Jadi, Belanda datang ke indonesia pertama kali pada tahun 1596, Di bawah
pimpinan Coernelis de Houtman dan berhasil mendarat dipelabuhan banten.
pada awalnya Belanda datang ke Indonesia hanya untuk berdagang. Namun
kedatangan Belanda diusir penduduk pesisir Banten karena mereka bersikap
kasar dan sombong. Belanda datang lagi ke Indonesia dipimpin Jacob van Heck
pada tahun 1598. Belanda berhasil mengusai berbagai wilayah yang ada di
Indonesia salah satunya adalah dengan menggunakan strategi Devide et Impera
(adu domba). Belanda membela salah satu pihak yang bersengketa kemudian
mengambil keuntungan dari konflik internal dalam sebuah wilayah. Kemudian
Belanda memaksa untuk memonopoli perdagangan yang ada di Indonesia.
Perlawanan pattimura di maluku
Perlawanan rakyat maluku kepada belanda dilatarbelakangi ketidakinginan mereka akan kedatangannya
kembali belanda di wilayah tersebut. Pada tahun 1810-1816, hindia belanda, termasuk maluku dikuasai oleh
inggris. Pada masa pemerintahan inggris, beberapa ketentuan pada masa VOC tidak lagi ditegakan,
contohnya seperti praktik monopoli dagang terutama cengkih dan kerja rodi.
Pada tahun 1817, belanda kembali berkuasa di maluku aturan-aturan yang ditiadakan diberlakukan kembali,
seperti kerja paksa dan monopoli perdagangan cengkih. Rakyat Maluku juga diwajibkan untuk menyediakan
perahu (orambai) guna memenuhi keperluan administrasi dan militer Belanda tanpa diberi bayaran.
Faktor yang melatarbelakanginya:
• Semakin diperketatnya kebijakan monopoli perdagangan
• Pemerintah kolonial berencana menghapus sekolah-sekolah desa dan memberhentikan guru untuk
menghemat anggaran.
• Rakyat dipaksa menyediakan garam, ikan asin, dan kopi bagi kapal-kapal perang Belanda yang berlabuh
di Ambon.
• Menurunkan harga hasil bumi
• Adanya paksaan untuk menjadi serdadu Belanda di luar Maluku.
• Adanya permasalahan dalam peredaran uang kertas yang menggantikan uang loga, sehingga semakin
mempersulit kehidupan rakyat.
• Adanya sikap arogan dan sewenang-wenang dari Residen Saparua, Van den Berg.
Berakhirnya perlawanan pattimura
Tokoh Perlawanan
Pada 4 Juli 1817 Overste de Groot berangkat menuju Saparua dengan tugas : rakyat Maluku
menjalankan vandalisme. . Belanda juga melancarkan politik pengkhianatan terhadap 1. Kapitan Pattimura
Kapiten Pattimura dan para pembantunya. 2. Kapitan Paulus Tiahahu
Pada 11 November 1817 Letnan Pietersen berhasil menyergap Kapiten Pattimura dan 3. Martha Christina Tiahahu
Philips Latumahina saat berada di Siri Sori. disebutkan bahwa Kapiten Pattimura
dikhianati oleh raja Booi dari Saparua. Ia membocorkan informasi tentang strategi
Perang Pattimura dan rakyat Maluku sehingga Belanda dengan mudah mampu
merebut kembali Saparua. perlawanan yang gigih membuat gerbernur ambon
terpaksa meminta pasukan dari batavia maupun daerah lain. Dengan adanya bantuan
itu, Pattimura, yang awalnya unggul, mulai terkepung. Pada 16 Desember 1817,
Kapitan Pattimura pun hukum mati dengan cara digantung di depan Benteng Nieuw
Victoria, Kota Ambon.
Timbulnya perang ini karena ada campur tangan belanda dalam urusan
politik kerajaan yogyakarta. Dan belanda memasang patok-patok jalan
yang melalui makam leluhur Pangeran Diponegoro. Dan ulah Belanda
inilah yang memancing kemarahan Pangeran Diponegoro dan rakyat
setempat. kemudian patok tersebut dicabut oleh pengikut Diponegoro
dan mengganti patok-patok tersebut dengan tombak sebagai tanda
pernyataan perang terhadap Belanda.
Pada tahun 1844, Pantai Buleleng diblokade dan istana raja ditembaki meriam. Korbanpun berjatuhan hingga Belanda
berhasil menduduki satu per satu wilayah sekitar istana raja. Lalu I Gusti Made Karangasem menyiasati Belanda
dengan cara pura-pura menyerah. Tidak sampai disitu, I Gusti Ketut Jelantik tetap melanjutkan perlawanan ia
memindahkan tempat perlawanan ke daerah Jagaraga.
Pada 15 April 1849 Belanda kembali menyerang dan berhasil merebut dan menguasai Benteng Jagaraga. Lalu Raja pun
menyingkir ke daerah Karangasem untuk mencari perlindungan akan tetapi pada akhirnya mereka berdua
ditangkap dan terbunuh.
Benteng Jagaraga, adalah Saksi perjuangan rakyat banten melawan kolonial belanda
Perlawanan pangeran antasari di Banjar
Perang Banjar terjadi di wilayah Kesultanan Banjar, Kalimantan Selatan pada tahun
1859 hingga 1905. Tokoh perlawanan di banjar yaitu Pangeran Hidayatullah dan
Pangeran Antasari dari Kesultanan Banjar, dan Aling (Panembahan Muning).
Pada awal abad ke-17 bangsa Belanda datang ke Banjarmasin, hal ini melimpah
ruahnya penghasilan lada dan batu bara di Banjarmasin. Sejak itulah terjadi hubungan
dagang antara orang Banjar dengan Belanda. Pada perkembangan selanjutnya
Belanda memonopoli perdagangan lada bahkan ingin menguasai wilayah kerajaan
Banjar dengan politik devide et impera. .
Perang Banjar juga dilatarbelakangi oleh intervensi Belanda, hal ini tampak dalam
pertimbangan Belanda terhadap Tamjidillah sebagai Sultan Banjar pada tahun 1857.
Pengangkatan Tamjidillah menjadi Sultan Banjar ini telah melanggar surat wasiat yang
dibuat oleh Sultan Adam yang menginginkan Pangeran Hidayatullah untuk menjadi
Sultan ketika ia meninggal.
Perlawanan pangeran antasari di Banjar
Setelah Tamjidillah diangkat menjadi Sultan, maka timbul kericuhan di wilayah kerajaan
Banjar. Kericuhan itu merupakan reaksi masyarakat Banjar yang tidak akan suka menjadi
pertimbangan Tamjidillah menjadi Sultan. Pada tanggal 28 April 1859 Pangeran Antasari
memimpin rakyat Banjar untuk melakukan penyerangan terhadap Belanda di benteng
Oranye Nassau, saat itulah sejak Perang Banjar meletus. Dalam Perang Banjar ini
Pangeran Antasari tampil ke gelanggang perjuangan bahu membahu dengan pejuang
Banjar lainnya untuk menyelamatkan kerajaan dari tangan Belanda.
Belanda menginginkan wilayah Tapanuli menjadi wilayah kekuasaannya. Raja juga menolak adanya
misionaris yang mulai mengembangkan agama kristen. Pada Februari 1878 raja melancarkan serangan
kepada pos pasukan Belanda di Bahal Baru, dekat Tarutung, Tapanuli Utara. Pertempuran meluas hingga
ke beberapa daerah. tahun 1894, Belanda berusaha untuk menguasai Bakkara yang merupakan pusat
pemerintahan Kerajaan Batak sehingga membuat Raja Sisimangaraja XII harus melarikan diri beserta
pengikutnya ke Dairi Pakpak. tahun 1904, perlawanan mulai melemah Belanda berhasil memukul
mundur pasukan Raja Sisimangaraja XII. tahun 1907, Belanda menyerang dan menangkap Istri dan anak
dari Sisingamangaraja XII namun sang raja berhasil melarikan diri ke Simsim. Perlawanan berakhir
setelah Raja Sisingamaraja XII gugur dalam pertempuran pada tanggal 17 Juni 1907 di Hutan Simsim.
Perlawanan Rakyat Aceh
Penandatanganan Traktat Sumatra antara Inggris dan
Belanda pada tahun 1871 membuka kesempatan kepada
Belanda untuk mulai melakukan intervensi ke Kerajaan
Aceh. Belanda menyatakan perang terhadap Kerajaan Aceh
ketika Sultan Mahmud Syah menolak permintaan Belanda
agar Aceh mengakui kekuasaan Belanda di daerah tersebut.
pasukan belanda di bawah pimpinan jenderal J.H.R. Kohler
menyerang istana kesultanan Aceh di Kutaraja namun
berhasil digagalkan. Barulah pada serangan kedua, Jenderal
J. H .R. Kohler berhasil menguasai Kesultanan Aceh.
Latar Belakang Strategi Belanda
1. Keinginan Belanda untuk
1. Memblokade pelabuhan-pelabuhan
menjadikan Aceh sebagai bagian
Aceh.
dari Pax Neerlandica, seluruh
2. Menerapkan strategi penaklukan total
Nusantara dalam satu kekuasaan
dengan cara bergerak maju, menembak,
tapa ada intervensi bangsa asing dan membakar desa-desa.
lainnya. 3. Mengangkat panglima perang dari
2. Pelaksanaan politik pintu terbuka masyarakat Aceh sendiri.
di wilayah Aceh akan terhambat
jika rakyat Aceh masih terus Strategi Belanda ternyata belum berhasil.
Tokoh-tokoh pejuang Aceh menggunakan
melakukan perlawanan.
strategi berpura-pura menyerah, bekerja sama
3. Potensi Aceh sebagai daerah dengan Belanda, tetapi sebenarnya hanyalah
penghasil lada utama di dunia. untuk memperoleh persenjataan
Belanda yang lebih lengkap.
Berakhirnya Perlawanan Aceh
Pada tahun 1899, Belanda mulai menerapkan
siasat kekerasan dengan mengadakan serangan
besar-besaran ke daerah-daerah pedalaman. Biar pun secara resmi pemerintah
Serangan-serangan tersebut dipimpin oleh Van Hindia Belanda menyatakan Perang
Aceh berakhir pada tahun 1904,
Heutz. Tanpa mengenal peri- kemanusiaan, dalam kenyataannya tidak.
pasukan Belanda membinasakan semua Perlawanan rakyat Aceh terus
berlangsung sampai tahun 1912.
penduduk daerah yang menjadi targetnya. Bahkan di beberapa daerah tertentu
Satu per satu pemimpin para pemimpin di Aceh masih muncul perlawanan
sampai menjelang Perang Dunia II
perlawanan rakyat Aceh menyerah dan terbunuh.
tahun 1939.
Dalam pertempuran yang terjadi di Meulaboh,
Teuku Umar gugur. Akan tetapi, perlawanan
rakyat terus dilaniutkan oleh istrinya, Cut Nyak
Dien. Pada 1905, Cut Nyak Dien ditangkap dan
diasingkan ke Sumedang.
Terimakasih