Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH PEMBERONTAKAN DI/TII

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 2
NAMA :
1. CITRA DEWI
2. NAZWA ULFA
3. FIKA SABRINA
4. JINAN DARAHA
5. DAVID MAULANA
6. DWI ANDIKA
KELAS : XII-2

MADRASAH ALIYAH MUHAMMADIYAH 2


KISARAN
T.A 2023-2024

i
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah menolong
hambanya dalam menyelesaikan makalah ini dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongan
dia mungkin penyusun tidak akan sanggup menyelesaikan dengan baik.

Makalah ini disusun agar pembaca dapat mengetahui mengenai “Pemberontakan


DI/TII”. yang saya sajikan berdasarkan pengamatan saya kutip dari berbagai sumber.

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca,
Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Kami juga menerima kritik dan
saran dari teman-teman agar makalah ini menjadi lebih baik. Terima kasih.

Semoga Allah SWT dapat memberikan balasan yang setimpal atas bimbingan dan
bantuan yang telah di berikan kepada penulis. Akhirnya penulis mengharapakan semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Aamiin

Kisaran, 19 Februari 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................... i
DAFTAR ISI........................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................... 1
A. Latar Belakang........................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah..................................................................................... 1
C. Tujuan........................................................................................................ 1

BAB II PEMBAHASAN..................................................................................... 2
A. Sejarah pemberontakan DI/TII.................................................................. 2
B. Tujuan dan latar belakang pemberontakan DI/TII.................................... 2
C. Awal Mula DI/TII dan Pemberontakan DI/TII di Jawa Barat................... 3
D. Pemberontakan DI/TII Jawa Tengah......................................................... 3
E. Pemberontakan DI/TII Aceh..................................................................... 4
F. Pemberontakan DI/TII Sulawesi Selatan................................................... 4
G. Pemberontakan DI/TII Kalimantan Selatan.............................................. 4
H. Biografi Singkat S Pemimpin DITH......................................................... 5

BAB III PENUTUP............................................................................................. 9


A. Kesimpulan................................................................................................ 9
B. Saran.......................................................................................................... 9

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 10

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemberontakan DITII di Jawa Barat berawal dengan ditandatangannya Persetujuan
Renville pada 17 Jamari 1948 Sekar Marjan Kartosinvayo mendinkan Darul Islam (DI)
bersama pasukannya yang terdiri atas Hizbullah dan Sabillah(kurang lebih sebanyak 4000
orang la menolik untuk membawa pasukannya ke Jawa Tengah dan tidak mengakui lagi
keberadaan RI

B. Rumusan Masalah
1. Bagamana pemberontakan DI TII
2. Apa yang melatar belakangi terjadinya pemberontakan ?
3. Bagaimana peran pemerah dalam menghadapi Supa dalang dari peristiwa tersebut ?

C. Tujuan
Tujuan dalam penulisan makalah mi adalah untuk menambah pengetahuandan
diharapkan bermanfaat bagi kita sema Khususnya dalim m sosal masyarakat. Dapat
memberikan informasi tentang sejarah negara di masa silam mengenai DI/TIL

1
BAB II
PENDAHULUAN

A. Sejarah pemberontakan DI/TII

Melansir dari situs Kemendikbud, gerakan Darul Islam (DI) yang berafiliasi dengan
Tentara Islam Indonesia (TII) mulai terbentuk pada 1948 yang terpusat pada lima daerah
besar di Indonesia. Di Jawa Barat, dipimpin oleh SM Kartosuwiryo yang merupakan
penggagas pertama gerakan DI/TII dimulai dari 1948 hingga 1962. Di Jawa Tengah yang
dipimpin oleh Amir Fatah dimulai dari 1949 hingga 1950. Di Sulawesi Selatan yang dipimpin
oleh Kahar Muzakar, mulai dari 1950 hingga 1965. Di Kalimantan Selatan dipimpin oleh
Ibnu Hadjar dimulai dari 1950 hingga kematian Ibnu Hadjar pada 1965. Di Aceh, yang
dipimpin oleh Daud Beureueh dimulai dari 1953 hingga 1962 yang diakhiri dengan
musyawarah.
B. Tujuan dan latar belakang pemberontakan DI/TII
Pada dasarnya, pemberontakan dimaksudkan untuk mengganggu kedaulatan NKRI
melalui pengambilan kekuasaan dari pemerintah sah. Pemberontakan DI/TII dipelopori oleh
berbagai alasan dari daerah yang ikut terlibat. Namun, mayoritas alasan disebabkan oleh
ketidakpuasan akan kebijakan pemerintah. Di Jawa Barat, Kartosuwiryo membentuk DI/TII
sebagai bentuk protes dan ketidakpuasannya atas persetujuan Renville dengan Belanda yang
membuat Indonesia belum mampu sepenuhnya lepas dari penjajahan Belanda. Bentuk protes
dilayangkan dengan mendirikan negara dengan kedaulatan sendiri. Jawa Tengah juga
memiliki alasan yang identik dengan Jawa Barat yaitu ketidakpuasan daerah akan persetujuan
Renville yang dianggap merugikan bangsa Indonesia dan membuat Indonesia belum bisa
merdeka sepenuhnya.
Di Sulawesi Selatan yang dipimpin oleh Kahar Muzakkar dan Kalimantan Selatan
yang dipimpin oleh Ibnu Hajar terkait militer. Keduanya memang berasal dari latar belakang
militer. Di Kalimantan Selatan, Kahar Muzakkar kecewa akan reorganisasi APRIS/TNI yang
membuat banyak bawahannya yang tidak bisa diterima. Kalimantan Selatan juga memiliki
alasan yang sama. Di Aceh, yang dipimpin oleh Daud Beureueh, disebabkan kekecewaan
terhadap Soekarno yang ingkar bahwa Aceh akan dijadikan daerah istimewa dengan hak
untuk menjalankan syariat Islam tersendiri. Salah satu pemberontakan yang pernah terjadi di
Indonesia adalah Darul Islam (DI) Tentara Islam Indonesia (TII). Pemberontakan ini meluas

2
di berbagai daerah di Indonesia. berkaitan dengan itu, menarik membahas sejarah
pemberontakan DI/TII.
DI/TII disebut sebagai pemberontakan tersulit di Indonesia karena tersebar di Jawa,
Sulawesi, Aceh, dan Kalimantan. Kartosuwirjo memimpin DI/TII di Jawa Barat dengan
mendirikan Pesantren Sufah yang juga menjadi tempat latihan kemiliteran Hizbullah dan
Sabilillah. Darul Islam juga memiliki tentara sendiri yakni Tentara Islam Indonesia (TII). TII
itu bentukan laskar Hizbullah atau tentara Allah dan Sabilillah atau Jalan Allah. Oleh sebab
itu disebut dengan DI/TII.
C. Awal Mula DI/TII dan Pemberontakan DI/TII di Jawa Barat
Negara Kurnia Allah-Negara Islam Indonesia (NKA NII) atau yang dikenal sebagai
DI artinya wilayah, rumah, atau negara Islam. Tokoh Masyumi Jawa Barat bernama
Sekarmadji Maridjan Kartosuwirjo merupakan komandan tertinggi gerakan tersebut.
Kartosurwijo dan pengikutnya menegaskan NII itu adalah implementasi pesan-pesan Islam
yang kaffah. Bahkan pendiri organisasi Khilafatul Muslimin, Abdul Qadir Baraja juga pernah
bergabung dengan NII karena visinya yang sama.
Sejarah pemberontakan itu berawal pada 1948, saat pemerintah menandatangani
Perjanjian Renville yang mengharuskan pengikut RI mengosongkan Jawa Barat dan pindah
ke Jawa Tengah. Bagi Kartosuwirjo ini adalah bentuk pengkhianatan terhadap perjuangan
rakyat Jawa Barat. Kemudian ia dan 2000 lebih pengikutnya menolak pindah dan mendirikan
NII. Pemerintah berupaya menyelesaikan dengan cara damai yakni dengan membentuk
komite yang dipimpin Natsir selaku Ketua Masyumi. Namun tidak berhasil dan pada 1949,
pemerintah melakukan penumpasan DI/TII yang disebut Operasi Bharatayuda
Pemberontakan DI/TII di Jawa Barat berakhir dengan Kartosuwirjo ditangkap di
Gunung Beber. Operasi Pagar Betis itu berhasil membatasi ruang gerak DI/TII. Kartosuwirjo
pun dijatuhi hukuman mati oleh Pengadilan Mahkamah Darurat Perang pada 16 Agustus
1962. Sebelum dijatuhi hukuman mati, ia meminta bertemu dengan keluarga.
D. Pemberontakan DI/TII Jawa Tengah
Sejarah pemberontakan DI/TII di Jawa Tengah yakni sebuah pemberontakan yang
dipimpin Amir Fatah dan Mahfu’dz Abdurachman atau Kyai Somalangu. Amir Fatah adalah
komandan Hizbullah di Mojokerto, Sidoarjo, dan Tulangan. Amir Fatah memproklamasikan
diri bergabung dengan DI/TII di Tegal dan diangkat sebagai Komandan Pertempuran Jawa
Tengah berpangkat Mayor Jenderal TII. Kyai Somalangu pun melakukan pemberontakan
DI/TII bersama Angkatan Umat Islam (AUI) yang dipimpinnya. Keduanya bergabung dalam
pimpinan Kartosuwirjo. Pemberontakan di Jawa Tengah menguat pasca Batalion 624 pada
3
1951 membelot dan menggabungkan diri dengan DI/TII Kudus dan Magelang. Pemerintah RI
membentuk Banteng Raiders untuk mengatasi pemberontakan itu. Banteng Raider melakukan
serangkaian operasi penumpasan DI/TII yakni Operasi Gerakan Banteng Negara (OGBN)
yang dipimpin Letkol Sarbini dan diganti kemudian oleh Letkol M. Bachrun dan berikutnya
oleh Letkol A. Yani. Pemberontakan DI/TII Jawa Tengah berakhir pada 1954. Untuk atasi
pembelotan Batalyon 624, pemerintah melancarkan Operasi Merdeka timur yang dipimpin
Letkol Soeharto.
E. Pemberontakan DI/TII Aceh
Sejarah Pemberontakan DI/TII Aceh terjadi pada 20 September 1953 yang dipimpin
Daud Beureueh. Pemberontakan ini muncul usai pernyataan proklamasi berdirinya NII
dipimpin Kartosuwirjo dan muncul rasa kecewa oleh pimpinan masyarakat Aceh. Alasannya,
Presiden Soekarno dinilai berbohong menjanjikan Aceh boleh menerapkan syariat Islam dan
menjadi provinsi Indonesia. Daud pun memberontak dan memutuskan bergabung dengan
DI/TII Kartosuwirjo. Pemerintah berupaya mengatasi dengan militer dan diplomasi. Militer
yakni Operasi 17 Agustus dan Operasi Merdeka. Diplomasi yakni dengan mengirim utusan
ke Aceh dan berdiskusi dengan Daud. Pemerintah pun akhirnya memberi hak otonomi
kepada Aceh sebagai Daerah Istimewa Aceh dan menerapkan syariat Islam. Pemberontakan
DI/TII di Aceh dapat diselesaikan secara musyawarah pada 1962.
F. Pemberontakan DI/TII Sulawesi Selatan
Sejarah pemberontakan DI/TII di Sulawesi Selatan yakni berlangsung pada 1950
hingga 1965 yang dipimpin Kahar Muzakkar, pemimpin Komando Gerilya Sulawesi Selatan
(KGSS). Pemberontakan ini muncul usai perbedaan cara pandang pemerintah dengan Kahar
muzakkar yang berkaitan dengan reorganisasi APRIS/TNI. Muzakkar pun menyarankan
seluruh anggotanya mendaftar ke Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat (APRIS).
Namun banyak yang ditolak karena tidak memenuhi syarat. Kahar pun kecewa dan mulai
memberontak. Aksi pertama pada 1950 hingga 1952. Aksi kedua yakni 1953 hingga 1965.
TNI membentuk Operasi Baratayudha untuk mengatasi ini. Waktu yang diperlukan agar
selesai yakni 12 tahun. Pemberontakan ini usai setelah Kahar Muzakkar ditembak mati.
G. Pemberontakan DI/TII Kalimantan Selatan
Pemberontakan DI/TII di Kalimantan Selatan dipimpin Ibnu Hajar, dan terjadi pada
1950. Alasan pemberontakan ini adalah ketidakpuasan Ibnu terhadap reorganisasi TNI yakni
ALRIS Divisi IV yang merupakan kelompok dirinya bertugas. Baginya, reorganisasi ini
membuat beberapa anggota ALRIS Divisi IV diberhentikan karena tidak memenuhi syarat
termasuk Ibnu. Ibnu pun kecewa dan membentuk Kesatuan Rakyat yang Tertindas.
4
Penyerangan pertamanya ke kesatuan tentara di Kalimantan Selatan pada Maret 1950. Untuk
mengatasinya, pemerintah menerima Ibnu kembali ke dalam APRIS. Namun setelah diberi
persenjataan lengkap, Ibnu justru melarikan diri dan melanjutkan pemberontakannya. Ia
sempat sembunyi di dalam hutan agar terhindar dari kejaran TNI. Namun usai diberi janji
pengampunan, Ibnu bersedia menyerahkan diri pada 1963, dan sempat ditahan dua tahun
sebelum dikirim ke Jakarta yakni ke Mahkamah Militer pada Maret 1965. Ia kemudian
dijatuhi hukuman mati dan meninggal dunia pada 22 Maret 1965.
H. Biografi Singkat S Pemimpin DITH
1. Sekar Marijan Kartosuwiryo (Jawa Barat)

Sekar Marijan Kartosuwiryo mendirikan Darul Islam (DI) dengan tujuan menentang
penjajah Belanda di Indonesia. Akan tetapi, setelah makin kuat, Kartosuwiryo
memproklamasikan berdirinya Negara Islam Indonesia (NII) pada tanggal 17 Agustus 1949
dan tentaranya dinamakan Tentara Islam Indonesia (TII). Upaya penumpasan dengan operasi
militer yang disebut Operasi Bharatayuda. Dengan taktis Pagar Betis. Pada tanggal 4 juni
1962. Kartosuwiryo berhasil ditanggap oleh pasukan Siliwangi di Gurung Geber. Majalaya,
Jawa Barat. Akhirnya Kartosuwiryo dijatuhi hukuman mati 16 Agustus 1962.
2. Amir Fatah (Jawa Tengah)

Pemberontakan DI/TII di Jawa Tengah dipimpin oleh Amir Fatah dan Mahfu'dz
Abdurachman atau Kyai Somalangu). Amir Fatah adalah komandan laskar Hizbullah di
Tulangan, Sidoarjo, dan Mojokerto. Setelah memperoleh pengikut, Amir Fatah

5
mendeklarasikan dirinya untuk bergabung dengan DI/TII pada 23 Agustus 1949 di Desa
Pangarasan, Tegal. Dia pun diangkat sebagai Komandan Pertempuran Jawa Tengan
berpangkat Mayor Jenderal Tentara Islam Indonesia. Di lokasi lain, Kebumen,
pemberontakan DI/TII dilancarkan oleh Angkatan Umat Islam (AUI) di bawah pimpinan
Kyai Somalangu. Kedua gerakan tersebut pun bergabung dengan DI/TII di Jawa Barat yang
dipimpin Kartosuwirjo. Pemberontakan di Jawa Tengah menjadi semakin kuat pasca Batalion
624 membelot dan bergabung dengan DI/TII di Kudus dan Magelang pada Desember 1951.

3. Ibnu Hadjar (Kalimantan Selatan)

Ibnu Hadjar alias Haderi, bin Umar alias Angli adalah seorang bekas Letnan Dua TNI
yang kemudian memberontak dan menyatakan gerakannya sebagai bagian DI/TI
Kartosuwiryo. Dengan pasukan yang dinamakannya Kesatuan Rakyat Yang. Tertindas, Ibnu
Hadjar menyerang pos-pos kesatuan tentara di Kalimantan Selatan dan melakukan tindakan-
tindakan pengacauan pada bulan Oktober 1950. Untuk menumpas pemberontakan Ibnu Hajar
ini pemerintah menempuh upaya damai melalui berbagai musyawarah dan operasi militer.
Pada saat itu pemerintah Republik Indonesia masih memberikan kesempatan kepada
Ibnu Hadjar untuk menghentikan petualangannya secara baik-baik, sehingga menyerahkan
diri dengan kekuatan pasukan beberapa peleton dan diterima kembali ke dalam Angkatan
Perang Republik Indonesia. Tetapi setelah menerima perlengkapan Ibnu Hadjar melarikan
diri lagi dan melanjutkan pemberontakannya. Pada akhir tahun 1954, Ibnu Hajar
membulatkan tekadnya untuk masuk Negara Islam Ibnu Hajar diangkat menjadi panglima TII
wilayah Kalimantan. Perbuatan ini dilakukan lebih dari satu kali sehingga akhirnya
Pemerintah memutuskan untuk mengambil tindakan tegas menggempur gerombolan Ibnu
Hadjar.
Pada akhir tahun 1959 pasukan gerombolan Ibnu Hadjar dapat dimusnahkan dan Ibnu
Hadjar sendiri dapat ditangkap. Gerakan perlawanan baru berakhir pada bulan Juli 1963. Ibnu
Hajar dan anak buahnya menyerahkan diri secara resmi dan pada bulan Maret 1965

6
Pengadilan Militer menjatuhkan hukuman mati kepada Ibnu Hajar. Republik Indonesia.
Tetapi setelah menerima perlengkapan Ibnu Hadjar melarikan diri lagi dan melanjutkan
pemberontakannya. Pada akhir tahun 1954, Ibnu Hajar membulatkan tekadnya untuk masuk
Negara Islam Ibnu Hajar diangkat menjadi panglima TII wilayah Kalimantan.
Perbuatan ini dilakukan lebih dari satu kali sehingga akhirnya Pemerintah
memutuskan untuk mengambil tindakan tegas menggempur gerombolan Ibnu Hadjar. Pada
akhir tahun 1959 pasukan gerombolan Ibnu Hadjar dapat dimusnahkan dan Ibnu Hadjar
sendiri dapat ditangkap. Gerakan perlawanan baru berakhir pada bulan Juli 1963. Ibnu Hajar
dan anak buahnya menyerahkan diri secara resmi dan pada bulan Maret 1965 Pengadilan
Militer menjatuhkan hukuman mati kepada Ibnu Hajar.

4. Daud Beureueh (Aceh)

Teungku Muhammad Daud Beureu'eh (lahir di Beureufeh kabupaten Pidie, Aceh, 17


September 1899- meninggal di Aceh, 10 Juni 1987 pada umur 87 tahun) atau yang nama
lengkapnya adalah Teungku Muhammad Daud Beureu'eh adalah mantan Gubernur Aceh,
pendiri NII di Aceh dan pejuang kemerdekaan Indonesia. Ketika PUSA (Persatuan Ulama
Seluruh Aceh) didirikan untuk menentang pendudukan Belanda, Daud Beureu'ch terpilih
sebagai ketuanya. Pada masa perang revolusi, Daud Beureu'eh menjabat sebagai Gubernur
Militer Aceh. Sejak 21 September 1953 sampai dengan 9 Mei 1962, ia melakukan
pemberontakan kepada pemerintah dengan mendirikan NII akibat ketidakpuasannya atas.
pemerintahan Soekarno. Namun akhirnya ia kembali ke pangkuan Republik Indonesia setelah
dibujuk kembali oleh Mohammad Natsir.

7
5. Kaliar Muzakkar (Sulawesi Selatan)

Abdul Kahar Muzakkar (ada pula yang menuliskannya dengan nama Abdul Qahhar
Mudzakkar, lahir di Lanipa, Kabupaten Luwu, 24 Maret 1921-meninggal 3 Februari 1965
pada umur 43 tahun; nama kecilnya Ladomeng) adalah seorang figur karismatik dan
legendaris dari tanah Luwu, yang merupakan pendiri Tentara Islam Indonesia di Sulawesi la
adalah seorang prajurit Tentara Nasional Indonesia (TNI) yang terakhir berpangkat Letnan
Kolonel atau Overste pada masa itu. la tidak menyetujui kebijaksanaan pemerintahan
presiden Soekarno pada masanya, sehingga balik menentang pemerintah pusat dengan
mengangkat senjata. la dinyatakan pemerintah pusat sebagai pembangkan dan pemberontak.
Pada awal tahun 1950-an ia memimpin para bekas gerilyawan Sulawesi Selatan dan Sulawesi
Tenggara mendirikan TII (Tentara Islam Indonesia) kemudian bergabung dengan Darul Islam
(DI), hingga di kemudian hari dikenal dengan nama DITII di Sulawesi Selatan dan Tenggara.
Pada tanggal 3. Februari 1960, melalui Operasi Tumpas, ia dinyatakan tertembak mati dalam
pertempuran antara pasukan TNI dari satuan Siliwangi 330 dan anggota pengawal Kahar
Muzakkar di Lasolo.

8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat ditarik dalam pembahasan ini adalah sebagai berikut:
1. Eksistensi ulama dalam masyarakat sebelum kehadiran Belanda ke Ace adalah sangat
besar artinya. Ulama tidak hanya dipandang sebagai orang yang memiliki ilmu
keagamaan semata, melainkan juga dianggap orang yang mampu menguasai adat
istiadat pengetahuan Serta lainnya.
2. Keterlibatan ulama sangat besar artinya terhadap kondisi sosial dan politik di Aceh.-
Secara politis, sejak awal kemerdekaan ulama Aceh sudah memegang peran yang
sangat strategis, seperti yang dilakukan.
3. Pengaruh keterlibatan ulama Aceh dalam kancah politik adalah dapat menjadi pelopor
dalam menyuarakan aspirasi masyarakat Aceh (umat Islam). Ulama juga ikut
berperan dalam menggagas perdamaian di Aceh, seperti halnya dalam penyelesaian
DI/TII dan juga ikut pro aktif dalam mengupayakan perundingan Helsinki, yaitu
perundingan antara pemerintah RI dengan GAM..
B. Saran
1. Diharapkan kepada para pembaca kiranya dapat mengambil suri tauladan dari
perjuangan para ulama Aceh dalam menyuarakan aspirasi umat Islam, serta turut pro
aktif dalam menggagas perdamaian di Aceh.

9
DAFTAR PUSTAKA

1. http:/benazirblog.blogspot.com/2009/03/pemberontakan-dti-di- sejumlah-daerah.html
2. http://smpnlbanjar-pdg.net/index.php?
3. http://osdir.com/ml/culture.region.indonesia.sunda/2006-04/msg00200.html
4. http://www.crayonpedia.org/mw/BSE-Strategi Nasional dalam Menghad api Peristiwa
Madim/PKI, DI/TII, G_30_S_PKI dan Kontlik- Konflik Internal Lainnya 9.2
(BAB_13)#1. Pemberontakan_DI_2F_TI1_di_Jawa Barat
5. http://luk ulo.blogspot.com/2008/01/peristiwa-tragedi-nasional.html
6. http://banisuralman.blogspot.com/2009/10/perjuangan-bangsa- indonesia.html
7. Catatan Tambahan materi
8. Alfan Maqdalia Nana Nurlana Soeyono Sudarini Suhartono, Esis Sejarah untuk kelas
XII Penerbit Erlangga(hal 88-100)

10

Anda mungkin juga menyukai