Anda di halaman 1dari 9

Gerakan Andi Aziz

Nama anggota
1. Al Ayyubi Sidik
2. Deru Pratama
3. Galih Bayu Sadewo
4. Rafif Irhab Putra Prayoga
5. Syafna Marwa Nassoba

XI RPL A
SMK NEGERI 3 METRO
A. Biodata dan Sejarah hidup

1. Profil

Andi Abdul Azis (lahir di Simp


ang binangal, kabupaten Barru, Sulawe
si Selatan, 19 September 1924; umur
61 tahun) adalah seorang tokoh militer
Indonesia yang dikenal karena keterlib
atannya dalam Peristiwa Andi Azis.

Kelahiran : 19 September 1924, Barru, Barru

Meninggal : 11 J anuari 1 984

Kebangsaan : Indonesia

Pertempuran dan perang : Peristiwa Andi Azis

Pasangan : Jabida A zis

Orang tua : Andi Djuanna Daeng Maliungan, Becce Pesse

2. Sejarah Hidup - Pemberontakan

Andi Azis lahir dari keluarga keturunan Bugis di Sulawesi Selatan. Pada awal tahun 1930-a
n Andi Azis kemudian dibawa seorang pensiunan. Asisten Residen bangsa Belanda ke Belanda.
Pada tahun 1935 ia memasuki Leger School dan tamat tahun 1938 lalu meneruskan ke Lyceum s
ampai tahun 1944. Sebenarnya Andi Azis sangat berhasrat untuk memasuki sekolah militer di ne
geri Belanda untuk menjadi seorang prajurit tetapi niat itu tidak terlaksana karena pecah Perang
Dunia II. Kemudian Andi Azis memasuki Koninklijk Leger dan bertugas sebagai tim pertempura
n bawah tanah melawan Tentara Pendudukan Jerman (Nazi). Dari pasukan bawah tanah kemudia
n Andi Azis dipindahkan kebelakang garis pertahanan Jerman, untuk melumpuhkan pertahanan J
erman dari dalam. Karena di Eropa kedudukan sekutu semakin terjepit, maka secara diam-diam
Andi Azis dengan kelompoknya menyeberang ke Inggris, daerah paling aman dari Jerman walau
pun sebelum 1944 sering mendapat kiriman bom Jerman dari udara.

Di Inggris, ia mengikuti latihan pasukan komando di sebuah Kamp sekitar 70 kilometer di lu


ar London. Andi Azis lulus dengan pujian sebagai prajurit komando. Selanjutnya pada tahun 194
5 ia mengikuti pendidikan Sekolah calon Bintara di Inggris dan menjadi sersan kadet. Pada bulan
Agustus 1945, karena SEAC sedang dalam usaha mengalahkan Jepang di front timur, mereka me
merlukan anggota tentara yang dapat

berbahasa Indonesia, maka Andi Abdul Azis kemudian ditempatkan di komando Perang Sek
utu di India, berpindah-pindah ke Colombo dan akhirnya ke Calcutta dengan pangkat Sersan. Sep
erti Halim Perdana Kusuma, Andi Azis juga orang Indonesia yang ikut serta dalam perang Dunia
II di front Barat Eropa.

Setelah Jepang menyerah tanpa syarat pada sekutu, Andi Azis diperbolehkan memilih tugas
apakah yang akan diikutinya, apakah ikut satuan-satuan sekutu yang akan bertugas di Jepang atau
yang akan bertugas di gugus selatan (Indonesia). Dengan pertimbangan bahwa telah 11 tahun tida
k bertemu orang tuanya di Sulawesi Selatan, akhirnya ia memilih bertugas ke Indonesia, dengan
harapan dapat kembali dengan orang tuanya di Makassar.

Pada tanggal 19 Januari 1946 satuannya mendarat di Jawa (Jakarta), waktu itu ia menjabat k
omandan regu, kemudian bertugas di Cilinding. Pada tahun 1947 mendapat kesempatan cuti panj
ang ke Makassar dan mengakhiri dinas militer. Setelah itu ia kembali lagi ke Jakarta dan mengiku
ti pendidikan kepolisian di Menteng Pulo, pertengahan 1947 ia dipanggil lagi masuk KNIL dan di
beri pangkat Letnan Dua.

Selanjutnya ia menjadi Ajudan Senior, Sukowati (Presiden NIT). Jabatan ini dijalaninya ha
mpir satu setengah tahun, kemudian ia ditugaskan sebagai salah seorang instruktur di Bandung-Ci
mahi pada pasukan SSOP— sekolah pasukan payung milik KNIL bernama School tot Opleiding
voor Parachusten - (Baret Merah KNIL) dalam tahun 1948. Pada tahun 1948 Andi Azis dikirim la
gi ke Makasar dan diangkat sebagai Komandan kompi dengan pangkat Letnan Satu dengan 125 o
rang anak buahnya (KNIL) yang berpengalaman dan kemudian masuk TNI. Dalam susunan TNI
(APRIS) kemudian ia dinaikan pangkatnya menjadi kapten dan tetap memegang kompinya tanpa
banyak mengalami perubahan anggotanya.

Pasukan dari kompi yang dipimpinnya itu bukan pasukan sembarangan karena Kemampuan
tempur pasukan itu diatas standar pasukan reguler Belanda dan juga TNI. Pada saat itu daerah Ci
mahi adalah daerah
dimana banyak prajurit Belanda dilatih untuk persiapan agresi militer Belanda II. Ditempat ini set
idaknya ada dua macam pasukan khusus Belanda dilatih: pasukan Komando (baret hijau); pasuka
n penerjun (baret merah). Andi Azis kemungkinan melatih pasukan komando sesuai pengalaman
nya di front Eropa.

Pada tanggal 5 April 1950, anggota pasukan Andi Azis menyerang Tentara Nasional Indon
esia (TNI) yang bertempat di Makassar, dan mereka pun berhasil menguasainya. Bahkan Letkol
Mokoginta berhasil ditawan oleh pasukan Andi Azis. Akhirnya, Ir.P.D Diapri (Perdana Mentri N
IT) mengundurkan diri karena tidak setuju dengan apa yang sudah dilakukan oleh Andi Azis dan
ia digantikan oleh Ir. Putuhena yang pro-RI. Pada tanggal 21 April 1950, Sukawati yang menjaba
t sebagai Wali Negara NIT mengumumkan bahwa NIT bersedia untuk bergabung dengan NKRI
(Negara Kesatuan Republik Indonesia).

Pasukan Andi Azis ini akhirnya menjadi salah satu punggung pasukan memberontak APR
IS selama bulan April pada tanggal 5-15 di Makassar disamping pasukan Belanda lain yang deser
si dan tidak terkendali. Seperti yang terjadi dalam pemberontakan APRA Westerling yang terlalu
mengandalkan pasukan khusus Belanda Regiment Speciale Troepen — yang pernah dilatih West
erling - maka dalam pemberontakan Andi Azis hampir semua unsur pasukan Belanda terlibat teru
tama KNIL non pasukan komando. Dari hasil pemeriksaan Aziz dalam sidang militer yang digela
r tiga tahun kemudian (1953), saksi mantan Presiden NIT Sukawati dan Let.KolMokoginta tidak
banyak meringankan terdakwa yang pada ahirnya dihukum penjara selama 14 tahun. Dalam persi
dangan tersebut terdakwa mengaku bersalah, tidak akan aju banding tetapi merencanakan minta g
rasi kepada Presiden.

B. Latar Belakang Pemberontakan Andi Azis

Saat itu keadaan Sulawesi Selatan, khususnya Makassar, sedang bergejolak. Rakyat yan
g anti federal (RIS), mengadakan demonstrasi dan mendesak agar NIT (Negara Indonesia Timu
r) dibubarkan dan bergabung kembali dengan RI. Kelompok yang setuju dengan gagasan Negar
a federal, mengadakan demonstrasi balasan. Suasana semakin terasa panas dan genting saat men
yebarnya isu bahwa batalyon pimpinan Mayor H.V. Worang dari Jawa, akan ditempatkan di Sul
awesi Selatan. Padahal pasukan yang sebagian besar terdiri atas putara Sulawesi Utara itu sesun
gguhnya dikirim ke Manado dengan kapal Waekelo. Mereka harus singgah di Makassar untuk
menambah perbekalan. Andi Azis dan pengikutnya khawatir kedudukan mereka akan terdesak o
leh pasukan dari Jawa tersebut.

maka pada tanggal 5 April 1950 pemerintah mengutus pasukan TNI sebanyak satu Bat
alion dari Jawa untuk mengamankan daerah tersebut. kedatangan TNI ke daerah tersebut dinilai
mengancam kedudukan kelompok masyaraat pro-federal. Selanjutnya para kelompok masyarak
at pro-federal ini bergabung dan membentuk sebuah pasukan
“Pasukan Bebas” di bawah komando kapten Andi Azis. Ia menganggap bahwa masalah
keamanan di Sulawesi Selatan menjadi tanggung jawabnya, Andi Azis dengan pasukannya men
yerang markas APRIS dan menduduki objek-objek penting, seperti lapangan terbang dan kantor
telekomunikasi. Dalam waktu singkat kota Makassar dapat dikuasai karena pasukan APRIS jum
lahnya sangat sedikit. Pemerintah RIS (Republik Indonesia Serikat) terpaksa menghadapi pemb
erontakan dengan kekuatan senjata. Tiga hari kemudian, yaitu pada tanggal 8 April 1950, peme
rintah mengeluarkan ultimatum agar Andi Aziz melaporkan diri ke Jakarta dalam waktu 4 X 24
jam. Untuk mempertanggungjawabkan tindakannya, pasukan Andi Aziz dilarang keluar dari asr
ama.

Tuah, Banteng, dan Rajawali, sedangkan Angkatan Udara membantu dengan beberapa
pesawat pembom B-25 Mitchell. Perlengkapan senjata mereka pun harus diserahkan kepada AP
RIS. Ultimatum tersebut tidak dipenuhi, sehingga pemerintah pusat terpaksa mengerahkan keku
atan senjata untuk menumpas Andi Aziz dan pasukannya. Pasukan gabungan APRIS dikerahka
n ke Sulawesi Selatan dipimpin oleh Kolonel A.E. Kawilarang. Ia dibantu oleh para perwira ko
mandan pasukan, seperti Letkol. Soeharto, Mayor H.V. Worang, Andi Mattalata, dan Letnan S.
Sukowati. Angkatan Laut mengerahkan kapal perang Hang

Karena terdesak, pada tanggal 15 April 1950 Andi Aziz menyerah dan berangkat ke Ja
karta. Dengan penyerahan diri Andi Aziz maka pasukannya dan NIT dibubarkan, lalu melebur k
embali ke dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Jadi, dapat disimpulkan bahwa latar belakang pemberontakan Andi Azis adalah:

1. Menuntut bahwa keamanan di Negara Indonesia Timur hanya merupakan tanggung jawab

pasukan bekas KNIL saja.

2. Menentang campur tangan pasukan APRIS (Angkatan Perang Republik

Indonesia Serikat) terhadap konflik di Sulawesi Selatan.

3. Mempertahankan berdirinya Negara Indonesia Timur.

C. Dampak Pemberontakan Andi Aziz

1. Penyerangan ke Markas Tentara Nasional Indonesia (TNI)

2. Bergabungnya Negara Indonesia Timur dengan NKRI.

3. Terbentuknya Pasukan Bebas

D. Upaya Penumpasan Pemberontakan Andi Aziz

Untuk menanggulangi pemberontakan yang di lakukan oleh Andi Azis,pada tanggal 8 April 195
0 pemerintah memberikan perintah kepada Andi Azis bahwa setiap 4 x 24 Jam ia harus melaporkan diri
ke Jakarta untuk mempertanggungjawabkan perbuatan yang sudah ia lakukan. Untuk pasukan yang terl
ibat dalam pemberontakan tersebut diperintahkan untuk menyerahkan diri dan melepaskan semua tawa
nan. Pada waktu yang sama, dikirim pasukan yang dipimpin oleh A.E. Kawilarang untuk melakukan op
erasi militer di Sulawesi Selatan.

Tanggal 15 April 1950, Andi Azis pergi ke Jakarta setelah didesak oleh Sukawati, Presiden d
ari Negara NIT. Namun karena keterlambatannya untuk melapor, Andi Azis akhirnya ditangkap dan di
adili untuk mempertanggung jawabkan perbuatannya, sedangkan untuk pasukan TNI yang dipimpin ol
eh Mayor H. V Worang terus melanjutkan pendaratan di Sulawesi Selatan. Pada tanggal 21 April 1950
pasukan ini berhasil menguasai Makassar tanpa adanya perlawanan dari pihak pemberontak. Pada Ta
nggal 26 April 1950, anggota ekspedisi yang dipimpin oleh A.E Kawilarang mendarat di daratan Sula
wesi Selatan. Keamanan yang tercipta di Sulawesi Selatan-pun tidak berlangsung lama karena keberad
aan anggota KL-KNIL yang sedang menunggu peralihan pasukan APRIS keluar dari Makassar. Para a
nggota KL-KNIL memprovokasi dan memancing emosi yang menimbulkan terjadinya bentrok antara
pasukan KL-KNIL dengan pasukan APRIS.

Pertempuran antara pasukan APRIS dengan KL-KNIL berlangsung pada tanggal 5 Agustus 1
950. Kota Makassar pada saat itu sedang berada dalam kondisi yang sangat menegangkan karena terja
dinya peperangan antara pasukan KL-KNIL dengan APRIS. Pada pertempuran tersebut pasukan APRI
S berhasil menaklukan lawan, dan pasukan APRIS-pun melakukan strategi pengepungan terhadap tent
ara-tentara KNIL tersebut.

Tanggal 8 Agustus 1950, pihak KL-KNIL meminta untuk berunding ketika menyadari bahwa
kedudukannya sudah tidak menguntungkan lagi untuk berperang dan melawan serangan dari lawan. P
erundingan tersebut akhirnya dilakukan oleh Kolonel A.E Kawilarang dari pihak RI dan Mayor Jendral
Scheffelaar dari pihak KL-KNIL. Hasil perundingan kedua belah pihakpun setuju untuk menghentikan
baku tembak yang menyebabkan terjadinya kegaduhan di daerah Makassar tersebut, dan dalam waktu
dua hari pasukan KNIL harus meninggalkan Makassar.

E. Meninggalnya Kapten Andi Azis

Pada tanggal 30 Januari 1984 seluruh keluarga dari Andi Azis diselimuti oleh duka yang men
dalam karena kepergian sang Kapten, Andi Abdoel Azis. Di usianya yang sudah menginjak 61 Tahun,
ia meninggal di Rumah Sakit Husada Jakarta karena serangan jantung yang dideritanya. Andi Azis me
ninggalkan seorang Istri dan jenasahnya diterbangkan dari Jakarta Ke Sulawesi Selatan, lalu dimakam
kan di pemakaman keluarga Andi Djuanna Daeng Maliungan yang bertempat di desa Tuwung, Kabup
aten Barru, Sulawesi Selatan. Dalam suasana duka, mantan Presiden RI, BJ. Habibie beserta istrinya H
asri Ainun, mantan Wakil Presiden RI, Try Sutrisno dan para anggota perwira TNI turut berduka cita d
an hadir dalam acara pemakaman Andi Azis.

F. Hikmah di Balik Pemberontakan Andi Azis

Kapten Andi Abdoel Azis, ia adalah seorang pemberontak yang tidak pernah menyakiti dan me
mbunuh orang untuk kepentingan pribadinya. Ia hanyalah korban propaganda dari Belanda, karena keb
utaannya terhadap dunia politik. Andi Azis adalah seorang militer sejati yang mencoba untuk mempert
ahankan kesatuan Negara Republik Indonesia pada masa itu, dan dalam kesehariannya, seorang Andi A
zis cukup dipandang dan dihargai oleh masyarakat suku Bugis Makassar yang bertempat tinggal di Tan
jung Priok, Jakarta. Disanalah Andi Azis diakui sebagai salah satu sesepuh yang selalu dimintai naseha
t oleh para penduduk tentang bagaimana cara menjadikan suku Bugis Makassar supaya tetap dalam kea
daan rukun dan sejahtera.
Andi Azis dikenal juga sebagai orang yang murah hati dan suka menolong. Ia selalu berpesan
kepada anak-anak angkatnya bahwa “Siapapun boleh dibawa masuk ke dalam rumahnya kecuali 3 jeni
s manusia yaitu pemabuk, penjudi, dan pemain perempuan.”

Seorang Andi Azis patut kita jadikan sebagai bahan pembelajaran bahwa kita selama hidup di
dunia ini jangan terlalu percaya sama apa yang orang lain katakan, percayalah kepada hati nurani, jang
an terlalu percaya sama orang lain karena orang itu belum tentu bisa mengajak kita ke jalan yang benar
dan mungkin malah mengajak kita untuk berbuat salah. Maka dari itu, alangkah lebih baiknya kita har
us berwaspada dan berhati-hati dalam mempercayai orang lain.
DAFTAR PUSTAKA

Afifah Rahmah, 26/04/2022, Pemberontakan Andi Azis: Latar Belakang, Tujuan, dan Dam
paknya, https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-6052405/pemberontakan-andi-azis-latar-b
elakang-tujuan-dan-dampaknya, 12/11/2022

Verelladevanka Adryamarthanino, 26/04/2021, Pemberontakan Andi Aziz, https://www.ko


mpas.com/stori/read/2021/04/26/134156779/pemberontakan-andi-azis?page=all,
12/11/2022

Matanasi, Patrik. 2009. Peristiwa Andi Azis: Kemelut Mantan KNIL di Sulawesi Selatan Pasca Pengembali
an Kedaulatan. Yogyakarta: Media Pressindo.

Poesponegoro, Marwati Djoened dan Nugroho Notosusanto. 2008. Sejarah Nasional Indonesia VI: Zaman
Jepang dan Zaman Republik Indonesia (±1942-1998). Jakarta: Balai Pustaka.

Soetrisno, Eddy. 2002. Buku Pintar Indonesia Abad XX. Jakarta: Taramedia & Restu Agung.

Anda mungkin juga menyukai