Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat dan karunia-Nya saya dapat
menyelesaikan makalah ini. Makalah ini diselesaikan guna memenuhi tugas mata
pelajaran Sejarah Indonesia. Makalah ini tidak akan selesai tanpa dukungan dari
pihak-pihak yang telah membantu penyelesaian makalah ini. Terima kasih saya
ucapkan sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang sudah membantu
penyelesaian, yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.
Saya hanyalah manusia biasa yang tak luput dari kesalahan, maka dari itu
saya memohon maaf jika terdapat kesalahan dalam penyampaian, penyajian,
penulisan maupun kekurangan-kekurangan lainnya. Saya harap makalah ini dapat
bermanfaat dan menjadi motivasi untuk para pembaca dan saya sendiri sebagai
penulis. Saya juga berharap Ibu Guru dapat mengkritik makalah saya sehingga
nantinya saya dapat membuat makalah yang lebih baik lagi.
1
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan.......................................................................................... 8
B. Saran.................................................................................................... 9
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Jenderal Abdul Haris Nasution adalah salah satu tokoh penting di
kalangan militer yang pernah dimiliki oleh bangsa Indonesia juga seorang
pahlawan nasional Indonesia yang merupakan salah satu tokoh yang
menjadi sasaran dalam peristiwa Gerakan 30 September, namun yang
menjadi korban adalah putrinya Ade Irma Suryani Nasution.
Atas jabatan dan peranannya yang besar dalam TNI dan
pemerintahan maka A.H Nasution merupakan salah satu tokoh penting
yang di butuhkan dan disegani oleh petinggi-petinggi negara seperti
Presiden Soekarno dan Jendral tinggi lainnya.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah kehidupan atau biografi Jenderal Abdul Haris
Nasution?
2. Bagaimana peranan Jenderal Abdul Haris Nasution dalam
mempertahankan kemerdekaan Indonesia?
C. Tujuan Penulisan
3
BAB II
PEMBAHASAN
Beliau terlahir dari keluarga Batak muslim, ia adalah anak kedua dan juga
merupakan putra tertua dalam keluarganya, ia di besarkan oleh ayah dan ibunya
yang bernama H.A. Nasution dan ibunya yang bernama Zahra Lubis keluarga
Nasution merupakan seorang petani yang menghasilkan kopi,tekstil,dan karet.
Abdul Haris Nasution menikah dengan sunanti putri dari Gondokusumo pada 30
mei 1947 dan di karunia 2 orang anak bernama Hendriyanti Saharah dan Ade
Irma Suryani. Pada tahun 1932 ia tamat dari HIS, setelah itu ia di beri beasiswa
untuk melanjutkan ke Hollands Inlandsche Kweek School di Bukittinggi. Pada
tahun 1935 Nasution kemudian melanjutkan studinya di Bandung selama tiga
tahun.
Pada tahun 1940 Nasution bergabung dengan corps yang di bentuk oleh
Belanda yang bernama Corps Opleiding Reserve Offocieren(CORO), lalu setelah
kemerdekaan Nasution bergabung dengan TKR. Sejak itulah banyak posisi Di
emban Nasution seperti kepala staf Komandemen TKR Jawa Bara, Komando
Divisi lll, Panglima Divisi Siliwangi, wakil Panglima Besar Angkatan perang,
Panglima tentara dan Teritorial Djawa. Nasution merupakan salah satu dari
sasaran peristiwa G-30-S/PKI, tetapi beliau berhasil meloloskan diri dalam
4
peristiwa itu, tetapi anaknya Ade Irma Suryani Nasution dan ajudannya Lettu
Pierre Tendean menjadi korban.
Pada masa order baru Nasution pernah menjabat sebagai ketua MPRS,
pada waktu memasuki usia pensiun tahun 1972, pangkat beliau naik menjadi
Jenderal Besar TNI. Nasution meninggal pada tanggal 5 September 2000 dan di
makamkan di tanah makam pahlawan Kalibata, Jakarta. Oleh pemerintah
Nasution di anugrahi gelar Pahlawan Nasional melalui SK Presiden
No.073/TK/2002.
5
senjata ke Amerika Serikat dan negara-negara blok Timur. Misi
pembelian senjata ini kemudian dikenal dengan Misi Abdul Haris
Nasution. Misi ini juga melakukan kunjungan ke negara-negara Jerman,
Inggris, Perancis, dan Yugoslavia. Kemudian dilanjutkan ke Australia,
Selandia Baru, Philipina, Thailand, India, dan Mesir. Kontrak pembelian
senjata dari Uni Soviet merupakan kontrak pembelian senjata yang
terbesar, yang dilakukan oleh misi Nasution dalam rangka Operasi
Pembebasan Irian Barat.
Pada tanggal 11 Desember 1961, dua bulan setelah Komite
Nasional Papua dibentuk, Pemerintah membentuk Dewan Pertahanan
Nasional (Depertan). Jenderal Abdul Haris Nasution diangkat sebagai
Deputy II. Di samping itu ia diangkat menjadi Wakil Panglima Besar
Komando Tertinggi (KOTI) Pembebasan Irian Barat (Pemirbar). Setahun
kemudian, pada tahun 1962 Abdul Haris Nasution selaku Menteri
Keamanan Nasional/KSAD juga mengirimkan misi khusus ke luar negeri,
dalam upaya menyelesaikan masalah Irian Barat ini Ia juga mengadakan
pembicaraan dengan Ketua Partai Katolik Indonesia I.J .Kasimo, dan
meminta pimpinan Partai Katolik menghubungi pimpinan Partai Katolik
Belanda (KVP) agar dapat mempengaruhi Pemerintah Belanda dalam
menyelesaikan masalah Irian Barat tersebut.
6
Wakil Ketua Pengurus Besar Front Nasional (PBFN), Jenderal Abdul
Haris Nasution memberi restu diubahnya ide pembentukan satu organisasi
tunggal Musyawarah Kekaryaan Indonesia (MKI) menjadi satu forum
koordinasi bernama Musyawarah Kerja Karyawan Indonesia (MKKI).
Sementara itu, masih dalam menghadapi ofensif revolusioner PKI,
Abdul Haris Nasution menolak gagasan-gagasan yang diajukan oleh PKI
di pelbagai bidang, antara lain di bidang pers, budaya, teritorial, dan
militer. Di bidang pers, Abdul Haris Nasution memerintahkan
pembentukan Pemberitaan Angkatan Bersenjata (PAB) dan Harian
Angkatan Bersenjata (HAB), Berita Yudha beserta edisi daerahnya. Selain
itu di lingkungan Staf Angkatan Bersenjata (SAB), dibentuk Biro Sejarah
yang kemudian berkembang menjadi Pusat Sejarah dan Tradisi ABRI atau
kini bernama Pusat Sejarah TNI. Dibidang budaya berlangsung
Konferensi Karyawan Pengarang Seluruh Indonesia (KKPI). Di bidang
Pertahanan-Keamanan, Jenderal Abdul Haris Nasution dengan tegas
menolak Nasakomisasi ABRI yang ingin diterapkan PKI. Selain itu, ia
juga memprakarsai pembentukan organisasi Pertahanan Sipil (Hansip),
Pertahanan Rakyat (Hanra) dan Resimen Mahasiswa di setiap Universitas
dalam upaya menangkis ofensif PKI di bidang teritorial. Di bidang militer,
Pak Nas menolak pembentukan Angkatan V dengan mempersenjatai
buruh dan tani. Pada tanggal 20 Mei 1965 atas prakarsa Abdul Haris
Nasution diresmikan berdirinya pendidikan tertinggi di lingkungan
Angkatan Bersenjata yang dikenal dengan nama Lembaga Pertahanan
Nasional (Lemhannas) di Jakarta. Siswanya terdiri dari para perwira
menengah ABRI.
7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
8
Hal yang dapat dipelajari dari kepribadian A.H Nasution adalah
semangatnya yang tak pernah surut untuk berjuang, tegas dan disiplin,
serta kesabaran yang luar biasa, dan rasa cintanya yang begitu besar
terhadap bangsa Indonesia, sehingga ia rela mengesampingkan
kepentingan diri dan mengorbankan diri pribadi untuk memperjuangkan
kemerdekaan.
B. Saran
9
DAFTAR PUSTAKA
https://www.sridianti.com/biografi-singkat-abdul-haris-nasution.html
http://digilib.unimed.ac.id/17966/9/NIM.%20309321028%20BAB%20I.pdf
https://sejarah-tni.mil.id/2018/02/05/jenderal-besar-tni-abdul-haris-nasution-1918-
2000/
http://repository.upy.ac.id/1017/5/Dokumen%20BAB%20V%20dan%20Daftar%
20Pustaka%2BLampiran%20Penting.PDF
10