Anda di halaman 1dari 3

Nama:

Rifa Novitriani
Zalfa Khansa Amira
Kelas:
XII MIPA 3
Angkatan Perang Ratu Adil
Angkatan Perang Ratu Adil (APRA) adalah milisi dan tentara swasta pro-Belanda yang
didirikan pada masa Revolusi Nasional Indonesia. Milisi ini didirikan oleh
mantan Kapten DST KNIL Raymond Westerling setelah demobilisasinya dari kesatuan Depot
Speciale Troepen (depot pasukan khusus KNIL) pada tanggal 15 Januari 1949. Nama milisi ini
berasal dari bagian dari kitab ramalan Jawa Kuno Ramalan Jayabaya yang meramalkan
kedatangan seorang "Ratu Adil" yang merupakan keturunan Turki. Karena mempunyai warisan
darah campuran Turki, Westerling memandang dirinya sebagai sang "Ratu Adil" yang
diramalkan akan membebaskan rakyat Indonesia dari "tirani".
Westerling berusaha untuk mempertahankan adanya negara-negara federal dalam Republik
Indonesia Serikat melawan kesatuan Republik Indonesia yang dipimpin
oleh Sukarno dan Hatta yang dianggapnya didominasi oleh orang Jawa. APRA direkrut dari 18
faksi anti-Republik yang beragam, termasuk personel mantan gerilyawan Republik, Darul
Islam, Ambon, Melayu, Minahasa, KNIL yang telah didemobilisasi, Regiment Speciale
Troepen (Resimen Pasukan Khusus KNIL), dan Tentara Kerajaan Belanda. Tahun 1950, APRA
telah berevolusi dari serangkaian unit pertahanan diri pedesaan menjadi kekuatan tempur
berjumlah 2.000 personel. 

Tidak senang dengan pertumbuhan pengaruh pemerintahan Soekarno, Westerling bersekongkol


dengan Sultan Pontianak Sultan Hamid II yang berhaluan federalis untuk meluncurkan kudeta
pada bulan Januari 1950.
Pada tanggal 23 Januari 1950, APRA meluncurkan kudeta menentang pemerintah Republik
Indonesia. Walaupun milisi ini berhasil untuk sementara menduduki Bandung, mereka gagal
untuk menduduki Jakartadan Blora. Mereka telah merencanakan untuk menggulingkan Kabinet
RISdan membunuh beberapa tokoh Republik terkemuka termasuk Menteri Pertahanan
Sultan Hamengkubuwana IX dan Sekretaris-Jenderal Ali Budiardjo. Kegagalan kudeta ini
menyebabkan adanya demoralisasi anggota milisi terhadap Westerling dan terpaksa melarikan
diri ke Singapura. Tanpa pemimpin yang kuat, APRA akhirnya berhenti berfungsi pada Februari
1950. Tindakan APRA tersebut pada akhirnya menyebabkan penahanan Sultan Hamid II dan
justru mempercepat pembubaran Republik Indonesia Serikat pada tanggal 17 Agustus 1950,
mengubah Indonesia menjadi negara kesatuan yang didominasi oleh pemerintahan pusat di
Jakarta.
Pada bulan Januari 1950 di Jawa Barat muncul gerakan Angkatan Perang Ratu Adil (APRA)
yang dipimpin oleh mantan Kapten Raymond Westerling dalam dinas tentara kerajaan Belanda
(KNIL). Gerakan ini memanfaatkan kepercayaan rakyat akan datangnya Ratu Adil. Westerling
memahami penderitaan rakyat Indonesia selama masa penjajahan Belanda dan Jepang yang
mendambakan adanya kemakmuran seperti yang terdapat dalam Ramalan Jayabaya. Menurut
ramalan tersebut akan datang seorang pemimpin yang disebut Ratu Adil yang akan memerintah
dengan adil dan bijaksana sehingga rakyat menjadi makmur dan sejahtera.
Adapun tujuan sebenarnya dari gerakan APRA adalah :
1. Tetap berdirinya Negara Pasundan
2. APRA sebagai tentara Negara Pasundan
3. Mempertahankan bentuk negara Federal di Indonesia dan memiliki tentara tersendiri pada
negara-negara begian RIS.
Pada tanggal 23 Januari 1950,pasukan APRA pembunuhan terhadap setiap anggota TNI yang
ditemuinya.Markas Divisi Siliwangi berhasildidudukinya.Pasukan APRA membunuh setiap regu
jaga termasuk Letkol Lembong.
Melihat keadaan seperti ini,Pemerintah RIS segera mengirimkan pasukannya ke kota
Bandung.Di Bandung Kepala Staf Divisi Siliwangi Letnan Kolonel Eri Sudewo menemui
Panglima Divisi C tentara Belanda, Mayor Jendral Engels (Komandan Tentara Belanda) dan
hasilnya Mayor Jendral Engels mendesak agar APRA segera meninggalkan kota Bandung.
Setelah meninggalkan kota Bandung gerombolan APRA menyebar ke berbagai tempat dan terus
dikejar oleh tentara APRIS dan dengan bantuan penduduk gerombolan tersebut berhasil
dilumpuhkan.
Sementara itu Perdana Menteri RIS,Moh.Hatta segera mengadakan perundingan dengan
Komisaris Tinggi Belanda di Jakarta.Westerling didesak untuk meninggalkan kota Bandung dan
pasukan APRA meninggalkan kota Bandung pada sore harinya.pasukan APRA semakin terdesak
dan terus dikejar oleh pasukan APRIS bersama dengan rakyat.akhirnya gerakan APRA berhasil
dilumpuhkan.
Kemudian diketahui,bahwa dalang gerakan APRA adalah Sultan Hamid II,seorang Menteri
Negara pada Kabinet RIS.Rencana sebenarnya dari gerakan itu adalah menculik Menteri
Pertahankan Keamanan,Sri Sultan Hamengku Buwono IX Sekjen Pertahanan Mr.Ali Budiardjo
dan pejabat Kepala Staf Angkatan Perang,Kolonel T.B.Simatupang.Dengan keberhasilan
pasukan APRIS menumpas Gerakan APRA,maka keamanan diwilayah Jawa Barat berhasil
dipulihkan kembali
Kegagalan gerakan APRA menyebabkan perasaan anti federal semakin meningkat. Pada 30
Januari 1950, R.A.A Wiranatakusumah, mengundurkan diri sebagai Wali Negara Pasundan.
Pada 8 Februari 1950, Perdana Mentri Moh. Hatta mengangkat Sewaka sebagai penggantinya
dengan jabatan Komisaris RIS di Pasundan.

Anda mungkin juga menyukai