SEJARAH INDONESIA
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya dan karunianya
kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Adapun tema dari makalah ini adalah
“pemberontakan Darul Islam / Tentara Islam Indonesia (DI/TII)”.
Pada kesempatan kali ini kami mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada guru
mata pelajaran Sejarah Indonesia yang telah memberikan tugas terhadap kami. Makalah ini telah
saya selesaikan dengan maksimal berkat kerjasama dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena
itu saya sampaikan banyak terima kasih kepada segenap pihak yang telah berkontribusi secara
maksimal dalam penyelesaian makalah ini.
Diluar itu, penulis sebagai manusia biasa menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak
kekurangan dalam penulisan makalah ini, baik dari segi tata bahasa, susunan kalimat maupun isi.
Oleh sebab itu dengan segala kerendahan hati , saya selaku penyusun menerima segala kritik dan
saran yang membangun dari pembaca.
Dengan makalah ini saya berharap dapat menambah wawasan dan membantu teman teman
dalam memahami pembelajaran kita dalam materi ini. Demikian yang bisa saya sampaikan, semoga
makalah ini dapat menambah ilmu pengetahuan dan memberikan manfaat nyata untuk saya pribadi
yang menulisnya dan teman teman yang membacanya.
Tertanda,
Penulis
ii
DAFTAR ISI
1.3 Tujuan............................................................................................................................... 5
3.1 Kesimpulan..................................................................................................................... 13
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Darul Islam (DI) atau Tentara Islam Indonesia (TII) atau DI/TII adalah sebuah
gerakan politik yang didirikan pada tanggal 7 Agustus 1949 oleh Sekarmadji Maridjan
Kartosoewirjo di sebuah desa di Tasikmalaya. NII atau Negara Islam Indonesia juga
diproklamasikan ketika Negara Pasundan dibuat oleh Belanda dan mengangkat Raden
yang bernama Raden Aria Adipati Wiranatakoesoema, yang juga sebagai presiden atau
pemimpin di Negara Pasundan tersebut.
Darul Islam (DI) atau disebut juga dengan Negara Islam Indonesia (NII) merupakan
salah satu insiden yang terjadi setelah Indonesia merdeka. Munculnya aksi pemberontakan
ini disebabkan karena kekalahan Indonesia dalam Perjanjian Renville dari pihak Belanda
yang mengharuskan Tentara Indonesia meninggalkan Jawa Barat. Aksi pemberontakan ini
tidak hanya terjadi di Jawa Barat tapi telah meluas ke berbagai provinsi yang ada di pulau
Jawa bahkan menyebar ke luar pulau Jawa.
Gerakan Darul Islam tidak luput dari peran pemimpinnya yang bernama R. M.
Kartosuwiryo, ia juga berperan sebaga Imam dan Presiden NII. Sebelum perang
Kartosuwiryo adalah seorang politikus yang dihormati terutama di Partai Serikat Islam
Indonesia yang memiliki sifat fanatik pada agama dan pandangan tentang politik hijrah.
Walaupun pemberontakan DI/TII didominasi mantan gerilyawan perang yang
berasal dari berbagai daerah di Indonesia dan mereka disatukan dibalik bendera NII dan
menerima hasutan dari sang pemimpin pemberontakan yang mengatakan ke mantan
gerilyawan dan rakyat, terutama yang ada di Jawa Barat bahwa Tentara Nasional telah
meninggalkan mereka disaat mereka masih butuh perlindungan dari jajahan Belanda
terutama pada saat Perjanjian Renville ditanda tangani dimana Amir Syariffudin sebagai
perwakilan dari pihak Indonesia.
Pada tanggal 17 Agustus 1949 di sebuah Kabupaten di Tasikmalaya, Sekarmadji
Maridjan Kartosoewirjo mengumumkan bahwa Negara Islam Indonesia sudah berdiri di
Indonesia. Dimana gerakannya disebut dengan Darul Islam sedangkan para tentaranya
disebut Tentara Islam Indonesia. Gerakan DI/TII dibentuk ketika provinsi Jawa Barat telah
ditinggalkan oleh Pasukan Siliwangi yang kemudian hijrah ke Jawa Tengah dan
Yogyakarta. Dalam rangka menjalankan perundingan Renville.
Pada saat Pasukan Siliwangi tersebut berhijrah, kelompok DI/TII dengan leluasa
melakukan gerakannya dengan cara merusak dan membakar rumah penduduk,
membongkar jalan di kereta api, dan juga menyiksa serta merampas harta benda yang
dimiliki penduduk di daerah itu. Namun saat Pasukan Siliwangi membuat jadwal untuk
kembali ke Jawa barat, kelompok DI/TII juga berhadapan dengan Pasukan Siliwangi.
Kerusuhan ini terus berlanjut hingga tahun 1961, jumlah korban semakin banyak
dan aksi yang dilayangkan baik dari pemberontak ataupun Tentara Indonesia. Aksi
4
memerangi Darul Islam semakin sulit karena pihak pemberontak berhasil membentuk
Tentara Islam dan Angkatan Bersenjata Islam sebagai penjaga keamanan juga senjata
utama untuk melawan Indonesia.
Akhirnya pada tahun 1962 Kartosuwiryo tertangkap dan dihukum mati. Hal
tersebut menjadi awal Negara Islam terutama di Jawa Barat runtuh. Tapi, gerakan darul
islam ini dinyatakan masih ada setelah 15 tahun.
1.3 Tujuan
5
BAB II
PEMBAHASAN
Kronologi DI/TII atau juga disebut Negara Islam Indonesia pertama kali diproklamasikan
oleh Kartosuwiryo. Yang kemudian daerah lain di Indonesia mulai menyatakan diri
bergabung dengan DI/TII Jawa Barat. DI/TII sendiri merupakan suatu pemberontakan
terbesar di Indonesia. Dan mulai muncul diberbagai daerah dan mendukung terhadap
tindakan Kartosuwiryo yang mendirikan negara berdasarkan Islam. Diatantara nya daerah
yang mulai bergabung adalah Aceh, Jawa Tengah, Kalimantan Selatan dan Sulawesi Selatan.
Dan saat itu pemerintah Indonesia yang baru merdeka, selain itu juga harus menghadapi
Belanda yang datang ingin menjajah kembali Indonesia juga harus menghadapi pergolakan
internal melawan tentara DI/TII. Cara yang ditempuh beraneka ragam, dari awalnya
diplomasi dan kemudian mengirimkan misi militer. Oleh karena itu untuk menjaga integrasi
bangsa. Sehingga berbagai cara yang dilakukan dalam rangka menumpas gerakan DI/TII.
Karena DI/TII memiliki tujuan untuk menjadikan Republik Indonesia sebagai sebuah
Negara yang menerapkan dasar Agama Islam sebagai dasar Negara. Dan dalam
proklamasinya tertulis bahwa “Hukum yang berlaku di Negara Islam Indonesia adalah
Hukum Islam” atau lebih jelasnya lagi, di dalam undang-undang tertulis bahwa “Negara
Berdasarkan Islam” dan “Hukum tertinggi adalah Al Qur’an dan Hadist”. Proklamasi Negara
Islam Indonesia (NII) menyatakan dengan tegas bahwa kewajiban Negara untuk membuat
undang-undang berdasarkan syari’at Islam, dan menolak keras terhadap ideologi selain Al
Qur’an dan Hadist, atau yang sering mereka sebut dengan hukum kafir.
Dan dalam perkembangannya, Negara Islam Indonesia ini menyebar sampai ke beberapa
wilayah yang berada di Negara Indonesia terutama Jawa Barat, Jawa Tengah, Kalimantan
Selatan, Aceh, dan Sulawesi Selatan. Tapi setelah Sekarmadji ditangkap oleh Tentara
Nasional Indonesia (TNI) dan dieksekusi pada tahun 1962, gerakan Darul Islam tersebut
menjadi terpecah. Akan tetapi, meskipun dianggap sebagai gerakan ilegal oleh Negara
Indonesia, pemberontakan DI/TII (Darul Islam/Tentara Islam Indonesia) ini masih berjalan
meskipun dengan secara diam-diam di Jawa Barat, Indonesia. Dan pada Tanggal 7 Agustus
1949, di sebuah desa yang terletak di kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat.
Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo mengumumkan bahwa Negara Islam Indonesia telah
berdiri di Negara Indonesia, dengan gerakannya yang disebut dengan DI (Darul Islam) dan
para tentaranya diberi julukan dengan sebutan TII (Tentara Islam Indonesia). Gerakan DI/NII
ini dibentuk pada saat provinsi Jawa Barat ditinggalkan oleh Pasukan Siliwangi yang sedang
berhijrah ke Jawa Tengah dan Yogyakarta dalam rangka melaksanakan perundingan
Renville. Dan saat pasukan Siliwangi tersebut berhijrah, kelompok DI/TII ini dengan leluasa
melakukan gerakannya dengan merusak dan membakar rumah penduduk, membongkar jalan
kereta api, serta menyiksa dan merampas harta benda yang dimiliki oleh penduduk di daerah
6
tersebut. Namun, setelah pasukan Siliwangi menjadwalkan untuk kembali ke Jawa Barat,
kelompok DI/TII tersebut harus berhadapan dengan pasukan Siliwangi.
Dengan pengikutnya yang berjumlah sekitar 2000 yang meliputi laskar Hizbullah dan
Sabilillah, Kartosuwirjo tidak mau pindah dan mulai mendirikan Negara Islam Indonesia.
7
Tujuan pemberontakan DI/TII di Jawa Barat, diantaranya yaitu:
1. Mendirikan negara berlandaskan syariat Islam berupa Al Qur’an dan Hadist di wilayah
Indonesia.
2. Menolak Perjanjian Renville.
3. Mengatasi Dominasi Komunis dan Sosialis.
8
C. Pemberontakan DI/TII Kalimantan Selatan
Latar belakang DI/TII di Kalimantan Selatan ~ Pemberontakan DI/TII yang terjadi
di Kalimantan Selatan dipimpin oleh Ibnu Hajar (mantan letnan dua TNI). Ibnu Hajar
menggalang gerakan yang bernama kesatuan Rakyat Yang Tertindas (KRYT) &
menyebutkan gerakan KRYT sebagai bagian dari DI/TII yang dipimpin Kartosuwiryo.
KRYT sejak pertengahan bulan Oktober 1950 menyerang pos-pos TNI & mengacau di
sejumlah wilayah di Kalimantan Selatan.
Tujuan Pemberontakan DI/TII di Kalimantan Selatan :
1. Memperluas kekuasaan DI/TII di Indonesia
2. Mendapatkan sumber senjata
3. Memperbanyak pemberontak
9
orang kedua sesudah Kahar (Gerungan) bisa ditangkap. Momen tersebut mengakhiri
pemberontakan DI/TII di Sulawesi Selatan.
10
mendirikan Negara Islam Indonesia berdasarkan hukum syariah. Setelah merasa semakin
kuat, pada tanggal 17 Agustus 1949 Kartosuwiryo menyatakan pendirian Negara Islam
Indonesia (NII) dan tentaranya diberi nama Tentara Islam Indonesia (TII). Operasi militer
untuk menumpas gerakan ini disebut Operasi Bharatayuda. Dengan taktis Pagar Betis,
pada 4 juni 1962, pasukan Siliwangi berhasil menangkap Kartosuwiryo di daerah Gunung
Geber, Majalaya, Jawa Barat lalu pada tanggal 16 Agustus 1962 ia dihukum mati.
11
Juli 1963. Pada Maret 1965, secara resmi Ibnu Hajar dan pasukannya menyerahkan diri
dan pengadilan Militer menjatuhkan hukuman mati pada Ibnu Hajar.
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Darul Islam adalah salah satu bentuk gerakan separatisme atau gerakan
memisahkan diri dari Indonesia. Pemberontakan ini biasa disebut dengan pemberontakan
Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII). Pemberontakan ini muncul di Jawa Barat di
bawah pimpinan Sekarmaji Marijan Kartosuwiryo. Pemberontakan ini bermotif agama
Islam. Kartosuwiryo memproklamasikan berdirinya Negara Islam Indonesia (NII) pada
tanggal 7 Agustus 1949. Tujuan dari NII adalah untuk mengganti ideologi Pancasila
dengan syariat Islam, sayangnya gerakannya bertentangan dengan ajaran Islam yang
sebenarnya. Kontak pertama pasukan NII dan TNI terjadi ketika pasukan TNI memasuki
daerah Priangan Timur, dan menyebabkan terbunuhnya anggota TNI, yaitu Mayor Utaraja
dan Mayor Singaparna. Pemberontakan Karosuwiryo awalnya diselesaikan dengan jalur
damai, namun tidak berhasil sehingga TNI melancarkan operasi militer yang diberi nama
Operasi Merdeka. Operasi ini bersifat isidental, lokal, dan rutin tanpa rencana yang tegas
dan sistematis. Sedangkan serangan yang dilakukan DI/TII bersifat gerilya. Hingga pada
tahun 1957 TNI menyusun rencana operasi yang lebih matang dikenal dengan "Rencana
Pokok 21". Inti dari rencana ini adalah menahan DI/TII di daerah-daerah tertentu untuk
selanjutnya dihancurkan. Operasi penghancuran dimulai dari Banten dan terus bergerak ke
timur dan melibatkan rakyat sebagai upaya mecegah DI/TII masuk ke desa-desa. Taktik ini
kemudian berkembang menjadi Operasi Pagar Betis yang berhasil membatasi kegiatan
gerombolan DI/TII. Penumpasan secara menyeluruh berhasil dilakukan pada masa
Demokrasi Terpimpin.
3.2 Saran
Diharapkan kepada para pembaca kiranya dapat mengambil suri tauladan dari
perjuangan para ulama Aceh dalam menyuarakan aspirasi umat Islam, serta turut pro aktif
dalam menggagas perdamaian di Aceh. Untuk para guru dan calon guru sejarah dapat lebih
giat berupaya untuk menanamkan semangat kebangsaan dan cinta tanah air. Upaya ini
salah satunya adalah dengan semakin memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa.
13
DAFTAR PUSTAKA
Supriatna Nana. 2013. Sejarah Indonesia, edisi revisi Bandung: Granfindo Media Pratama
https://id.wikipedia.org/wiki/Abdul_Kahar_Muzakkar
https://id.wikipedia.org/wiki/Amir_Fatah
https://id.wikipedia.org/wiki/Daud_Beureu%27eh
https://id.wikipedia.org/wiki/Ibnu_Hadjar
https://ips.pelajaran.co.id/pemberontakan-di-tii/
https://id.wikipedia.org/wiki/Sekarmadji_Maridjan_Kartosoewirjo
14