Anda di halaman 1dari 46

TOKOH TOKOH DAERAH DAN NASIONAL

YANG BERPERAN DALAM MEMPERJUANGKAN


KEMERDEKAAN INDONESIA

Disusun Oleh :
Immanuel Ardian (10)
Orchida Kania (22)
Zevyra Citra Andini (31)

SMA NEGERI 3 SEMARANG


TAHUN PELAJARAN 2019 / 2020
BAB I
PENDAHULUAN

Pahlawan atau tokoh daerah dan nasional adalah gelar yang diberikan kepada
warga negara Indonesia yang gugur atau meninggal dunia demi membela bangsa
dan negara Indonesia atau semasa hidupnya beliau berjuang melawan penjajah
serta memperjuangkan kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Penderitaan rakyat Indonesia membuat hati para pahlawan Indonesia tergerak
untuk membela bangsa dan negara. Mereka rela berjuang mempertaruhkan jiwa
dan raga untuk negara Indonesia. Mereka memiliki rasa nasionalisme dan
patriotisme yang sangat besar terhadap negara kesatuan republic Indonesia ini.

BAB II
PERUMUSAN MASALAH
1. Siapa sajakah tokoh daerah yang melakukan perlawanan sebelum
Kebangkitan Nasional ?
2. Siapa sajakah tokoh pada masa Kebangkitan Nasional ?
3. Jelaskan tokoh - tokoh dalam organisasi Budi Utomo !
4. Jelaskan tokoh - tokoh Sumpah Pemuda !
5. Jelaskan tokoh - tokoh yang berperan dalam mempersiapkan
Kemerdekaan Indonesia !

BAB III
PEMBAHASAN

1. T
okoh Daerah Yang Melakukan Perlawanan Sebelum Kebangkitan Nasional
Penderitaan rakyat membangkitkan perlawanan terhadap penjajah di berbagai
daerah di Indonesia. Berikut ini beberapa tokoh yang melakukan perlawanan
rakyat tersebut pada masa sebelum kebangkitan nasional :
a) Pattimura

❖ Profil
Nama Lengkap : Pattimura | Thomas Matulessy
Tempat Lahir : Hualoy, Seram Selatan, Maluku
Tanggal Lahir : Minggu, 8 Juni 1783
Nama Ayah : Antoni Matulessy
Nama Ibu : Fransina Tilahoi
Wafat : 16 Desember 1817 di Ambon, Maluku
Agama : Islam
❖ Riwayat Hidup
Pada tahun 8116 Belanda kembali berkuasa di Maluku. Rakyat Maluku
melakukan perlawanan. Sebelum melakukan perlawanan, rakyat Maluku
melakukan rapat rahasia. Rapat rahasia menghasilkan keputusan untuk
mengangkat Thomas Matulessy sebagai pemimpin. Ia mendapat julukan Kapitan
Pattimura.
Kapitan Pattimura menyerbu Belanda. Penyerbuan dilakukan dua kali. Pertama,
pada tanggal 14 Mei 1817 Kapitan Pattimura menyerang pos Belanda.
Penyerangan berhasil menangkap Residen Van Den Berg. Namun, residen
tersebut dibebaskan dan diperbolehkan kembali ke benteng. Penyerbuan kedua
pada tanggal 16 Mei 1817. Pasukan Kapitan Pattimura menyerang benteng
Duurstede. Benteng dapat dikuasai. Semua tentara Belanda ditangkap. Residen,
istri, dan dua anaknya tewas.
Pasukan Belanda yang dipimpin Mayor Beetjes berusaha merebut kembali
benteng Duutstede. Kapitan Pattimura melakukan perlawanan. Pasukan Mayor
Beetjes mundur. Selama tiga bulan benteng itu dikuasai Kapitan Pattimura.
Belanda kembali mengerahkan pasukan besar-besaran untuk menyerang Kapitan
Pattimura. Pasukan Pattimura kemudian mengosongkan benteng itu.
Belanda mengadakan sayembara untuk menangkap Kapitan Pattimura. Bagi yang
bisa menangkap Kapitan Pattimura akan mendapat hadiah 1000 gulden. Kapitan
Pattimura belum tertangkap juga. Belanda kemudian mengadakan serangan
besar-besaran tanggal 15 Oktober 1817.
Pada bulan November 1817, Kapitan Pattimura ditangkap Belanda. Pada tanggal
16 Desember 1817 Kapitan Pattimura dijatuhi hukum mati dengan cara
digantung di depan Benteng Victoria.
❖ Peran
1. Memimpin Perlawanan Rakyat Maluku untuk terbebas dari Penjajahan
Kolonia Belanda
2. Merebut Benteng Duurstede, Pertempuran Ouw-Ullatah, dan Pertempuran
Jazirah Hitu di Pulau Ambon Dan Seram.
b) Imam Bonjol
❖ Profil
Nama Asli : Muhamad Shahab
Tanggal Lahir : 1772, Bonjol, Sumatera Barat, Indonesia
Meninggal : 6 November 1864, Minahasa
Agama : Islam
Nama Ayah : Bayanuddin
Nama Ibu : Hamatun
❖ Riwayat Hidup
Tuanku Imam Bonjol adalah salah satu pemimpin dan pejuang yang berjuang
melawan Belanda dalam peperangan yang dikenal dengan nama Perang Padri.
Perang ini merupakan peperangan yang terjadi akibat pertentangan dalam
masalah agama sebelum berubah menjadi peperangan melawan penjajahan.
Selain menjadi seorang pejuang, Imam Bonjol juga merupakan seorang ulama
yang memiliki cita-cita untuk membersihkan praktek Islam dan mencerdaskan
rakyat nusantara dalam wawasan Islam. Ia menuntut ilmu agama di Aceh pada
tahun 1800-1802, dia mendapat gelar Malin basa.
Sebagai ulama dan pemimpin masyarakat setempat, Tuanku Imam Bonjol
memperoleh beberapa gelar, antara lain yaitu Peto Syarif, Malin Basa, dan
Tuanku Imam. Tuanku nan Renceh dari Kamang, Agam sebagai salah seorang
pemimpin dari Harimau nan Salapan yang menunjuknya sebagai Imam
(pemimpin) bagi kaum Padri di Bonjol. Ia sendiri akhirnya lebih dikenal
masyarakat dengan sebutan Tuanku Imam Bonjol.
❖ Peran
- Sebagai ulama yang menentang Belanda
- Sebagai pemimpin dalam perang Padri
c) Pangeran Diponegoro

❖ Profil
Nama : Bendara Raden Mas Antawirya
Lahir : Yogyakarta, 17 November 1785
Meninggal : Makassar, 8 Januari 1855
Ayah : Sultan Hamengkubuwono III
Ibu : R.A Mangkarawati
❖ Riwayat perjuangan
Perang Diponegoro merupakan salah satu pertempuran terbesar yang pernah
dialami oleh Belanda selama menjajah Nusantara. Peperangan ini melibatkan
seluruh wilayah Jawa, maka disebutlah perang ini sebagai Perang Jawa.
Pada pertengahan bulan Mei 1825, pemerintah Belanda yang awalnya
memerintahkan pembangunan jalan dari Yogyakarta ke Magelang lewat
Muntilan, mengubah rencananya dan membelokan jalan itu melewati Tegalrejo.
Rupanya di salah satu sektor, Belanda tepat melintasi makam dari leluhur
Pangeran Diponegoro.
Hal inilah yang membuat Pangeran Diponegoro tersinggung dan memutuskan
untuk mengangkat senjata melawan Belanda. Beliau kemudian memerintahkan
bawahannya untuk mencabut patok-patok yang melewati makam tersebut.
Terdesak, Pangeran beserta keluarga dan pasukannya menyelamatkan diri
menuju barat hingga Desa Dekso di Kabupaten Kulonprogo, dan meneruskan ke
arah selatan hingga tiba di Goa Selarong yang terletak lima kilometer arah barat
dari Kota Bantul.
Sementara itu, Belanda yang tidak berhasil menangkap Pangeran Diponegoro
membakar habis kediaman Pangeran. Pangeran Diponegoro kemudian
menjadikan Goa Selarong, sebuah goa yang terletak di Dusun Kentolan Lor,
Guwosari Pajangan Bantul, sebagai basisnya.
Setelah penyerangan itu, dimulailah sebuah perang besar yang akan berlangsung
5 tahun lamanya. Di bawah kepemimpinan Diponegoro, rakyat pribumi bersatu
dalam semangat “Sadumuk bathuk, sanyari bumi ditohi tekan pati“; sejari kepala
sejengkal tanah dibela sampai mati.
Sepanjang gerilyanya sebagai pahlawan perang, Diponegoro dianggap telah
membangkitkan semangat kebangkitan perlawanan orang-orang di desa. Karena
ia memang tinggalnya selalu di desa. Perang Diponegoro tercetus pada tahun
1825-1830. Penyebab tercetusnya Perang Diponegoro adalah karena ia menolak
Belanda melakukan kaplingisasi alias pematokan tanah di desa Tegalrejo secara
paksa. Selain itu juga diberlakukannya pajak yang sangat besar, padahal tanah
yang dipijak adalah tanah nenek moyangnya sendiri.
Selama perang, sebanyak 15 dari 19 pangeran bergabung dengan Diponegoro.
Perjuangan Diponegoro dibantu Kyai Maja yang juga menjadi pemimpin
spiritual pemberontakan
Pada tanggal 16 Februari 1830 Pangeran Diponegoro dan Kolonel Cleerens
bertemu di Remo Kamal, Bagelen (sekarang masuk wilayah Purworejo).
Cleerens mengusulkan agar Kanjeng Pangeran dan pengikutnya berdiam dulu di
Menoreh sambil menunggu kedatangan Letnan Gubernur Jenderal Markus de
Kock dari Batavia.
28 Maret 1830 Diponegoro menemui Jenderal de Kock di Magelang. De Kock
memaksa mengadakan perundingan dan mendesak Diponegoro agar
menghentikan perang. Permintaan itu ditolak Diponegoro. Tetapi Belanda telah
menyiapkan penyergapan dengan teliti. Hari itu juga Diponegoro ditangkap dan
diasingkan ke Ungaran, kemudian dibawa ke Gedung Karesidenan Semarang,
dan langsung ke Batavia menggunakan kapal Pollux pada 5 April.
Pangeran Diponegoro, Raden Ayu Retnaningsih, Tumenggung Diposono dan
istri, serta para pengikut lainnya seperti Mertoleksono, Banteng Wereng, dan
Nyai Sotaruno akan dibuang ke Manado. tanggal 3 Mei 1830 Diponegoro dan
rombongan diberangkatkan dengan kapal Pollux ke Manado dan ditawan di
benteng Amsterdam. 1834 dipindahkan ke benteng Rotterdam di Makassar,
Sulawesi Selatan. Pada tanggal 8 Januari 1855 Diponegoro wafat dan
dimakamkan di kampung Jawa Makassar. Dalam perjuangannya, Pangeran
Diponegoro dibantu oleh puteranya bernama Bagus Singlon atau Ki Sodewo. Ki
Sodewo melakukan peperangan di wilayah Kulon Progo dan Bagelen.
❖ Peran
- Sebagai pahlawan yang berjuang melawan penjajah
- Sebagai pemimpin di perang Diponegoro
- Sebagai pecantum di Siasat Gerilya

d) Teuku Umar

❖ Profil
Lahir : Meulaboh, 1854
Meninggal : 11 Februari, 1899
Istri : Cut Nyak Sofiah, Cut Nyak Malighai, Cut Nyak Dhien
❖ Riwayat hidup dan riwayat perjuangan
Teuku Umar yang diyakini memiliki taktik unik melawan penjajah ini pernah
memimpin perang gerilya di Aceh sejak tahun 1873 sampai 1899. Teuku Umar
sendiri merupakan keturunan Minangkabau. Kakeknya, Datuk Makdum Sati,
dikenal berjasa terhadap Sultan Aceh.
Teuku Umar kecil memiliki sifat pemberani. Selain itu ia juga dikenal cerdas dan
pang menyerah, serta memiliki hobi berkelahi. Ketika berusia 19 tahun dan
diangkat sebagai keuchik Daya Meulaboh, terjadi perang Aceh. Teuku Umar
lantas bergabung bersama para pejuang di kampungnya hingga Aceh Barat.
Setahun kemudian Teuku Umar melepas masa lajangnya dengan Nyak Sofiah,
anak Uleebalang Glumpang. Dan karena ingin meningkatkan derajatnya, ia
kemudian menikah lagi dengan puteri Panglima Sagi XXV Mukim bernama
Nyak Malighai yang membuatnya menerima gelar Teuku dan dikaruniai anak
perempuan bernama Cut Gambang yang lahir di tempat pengungsian. Tak hanya
sampai di situ, di tahun 1880 Teuku Umar kembali menikah. Kali ini dengan putri
pamannya, janda Teuku Ibrahim Lamnga bernama Cut Nyak Dien. Keduanya
lantas berjuang bersama menyerang pos-pos Belanda di Krueng.
Teuku Umar sempat berdamai dengan Belanda tahun 1883. Namun satu tahun
kemudian perang kembali tersulut di antara keduanya. 9 tahun kemudian tepatnya
1893, Teuku Umar mulai menemukan cara untuk mengalahkan Belanda dari
'dalam'. Ia lantas berpura-pura menjadi antek Belanda. Aksi ini sampai membuat
Cut Nyak Dien marah besar karena bingung dan malu.
Atas jasanya menundukkan beberapa pos pertahanan di Aceh, Teuku Umar
mendapat kepercayaan Belanda. Ia lalu diberi gelar Johan Pahlawan dan diberi
kebebasan untuk membentuk pasukan sendiri berjumlah 250 orang tentara
dengan senjata lengkap dari Belanda. Pihak Belanda tidak tahu, kalau itu hanya
akal-akalan Teuku Umar semata yang telah berkolaborasi dengan para pejuang
Aceh sebelumnya. Tak lama kemudian, Teuku Umar malah diberi lagi tambahan
120 prajurit dan 17 panglima termasuk Pangleot sebagai tangan kanannya.
30 Maret 1896, Teuku Umar keluar dari dinas militer Belanda. Di sinilah ia
kemudian melancarkan serangan berdasarkan siasat dan strategi perang miliknya.
Bersama pasukan yang sudah dilengkapi 800 pucuk senjata, 25.000 peluru, 500
kg amunisi dan uang 18 ribu dolar, Teuku Umar yang dibandu Teuku Panglima
Polem Muhammad Daud dan 400 orang pengikutnya membantai Belanda.
Tercatat, ada 25 orang tewas dan 190 luka-luka dari pihak Belanda.
Gubuernur Deykerhof sebagai pengganti Gubernur Ban Teijn yang telah
memberi kepercayaan kepada Teuku Umar selama ini merasa sakit hati karena
telah dikhianati Teuku Umar. Ia lantas memerintahkan Van Heutsz bersama
pasukan besarnya untuk menangkap Teuku Umar. Serangan mendadak ke daerah
Meulaboh itulah yang merenggut nyawa Teuku Umar. Ia ditembak dan gugur di
medan perang, tepatnya di Kampung Mugo, pada 10 Februari 1899.
❖ Peran
- Melakukan perlawanan terhadap penjajah di Aceh
- Memimpin perang Aceh
e) Cut Nyak Dien

❖ Profil
Lahir : 1848
Wafat : 6 November 1908
Suami : Ibrahim Lamnga, Teuku Umar
Anak : Cut Gambang
❖ Riwayat hidup dan riwayat perjuangan
Ketika Perang Aceh meluas pada tanggal 26 maret 1873, ayah dan suami Cut
Nyak Dien memimpin perang di garis depan, melawan Belanda yang memiliki
persenjataan lebih lengkap dan modern. Setelah bertahun-tahun melawan,
pasukannya terdesak dan memutuskan untuk mengungsi ke daerah yang lebih
terpencil.
Semangat Cut Njak Dien untuk melawan pasukan kolonial Belanda mulai
bangkit. Peristiwa gugurnya Teuku Cek Ibrahim Lamnga dalam peperangan
melawan Belanda pada tanggal 29 Juni 1878 di Sela Glee Tarun semakin
menyulut kemarahan dan keteguhan wanita pemberani ini terhadap kaum
Kolonial tersebut.
Kendati demikian, Cut Nyak Dien melanjutkan perjuangan dengan semangat
membara. Kebetulan saat upacara penguburan suaminya, ia bertemu dengan
Teuku Umar yang lantas menjadi suami sekaligus rekan perjuangan dalam
memperjuangkan tanah rencong.
Awalnya Cut Nyak Dien menolak pinangan Teuku Umar, namun pada akhirnya
ia setuju untuk menikah dengan pria yang masih mempunyai garis kekeluargaan
dengan dirinya ini setelah Teuku Umar memenuhi keinginannya untuk ikut turun
ke medan perang.
Cut Nyak Dien sangat ingin mengusir Belanda dari bumi Aceh karena telah
meresahkan penduduk dan mengusik keyakinan mereka. Dimulai dari awal lagi,
mereka menggalang kembali kekuatan dan mengumpulkan segenap pejuang
Aceh yang lainnya. Cut Nyak Dien pun gencar melakukan serangan dengan
sistem gerilya, sehingga bisa membuat panik pasukan Belanda yang berada di
Aceh.
Dalam masa perjuangan tersebut, Cut Nyak Dien sempat mendapatkan umpatan
dari Cut Nyak Meutia karena strategi suaminya Teuku Umar yang berpura-pura
menyerahkan diri pada belanda dan bekerja sama dengan mereka.
Mestinya kalau komunikasi berjalan dengan baik, Cut Nyak Meutia tidak perlu
melakukan hal itu, karena Teuku Umar hanya bersiasat saja. Setelah rencana awal
telah terpenuhi, yakni mendapatkan banyak senjata dari pasukan Belanda, Teuku
Umar kembali pada Cut Nyak Dien dan para pejuang Aceh lainnya.
Belanda yang merasa telah dikhianati oleh Teuku Umar melancarkan serangan
besar-besaran untuk memburu pasangan suami-istri ini. Teuku Umar pun
akhirnya gugur dalam pertempuran di Meulaboh pada tanggal 11 Februari 1899.
Sementara itu, pasukan Belanda mengetahui dengan persis bahwa pasukan Cut
Nyak Dien melemah dan hanya bisa menghindar dalam tekanan. Akibatnya,
karena usis yang sudah mulai renta kondisi fisik dan kesehatan Cut Nyak Dien
pun menurun, tetapi pertempuran tetap ia lakukan.
Melihat kondisi seperti itu, panglima perangnya, Pang Laot Ali, menawarkan
menyerahkan diri ke Belanda. Tapi Cut Nyak Dien tetap teguh pendirian dan
menegaskan untuk terus bertempur.
Akhirnya dalam kurun waktu singkat Cut Nyak Dien berhasil ditangkap dan
untuk menghindari pengaruhnya terhadap masyarakat Aceh, ia diasingkan pada
tanggal 11 Desember 1905 di Pulau Jawa, tepatnya ke Sumedang , Jawa Barat.
❖ Peran
Melakukan perlawanan terdahap Belanda di Tanah Aceh
f) Sultan Hasanudin

❖ Profil
Nama : Sultan Hasanuddin
Julukan : Ayam Jantan Dari Timur
Lahir : Makassar, 12 Januari 1631
Wafat : Makassar, 12 Juni 1670
Nama Ayah : Sultan Malikussaid
Nama Ibu : I Sabbe To’mo Lakuntu
Saudara : Patimang Daeng Nisaking Karaeng Bonto Je’ne, Karaeng
Bonto Majanang, Karaeng Tololo
Istri : I Bate Daeng Tommi, I Mami Daeng Sangnging, I Daeng Talele
dan I Hatijah I Lo’mo Tobo
Anak : Karaeng Galesong, Sultan Amir Hamzah, Sultan Muhammad Ali
❖ Riwayat hidup
Setelah memeluk agama Islam, ia mendapat tambahan gelar Sultan Hasanuddin
Tumenanga Ri Balla Pangkana, hanya saja lebih dikenal dengan Sultan
Hasanuddin saja. Oleh Belanda ia di juluki sebagai Ayam Jantan Dari Timur atau
dalam bahasa Belanda disebut de Haav van de Oesten karena keberaniannya
melawan penjajah Belanda. Beliau diangkat menjadi Sultan ke 6 Kerajaan Gowa
dalam usia 24 tahun (tahun 1655). Menggantikan ayahnya Sultan Malikussaid
yang wafat. Selain bimbingan dari ayahnya, Sultan Hasanuddin mendapat
bimbingan mengenai pemerintahan melalui Karaeng Pattingaloang, seorang
Mangkubumi kerajaan Gowa. Beliau juga merupakan guru dari Arung Palakka,
yang merupakan raja Bone.
❖ Peran
- Berani melakuka perlawanan terhadap Belanda
- Mempimpin perang Makassar
g) Pangeran Antasari
❖ Profil
Nama Lahir : Gusti Inu Kertapati
Lahir : Kalimantan Selatan tahun 1797
Wafat : Kalimantan Tengah 11 Oktober 1862
Tempat Makam : Taman Makam Perang Banjar, Banjarmasin
Nama Ayah : Pangeran Masohut (Mas’ud) bin Pangeran Amir
Nama Ibu : Gusti Khadijah binti Sultan Sulaiman
❖ Riwayat hidup
Pangeran Antasari diutus menyelidiki gerakan-gerakan rakyat yang sedang
bergolak. Beliau dinobatkan sebagai pimpinan pemerintahan tertinggi di
Kesultanan Banjar (Sultan Banjar) dengan menyandang gelar Panembahan
Amiruddin Khalifatul Mukminin dihadapan para kepala suku Dayak dan Adipati
(gubernur) penguasa wilayah Dusun atas, Kapuas dan Kahayan yaitu
Tumenggung Suropati/Tumenggung Yang Pati Jaya Raja.
Pangeran Antasari, sebagai salah satu pemimpin rakyat yang penuh dedikasi
maupun sebagai sepupu dari pewaris Kesultanan Banjar.
Untuk mengokohkan kedudukannya sebagai pemimpin perjuangan umat Islam
tertinggi di Banjar bagian Utara.
Seluruh rakyat, pejuang-pejuang, para alim ulama dan bangsawan-bangsawan
Banjar; dengan suara bulat mengangkat Pangeran Antasari menjadi Panembahan
Amiruddin Khalifatul Mukminin, yaitu pemimpin pemerintahan, panglima
perang dan pemuka agama tertinggi.
Tidak ada alasan lagi bagi Pangeran Antasari untuk berhenti berjuang, beliau
harus menerima kedudukan yang dipercayakan oleh Pangeran Hidayatullah
kepadanya dan bertekad melaksanakan tugasnya dengan rasa tanggung jawab
sepenuhnya kepada Allah dan rakyat.
Setelah berjuang di tengah-tengah rakyat, Pangeran Antasari kemudian wafat di
tengah-tengah pasukannya tanpa pernah menyerah, tertangkap, apalagi tertipu
oleh bujuk rayu Belanda pada tanggal 11 Oktober 1862 di Tanah Kampung
Bayan Begok, sampirang dalam usia lebih kurang 75 tahun.
❖ Peran
- Seorang pemuka agama
- Penghubung aspirasi rakyat
- Pemersatu rakyat
- Panglima perang yang gigih

2. Tokoh Pada Masa Kebangkitan Nasional


Kegagalan perlawanan terhadap penjajah di daerah yang masih bersifat lokal
dan kurang mendapat hasil, akhirnya menimbulkan pergerakan yang bersifat
Nasional. Bentuk perlawanan diubah dari perlawanan bersenjata menjadi
perlawanan organisasi. Tahun 1908 menjadi tonggak perlawanan bangsa
Indonesia. Berikut adalah beberapa tokoh yang memelopori masa pergerakan
nasional :
a) Raden Ajeng Kartini
❖ Profil
Nama : Raden Adjeng Kartini
TTL : Jepara, 21 April 1879
Wafat : 17 september 1904
Agama : Islam
Ayah : Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat
Ibu : M.A. Ngasirah
Suami : K.R.M. Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat
Anak : Soesalit Djojoadhiningrat
❖ Riwayat hidup
Raden Adjeng Kartiniatau Raden Ayu Kartini lahir di Jepara, Jawa Tengah pada
21 April 1879 – meninggal di Rembang, Jawa Tengah, 17 September 1904 pada
umur 25 tahun adalah seorang tokoh suku Jawa dan Pahlawan Nasional Indonesia.
Kartini dikenal sebagai pelopor kebangkitan perempuan pribumi.
Anak ke-5 dari 11 bersaudara ini adalah sosok wanita yang sangat antusias dengan
pendidikan dan ilmu pengetahuan. Kartini sangat gemar membaca dan menulis,
tapi orang tuanya mengharuskan Kartini menimba ilmu hanya sampai sekolah
dasar karena harus dipingit. Karena tekad bulat kartini untuk mencapai cita citanya,
Kartini mulai mengembangkan dengan belajar menulis dan membaca bersama
teman sesama perempuannya, saat itu juga Kartini juga belajar bahasa Belanda.
Semangat Kartini tidak pernah padam, dengan rasa keingintahuan yang sangat
besar, ia ingin selalu membaca surat surat kabar, buku buku dan majalah eropa dari
situlah terlintas ide untuk memajukan wanita wanita Indonesia dari segala
keterbelakangan. Karena kemampuannya berbahasa Belanda, Kartini juga
seringkali melakukan surat menyurat dengan korespondensi dari Belanda.
Sempat terjadi surat menyurat antara Kartini dan Mr.J.H Abendanon untuk
pengajuan beasiswa di negeri Belanda, tetapi semua itu tidak pernah terjadi karena
Kartini harus menikah pada 12 November 1903 dengan Raden Adipati
Joyodiningrat yang pernah menikah 3 kali.
Perjuangan Kartini tidak berhenti setelah menikah, Kartini memiliki suami yang
selalu mendukung akan cita citanya untuk memperjuangkan pendidikan dan
martabat kaum perempuan, dari situlah Kartini mulai memperjuangkan untuk
didirikannya sekolah Kartini pada tahun 1912 di Semarang. Pendirian sekolah
wanita tersebut berlanjut di Surabaya, Jogjakarta, Malang, Madiun, Cirebon.
Sekolah kartini didirikan oleh yayasan kartini, adapun yayasan Kartini sendiri
didirikan oleh keluarga Van Deventer dan Tokoh Politik etis.
Kartini meninggal beberapa hari setelah melahirkan anak pertama bernama R.M
Soesalit pada 13 September 1904, tepatnya 4 hari setelah kelahiran R.M Soesalit,
saat itu usia Kartini masih berusia 25 tahun.
Setelah kematian Kartini, seorang Menteri Kebudayaan, Agama, dan Kerajinan
Hindia Belanda Mr.J.H Abendanon mulai membukukan surat menyurat kartini
dengan temannya di eropa dengan judul “DOOR DUISTERNIS TOT LICHT”
artinya “Habis Gelap Terbitlah Terang”.
Kartini sendiri adalah pahlawan yang mengambil tempat tersendiri di hati kita
dengan segala cita-cita, tekad, dan perbuatannya. Ide-ide besarnya telah mampu
mengilhami perjuangan kaum perempuan dari kebodohan yang tidak disadari pada
masa lalu. Dengan keberanian dan pengorbanan yang tulus, Katini mampu
menggugah kaumnya dari belenggu diskriminasi.
❖ Peran
Memperjuangkan emansipasi wanita
b) Dewi Sartika
❖ Profil
TTL : 4 Desember 1884 di Bandung
Wafat : 11 September 1947 di Tasikmalaya
Ayah : Raden Somanegara
Ibu : Raden Ayu Permas
❖ Riwayat hidup
Dewi Sartika lahir dari keluarga Sunda yang ternama, yaitu R. Rangga Somanegara
dan R. A. Rajapermas di Cicalengka pada 4 Desember 1884. Ketika masih kanak-
kanak, ia selalu bermain peran menjadi seorang guru ketika seusai sekolah bersama
teman-temannya. Setelah ayahnya meninggal, ia tinggal bersama dengan
pamannya. Ia menerima pendidikan yang sesuai dengan budaya Sunda oleh
pamannya, meskipun sebelumnya ia sudah menerima pengetahuan mengenai
budaya barat. Pada tahun 1899, ia pindah ke Bandung.
Pada 16 Januari 1904, ia membuat sekolah yang bernama Sekolah Isteri di Pendopo
Kabupaten Bandung. Sekolah tersebut kemudian direlokasi ke Jalan Ciguriang dan
berubah nama menjadi Sekolah Kaoetamaan Isteri pada tahun 1910. Pada tahun
1912, sudah ada sembilan sekolah yang tersebar di seluruh Jawa Barat, lalu
kemudian berkembang menjadi satu sekolah tiap kota maupun kabupaten pada
tahun 1920. Pada September 1929, sekolah tersebut berganti nama menjadi
Sekolah Raden Dewi.
Ia meninggal pada 11 September 1947 di Cineam ketika dalam masa perang
kemerdekaan.
❖ Peran
- Memberi kontribusi yang sangat besar di bidang pendidikan
- Melalukan gerakan emansipasi wanita

c) Ki Hajar Dewantara
❖ Profil
Nama Lengkap : Raden Mas Soewardi Soerjaningrat
Nama Panggilan : Ki Hadjar Dewantara
Lahir : Yogyakarta, 2 Mei 1889
Wafat : Yogyakarta, 26 April 1959
Agama : Islam
Nama Ayah : Pangeran Soerjaningrat
Nama Ibu : Raden Ayu Sandiah
Istri : Nyi Sutartinah
Anak : Ratih Tarbiyah, Syailendra Wijaya, Bambang Sokawati Dewantara,
Asti Wandansari, Subroto Aria Mataram, Sudiro Alimurtolo
❖ Riwayat hidup
Ki Hajar Dewantara adalah tokoh nasional pendidikan. Beliau terlahir dari keluarga
Bangsawan, ia merupakan anak dari GPH Soerjaningrat, yang merupakan cucu dari
Pakualam III. Terlahir sebagai bangsawan, maka beliau berhak memperoleh
pendidikan para kaum bangsawan.
Ki Hajar Dewantara merupakan aktivis pergerakan kemerdekaan Indonesia,
kolumnis, politisi, dan pelopor pendidikan bagi kaum pribumi Indonesia dari
zaman penjajahan Belanda. Ia adalah pendiri Perguruan Taman Siswa, suatu
lembaga pendidikan yang memberikan kesempatan bagi para pribumi jelata untuk
bisa memperoleh hak pendidikan seperti halnya para priyayi maupun orang-orang
Belanda.
Tanggal kelahirannya sekarang diperingati di Indonesia sebagai Hari Pendidikan
Nasional. Bagian dari semboyan ciptaannya, tut wuri handayani, menjadi slogan
Kementerian Pendidikan Nasional Indonesia.
Ki Hadjar Dewantara menamatkan Sekolah Dasar di ELS (Sekolah Dasar Belanda)
dan kemudian melanjutkan sekolahnya ke STOVIA (Sekolah Dokter Bumiputera)
tapi lantaran sakit, sekolahnya tersebut tidak bisa dia selesaikan.
Ki Hadjar Dewantara kemudian bekerja sebagai wartawan di beberapa surat kabar
antara lain Sedyotomo, Midden Java, De Express, Oetoesan Hindia, Kaoem
Moeda, Tjahaja Timoer dan Poesara. Pada masanya, Ki Hadjar Dewantara dikenal
penulis handal. Tulisan-tulisannya sangat komunikatif, tajam dan patriotik
sehingga mampu membangkitkan semangat antikolonial bagi pembacanya.
Selain bekerja sebagai seorang wartawan muda, Ki Hadjar Dewantara juga aktif
dalam berbagai organisasi sosial dan politik. Pada tahun 1908, Ki Hadjar
Dewantara aktif di seksi propaganda Boedi Oetomo untuk mensosialisasikan dan
menggugah kesadaran masyarakat Indonesia pada waktu itu mengenai pentingnya
persatuan dan kesatuan dalam berbangsa dan bernegara.
Ki Hadjar Dewantara dipercaya oleh presiden Soekarno untuk menjadi Menteri
Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan yang pertama. Melalui jabatannya ini, Ki
Hadjar Dewantara semakin leluasa untuk meningkatkan kualitas pendidikan di
Indonesia. Pada tahun 1957, Ki Hadjar Dewantara mendapatkan gelar Doktor
Honori Klausa dari Universitas Gajah Mada.

Dua tahun setelah mendapat gelar Doctor Honoris Causa itu, tepatnya pada tanggal
28 April 1959 Ki Hadjar Dewantara meninggal dunia di Yogyakarta dan
dimakamkan di sana.
❖ Peran
- Sebagai pendiri Taman Siswa
- Pendiri Indische Partij
- Pelopor gerakan Indonesia-Belanda

3. Tokoh Tokoh Dalam Organisasi Budi Utomo


Perjuaangan bangsa Indonesia mengusir penjajah yang semula bersifat
kedaerahan mulai ditinggalkan. Pemuda dan pelajar Indonesia mulai berpikir
mendirikan organisasi modern. Salah satu organisasi pada masa pergerakan
nasional adalah Budi Utomo. Tokoh dalam organisasi Budi Utomo yaitu :
a) Dr. Sutomo

❖ Profil
Nama : dr Soetomo (dr Sutomo)
Nama kecil : Subroto
Tanggal Lahir : 30 Juli 1888
Tempat Lahir : desa Ngepeh, Loceret, Nganjuk, Jawa Timur,
Meninggal : 30 Mei 1938 di Surabaya, Jawa Timur, Indosesia
Pendidikan :
- STOVIA (School tot Opleiding van Inlandsche Artsen), Batavia.
- Sekolah dokter untuk anak-anak pribumi Hindia Belanda 1903-1911).
- Tahun 1919 - 1923, Soetomo melanjutkan studi kedokteran di Belanda.
Pekerjaan : Dokter sejak tahun 1911 bekerja sebagai dokter pemerintah
di berbagai daerah di Jawa dan Sumatra.
❖ Riwayat hidup
Setelah lulus dari STOVIA tahun 1911, bertugas sebagai dokter, mula-mula di
Semarang, lalu pindah ke Tuban, pindah lagi ke Lubuk Pakam (Sumatera Timur)
dan akhirnya ke Malang. Saat bertugas di Malang, ia membasmi wabah pes yang
melanda daerah Magetan.
Ia banyak memperoleh pengalaman dari seringnya berpindah tempat tugas. Antara
lain, ia semakin banyak mengetahui kesengsaraan rakyat dan secara langsung dapat
membantu mereka. Sebagai dokter, ia tidak menetapkan tarif, bahkan adakalanya
pasien dibebaskan dari pembayaran.
Kemudian ia memperoleh kesempatan melanjutkan studi kedokteran di Belanda
pada 1919 - 1923. Sekembalinya di tanah air, ia melihat kelemahan pada Budi
Utomo. Waktu itu sudah banyak berdiri partai politik. Karena itu, ia ikut giat
mengusahakan agar Budi Utomo bergerak di bidang politik dan keanggotaannya
terbuka untuk seluruh rakyat.
Kemudian pada tahun 1924, ia mendirikan Indonesische Studie Club (ISC) yang
merupakan wadah bagi kaum terpelajar Indonesia. ISC berhasil mendirikan
sekolah tenun, bank kredit, koperasi, dan sebagainya. Pada tahun 1931 ISC
berganti nama menjadi Persatuan Bangsa Indonesia (PBI). Di bawah pimpinannya,
PBI berkembang pesat.
Sementara itu, tekanan dari Pemerintah Kolonial Belanda terhadap pergerakan
nasional semakin keras. Lalu Januari 1934, dibentuk Komisi BU-PBI, yang
kemudian disetujui oleh kedua pengurus-besarnya pertengahan 1935 untuk berfusi.
Kongres peresmian fusi dan juga merupakan kongres terakhir BU, melahirkan
Partai Indonesia Raya atau disingkat PARINDRA, berlangsung 24-26 Des 1935.
Sutomo diangkat menjadi ketua. Parindra berjuang untuk mencapai Indonesia
merdeka.
Selain bergerak di bidang politik dan kedokteran, dr. Sutomo juga aktif di bidang
kewartawanan. Ia bahkan memimpin beberapa buah surat kabar. Dalam usia 50
tahun, ia meninggal dunia di Surabaya pada tanggal 30 Mei 1938
❖ Peran
1. Pendiri Budi Utomo tahun 1908, sebuah organisasi pergerakan yang pertama
di Indonesia.
2. Tahun 1924, Soetomo mendirikan Indonesian Study Club (dalam bahasa
Belanda Indonesische Studie Club atau Kelompok Studi Indonesia) di Surabaya.
3. Pada tahun 1930 mendirikan Partai Bangsa Indonesia dan pada tahun 1935
mendirikan Parindra (Partai Indonesia Raya).
b) Dr. Wahidin Sudirohusodo

❖ Profil
Nama : Wahidin Soedirohoesodo
Lahir : 7 Januari 1852 di Sleman, Yogyakarta
Meninggal : 26 Mei 1917
Pekerjaan : Dokter
❖ Riwayat hidup
Wahidin Sudirohusodo menjadi salah satu penggagas berdirinya organisasi yang
didirikan para pelajar School tot Opleiding van Inlandsche Artsen Jakarta itu.
Ia menyelesaikan pendidikan sekolah dasarnya di Yogyakarta yang kemudian dia
lanjutkan dengan bersekolah di Europeesche Lagere School yang juga berlokasi di
Yogyakarta. Setelah menyelesaikan studinya di sekolah tersebut, Sudirohusodo
memutuskan untuk masuk di Sekolah Dokter Jawa atau yang juga dikenal dengan
sebutan STOVIA di Jakarta.
Selama hidupnya, Sudirohusodo sangat senang bergaul dengan rakyat biasa.
Sehinggga tak heran bila dia disukai banyak orang. Dari pergaulannya inilah,
Sudirohusodo akhirnya sedikit banyak mengerti penderitaan rakyat akibat
penjajahan Belanda.
Menurutnya, salah satu cara untuk bebas dari penjajahan, rakyat harus cerdas.
Untuk itu, rakyat harus diberi kesempatan mengikuti pendidikan di sekolah-
sekolah. Sebagai salah satu cara yang bisa dilakukannya untuk sedikit membantu
meringankan penderitaan adalah dengan memanfaatkan profesinya sebagai dokter,
selama mengobati rakyat, Sudirohusodo sama sekali tidak memungut bayaran.
Selain sering bergaul dengan rakyat, dokter yang terkenal pula pandai menabuh
gamelan dan mencintai seni suara, ini juga sering mengunjungi tokoh-tokoh
masyarakat di beberapa kota di Jawa. Para tokoh itu kemudian diajaknya untuk
menyisihkan sedikit uang mereka yang nantinya digunakan untuk menolong
pemuda-pemuda yang cerdas, tetapi tidak mampu melanjutkan sekolahnya. Namun
sayangnya, ajakan Sudirohusodo ini kurang mendapat sambutan.
Perjuangan Sudirohusodo tidak sampai disitu saja. Di Jakarta, Sudirohusodo
mencoba mengunjungi para pelajar STOVIA dan menjelaskan detail gagasannya.
Ternyata gagasan Sudirohusodo ini mendapat sambutan baik dari para pelajar
STOVIA itu. Mereka juga sependapat dan menyadari bagaimana buruknya nasib
rakyat Indonesia pada waktu itu.
Pada tanggal 20 Mei 1908, Sutomo dan kawan-kawannya mendirikan sebuah
organisasi yang diberi nama Budi Utomo. Inilah organisasi modern pertama yang
lahir di Indonesia. Karena itu, tanggal lahir Budi Utomo, 20 Mei, diperingati
sebagai Hari Kebangkitan Nasional. Wahidin Sudirohusodo sendiri wafat pada
tanggal 26 Mei 1917. Jasadnya kemudian dimakamkan di desa Mlati, Yogyakarta.
❖ Peran
Penggagas organisasi Boedi Oetomo
4. Tokoh Tokoh Sumpah Pemuda
Pergerakan nasional Indonesia tidak hanya dimotori oleh kaum tua saja. Kaum
muda juga memiliki peranan yang sangat penting, salah satunya melalui sumpah
pemuda. Sumpah pemuda menjadi tonggak sejarah perjuangan pergerakan
nasional Indonesia. Berikut adalah tokoh penting dalam peristiwa Sumpah Pemuda
:
a) Soegondo Djojopuspito

❖ Profil
Nama : Sugondo Djojopuspito
Lahir : Tuban, Jawa Timur, 22 Februari 1905
Wafat : Yogyakarta, 23 April 1978
❖ Riwayat hidup
● HIS (Sekolah Dasar 7 tahun) tahun 1911-1918 di kota Tuban, mondok di
Cokroaminoto Surabaya, mondok di rumah HOS Cokroaminoto bersama
Soekarno, lulus MULO, tahun 1922, AMS afdeling B (Sekolah Menengah Atas
bagian B - paspal - 3 tahun) di Yogyakarta tahun 1922-1925, melalui HOS
Cokroaminoto dititipkan mondok di rumah Ki Hadjardewantoro di Lempoejangan
Stationweg 28 Jogjakarta (dulu Jl. Tanjung, sekarang Jl. Gajah Mada, Setelah lulus
AMS tahun 1925 melanjutkan kuliah atas biaya pamannya dan bea siswa di
Rechtshoogeschool te Batavia (Sekolah Tinggi Hukum di Jakarta - didirikan tahun
1924 - cikal bakal Fakultas Hukum Universitas Indonesia sekarang), Kuliah di
RHS hanya mencapai lulus tingkat Candidat Satu (C1)
● Pada masa penjajahan Jepang, bekerja sebagai pegawai Shihabu
(Kepenjaraan)
● Pada masa revolusi aktif dalam Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia
Pusat (BP-KNIP)
● Menteri Pembangunan Masyarakat dalam Kabinet Halim. Pada masa RIS,
dalam Negara Republik Indonesia dengan Acting Presiden Mr. Assaat.
❖ Peran
Tokoh yang memimpin Kongres Pemuda Indonesia Kedua dan menghasilkan
Sumpah Pemuda

b) Moh. Yamin

❖ Profil
Nama : Mohammad Yamin
Lahir : 24 Agustus 1903, Kota Sawahlunto
Meninggal: 17 Oktober 1962, Jakarta
Makam : Talawi, Kabupaten Sawahlunto, Sumatera Barat.
Agama : Islam
Ayah : Tuanku Oesman Gelar Baginda Khatib
Ibu : Siti Saadah
❖ Riwayat hidup
Muhammad Yamin Yamin merupakan pahlawan nasional, budayawan, dan aktivis
hukum terkenal di Indonesia. Pendidikannya dimulai ketika ia bersekolah di
Hollands Indlandsche School (HIS). Ia juga mendapat pendidikan di sekolah guru.
M. Yamin juga mengenyam pendidikan di Sekolah Menengah Pertanian Bogor,
Sekolah Dokter Hewan Bogor, AMS, hingga sekolah kehakiman Jakarta.
M. yamin termasuk salah satu pakar hukum dan juga merupakan penyair
terkemuka angkatan pujangga baru. Ia banyak menghasilkan karya tulis pada
dekade 1920 yang sebagian dari karyanya menggunakan bahasa melayu. Karya-
karya tulis M. Yamin diterbitkan dalam jurnal Jong Sumatra.
Karir M. Yamin dalam dunia politik dimulai ketika ia diangkat sebagai ketua Jong
Sumatera Bond pada tahun 1926 sampai 1928. Setelah itu pada tahun 1931, ia
bergabung ke Partai Indonesia. Tetapi partai tersebut dibubarkan. Karir politiknya
berlanjut ketika M. Yamin mendirikan partai Gerakan Rakyat Indonesia bersama
Adam Malik, Wilipo, dan Amir Syarifudin.Sebagai sastrawan, gaya puisi suami
dari Siti Sundari ini dikenal dengan gaya berpantun yang banyak menggunakan
akhiran kata berima. Tak hanya itu, ia pun disebut-sebut sebagai orang pertama
yang menggunakan bentuk soneta pada tahun 1921 sekaligus pelopor Angkatan
Pujangga Baru yang berdiri pada tahun 1933. Dibesarkan dalam dunia pendidikan
yang berlatar belakang Belanda, bukan berarti Yamin, sapaannya, memihak
Belanda yang kala itu menduduki Indonesia. Semangat nasionalismenya tetap
berkobar dan dibuktikan dalam bentuk karya sastra dan menghindari kalimat yang
kebarat-baratan.M. Yamin juga merupakan anggota BPUPKI dan anggota panitia
Sembilan di mana akhirnya berhasil merumuskan Piagam Jakarta. Piagam Jakarta
ini merupakan cikal bakal dan merupakan dasar dari terbentuknya UUD 1945 dan
Pancasila. Tercatat M. yamin juga pernah diangkat sebagai anggota Komite
Nasional Indonesia Pusat (KNIP).Setelah Indonesia merdeka, Yamin banyak
duduk di jabatan-jabatan penting negara, di antaranya adalah menjadi anggota DPR
sejak tahun 1950, Menteri Kehakiman (1951-1952), Menteri Pengajaran,
Pendidikan, dan Kebudayaan (1953–1955), Menteri Urusan Sosial dan Budaya
(1959-1960), Ketua Dewan Perancang Nasional (1962), dan Ketua Dewan
Pengawas IKBN Antara (1961–1962).

M. Yamin meninggal pada tanggal 17 Oktober 1962. Ia wafat di Jakarta dan


dimakamkan di desa Talawi, Kabupaten Sawahlunto, Sumatera Barat. Ia
meninggal ketika ia menjabat sebagai Menteri Penerangan.
❖ Peran
- Ketua Jong Sumatera Bond (1926-1928)
- Anggota Partai Indonesia (1931)
- Pendiri partai Gerakan Rakyat Indonesia
- Anggota BPUPKI
- Anggota panitia Sembilan
c) WR. Supratman

❖ Profil
Nama lengkap : Wage Rudolf Supratman
Lahir : 9 Maret 1903, Jakarta
Meninggal : 17 Agustus 1938, Surabaya
Dimakamkan : Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta
Nama Ayah : Djoemeno Senen Sastrosoehardjo
Nama Ibu : Siti Senen
❖ Riwayat hidup
Soepratman lalu belajar bahasa Belanda di sekolah malam selama 3 tahun,
kemudian melanjutkannya ke Normaalschool di Makassar sampai selesai. Ketika
berumur 20 tahun, lalu dijadikan guru di Sekolah Angka 2. Dua tahun selanjutnya
ia mendapat ijazah Klein Ambtenaar.
Beberapa waktu lamanya ia bekerja pada sebuah perusahaan dagang. Dari
Ujungpandang, ia pindah ke Bandung dan bekerja sebagai wartawan. Pekerjaan itu
tetap dilakukannya sewaktu sudah tinggal di Jakarta. Dalam pada itu ia mulai
tertarik kepada pergerakan nasional dan banyak bergaul dengan tokoh-tokoh
pergerakan. Rasa tidak senang terhadap penjajahan Belanda mulai tumbuh dan
akhirnya dituangkan dalam buku Perawan Desa. Buku itu disita dan dilarang
beredar oleh pemerintah Belanda.
Sewaktu tinggal di Makassar, Soepratman memperoleh pelajaran musik dari kakak
iparnya yaitu Willem van Eldik, sehingga pandai bermain biola dan kemudian bisa
menggubah lagu. Ketika tinggal di Jakarta, pada suatu kali ia membaca sebuah
karangan dalam majalah Timbul. Penulis karangan itu menantang ahli-ahli musik
Indonesia untuk menciptakan lagu kebangsaan. Soepratman tertantang, lalu mulai
menggubah lagu. Pada tahun 1924 lahirlah lagu Indonesia Raya.
Pada bulan Oktober 1928 di Jakarta dilangsungkan Kongres Pemuda II. Kongres
itu melahirkan Sumpah Pemuda. Pada malam penutupan kongres, tanggal 28
Oktober 1928, Soepratman memperdengarkan lagu ciptaannya secara instrumental
di depan peserta umum (secara intrumental dengan biola atas saran Soegondo.
Pada saat itulah untuk pertama kalinya lagu Indonesia Raya dikumandangkan di
depan umum.
❖ Peran
Menciptakan lagu kebangsaan Indonesia Raya

5. Tokoh Tokoh Yang Berperan Dalam Mempersiapkan Kemerdekaan


Indonesia
Setelah perjuangan panjang yang telah dilalui, akhirnya bangsa Indonesia dapat
memproklamasikan kemerdekaannya. Persiapan kemerdekaan Indonesia
melibatkan beberapa tokoh pejuang kemerdekaan, yaitu sebagai berikut :
a) Ir. Soekarno

❖ Profil
Nama : Soekarno
Nama lahir : Koesno Sosrodihardjo
Lahir : Surabaya, Jawa Timur, 6 Juni 1901
Wafat : Jakarta, 21 Juni 1970
Profesi : Insinyur, Politikus, Presiden RI Pertama
Agama : Islam
Ayah : Raden Soekemi Sosrodihardjo
Ibu : Ida Ayu Nyoman Rai
Istri : Oetari (1921–1923), Inggit Garnasih (1923–1943), Fatmawati
(1943–1956), Hartini (1952–1970), Kartini Manoppo (1959–1968), Ratna Sari
Dewi (1962–1970), Haryati (1963–1966), Yurike Sanger (1964–1968), Heldy
Djafar (1966–1969).
Anak : Guntur Soekarnoputra, Megawati Soekarnoputri, Rachmawati
Soekarnoputri, Sukmawati Soekarnoputri, Guruh Soekarnoputra (dari
Fatmawati), Taufan Soekarnoputra, Bayu Soekarnoputra (dari Hartini), Totok
Suryawan (dari Kartini Manoppo), Kartika Sari Dewi Soekarno (dari Ratna Sari
Dewi).
❖ Riwayat hidup dan riwayat perjuangan

Semasa kecil Soekarno diasuh oleh Mbok Sarinah. Tahun 1915, Soekarno
lulus dari EEUROPEESCHE LAGERE SCHOOL (ELS) di Mojokerto, Jawa
Timur. 10 Juni 1912, lulus dari HOGERE BURGER SCHOOL (HBS) di Surabaya.
25 Mei 1926, Soekarno menyelesaikan studinya di TERHNISCHE HOGE
SCHOOL (THS) Bandung dengan gelar CIVILE INGENIUER ( Insinyur Sipil).

4 Juli 1927, mendirikan Perserikatan Nasional Indonesia (PNI)

1 Agustus 1933, Bung Karno ditangkap oleh polisi kolonial Belanda dan
dijebloskan ke penjara Sukamiskin selama 4 bulan.

17 Februari 1934, Bung Karno dibuang ke Ende (Flores) selama 4 tahun,
didampingi ibu Inggit, Ratna Djuwani, dan Ibu Asmi (mertua). Selama
pembuangan ini bung Karno banyak menulis artikel yang kemudian diterbitkan
dengan judul ” Surat-Surat Islam dari Ende “.

9 Maret 1943, Bung Karno beserta Bung Hatta, Ki Hadjar Dewantara, dan KH
Mas Mansyur memimpin Pusat Tenaga Rakyat (PUTERA).

Juni 1945, Bung Karno menikah dengan Fatmawati.

8 Juni 1945, Bung Karno dipilih sebagai ketua PPKI.

15 Agustus 1945, Bung Karno dan Bung Hatta diculik oleh para pemuda dan
dibawa ke Rengasdengklok untuk didesak segera memproklamasikan
Kemerdekaan Indonesia.

17 Agustus 1945, Bung karno dan Bung Hatta mewakili rakyat Indonesia
memproklamasikan Kemerdekaan Indonesia.

18 Agustus 1945, Bung Karno diangkat menjadi Presiden RI.

21 Juni 1970, hari MInggu Pahing, pukul 19.00 WIB, Bung Karno
menghembuskan nafas terakhir di RS Gatot Subroto. Setelah sekian lama
menderita sakit gagal ginjal dan dikarantina di Wisma Yuso.
❖ Peran
1. Aktif berjuang pada masa pergerakan nasional dengan memimpin Partai
Indonesia
2. Menjadi salah seorang pemimpin organisasi Pusat Tenaga Rakyat
3. Menjadi ketua Panitia Sembilan
4. Menjadi ketua PPKI
5. Sebagai proklamator negara Indonesia
b) Drs. Mohammad Hatta

❖ Profil
Nama lengkap : Drs. H. Mohammad Hatta
Agama : Islam
Lahir : Bukittinggi, 12 Agustus 1902
Wafat : 14 Maret 1980
Dimakamkan : Tempat Pemakaman Umum Tanah Kusir, Jakarta
Pendidikan : SD Melayu Fort de kock, Minangkabau. ELS, Padang.
MULO, Padang. Sekolah Tinggi Dagang Prins Hendrik School, Batavia.
Nederland Handelshogeschool, Belanda.
Nama Ayah : Ayah bernama Muhammad Djamil
Nama ibu : Siti Saleha.
Istri : Rahmi Rachim
❖ Riwayat hidup
Mohammad Hatta merupakan pahlawan nasional, salah satu tokoh proklamator
kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945. Setelah kemerdekaan Indonesia, beliau
menjabat sebagai wakil Presiden Republik Indonesia untuk yang pertama kali
mendampingi Ir Soekarno.
Mohammad Hatta menjadi ketua organisasi PI (perhimpunan indonesia), ini
merupakan organisasi para pelajar Indonesia yang ada di Belanda. Dibentuknya
organisasi PI bertujuan untuk mencapai kemerdekaan Indonesia. Setelah lulus dari
sekolah tinggi tersebut, ia kemudian kembali ke Indonesia. Peran besar
Mohammad Hatta dalam bidang ekonomi pada saat itu, membuat beliau terkenal
dengan julukan Bapak Koperasi Indonesia. Baca juga: Tokoh Sekitar Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia
Tepat pada tahun 1932 Bung Hatta kembali ke Indonesia dan kemudian
membangun PNI baru dengan menggandeng Sutan Syahrir. Akibat terlibat dalam
kegiatan politik tersebut, 3 tahun kemudian Bung Hatta dibuang ke Digul,
Sukabumi dan Banda Naira.
Kemudian setelah Belanda kalah dari Jepang, beliau dibebaskan pada masa
tersebut. Perannya yang cukup besar dalam proses Kemerdekaan Indonesia,
kemudian akhirnya pada tanggal 18 Agustus 1945 Mohammad Hatta dilantik
menjadi Wakil Presiden Indonesia.
Mohammad Hatta mendampingi Ir Soekarno sebagai Presiden, tetapi selanjutnya
ia mengundurkan diri pada tanggal 1 Desember 1956. Bung Hatta atau Mohammad
Hatta merupakan penggagas politik luar negeri bebas aktif (tidak memihak blok
barat dan timur). Beliau wafat pada tanggal 14 Maret 1980 dan dimakamkan di
TPU tanah kusir, Jakarta.
❖ Peran
1. Mendirikan organisasi Perhimpunan Indonesia
2. Aktif dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia
3. Mendampingi bung Karno dalam pembacaan Proklamasi Kemerdekan
4. Ketua Panitia Lima
5. Wakil Ketua Panitia Persiapan kemerdekaan Indonesia
6. Anggota Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan
7. Ketua Panitia Pendidikan Nasional Indonesia
8. Ketua Perhimpunan Indonesia, Belanda
c) Achmad Subarjo

❖ Profil
Nama : Achmad Subardjo
Agama : Islam
Lahir : Karawang, 23 Maret 1896
Wafat : 15 Desember 1978, Jakarta
❖ Riwayat hidup
Soebardjo adalah tokoh pejuang kemerdekaan Indonesia, diplomat, dan Pahlawan
Nasional Indonesia. Ia juga Menteri Luar Negeri Indonesia yang pertama. Semasa
remaja Subarjo sekolah di Hogere Burger School, Jakarta (Setara dengan Sekolah
Menengah Atas) pada tahun 1917. Ia kemudian melanjutkan pendidikannya di
Universitas Leiden, Belanda dan memperoleh ijazah Meester in de Rechten (saat
ini setara dengan Sarjana Hukum) di bidang undang-undang pada tahun 1933.
Dalam bidang pendidikan, Sebardjo merupakan profesor dalam bidang Sejarah
Perlembagaan dan Diplomasi Republik Indonesia di Fakultas Kesusasteraan,
Universitas Indonesia.
Achmad Soebardjo keturunan Jawa-Bugis, dan anak dari Camat di Telukagung,
Cirebon. Ketika menjadi mahasiswa, Soebardjo aktif dalam memperjuangkan
kemerdekaan Indonesia melalui organisasi kepemudaan seperti Jong Jawa dan
Persatuan Mahasiswa Indonesia di Belanda. Ahmad Subarjo juga pernah menjadi
utusan Indonesia bersama dengan Mohmmad Hatta pada konferensi antar bangsa
"Liga Menentang Imperialisme dan Penindasan Penjajah" yang pertama di
Brussels dan kemudiannya di Jerman. Pada persidangan pertama itu juga ia
bertemu Jawaharlal Nehru dan pemimpin-pemimpin nasionalis yang terkenal dari
Asia dan Afrika. Sewaktu kembalinya ke Indonesia, ia aktif menjadi anggota
Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia.
❖ Peran
1. Aktif dalam perjuangan Pergerakan Nasional
2. Menjadi anggota PPKI
3. Terlibat dalam perumusan rancangan Undang Undang Dasar
d) Sayuti Melik
❖ Profil
Nama : Mohammad Ibnu Sayuti
Lahir : Sleman, Yogyakarta pada 22 November 1908
Wafat : Jakarta, 27 Februari 1989
Makam : TMP Kalibata
Agama : Islam
❖ Riwayat hidup
Sayuti Melik disebutkan pendidikan beliau di mulai dari Sekolah Ongko Loro (SD)
di Srowolan Solo hanya sampai kelas 4 dan kemudian dilanjutkan di Yogyakarta.
Sejak masih muda beliau merupakan penulis yang mampu membuat belanda
merasa terganggu, kisah hidup Sayuti melik juga diwarnai dengan penahanan
berkali-kali oleh Belanda.
Beliau pernah di buang di Boven Digul (1927-1933) karena dianggap terlibat
dengan PKI oleh Belanda. Selama satu tahun beliau juga pernah ditawan dan
dipenjara di Singapore, pada tahun 1937 beliau pulang ke Jakarta namun
dimasukkan ke sel di Gang tengah hingga 1938. Beliau juga mendirikan koran
Pesat di semarang yang segala bagian redaksi hingga percetakan dan penjualan
beliau kerjakan sendiri bersama istrinya. Namun mereka tetap tidak terlepas dari
pengasingan. Selama menerbitkan koran tersebut, Sayuti Melik atau istrinya
bergantian keluar masuk penjara dan pengasingan. Hal itu dikarenakan tulisan
mereka yang tajam dan kritis. Pada kependudukan Jepang tepatnya Putera
didirikan, atas bantuan Bung Karno, Sayuti Melik dan istrinya dapat bersatu
kembali. Selain aktif dalam dunia jurnalis, biografi Sayuti melik juga menyebutkan
bahwa dirinya juga menjadi anggota PPKI.
Sayuti melik merupakan golongan yang sangat mendukung segera diproklamirkan
kemerdekaan Indonesia. Pada tanggal 16 Agustus 1945, Seokarno dan Hatta di
culik dan dibawa ke Rengasdengklok. Penculikan tersebut bertujuan untuk
menyakinkan Bung Karno dan Bung Hatta segera menyatakan kemerdekaan
Indonesia, ketika Jepang sedang kalah dari sekutu. proklamasi. Setelah terjadi
kesepakatan akhirnya naskah proklamasi dirumuskan oleh Bung Karno dan Bung
Hatta di rumah Laksmana Muda Maeda. Biografi Sayuti melik menyatakan bahwa
dirinya dan sukarni menjadi sanksi dan membantu mereka dalam merumuskan
proklamasi. Atas usul Sayuti melik juga proklamasi ditanda tangani oleh Bung
Karno dan Bung Hatta atas nama bangsa Indonesia.
❖ Peran
1. Mengetik naskah proklamasi
2. Anggota susulan PPKI
3. Anggota KNIP
4. Hadir dalam perumusan naskah prklamasi
e) Fatmawati

❖ Profil
Nama :Fatmawati
Agama : Islam
Lahir : Bengkulu, 5 Februari 1923
Wafat : 14 Mei 1980, Kuala Lumpur, Malaysia
Makam : Tempat Pemakaman Umum Karet Bivak, Jakarta
Ayah : Hasan Din
Ibu : Siti Chadijah
Pasangan : Soekarno (1943–1970)
Anak : Megawati Soekarnoputri, Guntur Soekarnoputra, Rachmawati
Soekarnoputri, Sukmawati Soekarnoputri, Mohammad Guruh Irianto
Soekarnoputra
❖ Riwayat hidup
Fatmawati mulai menyukai organisasi sejak beliau berada sekolah dasar. Pada saat
itu beliau aktif dalam organisasi naysatul asyiyah yang merupakan organisasi
perempuan dibawah organisasi muhamamdiyah. Beliau mulai kenal dengan
soekarno, sejak soekarno dipindahkan ke tempat perasinganya yaitu didaerah
Flores, NTT. Pada saat itu bung karno bekerja sebagai seorang pengajar di sekolah
muhammadiyah dan fatmawati menjadi siswanya pada saat itu.
Pada tanggal 1 Juni 1943, Fatmawati menikah dengan Soekarno. Ia menjadi Ibu
Negara Indonesia pertama dari tahun 1945 hingga tahun 1967 dan merupakan istri
ke-3 dari Presiden Pertama Indonesia.
Pada tahun 14 Mei 1980 ia meninggal dunia karena serangan jantung ketika dalam
perjalanan pulang umroh dari Mekah yang lalu dimakamkan di Karet Bivak,
Jakarta. Namanya sekarang diabadikan baik berupa jalan maupun Rumah Sakit
Nasional seperti RS Fatmawati.
❖ Peran
Menjahitkan Bendera Pusaka Merah Putih
f) Latief Hendraningrat

❖ Profil
Nama : Abdul Latief Hendraningrat
TTL : Jakarta, 15 februari 1911
Wafat : Jakarta 14 maret 1983
❖ Riwayat hidup
Latief Hendraningrat adalah pengerek bendera Sang Saka Merah Putih tanggal 17
Agustus 1945 di Jalan Pegangsaan Timur 56. Ketika itu ia juga ditunjuk sebagai
penanggung jawab keamanan upacara sebab ia pernah menjadi seorang Sudanco
Peta di Jakarta.
Latief Hendraningrat mengenyam pendidikan di Sekolah Tinggi Hukum. Saat
menjadi mahasiswa itu ia sekaligus mengajar bahasa Inggris di beberapa sekolah
menengah swasta.
Dalam masa pendudukan Jepang ia giat dalam Pusat Latihan Pemuda (Seinen
Kunrenshoo), kemudian menjadi anggota pasukan Pembela Tanah Air (Peta).
Pasukan PETA Latief bermarkas di bekas markas pasukan kavaleri Belanda di
Kampung Jaga Monyet, yang kini bernama jalan Suryopranoto di depan Harmoni.
Setelah Proklamasi Kemerdekaan, Latief Hendraningrat terlibat dalam berbagai
pertempuran. Ia menjabat komandan Komando Kota ketika Belanda menyerbu
Yogyakarta (1948). Setelah berhasil keluar dari Yogyakarta yang sudah terkepung,
ia melakukan gerilya.
Setelah penyerahan kedaulatan, Hendraningrat mula-mula ditugaskan di Markas
Besar Angkatan Darat, kemudian ditunjuk sebagai atase militer Rl untuk Filipina
(1952), lalu dipindahkan ke Washington hingga tahun 1956. Sekembalinya di
Indonesia ia ditugaskan memimpin Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat.
Jabatannya setelah itu antara lain rector IKIP Negeri Jakarta. Pada tahun 1967
Hendraningrat memasuki masa pensiun dengan pangkat brigadir jenderal. Sejak
itu ia mencurahkan segala perhatian dan tenaganya bagi Yayasan Perguruan
Rakyat dan organisasi Indonesia Muda.
❖ Peran
1. Sebagai prajurit Pembela Tanah Air
2. Penggerek Bendera Merah Putih saat Proklamasi
g) Chaerul Saleh

❖ Profil
Nama : Chaerul saleh
Lahir : 13 September 1916 di Sawahlunto, Sumatra Barat
Wafat : 8 Februari 1967 di Jakarta
Pasangan : Yohana Siti Menara Saidah
Ayah : Achmad Saleh
Ibu : Zubaidah binti Ahmad Marzuki
❖ Riwayat hidup
Chaerul Saleh adalah seorang pejuang dan tokoh politik Indonesia yang pernah
menjabat sebagai wakil perdana menteri, menteri, dan ketua MPRS antara tahun
1957 sampai 1966. Ia juga menelurkan ide negara kepulauan dengan batas teritorial
12 mil laut yang di-sahkan pada 13 Desember 1957. Atas jasa-jasanya Chaerul
dianugerahi pangkat Jenderal TNI Kehormatan.
Pada masa Hindia-Belanda, Chaerul menjabat sebagai Ketua Persatuan Pemuda
Pelajar Indonesia (1940-1942). Setelah Jepang masuk Indonesia, dia menjadi
anggota panitia Seinendan dan anggota Angkatan Muda Indonesia. Kemudian ia
berbalik arah menjadi anti-Jepang dan ikut membentuk Barisan Banteng serta
menjadi anggota Putera pimpinan Soekarno, Hatta, Ki Hajar Dewantoro dan Kyai
Haji Mas Mansyur.
Chaerul merupakan salah satu tokoh penting dibalik Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia. Bersama Sukarni, Wikana, dan pemuda lainnya dari Menteng 31, ia
menculik Soekarno dan Hatta dalam Peristiwa Rengasdengklok. Mereka menuntut
agar kedua tokoh ini segera membacakan proklamasi kemerdekaan Indonesia.
❖ Peran
1. Sebagai aktivis muda dalam pergerakan nasional
2. Anggota Angkatan Muda Indonesia
3. Anggota Putera
h) Sutan Syahrir

❖ Profil
Nama : Sutan Syahrir
Lahir : 5 Maret 1909 di Padang Panjang
Meninggal : 9 April 1966 di Swiss

❖ Riwayat hidup
Tahun 1926 Sutan Syahrir masuk sekolah lanjutan atas (AMS) di Bandung dan di
sekolah itu Ia bergabung dalam Himpunan Teater Mahasiswa Indonesia.Di
himpunan itu ia pernah menjadi Penulis Sekenario, Sutradara dan menjadi Aktor.
Hasil dari Teater tersebut Ia pakai untuk membiayai sekolah yang Ia didirikan
untuk rakyat yang kurang mampu. Sutan Syahrir pernah bersekolah ke negeri
Belanda di Fakultas Hukum, Universitas Amsterdam untuk lebih belajar
sosialisme.
Demi mengenal dunia proletar dan organisasi pergerakannya, Sutan Syahrir pun
bekerja pada Sekretariat Federasi Buruh Transportasi Internasional.
Ia juga aktif dalam Perhimpunan Indonesia yang ketika itu di pimpin Mohammad
Hatta. Juni 1932 Sutan Syahrir menjadi ketua PNI Baru dan pada bulan Agustus
1932 Sutan Syahrir di bantu Mohammad Hatta dalam memimpin PNI Baru.
Karena takut akan potensi Revolusioner PNI Baru, pada bulan Februari 1934
Belanda menangkap, memenjarakan dan membuang Mohammad Hatta, Sutan
Syahrir dan beberapa pemimpin PNI Baru ke Boven-Digoel Irian Jaya dan
dipindah ke Bandaneira (Pulau Banda).
Pada masa pendudukan Jepang Sutan Syahrir menyiapkan gerakan bawah tanah
untuk merebut kekuasaan dari tangan Jepang dan mendesak Ir.Soekarno dan
Mohammad Hatta untuk memproklamasikan kemerdekan pada tanggal 15 Agustus
1945 (yang akhirnya diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945) karna Sutan
Syahrir mendengar Jepang sudah menyerah.
Pada tahun 1948 Ia mendirikan Partai Sosialis Indonesia.
Dan akhirnya ia wafat pada tanggal 9 April 1966 dalam pengasingan sebagai
tawanan politik. Sutan Syahrir dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata,
Jakarta.
❖ Peran
1. Memimpin PNI Baru bersama Moh Hatta
2. Mendengar berita kekalahan Jepang
3. Mendesak Soekarno dan Moh Hatta untuk segera memproklamasikan
Kemerdekaan Indonesia
4. Bersama Moh Hatta, Sutan Syahrir Menyerukan untuk melakukan pergerakan
menjuju kemerdekaan Indonesia
i) Sukarni

❖ Profil
Nama : Soekarni Kartodiwirjo
Lahir : 14 Juli 1916, Blitar
Meninggal : 7 Mei 1971, Jakarta
Pasangan : Nursjiar Machmoed
Anak : Emilia Iragiliati Soekarni
Ayah : Kartodiwirjo
Ibu : Supiah
❖ Riwayat perjuangan
Sukarni memang tidak memegang peranan sentral dalam perjuangan kemerdekaan,
namun peranannya sangat menentukan. Indonesia mungkin tak akan
memproklamasikan kemerdekaannya tanggal 17 Agustus 1945, jika tidak ada
Sukarni. Ia menculik Soekarno – Hatta dan memaksa kedua pemimpin itu
menyatakan bahwa Indonesia sudah merdeka.
Saat itu Sukarni yang mewakili generasi muda merasa gerah dengan sikap wait and
see yang dipilih Bung Karno dan Bung Hatta menyikapi menyerahnya Jepang
terhadap Sekutu. Kelompok anak muda itu kemudian menculik Soekarno – Hatta
ke Rengasdengklok, Jawa Barat. Setelah ide memanfaatkan vacuum of power
untuk menyatakan kemerdekaan disetujui, maka kedua pemimpin tersebut
dibebaskan kembali ke Jakarta untuk memimpin rapat penyusunan teks
proklamasi.
Pemuda Sukarni sempat menjadi ketua Indonesia Muda cabang Blitar.
Pertemuannya dengan Bung Karno saat menempuh pendidikan di kweekschool,
membuatnya makin tertarik pada dunia politik.
Sukarni juga aktif dalam berbagai episode perjuangan. Tokoh revolusioner
pemberani ini berperan besar dalam perjalanan parlemen Indonesia. Saat negara
masih belia, sehingga belum sempat dilaksanakan Pemilihan Umum, Sukarni
mengusulkan agar sebelum terbentuk DPR dan MPR, tugas legislatif dijalankan
oleh KNIP. Sukarni pulalah yang memperjuangkan pembentukan Badan Pekerja
KNIP sebagai lembaga negara yang mewujudkan kedaulatan rakyat sekaligus
pemimpin rakyat. Ia kemudian diangkat menjadi anggota DPRD dan Konstituante.
Ia wafat pada 7 Mei 1971 sewaktu menjabat sebagai anggota Dewan Pertimbangan
Agung RI.
❖ Peran
1. Aktif sebagai anggota organisasi pemuda Angkatan Baroe Indonesia dan
Gerakan Rakyat Baru yang bertujuan Indonesia Merdeka
2. Mengusulkan agar naskah proklamasi ditandatangani oleh Ir. Soekarno dan
Drs. Moh Hatta sebagai wakil bangsa Indonesia

BAB IV
PENUTUP

i. Simpulan
Orang orang yang telah berjuang untuk melawan dan mengusir penjajah adalah
pahlawan bangsa. Beliau sangat berperan penting dalam memperjuangkan
kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kita sebagai bangsa yang baik
sudah seharusnya menghargai jasa para pahlawan atau tokoh bangsa, dengan cara
tidak melupakan perjuangan beliau, meneladani sikap atau perilaku terpuji para
tokoh daerah maupun nasional bangsa Indonesia serta senantiasa menjaga
persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia.
ii. Daftar Pustaka
Buku BSE Ilmu Pengetahuan Sosial untuk SD dan MI Kelas V Tahun 2008
Buku Ilmu Pengetahuan Sosial Kelas V Sekolah Dasar KTSP 2006 Yudhistira

Anda mungkin juga menyukai