Disusun oleh:
Tasya Chairunnisa
XII IPA 5
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah
ini. Makalah ini berjudul “APRA (Angkatan Perang Ratu Adil)” yang diajukan untuk memenuhi
tugas mata pelajaran Sejarah.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis telah mendapatkan bantuan dari beberapa
pihak berupa sumbangsih pemikiran, gagasan, masukan yang sangat berharga, serta kritik yang
senantiasa membangun. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam makalah ini akan dijelaskan beberapa hal mengenai Pergerakan Ratu Adil yang
sempat mengadakan kudeta militer di Indonesia, angkatan perang yang didirikan oleh bekas
tentara Belanda yang juga dibantu oleh orang pribumi. Kudeta berdarah ini memakan banyak
korban dari kalangan Tentara Nasional Indonesia. Tentara ini adalah tentara Pro Belanda yang
mengadakan kudeta di masa Revolusi Indonesia. Gerakan ini ini mengadakan pemberontakan
karena mereka tidak suka pada pengaruh Soekarno. Gerakan ini melakukan pergolakan di daerah
Jawa, mereka pernah berhasil menguasai Kota Bandung, tetapi mereka tidak berhasil menguasai
kota-kota lain yang berada di daerah-daerah lainnya. Dalam pergolakan ini mereka juga sempat
meminta bantuan kepada Tentara Islam Indonesia, tetapi bantuan dari Tentara Islam Indonesia
tidak datang sesuai perjanjian. Gerakan ini adalah gerakan yang berani memberi ultimatum kepada
para petinggi pemerintah Indonesia. Pemimpin dari gerakan ini adal Raymond Westerling, dia
yang mencetuskan semua konspirasi untuk menggulingkan pengaruh pengaruh Nasionalisme yang
dicetuskan oleh Soekarno. Westerling tidak sendirian dalam melakukan aksinya di juga dibantu
oleh salah satu sultan yaitu, Sultan Hamid II. Gerakan ini juga melakukan banyak pembantaian
kepada masyarakat yang ada didaerah Sulawesi. Nama dari gerakan ini diambil dari ramalan Buku
Jawa Kuno (Kitab Jayabaya),didalam kitabtersebut di ramalkan bahwa pada suatu saat nanti akan
muncul seseorang yang akan menegakan hukum dan juga akan membebaskan rakyat Indonesia
dari segala bentuk penjajahan dan juga belenggunya. Gerakan ini merencanakan pembunuhan
terhadap banyak anggota pemerintahan diantaranya Sultan Hamengkubuwono dan Ali Budiarjo
namun upaya yang sudah direncanakan ini tidakberhasil di realisasikan, malahan otak dari
konspirasi itu dapat diketahui. Otak dari gerakan tersebut salah satunya berhasil ditangkap oleh
Tentara Nasional Indonesiayaitu Sultan Hamid I yang juga salah satu dari anggota RIS, namun
Raymond Westerling berhasil melarikan diri ke luar Negeri dengan menumpang pesawat Catalina
Milik Belanda.
PEMBAHASAN
Angkatan Perang Ratu Adil (APRA) adalah pemberontakan yang paling awal terjadi setelah
Indonesia diakui kedaulatannya oleh Belanda, yakni pada tanggal 23 Januari 1950 di Bandung.
Peristiwa ini merupakan bagian dari usaha Belanda untuk mengadu domba, memecah belah
serta menghasut rakyat Indonesia agar saling bertikai dan menentang pemerintah. Hal ini
dimaksudkan untuk melemahkan bangsa Indonesia agar Belanda dapat kembali melaksanakan
kolonialisme di Indonesia.
Tujuan Westerling membentuk APRA ini adalah mengganggu prosesi pengakuan kedaulatan
dari Kerajaan Belanda kepada pemerintah Republik Indonesia Serikat (RIS) pada 27 Desember
1949. Upaya itu dihalangi oleh Letnan Jenderal Buurman van Vreeden, Panglima Tertinggi
Tentara Belanda. Tujuan lainnya adalah untuk mempertahankan bentuk negara federal di
Indonesia dan adanya tentara tersendiri pada negara-negara bagian RIS .
Sebenarnya organisasi ini sudah dibentuk sebelum Konferensi Meja Bundar itu disahkan.
Pada bulan November 1949, dinas rahasia militer Belanda menerima laporan, bahwa Westerling
telah mendirikan organisasi rahasia yang mempunyai pengikut sekitar 500.000 orang. Laporan
yang diterima Inspektur Polisi Belanda J.M. Verburgh pada 8 Desember 1949 menyebutkan bahwa
nama organisasi bentukan Westerling adalah "Ratu Adil Persatuan Indonesia" (RAPI) dan
memiliki satuan bersenjata yang dinamakan Angkatan Perang Ratu Adil (APRA). Pengikutnya
kebanyakan adalah mantan anggota KNIL dan yang melakukan desersi dari pasukan khusus
KST/RST. Dia juga mendapat bantuan dari temannya orang Tionghoa, Chia Piet Kay, yang
dikenalnya sejak berada di kota Medan.
Pada 5 Januari 1950, Westerling mengirimkan ultimatum kepada pemerintah RIS yang
menuntut pemerintah RIS agar menghargai negara-negara bagian, terutama Negara Pasundan,
serta mengakui APRA sebagai tentara Pasundan. Pemerintah RIS diberi waktu 7 hari untuk
memberi jawaban positif, jika ditolak akan terjadi perang besar. Ultimatum Westerling ini
menimbulkan kegelisahan tidak hanya di pihak RIS, namun juga pihak Belanda dan dr. H. M.
Hirschfeld, Nederlandse Hoge Commissaris.
Menteri Perekonomian RIS menyampaikan kepada Menteri Götzen, agar pasukan elit RST
dievakuasi. Rencana evakuasi pasukan RST pun dibuat oleh Jenderal Buurman van Vreeden dan
Menteri Pertahanan Belanda, Schokking. Namun, sebelum pasukan RST dievakuasi ke Belanda,
Westerling melancarkan kudetanya.
Tentara APRA pada saat itu menggunakan truk, jeep, motorfiets, serta ada yang berjalan
kaki dengan seragam dan bersenjata lengkap. Mereka mengadakan steling di gang-gang sepanjang
jalan Cimahi-Bandung sambil melepaskan tembakan ke udara. Sesampainya di kota, kepanikan
penduduk semakin menjadi.
Banyak anggota TNI yang dipaksa turun dari kendaraannya dan ditembak mati.
Perlawanan yang cukup hebat terjadi di depam Hotel Preanger dan Kantor Kwartir Divisi
Siliwangi. Letkol Lembong dan ajudannya Leo Kailola menjadi korban. Secara keseluruhan, 79
orang menjadi korban. 61 diantaranya adalah serdadu TNI dan 18 lainnya tidak diketahui.
Sementara Westerling memimpin penyerangan di Bandung, sejumlah anggota pasukan
RST dipimpin oleh Sersan Meijer menuju Jakarta dengan maksud untuk menangkap
Presiden Soekarno dan menduduki gedung-gedung pemerintahan. Namun dukungan dari pasukan
KNIL lain dan Tentara Islam Indonesia (TII) yang diharapkan Westerling tidak muncul, sehingga
serangan ke Jakarta gagal dilakukan.
Dampak Negatif
Indonesia kehilangan tentaranya akibat terbunuh pada saat melawan, salah satunya adalah
letnan colonel lembong.selain itu untuk beberapa jam kota bandung sempat dikuasai, 79
orang APRIS tewas dan beberapa masyarakat juga menjadi korban kekejaman
pemberontakan APRA
Dampak Positif
Yaitu rasa persatuan dan kesatuan masyarakat Indonesia semakin meningkat atas
pemberontakan tersebut, memiliki rasa perjuangan yang tinggi untuk menyelesaikan suatu
kasus, dilatih untuk selalu bekerja sama melawan suatu kasus sehingga rasa nasionalisme
dan patriotism bang Indonesia juga semakin Tinggi
3. Melakukan penangkapan terhadap Westerling dan Sultan Hamid II, namun Westerling
berhasil melarikan diri ke Jakarta. Di Jakarta Westerling akan membunuh beberapa
menteri. Karena akan ditangkap, Westerling melarikan diri dengan menumpang pesawat
Catalina (milik AL Belanda).
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Gerakan APRA yang dipimpin Raymond Westerling itu berhasil membunuh ratusan
prajurit Divisi Siliwangi. Westerling juga merencanakan menyerang Jakarta dengan
bekerja sama dengan Sultan Hamid II untuk menculik dan membunuh para menteri RIS
yang tengah bersidang.
Namun, usaha ini dapat digagalkan oleh APRIS dengan mengirimkan kesatuan-kesatuan
dari Jawa Tengah dan Jawa Timur. Perdana Menteri RIS Drs. Moh. Hatta pun mengadakan
perundingan dengan Komisaris Tinggi Belanda.
Akhirnya, Mayor Jenderal Engels (Komandan Tentara Belanda di Bandung) mendesak
Westerling agar pergi meninggalkan Kota Bandung. APRA pun berhasil dilumpuhkan oleh
APRIS.
Tindakan Westerling inilah yang menyebabkan tingginya tuntutan rakyat untuk kembali
ke bentuk negara kesatuan.