PEMBERONTAKAN APRA
Disusun Oleh :
Muhamad Ilham Rosandy
XII MIPA 2
APRA merupakan kepanjangan dari Angkatan Perang Ratu Adil yang berdasar dari
mitologi ramalan Jayabaya, yang berarti seorang pemimpin hendak bertindak adil dan
bijaksana bagi rakyatnya.
Pemberontakan APRA ini juga beralasan untuk mempertahankan negara Pasundan demi
melindungi aset ekonomi kolonial yang ada di wilayah tersebut.
Ketidaksetujuan APRA terhadap hasil dari Konferensi Meja Bundar (KMB) di Den Haag
pada 1949. Di mana Tentara KNIL akan dibubarkan dan akan dimasukkan ke dalam
kesatuan-kesatuan TNI dan pasukan Belanda harus ditarik dari Indonesia.
Kerja sama antara APRA dengan Sultan Hamin II dari Pontianak yang memiliki paham
feodal akhirnya terbentuk. Kudeta pada Januari 1950 ini merupakan percobaan yang
mereka lakukan, demi mempertahankan negara feodal RIS ketika mayoritas negara
bagian RIS menginginkan bergabung dengan Republik Indonesia.
Dalam tenggang waktu lima hari pemerintah RIS harus memberi jawaban dan akan terjadi
perang bila tuntutan tersebut ditolak. Mengetahui hal tersebut, perintah penangkapan
Westerling dikeluarkan oleh Wakil Presiden Mohammad Hatta pada 10 Januari 1950
demi mencegah agresi terjadi.
Demi mengenang perjuangan yang terjadi di tempat tersebut. Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono (SBY) meresmikan monumen Dwikora dan Trikora yaang menjadi simbol
perjuangan TNI, pada masa pemerintahannya.