan pasukan untuk menangkap Pangeran Diponegoro hingga melakukan sayembara menawarkan hadiah bagi siapa saja yang berhasil menangkap pengeran Diponegoro.
Namun cara yang dilakukan oleh Belanda selalu gagal.
Akhirnya Belanda kemudian mengajak Pangeran Diponegoro mengadakan perundingan di Magelang. Perundingan kemudian dilakukan, Belanda mendesak agar Pangeran Diponegoro menghentikan perlawanan namun Pangeran Diponegoro Menolak. Penolakan ini membuat Belanda kemudian mengepung dan menangkap Pangeran Diponegoro. Setelah ditangkap, Pangeran Diponegoro dibawa ke Semarang kemudian dibawa ke Batavia.
Pangeran Diponegoro beserta keluarganya kemudian
diasingkan ke Manado. Setelah itu, ia kemudian dibawa ke Makassar dan ditahan di Benteng Rotterdam pada tahun 1934. Ia ditahan disana hingga wafat pada tanggal 18 Januari 1855. Jasadkan kemudian dimakamkan di Kampung Jawa, Kota Makassar. Perjuangannya kemudian dilanjutkan oleh anak-anaknya. Atas jasa-jasanya, Pemerintah Indonesia kemudian menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional kepada Pangeran Diponegoro. 4. Sultan Hasanuddin
Sultan Hasanuddin dikenal sebagai pahlawan nasional
yang berasal dari daerah Makassar, Sulawesi Selatan. Ia merupakan penguasa kesultanan kerajaan Gowa di Sulawesi Selatan. Keberanian Sultan Hasanuddin melawan Belanda membuat ia dijuluki ‘Ayam Jantan Dari Timur’ atau de Haav van de Oesten. Pria yang lahir tanggal 12 Januari 1631 ini merupakan raja yang berhasil membawa kerajaan Gowa dipuncak kejayaannya di wilayah Indonesia Timur. Kerajaan tersebut juga menguasai jalur perdagangan rempah-rempah di wilayah Indonesia Timur. VOC yang kala itu merupakan perusahaan dagang Belanda ingin memonopoli dan menguasai jalur perdagangan di Indonesia Timur. Hal ini membuat Sultan Hasanuddin tidak suka. Belanda melalui armadanya beberapa kali menyerang kerajaan Gowa yang belum ditundukkannya namun selalu gagal. Hal ini karena kuatnya pertahanan kerajaan Gowa melalui benteng Somba Opu serta armada lautnya yang dikenal kuat.
Perang antara Kerajaan Gowa dan VOC Belanda dimulai
pada tahun 1660. Pasukan Belanda bahkan dibantu oleh Arung Palakka yang merupakan penguasa dari Kerajaan Bone. Beberapa kali perang, beberapa kali pula melakukan perdamaian. Hingga puncaknya Sultan Hasanuddin yang merasa dirugikan dengan perjanjian damai tersebut merompak dua kapal Belanda. Hal ini mmebuat Belanda mengirimkan armada perangnya untuk menundukkan kerajaan Gowa dan Sultan Hasanuddin. Armada pasukan Belanda dipimpin oleh Cornelis Speelman dibantu oleh Kapiten Jonker dari Maluku serta Arung Palakka dari kerajaan Bone. Perang besar melutus antara Pasukan Kerajaan Makassar melawan Belanda. Perang tersebut dikenal dengan Perang Makassar.
Perang tersebut membuat Sultan Hasanuddin terdesak.
Ia kemudian mengadakan perjanjian dengan Belanda yang dikenal dengan nama Perjanjian Bongaya pada tahun 1667. Dua tahun kemudian yakni 1668, Sultan Hasanuddin kembali menyerang Belanda namun upayanya dapat dipadamkan oleh Belanda yang semakin kuat. Pertahanan terakhir kerajaan Gowa yakni Benteng Somba Opu kemudian jatuh ke tangan Belanda. Belanda kemudian berhasil menguasai kerajaan Gowa dan membuat Sultan Hasanuddin menyerah dan mengakui kekuasaan Belanda.
Setelah mengundurkan diri sebagai sultan kerajaan
Gowa, Sultan Hasanuddin tutup usia pada tanggal 16 Juni 1670. Ia kemudian dimakamkan di pemakaman raja-raja Gowa di Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan. Karena perjuangannya melawan pemerintah kolonial Belanda, maka pemerintah Indonesia menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional kepada Sultan Hasanuddin.
5. Kapiten patimura
Kapitan Pattimura merupakan pahlawan nasional
Indonesia yang terkenal dengan perlawanannya melawan Belanda di Maluku. Pria kelahiran Saparua, Maluku 8 Juni 1783 ini merupakan tokoh penting dalam perang Maluku. Sebelumnya Pattimura pernah berkarir sebagai sersan militer kerajaan Inggris. Namun penyerahan kekuasaan pada tahun 1816 kepada Belanda membuat Belanda kemudian memaksakan kehendaknya di Maluku seperti Monopoli perdagangan rempah-rempah, Pajak Tanah serta pelayaran Hongi.
Para raja-raja, Kapitan serta tokoh adat dan rakyat
kemudian mengangkat senjata melawan Belanda. Mereka dipimpin oleh Pattimura yang kemudian mengatur strategi perang.
Dalam perjuangannya, Pattimura sempat menguasai
beberapa lokasi pertahanan Belanda seperti benteng Duurstede, wilayah Waisisil dan jasirah Hatawano, Ouw- Ullath, Jasirah Hitu di Pulau Ambon serta Seram Selatan. Namun politik adu domba yang dijalankan oleh Belanda membuat Pattimura berhasil tertangkap oleh Belanda. Ia kemudian diadili oleh Belanda dan dihukum gantung di depan benteng Victoria, Ambon pada tahun 1817. Atas jasa- jasa Kapitan Pattimura, Pemerintah Indonesia kemudian menganugerahkan gelar pahlawan nasional Indonesia kepada Pattimura sang pejuang dari Maluku.