Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

APRA (Angkatan Pearang Ratu Adil)

DISUSUN OLEH:
1.AHMAD FATHIRILHAQ
2.LINDAWATI SITANGGANG
3.AMELIA PUTRI
4.DIKI SETIAWAN
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah,dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah Pemberontakan PKI Madiun 1948. Makalah ini telah kami susun dengan
maksimal secara berkelompok sehingga dapatmemperlancar pembuatan makalah
ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.Terlepas dari semua itu, kami
menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat
maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbukakami menerima
segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalahilmiah
ini.Akhir kata kami berharap semoga makalah ini tentang bermanfaat untuk teman
temansekalian dan dapat memberikan inpirasi terhadap pembaca
DAFTAR ISI
COVER.............................................................................................................................................
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................
DAFTAR ISI....................................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................................
A.Latar Belakang ......................................................................................................................
B.Rumusan masalah .................................................................................................................
C.Tujuan ...................................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................................
A.Latar Belakang pemberontakan APRA .................................................................................
B.Dimulainya serangan APRA .................................................................................................
C.Reaksi pemerintah Indonesia untuk menumpas APRA .....................................................
D.Dampak kegagalan APRA ....................................................................................................
BAB IIIPENUTUP..........................................................................................................................
A.Kesimpulan dan saran ............................................................................................................
DAFTARPUSAKA..........................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A.LATAR BELAKANG
Pergerakan Ratu Adil yang sempat mengadakan kudeta militer di Indonesia, Angkatan perang
yang didirikan oleh bekas tentara Belandayang juga dibantu oleh orang pribumi. Kudeta berdarah
ini memakan banyak korban dari kalanganTentara Nasional Indonesia. Tentara ini adalah tentara
Pro Belanda yang mengadakan kudeta di masa Revolusi Indonesia.gerakan ini mengadakan
pemberontakan karena mereka tidak suka pada pengaruh Soekarno.Gerakan ini melakukan
pergolakan di daerah Jawa, mereka pernah berhasil menguasai Kota Bandung, tetapi mereka tidak
berhasil menguasai. Kota kota lain yang berada di daerah daerah lainnya.Dalam pergolakan ini
mereka juga sempat meminta bantuan kepada Tentara Islam Indonesia, tetapi bantuan dari Tentara
Islam Indonesia tidak datang sesuai perjanjian. Westerlingtidak sendirian dalam melakukan
aksinya di juga dibantu oleh salah satu sultan yaitu, Sultan Hamid II.Gerakan ini juga melakukan
banyak pembantaian kepada masyarakat yang ada didaerah Sulawesi. Nama dari gerakan ini
diambil dari ramalan Buku Jawa Kuno (Kitab Jayabaya),didalam kitabtersebut di ramalkan bahwa
pada suatu saat nanti akan muncul seseorang yang akan menegakan hukum dan juga akan
membebaskan rakyat Indonesia dari segala bentuk penjajahan dan juga belenggunya. gerakan ini
merencanakan pembunuhan terhadap banyak anggota pemerintahan diantaranya Sultan
Hamengkubuwono dan Ali Budiarjo namun upaya yang sudah direncanakan ini tidak berhasil di
realisasikan, malahan otak dari konspirasi itu dapat diketahui.Otak dari gerakan tersebut salah
satunya berhasil ditangkap oleh Tentara Nasional Indonesiayaitu Sultan Hamid II yang juga salah
satu dari anggota RIS, namun Raymond Westerling berhasil melarikan diri ke luar Negeri dengan
menumpang pesawat Catalina Milik Belanda.
B.RUMUSAN MASALAH
1.Apa yang melatar belakangi terjadinya pemberontakan APRA ?
2.Kapan dimulainya serangan APRA ?
3.Reaksi pemerintah Indonesia untuk menumpas APRA ?
4.Apa dampak kegagalan APRA ?

C.TUJUAN
1.Untuk mengetahui latar belakangi terjadinya pemberontakan APRA
2.Untuk mengetahui Kapan dimulainya serangan APRA
3.Untuk mengetahui Reaksi pemerintah Indonesia untuk menumpas APRA
4.Untuk mengetahui dampak kegagalan APRA
BAB II
PENDAHULUAN
Ratu Adil adalah mitologi yang sakral di dalam masyarakat Indonesia. Ratu Adil berasal dari
ramalan Jayabaya, yaitu pemimpin yang akan memerintah rakyat dengan adil dan bijaksana,
sehingga keadaan akan aman dan rakyat makmur sejahtera. Namun, bagaimana jika mitologi
tersebut justru dijadikan sebagai salah satu propaganda politik, seperti yang dilakukan oleh
Westerling beserta Angkatan Perang Ratu Adil nya (APRA). Dengan menggunakan embel-embel
Ratu Adil, Westerling mencoba mencari simpati rakyat untuk melakukan pemberontakan terhadap
pemerintah Republik Indonesia.
A.Latar Belakang Pemberontakan APRA
Di antara anggota pasukan Koninklijk Nederlands-Indische Leger (KNIL) banyak yang tidak
puas terhadap hasil keputusan Konferensi Meja Bundar (KMB). Ringkasnya mereka tidak suka
dengan terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia yang pada waktu itu bernama RIS.
Apalagi KNIL harus bergabung ke dalam Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat (APRIS)
bersama Tentara Nasional Indonesia (TNI). Bagi TNI sebagai pejuang kemerdekaan yang setia
tentu saja agak sulit menerima kehadiran KNIL, begitupula bagi KNIL sulit bergabung dengan
TNI sebab mereka pernah berhadapan satu sama lain dalam pertempuran pada masa Perang
Kemerdekaan. Kecemburuan KNIL terhadap TNI semakin menjadi setelah diputuskan bahwa
pimpinan APRIS harus berasal dari TNI. Hal ini diperparah dengan sambutan rakyat yang lebih
simpatik terhadap keberadaan TNI. Pada titik inilah, kaum reaksioner yang subversif
memanfaatkan situasi untuk terus menyebar hasutan guna merongrong pemerintah Indonesia. Pada
pertengahan November 1949, muncul seorang tokoh militer Belanda, Raymond Pierre Westerling,
yang mulai menyusun kekuatan dengan menarik anggota KNIL yang didemobilisasikan.
Raymond Westerling pemimpin APRA
Westerling dikenal sebagai seorang militer yang berpengalaman dan kejam. Perjalanan hidupnya
di Indonesia diwarnai dengan genangan darah. Pada awalnya, ia ditugaskan sebagai Kapten
Tentara Kerajaan Belanda untuk melumpuhkan semangat juang rakyat di Sulawesi Sealatan.
Kedatangannya di Sulawesi Selatan disertai 150 anggota
Corps Speciale Troepen
Dalam melaksanakan tugasnya itu, ia membunuh 40.000 rakyat Sulawesti Selatan. Selesai
bertugas di Sulawesi, ia ditarik ke Jawa Barat sebagai pimpinan atas 1.500 orang
Speciale Troepen
Westerling kembali melakukan pembantaian terhadap penduduk di Cibarusah, Cikalong,
Tasikmalaya, dan Cirebon. Di Jawa Barat, Westerling terus berusaha melebarkan sayap.
Kekejamannya itu mendapat penghargaan dari pihak yang berjuang di pihak Belanda. Akan tetapi
Pemerintah Belanda, akhirnya memecat Westerling dari dinas ketentaraan. Namun, hal ini ternyata
lebih memberikan keleluasaan kepadanya. Ia bisa lebih dekat dan semakin aktif melakukan
kegiatan bersama unsur-unsur penentang Republik Indonesia Bebas dari tugas militer, Westerling
justru membentuk gearakan dengan nama Ratu Adil. Dengan nama ini gerakan Westerling
semakin mendapat simpati rakyat. Dalam waktu yang realtif singkat, ia telah berhasil
mengumpulkan modal dan pengikut sebanyak 8.000 orang termasuk para bekas pasukan Belanda.
Tujuan APRA dan kaum kolonialis yang ada di belakangnya adalah mempertahankan bentuk
federal di Indonesia dan mempertahankan adanya tentara tersendiri pada setiap negara-negara
bagian RIS. Tujuan ini bertolak belakang dengan hasil Konferensi Antar-Indonesia di Yogyakarta
yang telah menyetujui bahwa APRIS adalah Angkatan Perang Nasional
B.Dimulainya Serangan APRA
Tidak lama setelah APRA dibentuk, Westerling mengajukan ultimatum kepada Pemerintah RIS
agar kekuasaan militer daerah Pasundan diserahkan sepenuhnya kepada APRA. Ia menilai TNI
kurang mampu menjalankan tugas itu dan meminta agar APRA dijadikan pasukan resmi.
Pemerintah RIS menganggap ultimatum itu sebagai sebuah kekonyolan. Oleh karena itu,
Westerling mulai berusaha merebut kekuasaan dengan kekerasan.

Target utama dari kebengisan Westerling adalah Jakarta dan Bandung. Setelah menyusun rencana,
APRA mulai bergerak di sekitar Cililin, di bawah pimpinan dua orang Inspektur Polisi Belanda,
van Beeklen dan van der Meula. Gerakan APRA yang terdiri dari sekitar 800 orang di antaranya
300 anggota KNIL bersenjata lengkap menyerang kota Bandung pada pagi hari tanggal 23 Januari
1950. Walaupun satu hari sebelum serangan pimpinan Divisi Siliwangi telah mensinyalir adanya
suatu gerakan dari sekelompok orang bersenjata yang bergerak dari Cimahi menuju kota Bandung,
tetap saja Westerling berhasil memasuki kota itu. Keesokan harinya APRA telah memasuki kota
Bandung dan secara ganas membunuh setiap anggota TNI yang dijumpai
Pasukan APRA di Bandung
Gerombolan APRA berhasil menduduki Markas Staf Divisi Siliwangi, pertempuran tidak
berimbang pun terjadi antara 150 orang APRA melawan 18 orang anggota TNI. Pertempuran itu
menyebabkan 15 orang, termasuk Lenan Kolonel Lemboh gugur, sedangkan hanya 3 orang yang
berhasil melarikan diri.

Korban APRA di Bandung


Secara keseluruhan gerakan APRA di kota Bandung menyebabkan 79 anggota APRIS gugur dan
banyak penduduk sipil menjadi korban pembantaian.

C.Reaksi Pemerintah Indonesia untuk Menumpas APRA


Pemerintah RIS segera bereaksi dengan mengirimkan bala bantuan ke Bandung untuk
menghentikan APRA. Di Jakarta juga segera diadakan perundingan antara Moh. Hatta sebagai
Perdana Menteri RIS dengan Komisaris Tinggi Belanda. Hasilnya, Mayor Jenderal Engels,
Komandan Tentara Belanda di Bandung mendesak Westerling untuk pergi dari kota itu.Setelah
terdesak, gerombolan APRA pergi meninggalkan Bandung. Setelah meninggalkan Bandung,
gerombolan APRA menyebar ke berbagai wilayah dan terus dikejar oleh Apris. Dengan bantuan
rakyat,, gerombolan APRA yang telah berceceran berhasil dilumpuhkan oleh TNI. Selain ke
Bandung, gerakan APRA juga diarahkan ke Jakarta. Di daerah ini, Westerling mengadakan
kerjasama dengan Sultan Hamid II yang menjadi menteri negara tanpa portofolia di dalam kabinet
RIS. Untuk mewujudkan ambisinya, Westerling dan Sultan Hamid II menyusun rencananya
sebagai berikut:
1.APRA akan menyerang gedung tempat Kabinet RIS bersideng.
2.Semua Menteri RIS akan diculik
3.Menteri Pertahanan (Sultan Hamengku Buwono IX), Sekjen Kementrian Pertahanan (Ali
Budiarjo) dan Pejabat Kepala Staf Angkatan Perang (Kol. T. B. Simatupang) akan dibunuh.
Supaya publik tertipu, Sultan Hamid II juga akan ditembak di tangan atau kakinya agar orang
mengira bahwa ia juga termasuk yang akan dibunuh Westerling. Sultan Hamid II dijanjikan oleh
Westerling akan dijadikan Menteri Pertahanan jika rencana itu sukses. Akan tetapi berkat
kesigapan APRIS, usaha APRA di Jakarta juga menemui kegagalan. Meskipun demikian
Westerling dengan gerombolannya masih terus mencoba untuk mencapai tujuannya. Tetapi
usahanya tetap berujung pada kegagalan. Sementara itu, Westerling yang melihat indikasi
kegagalan rencananya, memilih melarikan diri dengan pesawat Catalina Angkatan Laut Belanda
ke Singapura pada 22 Februari 1950. Di Singapura, Westerling justru ditahan polisi setempat
dengan tuduhan telah memasuki wilayah itu tanpa izin. Westerling menjalani hukuman selama
satu bulan di Singapura. Pemerintah Indonesia berusaha menuntut agar buronannya tersebut
diserahkan kepada Indonesia. Namun, tuntutan itu ditolak mentah-mentah oleh pihak Inggris,
dengan alasan bahwa RIS tidak punya perjanjian dengan Inggris tentang hal itu.
Sementara itu Sultan Hamid II yang ikut serta dalam rencana makar tersebut baru tertangkap pada
5 April 1960. Presiden Soekarno di depan Singan DPR RIS menyampaiakan pidato yang
menegaskan sikap pemerintah untuk menumpas pemberontakan Westerling. Selanjutnya, ia
mengingatkan pula agar rakyat, khususnya umat Islam agar tidak terpancing dan masuk gerakan
pemberontak

D.Dampak Kegagalan APRA


Kegagalan gerakan APRA justru meningkatkan sikap anti-federal negara-negara bagian RIS.
Usaha untuk menyerahkan kekuasaan kepada pemerintah pusat RIS semakin keras. Pada tanggal
30 Januari 1950, R. A. A Wiranatakusumah, Wakil Negara Pasundan mengundurkan diri dan pada
tanggal 8 Februari Perdana menteri mengangkat Sewaka sebagai penggantinya dengan jabatan
komisaris RIS di Pasundan. Gerakan unitarisme juga meluas ke daerah-daerah lain. Negara Jawa
Timur yang dibentuk oleh Belanda dalam Konferensi Bondowoso, akhirnya dibubarkan setelah
dididesak oleh rakyat. Selanjutnya, Gubernur Jawa Timur, Samadikoen, pada tanggal 27 Februari
mengeluarkan suatu intruksi kepada segenap residen, bupati, walikota serta aparat bawahannya
dari bekas Negara Jawa Timur agar menyerahkan pimpinan daerahnya masing-masing kepada
pejabat Republik Indonesia yang telah ditujuk sebelumnya. Tindakan tersebut diambil oleh
Gubernur untuk meredakan suasana panasa di kalangan rakyat yang menuntut dibubarkannya
Negara Jawa Timur. Selain Negara Jawa timur, Negara Madura juga ikut bergabung ke dalam
wilayah RI. Di Sumatra Selatan, tuntutan hampir unitarisme juga muncul dan mencapai puncaknya
pada awal tahun 1950. Oleh karena itu, RIS harus menerima pembubaran itu. Pada 24 Maret 1950,
pemerintah RIS meresmikan pembubaran Negara Sumatra Selatan dan daerahnya dimasukkan ke
lingkungan provinsi Sumatra Selatan di bawah RI. Peristiwa unitarisme Sumatra Selatan kemudian
disusul dengan pembubaran Daerah Istimewa Bangka Belitung penyerahannya dilaksanakan pada
tanggal 23 April 1950
Di Sulawesi Selatan, gerakan-gerakan menuju unitarisme mendapatkan tantangan dari golongan
federal yang ingin mempertahanakan Negara Indonesia Timur (NIT). Berbagai demonstrasi yang
menuntut pembubaran NIT terjadi di Ujungpandang, Gorontalo, Poso, Donggala, Takalar, dan
Jeneponto. Meskipun sempaat muncul peberontakan Andi Aziz, tetapi keinginan rakyat Sulawesi
untuk melepaskan diri dari NIT tidak kendor. Sebelum pemerintah RIS dengan resmi
membubarkan NIT, rakyat provinsi Sulawesi, Maluku, dan Nusa Tenggara telah menyatakan
melepaskan diri dari ikatan NIT dan menggabungkan diri dengan RI. Pernyataan tersebut
kemudian diwujudkan dalam bentuk proklamasi yang dikeluarkan di Polongbangkeng pada
tanggal 17 April 1950 dan ditandatangai oleh Makkaraeng Dg. Djarung yang mengatasnamakan
gubernur-gubernur Provinsi Sulawesi, Maluku dan Nusa Tenggara. Tindakan Westerling di Jawa
Barat serta Pengkhinatan Sultan Hamid II juga telah diprotes oleh rakyat Kalimantan. Di daerah
ini sejak awal 1950 telah terjadi pergolokanan yang menuntut unitarisme. Pada pertengahan
Januari 1950, dr. Murdjani selaku wakil Pemerintah RI mengadakan kunjungan ke Kalimantan
Timur guna menyaksikan penggabungan daerah tersebut ke dalam RI. Sementara itu, Dewan
Kalimantan Timur dalam sidangnya telah mengambil suatu resolusi yang mendesak Dewan
Gabungan Kesultanan untuk menyerahkan mandat secepatnya kepada RIS. Dalam resolusi
tersebut disepakati penggabungan daerah Kalimantan Timur sebagai daerah otonomi Negara
Kesatuan. Di Kalimantan Selatan juga terjadi pergolakan menuntut unitarise. Penggabungan
tersebut dilakukan setelah bubarnya Dewan Banjar. Peristiwa penggabungan itu juga disaksikan
oleh dr. Murdjani. Di Kalimantan Barat, kondisinya sedikit berbeda dengan daerah lainnya.
Gerakan-gerakan rakyat yang menuntu unitarisme tidak berhasil. Hambatan utamanya adalah
karena yang dikirimkan ke Kalimantan Barat sebagai wakil RIS adalah Mr. Indrakusuma, seorang
tokoh pendukung negara federal. Akibatnya, tuntutan rakya hanya berhasil membubarkan Dewan
Istimewa, tetapi tidak berhasil menuntut penggabungan. Faktor tersebut menyebabkan Kalimantan
Barat menjadi wilayah terakhir di Kalimantan yang bergabung ke NKRI.
BAB III

A.Kesimpulan
Westerling dikenal sebagai seorang militer yang berpengalaman dan kejam. Perjalanan
hidupnya di Indonesia diwarnai dengan genangan darah. Pada awalnya, ia ditugaskan sebagai
Kapten Tentara Kerajaan Belanda untuk melumpuhkan semangat juang rakyat di Sulawesi
Sealatan. Akan tetapi Pemerintah Belanda, akhirnya memecat Westerling dari dinas ketentaraan.
Namun, hal ini ternyata lebih memberikan keleluasaan kepadanya. Ia bisa lebih dekat dan semakin
aktif melakukan kegiatan bersama unsur-unsur penentang Republik Indonesia. Bebas dari tugas
militer, Westerling justru membentuk gearakan dengan nama Ratu Adil. Dengan nama ini gerakan
Westerling semakin mendapat simpati rakyat. Dalam waktu yang realtif singkat, ia telah berhasil
mengumpulkan modal dan pengikut sebanyak 8.000 orang termasuk para bekas pasukan Belanda.
Tidak lama setelah APRA dibentuk, Westerling mengajukan ultimatum kepada Pemerintah RIS
agar kekuasaan militer daerah Pasundan diserahkan sepenuhnya kepada APRA. Ia menilai TNI
kurang mampu menjalankan tugas itu dan meminta agar APRA dijadikan pasukan
resmi.Pemerintah RIS menganggap ultimatum itu sebagai sebuah kekonyolan. Oleh karena itu,
Westerling mulai berusaha merebut kekuasaan dengan kekerasan. Pemerintah RIS segera bereaksi
dengan mengirimkan bala bantuan ke Bandung untuk menghentikan APRA. Kegagalan gerakan
APRA justru meningkatkan sikap anti-federal negara-negara bagian RIS. Usaha untuk
menyerahkan kekuasaan kepada pemerintah pusat RIS semakin keras. Pada tanggal 30 Januari
1950, R. A. A Wiranatakusumah, Wakil Negara Pasundan mengundurkan diri dan pada tanggal 8
Februari Perdana menteri mengangkat Sewaka sebagai penggantinya dengan jabatan komisaris
RIS di Pasundan
B.SARAN
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang senang tiasa melimpahkan rahmat dan
hidayahnya kepada kami sehingga dalam penyusunan makalah ini kami dapat menyelesaikan
tepat waktu. Jika sadar bahwa masih ada kesalahan , untuk itu kami meminta kritik dan saran
dari pembaca.

DAFTAR PUSTAKA
https://wawasansejarah.com/angkatan-perang-ratu-adil-apra/

Anda mungkin juga menyukai