Anda di halaman 1dari 6

Peran Umat Islam Merebut, Mempertahankan,

Dan Mengisi Kemerdekaan

1. Arsy Zahwa Maulana Ihsyan (05)


2. Ferdy Ardyansyah (13)
3. Feri Ardianzah (14)
4. Muchamad Resa Alfarizi (18)
5. Naufal Muhammad Ikbar (22)

SMA WACHID HASYIM 1 SURABAYA


TAHUN AJARAN 2023-2024
Peran Umat Islam Masa Penjajahan dan Merebut Kemerdekaan
1. Masa Penjajahan Portugis
Kaum penjajah yang mula-mula datang ke Nusantara ialah Portugis denganSemboyan Gold
(Bambang emas), Glory (kamulyaan, keagungan), dan Gospel (penyebaran agama Nasrani).
Dengan menghalalkan semua cara. Apalagi saat itu mereka masih menyimpan dendamnya
terhadap islam setelah usai Perang Salib. Karena itu Portugis sangat bernafsu untuk
menguasai nusantara yang kaya rempah- rempah.
Portugis menyerang Malaka dan menguasainya (1511 M), kemudian Samudra Pasai tahun
1521 M. Mulailah mereka mengusik ketenangan berniaga di perairan nusantra yang saat itu
banyak para pedagang muslim dari Arab. Demikian pula para pedagang dari Demak dan
Malaka yang saat itu sudah terjalin sangat erat. Portugis nampaknya sengaja ingin
mematahkan hubungan Demak dan Malaka, dan sekaligus tujuannya ingin merebut rempah-
rempah yang merupakan komoditi penting saat itu.
Dengan sikapnya yang tidak bersahabat dan arogan, seluruh kerajaan yang ada di Nusantara
kemudian melakukan perlawanan kepada Portugis meskipun dalam waktu dan tempat yang
berlainan. Kerajaan Aceh misalnya sempat minta bantuan kerajaan Usmani di Turki dan
negara-negara Islam lain di Nusantara, sehingga dapat membangun kekuatan angkatan
perangnya untuk menahan serangan Portugis.
Demikian pula, mendengar perlakuan Portugis yang zalim terhadap para pedagang. Warga
Demak muslim, Sultan Demak dan para wali merasa terpanggil untuk berjihad. Pada tahun
1512 Demak dibawah pimpinan Adipati Unus memimpin sendiri armada Lautnya menyerang
Portugis yang saat itu sudah menguasai Malaka, tapi kali ini Mengalami kegagalan karena
persenjataan lawan begitu tangguh.
Namun perjuangannya tidak berhasil, bahkan ia gugur mati syahid dalam pertempuran
tersebut. Sebab itulah ia mendapat gelar “Pangeran sabrang lor” artinya pangeran yang
menyebrangi lautan di sebelah utara. Sepeninggal Adipati Yunus, perlawanan terhadap
Portugis diteruskan oleh Sultan Trenggana (1521-1546) dan putranya Sultan Prawoto.
Meskipun perlawanan umat Islam terhadap penjajah Portugis di Malaka mengalami
kegagalan, namun terhadap penjajah Portugis di Sunda Kelapa (Jakarta) dan Maluku
memperoleh hasil yang gemilang dengan pimpinan panglima Fatahillah pada tanggal 22 Juni
1527 M, yang kemudian ditetapkan sebagai hari lahirnya kota Jakarta.
Di Maluku, Portugis menghasut dan mengadu domba kerajaan Islam Temate da Tidore.
Namun kemudian rakyat Ternate sadar, sehingga mereka dibawah pimpin Sultan Haerun
berbalik melawan Portugis. Penyebaran agama oleh Portugis/Kristenisasi secara besar-
besaran tahun 1546 dilakukan utusan Gereja Katolik Roma Fransiscus Xaverius.
Gerakan itu membuat rakyat marah dan bangkit melawan Portugis apalagi Haerun dibunuh
secara licik oleh Portugis pada tahun 1570. Rakyat Ternate terus melanjutkan perjuangannya
melawan Portugis dibawah pimpinan Babullah, putra Sultan Haerun selama empat tahun
hingga berhasil mengusir penjajah Portugis dari Maluku.
2. Masa Penjajahan Belanda
Belanda pertama kali datang ke Indonesia tahun 1596 berlabuh di Banten dibawah pimpinan
Cornelis de Houtman, dilanjutkan oleh Jan Pieterszoon Coen menduduki Jakarta pada
tanggal 30 Mei 1619 serta mengganti nama Jakarta menjadi Batavia Tujuannya untuk
memonopoli perdagangan dan menanamkan kekuasaan terhadap kerajaan-kerajaan serta
menyebarkan agama Protestan.
Maka wajarlah jika seluruh umat Islam Indonesia bangkit dibawah pimpinan para ulama dan
santri di berbagai pelosok tanah air, dengan persenjataan yang sederhana bambu runjing,
tombak dan golok. Namun mereka bertempur habis-habisan melawan orang-orang kafir
Belanda dengan niat yang sama, yaitu berjihad fi sabi lillah. Hanya satu pilihan mereka:
Hidup mulia atau mati Syahid.
Di Pulau Jawa misalnya Sultan Ageng Tirtayasa, Kiyai Tapa dan Bagus Buang dari
kesultanan Banten, Sultan Agung dari Mataram dan Pangeran Diponegoro dari Jogjakarta
memimpin perang Diponegoro dari tahun 1825-1830 bersama panglima lainnya seperti
Basah Marto Negoro, Kyai Imam Misbah, Kyai Badaruddin, Raden Mas Juned, dan Raden
Mas Rajab, Konon dalam perang Diponegoro ini sekitar 200 ribu rakyat dan prajurit
Diponegoro menjadi syahid, dari pihak musuh tewas sekitar 8000 orang serdadu bangsa
Eropa dan 7000 orang serdadu bangsa Pribumi. Dari Jawa Barat misalnya Apan Ba Sa’amah
dan Muhammad Idris (memimpin perlawanan terhadap Belanda sekitar tahun 1886 di
daerah Ciomas).
Di Sumatra tercatat Tuanku Imam Bonjol dan Tuanku Tambusi (Memimpin perang Padri
tahun 1833-1837), Dari kesultanan Aceh, Teuku Syeikh Muhammad Saman atau yang
dikenal Teuku Cik Ditiro, Panglima Polim, Panglima Ibrahim, Teuku Umar dan istrinya Cut
Nyak Dien, Habib Abdul Rahman, Imam Leungbatan, Sultan Alaudin Muhammad Daud
Syah.
Di Kalimantan, rakyat muslim bergerak melawan penjajah kafir Belanda yang terkenal
dengan perang Banjar, dibawah pimpinan Pangeran Antasari yang didukung dan dilanjutkan
oleh para mujahid lainnya seperti pangeran Hidayat, Sultan Muhammad Seman (Putra
pangeran Antasari), Demang Leman dari Martapura, Temanggung Surapati dari Muara
Teweh, Temanggung Antaludin dari Kandangan, Temanggung Abdul jalil dari Amuntai,
Temanggung Naro dari buruh Bahino, Panglima Batur dari Muara Bahan, Penghulu Rasyid,
Panglima Bukhari, Haji Bayasin, Temanggung Macan Negara, dan lain-lain. Dalam perang
Banjar ini sekitar 3000 serdadu Belanda tewas.
Di Maluku Umat Islam bergerak juga dibawah pimpinan Sultan Jamaluddin, Pangeran Nuku
dan Said dari kesultanan Ternate dan Tidore. Sultan Hasanuddin dan Lamadu Kelleng yang
bergelar Aru Palaka. Sederetan Mujahid-mujahid lain disetiap pelosok tanah air yang belum
diangkat namanya atau dicatat dalam buku sejarah lebih banyak dari yang telah dikenal.

3. Masa Penjajahan Jepang


Pendudukan Jepang di Indonesia diawali di kota Tarakan pada tanggal 10 januari 1942.
Selanjutnya Minahasa, Balik Papan, Pontianak, Makasar, Banjarmasin, Palembang dan Bali.
Kota Jakarta berhasil diduduki tanggal 5 Maret 1942. Bangsa Indonesia dikerja paksakan
(Romusa) dengan ancaman siksaan yang mengerikan dan para wanita diculik dan dijadikan
pemuas tentara Jepang (ianfu).
Pada awalnya Jepang membujuk rayu bangsa Indonesia dengan mengklaim dirinya sebagai
saudara tua Bangsa Indonesia (ingat gerakan 3 A yaitu Nippon Cahaya Asia, Nippon
Pelindung Asia dan Nippon Pemimpin Asia). Mereka juga paham bahwa bangsa Indonesia
kebanyakan beragama Islam. Karena itu pada tanggal 13 Juli 1942 mereka mencoba
menghidupkan kembali Majlis Islam A’la Indonesia (MIAI) yang telah terbentuk pada
pemerintahan Belanda (September 1937).
Jepang membubarkan organisasi-organisasi yang bersifat politik atau yang membahayakan
Jepang yang dibentuk semasa Belanda, kemudian sebagai gantinya dibentuklah organisasi-
organisasi baru misalnya Putera (Pusat Tenaga Rakyat), Cuo Sangi In (Badan pengendali
politik), Jawa Hokokai (Himpunan Kebaktian Jawa), Seinendan, Fujinkai, Keibodan, Heiho,
Peta dan lain-lain. Motif utama dibentuknya organisasi-organisasi tersebut hanyalah sebagai
kedok saja yang ternyata untuk kepentingan penjajah Jepang juga.
Pada perkembanganya organisasi-organisasi tersebut sebaliknya dimanfaatkannya untuk
melawan penjajah Jepang. Sebagai contoh adalah pembentukan tentara PETA (Pembela
Tanah Air) pada tanggal 3 Oktober 1943 di Bogor yang merupakan cikal bakal adanya TNI.
Terbentuknya memang atas persetujuan penjajah Jepang yang didukung oleh para alim
ulama. Tercatat sebagai pendirinya adalah KH. Mas Mansur, Tuan Guru H. Yacob,
HM.Sodri, KH. Adnan, Tuan guru H. Kholid, KH. Djoenaedi, Dr.H. Karim Amrullah,
H,Abdul Madjid dan U. Muchtar. Mereka betul- betul memanfaatkan PETA ini untuk
kepentingan perjuangan bangsa.
PETA saat itu terdiri dari 68 batalion yang masing-masing dipimpin oleh para alim ulama.
Para bintaranya adalah para pemuda Islam, dan panji-panji tentara PETA adalah bulan
bintang putih di atas dasar merah. Hingga pada 5 Oktober 1945 terbentuklah BKR (Barisan
Keamanan Rakyat) yang sebagian besar pimpinannya adalah berasal dari PETA. BKR
kemudian menjadi TKR dan selanjutnya TNI.
Umat Islam di berbagai daerah bangkit menentang penjajah Jepang, diantaranya:
a. Pemberontakan Cot Pileng di Aceh
Perlawanan ini dipimpin oleh seorang ulama muda bernama Tengku Abdul Jalil tanggal
10 November 1942. Sebabnya karena tentara Jepang melakukan penghinaan terhadap umat
Islam Aceh dengan membakar masjid dan membunuh jamaah yang sedang shalat subuh.
b. Pemberontakan Rakyat Sukamanah
Perlawanan ini dipimpin oleh KH. Zaenal Mustafa, pemimpin pondok pesantren di
Sukamanah Singaparna Tasikmalaya pada tanggal 25 Februari 1944 Penyebabnya karena
para santrinya dipaksa untuk melakukan Seikirei, menghormat kepada kaisar Jepang dengan
cara membungkukkan setengah badan ke arah matahari. Hal ini tentu sebagai pelanggaran
aqidah Islam.
c. Pemberontakan PETA di Blitar
Perlawanan ini dipimpin oleh seorang komandan Pleton PETA yang bernama Supriadi
pada tahun 14 Februari 1945 di Blitar, karena mereka, tidak tahan melihat kesengsaraan
rakyat di daerah dan banyak rakyat yang korban karena dikerjapaksakan (Romusha).

4. Sekutu dan NICA


Tanggal 17 Agustus 1945 kemerdekaan Indonesia baru saja diproklamirkan, tanggal 15
september 1945 datang lagi persoalan baru, yaitu datangnya tentara sekutu yang diboncengi
NICA (Nederland Indies Civil Administration). Mereka datang dengan penuh kecongkakan
seolah-olah paling berhak atas tanah Indonesia sebagai bekas jajahannya. Kedatangan
mereka tentu saja mendapat reaksi dari seluruh bangsa Indonesia.
Seluruh umat Islam bergerak kembali dengan kekuatan senjata seadanya melawan tentara
sekutu dan NICA yang bersenjatakan lengkap dan modern, Perlawanan terhadap sekutu dan
NICA antara lain: Dengan taktik perang gerilya, pertempuran arek-arek Surabaya, Bandung
lautan Api, pertempuran di Ambarawa.
Arsitek perang gerilya adalah Jendral Sudirman nama yang tidak asing lagi bagi bangsa
Indonesia. Beliau sebagai ‘panglima besar TNI berlatar belakang santri. Pernah jadi da’i
atau guru agama di daerah Cilacap Banyumas sekitar tahun 1936- 1942. Berkarir mulai dari
kepanduan Hizbul Wathan dan aktif dalam pengajian- pengajian yang diadakan oleh
Muhammadiyah. Sebagian besar hidupnya adalah untuk berjuang, dan bahkan dalam kondisi
sakit beliau terus memimpin perang gerilya.
Sedangkan pertempuran arek-arek Surabaya dipimpin oleh Bung Tomo. Dengan kumandang
takbir, beliau mengobarkan semangat berjihad melawan tentara Inggris di Surabaya pada
tanggal 10 November 1945 Karena dahsyatnya pertempuran tersebut, maka tanggal tersebut
dikenang sebagai hari pahlawan. Dan di Bandung dikenal dengan pertempuran Bandung
lautan apl. Yaitu pertempuran dahsyat di Bandung Utara, kemudian di Bandung Selatan
dibawah pimpinan Muhammad Toha dan Ramadhan.

Peran Umat Islam Masa Pembangunan


Berkat rahmat Allah, usaha perjuangan kaum muslimin dan seluruh lapisan masyarakat
berhasil dengan diproklamirkannya kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945
yang berdasarkan pancasila dan UUD 1945 proses perjuangan yang panjang dalam merebut
kembali kemerdekaan yang telah dirampas oleh penjajah, telah banyak mengobarkan berupa
harta benda, jiwa dan raga kaum muslimin.
Kaurn muslimin selalu membangun dan mengisi kemerdekaan itu dengan menselaraskan
pembangunan materil dan spirituil dalam mewujudkan masyarakat Indonesia yang berdaulat, adil
dan makmur. Kaum muslimin bersama segenap anggota bangsa Indonesia lainnya kini mengatur dan
memerintah bangsanya sendiri. Pemerintahan dilaksanakan dengan cara yang demokratis.
Keamanan, ketertiban dan kesejahteraan sosial terus diupayakan dan ditegakkan. Demikian juga
persatuan dan kesatuan bangsa, sehingga terwujudlah negara yang aman, adil dan makmur dengan
penuh limpahan rahmat dan ridha Allah, sesuai dengan cita-cita kemerdekaan yang dituangkan
dalam UUD 1945.

Organisasi Islam yang sejak zaman penjajah selalu membina dan mendidik umat dengan
berbagai ilmu pengetahuan dan mengembangkan semangat perjuangan menentang
penjajah, maka setelah merdeka usaha itu pada dasarnya tetap terus dikembangkan dan
ditingkatkan lebih baik. Sikap menentang penjajahan dialihkan dan diganti dengan sikap
giat, semangat dan etos kerja untuk mencapai ketinggian ilmu pengetahuan dan tekhnologi
dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup dan mengisi pembangunan.
Dalam rangka ikut serta meningkatkan pengetahuan, kecerdasan dan Valitas masyarakat
telah diupayakan melalui pendidikan pada jalur sekolah Didinkanlah oleh organisasi
organisasi Islam berbagai tembaga pendidikan dari jenjang pendidikan dasar seperti SD,
SMP, pendidikan menengah seperti SMA dan pendidikan tinggi sepert Universitas dan
Institut yang tersebar diseluruh daerah Diantara oragnisasi islam yang giat dalam bidang
pendidikan dan kemasyarakatan ialah Majelis Ulama Indonesia, Muhammadiyah, Nahdlatul
Ularna, Al-Washliyat Al-Irsyad, Djariat Khair, GUPPI, PUL Al-Khairat, ICMI dan lain-lain.
Organisasi Islam yang berperan dalam pembangunan Nasional bukan hanya mereka yang
tergabung dalam organisasi Banyak orang Islam secara pribadi baik sebage dokter, dosen,
pejabat negara, wakil rakyat di DPR, pengusaha, Candikiawan, petan guru, pengrajin, dan
lain-lain mereka semuanya melakukan kegiatan dengan sungguh sungguh sesuai dengan
profesi dan keahliannya masing-masing.
Lembaga pendidikan Islam dalam kegiatannya lebih menekankan pembinaan, peningkatan
ilmu pengetahuan dan kecerdasan masyarakat melalui pendidikan pada jalur sekolah dan
luar sekolah. Peningkatan ilmu pengetahuan dan peningkatan kualitas yang melalui jalur
pendidikan sekolah biasanya terdiri dari pendidikan sekolah umum, seperti SD, SMP, SMA
dan Perguruan Tinggi dan Madrasah seperti Madrasah Ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah,
Madrasah Aliyah dan IAIN.
Melalui pendidikan ini secara bertahap ilmu pengetahuan bertambah meningkat dan
Sumber Daya Manusia lebih berkualitas. Dengan meningkatnya kualitas masyarakat maka
hasil kerja masyarakatpun semakin meningkat. Dengan demikian meningkatnya hasil umat
melalui jalur luar sekolah, antara lain dilaksanakan melalui pengajian, Taman Bacaan Al
Qur’an, kursus-kursus ilmu keagamaan dan pembinaan Di Masjid-Masjid.

Anda mungkin juga menyukai