DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 1
1. AHMAD RIYADH
2. AKBAR RAHMATULLAH
3. BAYU KURNIAWAN
4. BENI SAPUTRA
5. BUNGA NAZYLA ANGGRAINI
KELAS : XI IPS 1
MAN 1 BANYUASIN
TAHUN PEMBELAJARAN 2023/2024
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Latar belakang perjuangan umat Islam pada masa penjajahan melibatkan upaya
untuk mempertahankan identitas, kebebasan beragama, dan martabat bangsa.
Penjajahan seringkali mengakibatkan eksploitasi ekonomi, politik, dan sosial,
mendorong umat Islam untuk bersatu dan melawan penindasan tersebut. Pemimpin-
pemimpin seperti Pangeran Diponegoro dari Yogyakarta, Pangeran Antasari dari
Kalimantan Selatan, Teuku Umar dari Aceh dan Imam Bonjol di Sumatra Barat
memimpin perlawanan terhadap penjajah dengan semangat keagamaan dan
nasionalisme. Perjuangan ini menjadi bagian penting dalam sejarah kemerdekaan dan
pembentukan negara-negara baru setelah masa penjajahan.
B. Rumusan Masalah
2.1 Apa Faktor Pendorong Perjuangan Umat Islam Pada Masa Penjajahan?
C. Tujuan Penulisan
3.1 Untuk Mengetahui Peristiwa Yang Melatarbelakangi Perjuangan Umat
Penjajahan
Penjajahan
BAB II
PEMBAHASAN
Semua faktor ini saling terkait dan memberikan dorongan bagi umat Islam untuk
bersatu dan melawan penjajahan demi meraih kemerdekaan serta keadilan.
1. Pangeran Diponegoro
2. Teuku Umar
Tanggal 30 Maret 1896 Teuku Umar segera menarik pasukan dari pos yang
dikuasai Belanda, Perlengkapan tempur, seperti senjata, peluru, amunisi, dan
sejumlah uang diambil alih. Perlahan Belanda mengetahui kebohongan dan
pengkhianatan tersebut. Belanda kemudian melakukan operasi besar-besaran
untuk memburu Teuku Umar dan pasukan. Usaha Belanda tak membuahkan
hasil. Teuku Umar dan pasukan ternyata sulit ditaklukkan. Merasa tak bisa
melumpuhkan Teuku Umar, Jenderal van Heutz dari Belanda menggunakan cara
licik untuk menangkap Teuku Umar. la menyewa orang Aceh bernama Teuku
Leubeh untuk memata-matai strategi Teuku Umar dan pasukan. Dari informasi
tersebut, Belanda mengetahui rencana Teuku Umar. Belanda mengerahkan
semua kekuatan pasukan untuk menyerang Teuku Umar di Meulaboh. la pun
gugur dalam pertempuran tersebut pada tanggal 11 Februari 1899.
3. Pangeran Antasari
Tuanku Imam Bonjol lahir di Bonjol, Pasaman, Sumatra Barat tahun 1772
dari pasangan Bayanuddin Shahab dan Hamatun, la memiliki nama asli
Muhammad Shahab. Ayahnya alim ulama dari Sungai Rimbang, Suliki. Sebagai
anak dari alim ulama, Imam Bonjol tentu dididik dan dibesarkan dengan napas
Islami. Sejak tahun 1800 hingga 1802 Imam Bonjol menimba dan mendalami
ilmu agama Islam di Aceh. Usai menuntaskan masa pendidikan, ia mendapat
gelar Malin Basa, yakni gelar untuk tokoh yang dianggap besar atau mulia.
Bulan Februari tahun 1821, kaum adat yang tengah digempur menjalin
kerja sama dengan Hindia-Belanda untuk membantunya melawan kaum Padri.
Sebagai imbalan, Hindia-Belanda akan mendapatkan hak akses dan penguasaan
atas wilayah Darek (pedalaman Minangkabau). Tokoh yang menghadiri
perjanjian dengan Hindia- Belanda kala itu, antara lain Sultan Tangkal Alam
Bagagar, anggota keluarga Kerajaan Pagaruyung.
Usaha penangkapan itu pun gagal. Mereka justru ditahan di rumah K.H.
Zainal Mustafa dan dibebaskan pada 25 Februari 1944. Masih di hari yang
sama, sekitar pukul 13.00 WIB datang empat opsir Jepang yang meminta K.H.
Zainal Mustafa segera menghadap pemerintah Jepang di Tasikmalaya.
Permintaan itu mendapat penolakan sehingga terjadi kericuhan yang
mengakibatkan tiga opsir Jepang tewas di tempat dan satu orang dibiarkan hidup
untuk menyampaikan ultimatum kepada Jepang.
Sore hari pukul 16.00 WIB, datang pasukan Jepang dengan menggunakan
truk dan langsung menyerang garis pertahanan penduduk dan santri di
Sukamanah. Alhasil, dalam waktu singkat, Jepang menang. Sebanyak 86 orang
warga gugur. Insiden inilah yang disebut Peristiwa Singaparna. K.H. Zainal
Mustafa kemudian ditangkap bersama 23 orang lain dan dinyatakan bersalah
sehingga harus menjalani peradilan di Jakarta. Sedangkan, sekitar 79 orang yang
terlibat Peristiwa Singaparna dihukum penjara 5 sampai 7 tahun di Tasikmalaya.
D. Kesimpulan
Peran umat Islam dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia sudah
dilakukan sejak zaman kerajaan Islam. Masuknya bangsa Barat pada awal abad ke-16
mendapat perlawanan langsung dari kerajaan Islam di Nusantara. Semangat
perjuangan umat Islam pada masa itu masih terus membara. Ini dibuktikan dengan
perlawanan para tokoh di kerajaan Islam Nusantara, seperti Pangeran Antasari dari
Kerajaan Banjar. Kegigihan mereka dalam melawan penjajah membuat bangsa Barat
kesulitan untuk bisa sepenuhnya menguasai wilayah Nusantara. dipimpin para tokoh
kerajaan Islam, perlawanan terhadap bangsa penjajah juga dilakukan para ulama.
Mereka memimpin perlawanan bersama rakyat Indonesia hingga terbentuk gerakan-
gerakan sosial. Misalnya, Pangeran Diponegoro dengan strategi perang gerilya yang
diterapkan dalam Perang Jawa (1825-1830). Kemerdekaan yang diraih bangsa
Indonesia tidak datang serta merta. Di dalamnya terdapat proses panjang yang
mewarnai setiap tahapan perlawanan. Peran umat Islam di masa penjajahan sebagai
laskar dan pemimpin perlawanan terhadap penjajah.