DI SUSUN OLEH:
KELOMPOK 3
NAMA :
1. MAYA ANGGOTA PERANG
2. SHINTIA RATU ADIL/DI
3. RISMA SERATI GAMBAR
4. JAYA PEMIMPIN
5. LUTFI DAN PERISTIWANYA
Puji Syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah menolong
hambanya dalam menyelesaikan makalah ini dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongan
dia mungkin penyusun tidak akan sanggup menyelesaikan dengan baik.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca,
Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Kami juga menerima kritik dan
saran dari teman-teman agar makalah ini menjadi lebih baik. Terima kasih.
Semoga Allah SWT dapat memberikan balasan yang setimpal atas bimbingan dan
bantuan yang telah di berikan kepada penulis. Akhirnya penulis mengharapakan semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Aamiin
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................1
C. Tujuan.............................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................2
A. Gerakan angkatan Perang Ratu Adil (APRA)................................................................ 2
B. Tujuan sebenarnya dari gerakan APRA.........................................................................2
C. Upaya Perlawanan yang dilakukan terhadap Pemberontakan APRA.............................3
D. Penyebab Konflik............................................................................................................4
E. Korban.............................................................................................................................4
F. 5 Tokoh Utama Pemberontak APRA............................................................................. 5
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................11
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Angkatan Perang Ratu Adil (APRA) dibentuk oleh Kapten Raymond Westerling
sebagai pimpinannya pada tahun 1949. Gerakan ini muncul pada Januari 1950 di Jawa Barat.
Gerakan ini memanfaatkan kepercayaan rakyat akan datangnya Ratu Adil. Tujuan gerakan ini
sebagai berikut :
1. Tetap berdirinya negara Pasundan
2. APRA sebagai Tentara Negara Pasundan
Pada tanggal 23 Januari 1950, APRA dengan bersenjata lengkap menyerbu Kota
Bandung dan secara ganas membunuh TNI yang dijumpai. Gerakan ini berhasil menduduki
markas Divisi Siliwangi. Pemerintah RIS segera mengerimkan RIS Pasukan bantuan ke
Bandung. Pasukan ini mendesak APRA agar segera meninggalkan kota Bandung. Pasukan
Gabungan tentara RIS dan penduduk berhasil melumpuhkan APRA. Pada tanggal 22 Februari
1950, Wesrterling berhasil melarikan diri ke Luar Negri.
B. Rumusan Masalah
Didalam pembuatan makalah ini penyusun menentukan identifikasi masalah sebagai
berikut:
1. Apakah maksud tujuan mereka sehingga melakukan pemberontakan?
2. Apakah upaya yang dilakukan untuk melakukan pertahanan ?
3. Apakah penyebab Konflik pemberontakan APRA ?
C. Tujuan
1. Mengetahui tujuan mereka sehingga melakukan pemberontakan
2. Mengetahui upaya yang dilakukan untuk melakukan pertahanan
3. Mengetahui penyebab Konflik pemberontakan APRA
1
BAB II
PEMBAHASAN
D. Penyebab Konflik
Tentara Belanda : KNIL, merasa tidak setuju dengan pembentukan Angkatan Perang
Republik Indonesia Serikat (APRIS) di Jawa Barat, yang saat itu masih berbentuk negara
bagian Pasundan sehingga akhirnya terjadi pemberontakan.
E. Korban
Saat upaya mengevakuasi Regiment Speciale Troepen (RST), gabungan baret merah
dan baret hijau telah terlambat untuk dilakukan. Dari beberapa bekas anak buahnya,
Westerling mendengar mengenai rencana tersebut, dan sebelum deportasi pasukan RST ke
Belanda dimulai, pada 23 Januari 1950, Westerling melancarkan kudetanya. Subuh pukul
4.30, Letnan Kolonel KNIL T. Cassa menelepon Jenderal Engles dan melaporkan: "Satu
pasukan kuat APRA bergerak melalui Jalan Pos Besar menuju Bandung." Westerling dan
anak buahnya menembak mati setiap anggota TNI yang mereka temukan di jalan. 94 anggota
TNI tewas dalam pembantaian tersebut, termasuk Letnan Kolone Lembong, sedangkan di
pihak APRA, tak ada korban seorang pun. Sementara Westerling memimpin penyerangan di
Bandung, sejumlah anggota pasukan RST dipimpin oleh Sersan Meijer
menuju Jakarta dengan maksud untuk menangkap Presiden Soekarno dan menduduki
gedung-gedung pemerintahan. Namun dukungan dari pasukan KNIL lain dan Tentara Islam
Indonesia (TII) yang diharapkan Westerling tidak muncul, sehingga serangan ke Jakarta
gagal dilakukan. Setelah puas melakukan pembantaian di Bandung, seluruh pasukan RST dan
satuan-satuan yang mendukungnya kembali ke tangsi masing-masing.
Westerling sendiri berangkat ke Jakarta, dan pada 24 Januari 1950 bertemu lagi
dengan Sultan Hamid II di Hotel Des Indes. Hamid yang didampingi oleh sekretarisnya, dr.
J. Kiers, melancarkan kritik pedas terhadap Westerling atas kegagalannya dan menyalahkan
Westerling telah membuat kesalahan besar di Bandung. Tak ada perdebatan, dan sesaat
kemudian Westerling pergi meninggalkan hotel.
4
Setelah itu terdengar berita bahwa Westerling merencanakan untuk mengulang
tindakannya. Pada 25 Januari, Hatta menyampaikan kepada Hirschfeld, bahwa Westerling,
didukung oleh RST dan Darul Islam, akan menyerbu Jakarta. Engles juga menerima laporan,
bahwa Westerling melakukan konsolidasi para pengikutnya di Garut, salah satu basis Darul
Islam waktu itu. Aksi militer yang dilancarkan oleh Westerling bersama APRA yang antara
lain terdiri dari pasukan elit tentara Belanda, menjadi berita utama media massa di seluruh
dunia. Hugh Laming, koresponden Kantor Berita Reuters yang pertama melansir pada 23
Januari 1950 dengan berita yang sensasional. Osmar White, jurnalis Australia dari Melbourne
Sun memberitakan di halaman muka: "Suatu krisis dengan skala internasional telah
melanda Asia Tenggara." Duta Besar Belanda di Amerika Serikat, van Kleffens melaporkan
bahwa di mata orang Amerika, Belanda secara licik sekali lagi telah mengelabui Indonesia,
dan serangan di Bandung dilakukan oleh "de zwarte hand van Nederland" (tangan hitam dari
Belanda).
Syarif Abdul Hamid Al Kadrie merupakan nama asli dari Sultan Hamid II, beliau
merupakan putra sulung dari Sultan Pontianak ke-6. Namun gelarnya berubah menjadi Sultan
Hamid II, pada tanggal 29 Oktober 1945 setelah diangkat untuk menjadi pengganti ayahnya
sebagai sultan pontianak. Syarif dibesarkan oleh ibu angkatnya yang bernama Catherine Fox
beserta suaminya Edith Maud Anteis.
Oleh karenanya sejak kecil Sultan Hamid II sudah lancar berbahasa Inggris dan
mempunyai pola kehidupan layaknya orang-orang Barat. Sultan hamid ini sejak kecil sudah
terpapar dengan globalisasi dan dunia luar. Tahun 1937 ketika Indonesia masih dalam
5
penjajahan Belanda beliau lulus dari KMA, tentunya dengan pangkat Letnan pada Tentara
Hindia Belanda. Kemudian setelahnya Sultan Hamid II masuk ke dalam anggota KNIL
Belanda dengan menggandeng pangkat Letnan dua. Menjadi orang Indonesia pertama yang
mempunyai pangkat tinggi dalam dunia kemiliteran membuat karirnya maju dengan
pesat.Bahkan pria berketurunan Indonesia Arab ini juga menjabat sebagai menteri dalam
pemerintahan Soekarno atau Presiden pertama Republik Indonesia.
Jasanya yang sangat dikenang yakni Sultan mampu merancang lambang negara
Indonesia yakni Burung Garuda. Namun tak disangka beliau masuk menjadi tokoh
pemberontakan APRA yang kemudian menjadi pencoreng nama baiknya yang seharusnya
sebagai pahlawan Indonesia menjadi pemberontak dan penghianat. Sultan Hamid II sudah
terbukti bersalah karena menjadi dalang dan tokoh pemberontakan APRA di Bandung.
Kudeta yang bertujuan untuk menjatuhkan pemerintahan dengan membunuh warga sipil atau
tentara membuatnya harus ditangkap dan dijebloskan ke dalam penjara. Penangkapan ini
terjadi ada tanggal 4 April 1950, yakni beberapa bulan setelah kudeta yang dilakukannya
mengalami kegagalan. Upaya pemberontakan RIS ini memberikan sinyal kepada komunitas
internasional, Belanda, dan juga Indonesia bahwa sistem negara serikat berupa RIS tidak
cocok diterapkan di Indonesia.
2. Komisaris Besar Jusuf
Komisaris Besar Jusuf menjadi salah satu tokoh kunci pada pemberontakan
APRA. Dahulunya beliau merupakan seorang yang berada di satu barisan dengan tentara
Indonesia. Namun karena tidak menyetujui beberapa kebijakan-kebijakan pemerintahan pada
saat itu, Jusuf berubah menjadi penghianat. Tidak banyak sumber yang bisa menceritakan
kehidupan dari Komisaris Besar Jusuf, baik sebelum melakukan pemberontakan ataupun
sesudah pemberontakan APRA. Namun ada satu bukti yakni berdasarkan informasi dari
Intelejen yang menyebutkan bahwa beliau masuk ke dalam tokoh pemberontakan APRA dan
6
ikut ke Bandung. Untuk penangkapannya sendiri tidaklah dilakukan secara langsung ketika
pemberontakan terjadi. Penangkapannya baru terlaksana beberapa bulan setelah
pemberontakan APRA selesai ditumpas.
3. Anwar Tjokroaminoto
Anwar Tjokroaminoto adalah perdana menteri ke-3 negara Pasundan atau Jawa Barat
yang sudah menjabat sejak bulan Juli tahun 1949, sejak Indonesia dibentuk menjadi negara
serikat. Negara bagian yang dipimpinnya ini didirikan oleh pihak Belanda dan merupakan
pecahan wilayah di Indonesia yang tergabung dalam Republik Indonesia Serikat (RIS).
Beliau dari awal memang belum memberikan keputusan sedikitpun terkait penggabungan
dengan Indonesia dan melebur menjadi NKRI. Padahal jika diamati dari segi wilayah maka
Pasundan masih termasuk kedalam kawasan Divisi Siliwangi serta wilayah jajahan dari
Belanda. Jika dilakukan sesuai dengan kesepakatan, seharusnya semua wilayah bekas jajahan
Belanda menjadi satu kesatuan dengan NKRI. Setelah diketahui sebagai tokoh
pemberontakan APRA dan menjadi anggota KNIL yang pada saat perang kemerdekaan
dinilai sebagai musuh. Perdana Menteri Tjokroaminoto ditangkap oleh pihak yang berwajib.
Setelah ditangkapnya perdana mentri Tjokroaminoto, negara Pasundan yang semula berdiri
sendiri resmi bergabung dengan Indonesia dan menjadi negara kesatuan.
4. R.A.A Male Wiranatakusumah
7
R.A.A Male Wiranatakusumah merupakan salah satu wakil dari pemerintahan RIS di
negara Pasundan. Tidak banyak referensi yang menyebutkan bahwa beliau terlibat dalam
tokoh pemberontakan APRA. Namun ada beberapa orang yang mengaitkan dan menyatakan
keikutsertaannya dalam penyerangan tersebut. Ketika aksi pemberontakan ini terjadi pada
bulan Januari 1950, saat itu juga Male Wiranatakusumah mengundurkan diri.
Kemudian tanggal 8 Februari 1950 Sewaka diangkat sebagai pengganti dengan
jabatan yang baru yakni menjadi Komisaris RIS di negara Pasundan.
Raymond Westerling
8
pemimpin pemberontakan tersebut. Perintah darinya untuk percobaan kudeta di Bandung
mengalami insiden kegagalan yakni ketika mencoba menghabisi nyawa dari Sri Sultan
Hamengkubuwono IX atau Menteri Pertahanan Keamanan, Ali Budiardjo, serta Kolonel TB
Simatupang. Kegagalan ini terjadi karena pasukan TNI menyerang balik pasukan westerling
dari berbagai penjuru kota Bandung.
Westerling selaku tokoh pemberontakan APRA merasa terdesak kemudian
bersembunyi dan dibantu melarikan diri ke Singapura pada tanggal 22 Februari 1950
menggunakan Pesawat Catalina oleh rekan militer Belanda yang ada di Indonesia. Meskipun
menjadi pemberontak dan tokoh pemberontakan APRA dan sudah membunuh ribuan nyawa
tak berdosa, namun rakyat Belanda menganggapnya sebagai pahlawan. Entah apa alasan
utamanya, yang pasti anggapan ini meluas ke berbagai penjuru negara tersebut. Bahkan
permintaan ekstradisi Indonesia kepada Pengadilan Belanda digagalkan oleh keputusan
hakim Mahkamah Agung pada tanggal 31 Oktober 1952.
Oleh karena itu, pemerintahan Indonesia tidak bisa melakukan apapun terhadap tindak
kejahatan yang dilakukan oleh Westerling. Sampai pada akhirnya beliau meninggal dunia di
Purmerend, Belanda pada tanggal 26 November 1987. Meskipun melakukan banyak kegiatan
yang keji di tanah Indonesia atas nama ratu adil dan juga tentara KNIL Belanda. Tidak ada
hukuman yang dijatuhkan karena perlindungan dari negara Belanda. Selain ke-5 tokoh
pemberontakan APRA yang paling utama di atas sebenarnya masih ada banyak orang yang
terlibat. Hanya saja perannya tidak terlalu jelas dan belum ada referensi yang
menguatkannya.
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Seperti yang telah di kemukakan tadi, bahwa Pergerakan Ratu Adil yang di pimpin
oleh RaymondWesterling dan di dalangi oleh Sultan Hamid II,gerakan ini ingin melakukan
pembunuhan kepada tokoh-tokoh penting, diantaranya Sultan Hamengkubuwono. Munculnya
gerakan gerakan seperti ini adalahwujud dari ketidakpuasan terhadap pemerintah.
Gerakan ratu adil sendiri muncul karena kepercayaanmasyarakat Jawa pada saat itu
tentang akan munculnya seseorang yang akan menciptakan kedaimaiandan ketentraman di
Jawa, kepercayaan tersebut menyebabkan rakyat ingin bergabung dengan sangRatu Adil agar
keinginan mereka dapat terpenuhi, Namun itu semua adalah tipu daya yang dilakukanoleh
para petinggi negara yang ingin melakukan kudeta terhadap negara.
B. Saran
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang senang tiasa melimpahkan rahmat dan
hidayahnya kepada kami sehingga dalam penyusunan makalah ini kami dapat menyelesaikan
tepat waktu. Jika sadar bahwa masih ada kesalahan , untuk itu kami meminta kritik dan saran
dari pembaca.
10
DAFTAR PUSTAKA
http://wawasansejarah.com/angkatan-perang-ratu-adil-apra/
11