Anda di halaman 1dari 4

EMBERONTAKAN APRA

(ANGKATAN PERANG RATU ADILP)

Kelompok 3 :
Annisa Nurmalasari, Gita Evelyn P.M, Faldi Putranto, Rasyiq
Ammarudin, Uray Jasmine A.
XII IPS 1

SMA Muhammadiyah 1 Pontianak

Abstrak
Gerakan APRA muncul di kalangan KNIL yang dipimpin oleh Kapten Westerling. Gerakan
ini dipelopori oleh golongan kolonialis Belanda yang ingin mengamankan kepentingan
ekonominya di Indonesia dan bermaksud mempertahankan kedudukan negara
Pasundan..Pemberontakan APRA diberi nama Ratu Adil karena ingin mendapatkan simpati
dan dukungan dari rakyat. Nama Ratu Adil dalam ramalan Jayabaya dikatakan sebagai orang
yang akan membawa kemakmuran dan kesejahteraan bagi seluruh rakyat. Tujuan gerakan
APRA yang sebenarnya adalah mempertahankan bentuk negara federal di Indonesia dan
memiliki tentara sendiri bagi negara-negara RIS. Pada bulan Januari 1950, APRA
mengajukan ultimatum kepada pemerintah Republik Indonesia dan negara Pasundan yang
isinya tuntutan agar APRA diakui sebagai tentara Pasundan dan keberadaan negara Pasundan
tetap dipertahankan. Ultimatum tersebut dilanjutkan dengan melakukan gerakan teror pada
tanggal 23 Januari 1950. APRA menyerang Kota Bandung dan berhasil menduduki Markas
Divisi Siliwangi. Akibatnya, 79 orang anggota APRIS gugur, termasuk Letnan Kolonel
Lembong. Adapun penulisan jurnal yang berjudul Pemberontakan APRA (Angkatan Perang
Ratu Adil) ialah untuk memenuhi tugas sejarah wajib kelas 12.

KATA KUNCI : Pemberontakan APRA, Bandung 1950


Abstract
The APRA movement emerged within the KNIL led by Captain Westerling. This movement
was pioneered by the Dutch colonialists who wanted to secure their economic interests in
Indonesia and intended to maintain the position of the Pasundan states. The APRA rebellion
was named Ratu Adil because it wanted to gain sympathy and support from the people. The
name Ratu Adil in Jayabaya's prediction is said to be a person who will bring prosperity and
prosperity to all the people. The true aim of the APRA movement is to maintain the form of a
federal state in Indonesia and to have its own army for the RIS countries. In January 1950,
APRA submitted an ultimatum to the government of the Republic of Indonesia and the
Pasundan state demanding that APRA be recognized as the Pasundan army and that the
existence of the Pasundan state be maintained. The ultimatum was followed by carrying out a
terror movement on January 23, 1950. APRA attacked the city of Bandung and succeeded in
occupying the Siliwangi Division Headquarters. As a result, 79 APRIS members died,
including Lieutenant Colonel Lembong. The purpose of writing a journal entitled g-30-s/pki
is to fulfill the mandatory class 12 history assignment.

Keywords: APRA Rebellion, Bandung 1950

A. PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
APRA muncul di kalangan KNIL yang dipimpin oleh Kapten Westerling. Tujuan
gerakan APRA yang sebenarnya adalah memperahankan negara federal di Indonesia
dan memiliki tentara sendiri bagi negara negara RIS. APRA mengajukan ultimatum
kepada Pemerintaha Indonesia dan Negara Pansunda ultimatum dilanjutkan dengan
teror tanggal 23 Januari 1950 (Citra Aji Parama 2012: 9).
Timbulnya Pemberontakan APRA adalah mulai dibubarkannya negara bagian
bentukan Belanda di Republik Indonesia Serikat (RSI) yang bergabung kembali ke
Republik Indonesia. APRA tidak menyetujui adanya rencana pembubaran Republik
Indonesia Serikat (RSI) melalui hasil Konferensi Meja Bundar di Den Haag tahun
1949. Seperti diketahui hasil dari KMB termasuk di antaranya memutuskan bahwa
kerajaan Belanda akan menarik pasukan KL (Koninklijk Leger) dari Indonesia.
Sementara tentara KNIL akan dibubarkan dan akan dimasukkan ke dalam kesatuan-
kesatuan TNI. Dari hasil tersebut, akhirnya APRA dan Westerling mencoba
melakukan kudeta pada Januari 1950 (Kompas com/ Regional, Nibras Nada Nailufar
2021).

2. RUMUSAN MASALAH
1. Apa Penyebab Terjadinya Pemberontakan APRA ?
2. Dampak Terjadinya Pemberontakan APRA ?

B. PEMBAHASAN
1. APA PENYEBAB TERJADINYA PEMBERONTAKAN APRA
APRA (Angkatan Perang Ratu Adil) adalah milisi bersenjata yang didirikan oleh bekas
perwira KNIL (Tentara Hindia Belanda), Raymond Westerling.Nama APRA ini diambil
dari ramalan Jayabaya tentang pemimpin yang akan datang membawa keadilan dan
kesejahteraan di Jawa. Anggota milisi ini kebanyakan direkrut dari bekas prajurit KNIL,
terutama dari prajurit Regiment Speciale Troepen (Regimen Pasukan Khusus). Jumlah
tentara APRA pada tahun 1950 berjumlah sekitar 2000 orang.
APRA tidak menyetujui rencana pembubaran negara-negara bagian bentukan Belanda
yang menyusun Republik Indonesia Serikat (RIS), yang merupakan hasil konferensi
Meja Bundar di Den Haag tahun 1949.
Dengan bekerjasama dengan Sultan Pontianak, Sultan Hamid II yang beraliran federalis,
APRA dan Westerling mencoba melakukan kudeta pada Januari 1950.APRA berupaya
mempertahankan negara federal RIS saat sebagian besar negara bagian RIS ingin
membubarkan diri dan bergabung kembali dengan Republik Indonesia. Kudeta ini juga
merupakan upaya mantan tentara KNIL untuk mempertahankan pengaruh dan
kekuasaanya.
APRA melancarkan kudeta di Bandung dan berhasil menguasai kota itu. Westerling
berusaha menguasai Jakarta dan membunuh pemimpin republik saat itu. Setelah gagal
menguasai Jakarta, kudeta ini digagalkan dan Westerling akhirnya harus kabur ke
Singapura.

2. DAMPAK TERJADINYA PEMBERONTAKAN APRA


Terjadinya pemberontakan Angkatan Perang Ratu Adil memiliki beberapa dampak:
1. Kerugian manusia dan materi: Pemberontakan ini menyebabkan banyak korban jiwa
dan kerusakan pada infrastruktur dan fasilitas publik di daerah-daerah yang terlibat.
Konflik ini menyebabkan kekacauan di beberapa wilayah di Jawa dan menimbulkan
kerugian yang signifikan.
2. Penguatan kekuasaan militer: Pemberontakan ini mengakibatkan penguatan peran dan
kekuasaan militer dalam menangani konflik internal. Pasukan militer dipimpin oleh
tentara dikerahkan untuk mengatasi pemberontakan ini, dan keberhasilan mereka dalam
menghancurkan pemberontakan tersebut meningkatkan peran dan kekuasaan militer
dalam mengelola keamanan negara.
3. Pengamanan atas ideologi: Pemerintah Indonesia pada masa itu melihat
pemberontakan ini sebagai ancaman terhadap stabilitas politik dan keberlanjutan
ideologi nasionalis. Setelah pemberontakan ini, langkah-langkah keras diambil untuk
mengamankan dan mempertahankan ideologi negara, serta menekan kelompok-
kelompok radikal yang mungkin memicu konflik serupa.
4. Pembelajaran politik: Pemberontakan ini menjadi pengingat bagi pemerintah
Indonesia tentang pentingnya memastikan keadilan sosial dan ekonomi bagi masyarakat.
Pemberontakan ini menegaskan perlunya pemerintah memberikan kemakmuran dan
keadilan bagi rakyatnya untuk mencegah terjadinya konflik sosial dan politik.
5. Perubahan paradigma keagamaan dan politik: Pemberontakan ini juga memiliki
dampak pada pandangan masyarakat terkait keagamaan dan politik. Meskipun
pemberontakan ini gagal, kepercayaan pada konsep Ratu Adil dan harapan memiliki
pemerintahan yang adil tetap ada di kalangan tertentu masyarakat. Pemerintah, dalam
menanggapi hal ini, terus berusaha menghadapi dan mengelola ekspektasi serta
melibatkan masyarakat dalam kebijakan dan pembangunan negara.

C. PENUTUP
1. KESIMPULAN
Peristiwa pemberontakan Angkatan Perang Ratu Adil merupakan salah satu peristiwa
sejarah yang menandai ketegangan politik dan sosial dalam sejarah Indonesia, serta
keberlanjutan upaya pemerintah untuk mencapai keadilan dan menjaga stabilitas
negara.

2. SARAN
Pemerintah dapat mengambil beberapa tindakan untuk mencegah dan mengatasi
pemberontakan, termasuk:

1. Mendengarkan keluhan masyarakat: Pemerintah harus aktif mendengarkan keluhan


dan aspirasi masyarakat untuk memastikan bahwa kebijakan yang diambil adalah adil
dan masyarakat merasa didengar dan diperhatikan..
2. Memperkuat lembaga dan sistem anti-korupsi: Upaya harus dilakukan untuk
memerangi korupsi dengan memperkuat lembaga dan sistem anti-korupsi sehingga
masyarakat percaya bahwa pemerintahan mereka bergerak dengan transparansi,
integritas, dan tanpa korupsi.
3. Meningkatkan kualitas hidup masyarakat: Mengatasi ketidakpuasan masyarakat
dengan memperbaiki kualitas hidup mereka melalui program-program yang berfokus
pada pembangunan ekonomi, penyediaan layanan dasar, pendidikan, dan kesehatan.
4. Meningkatkan kesadaran dan efektivitas penegakan hukum: Pemerintah harus
memastikan penegakan hukum yang adil dan efektif, sehingga masyarakat merasa
didukung dan perlindungan hukum dapat diandalkan.

DAFTAR PUSTAKA
Citra Aji Parama (2012). Buku Sejarah Indonesia. Yogyakarta: Viva Pakarindo.
Nibras Nada Nailufar (2021) KOMPAS.COM. Yogyakarta : Varelladevanka
Adryanmarthanino.

Anda mungkin juga menyukai