Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

SEJARAH INDONESIA

“ PEMBERONTAKAN DARUL ISLAM / TENTARA ISLAM INDONESIA


(DI / TII ) ”

Disusun oleh kelompok 2 XII Mipa 3 :

1. Alphard Bintang Ananditto


2. Ananda Putri Ruliandita
3. Elsa Syaila Arzetti
4. Naufal Satrio Taufiqurrahman
5. Vivi Lutfia

SMA PUSAKA NUSANTARA 2 BEKASI

Tahun Pelajaran 2022/2023

Jln. Sultan Hasanudin No 5A Mekarsari – Tambun Bekasi

Telepon (021) 88339770


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya dan karunianya
kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Adapun tema dari makalah ini adalah
“pemberontakan Darul Islam / Tentara Islam Indonesia (DI/TII)”.

Pada kesempatan kali ini kami mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada guru
mata pelajaran Sejarah Indonesia yang telah memberikan tugas terhadap kami. Makalah ini telah
saya selesaikan dengan maksimal berkat kerjasama dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena
itu saya sampaikan banyak terima kasih kepada segenap pihak yang telah berkontribusi secara
maksimal dalam penyelesaian makalah ini.

Diluar itu, penulis sebagai manusia biasa menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak
kekurangan dalam penulisan makalah ini, baik dari segi tata bahasa, susunan kalimat maupun isi.
Oleh sebab itu dengan segala kerendahan hati , saya selaku penyusun menerima segala kritik dan
saran yang membangun dari pembaca.

Dengan makalah ini saya berharap dapat menambah wawasan dan membantu teman teman
dalam memahami pembelajaran kita dalam materi ini. Demikian yang bisa saya sampaikan, semoga
makalah ini dapat menambah ilmu pengetahuan dan memberikan manfaat nyata untuk saya pribadi
yang menulisnya dan teman teman yang membacanya.

Bekasi, 20 Agustus 2022

Tertanda,

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................Error! Bookmark not defined.

DAFTAR ISI.....................................................................................Error! Bookmark not defined.

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................... 4

1.1 Latar Belakang ................................................................................................................. 4

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................ 5

1.3 Tujuan............................................................................................................................... 5

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................................ 6

2.1 Kronologi Pembentukan DI/TII ....................................................................................... 6

2.2 Penyebab Pembentukan DI/TII ........................................................................................ 7

2.3 Pembentukan DI/TII di Wilayah Indonesia ..................................................................... 7

2.4 Tokoh Pembentukan DI/TII di Indonesia....................................................................... 10

BAB III PENUTUP ..................................................................................................................... 13

3.1 Kesimpulan..................................................................................................................... 13

3.2 Saran ............................................................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................. 14

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Darul Islam (DI) atau Tentara Islam Indonesia (TII) atau DI/TII adalah sebuah
gerakan politik yang didirikan pada tanggal 7 Agustus 1949 oleh Sekarmadji Maridjan
Kartosoewirjo di sebuah desa di Tasikmalaya. NII atau Negara Islam Indonesia juga
diproklamasikan ketika Negara Pasundan dibuat oleh Belanda dan mengangkat Raden
yang bernama Raden Aria Adipati Wiranatakoesoema, yang juga sebagai presiden atau
pemimpin di Negara Pasundan tersebut.
Darul Islam (DI) atau disebut juga dengan Negara Islam Indonesia (NII) merupakan
salah satu insiden yang terjadi setelah Indonesia merdeka. Munculnya aksi pemberontakan
ini disebabkan karena kekalahan Indonesia dalam Perjanjian Renville dari pihak Belanda
yang mengharuskan Tentara Indonesia meninggalkan Jawa Barat. Aksi pemberontakan ini
tidak hanya terjadi di Jawa Barat tapi telah meluas ke berbagai provinsi yang ada di pulau
Jawa bahkan menyebar ke luar pulau Jawa.
Gerakan Darul Islam tidak luput dari peran pemimpinnya yang bernama R. M.
Kartosuwiryo, ia juga berperan sebaga Imam dan Presiden NII. Sebelum perang
Kartosuwiryo adalah seorang politikus yang dihormati terutama di Partai Serikat Islam
Indonesia yang memiliki sifat fanatik pada agama dan pandangan tentang politik hijrah.
Walaupun pemberontakan DI/TII didominasi mantan gerilyawan perang yang
berasal dari berbagai daerah di Indonesia dan mereka disatukan dibalik bendera NII dan
menerima hasutan dari sang pemimpin pemberontakan yang mengatakan ke mantan
gerilyawan dan rakyat, terutama yang ada di Jawa Barat bahwa Tentara Nasional telah
meninggalkan mereka disaat mereka masih butuh perlindungan dari jajahan Belanda
terutama pada saat Perjanjian Renville ditanda tangani dimana Amir Syariffudin sebagai
perwakilan dari pihak Indonesia.
Pada tanggal 17 Agustus 1949 di sebuah Kabupaten di Tasikmalaya, Sekarmadji
Maridjan Kartosoewirjo mengumumkan bahwa Negara Islam Indonesia sudah berdiri di
Indonesia. Dimana gerakannya disebut dengan Darul Islam sedangkan para tentaranya
disebut Tentara Islam Indonesia. Gerakan DI/TII dibentuk ketika provinsi Jawa Barat telah
ditinggalkan oleh Pasukan Siliwangi yang kemudian hijrah ke Jawa Tengah dan
Yogyakarta. Dalam rangka menjalankan perundingan Renville.
Pada saat Pasukan Siliwangi tersebut berhijrah, kelompok DI/TII dengan leluasa
melakukan gerakannya dengan cara merusak dan membakar rumah penduduk,
membongkar jalan di kereta api, dan juga menyiksa serta merampas harta benda yang
dimiliki penduduk di daerah itu. Namun saat Pasukan Siliwangi membuat jadwal untuk
kembali ke Jawa barat, kelompok DI/TII juga berhadapan dengan Pasukan Siliwangi.
Kerusuhan ini terus berlanjut hingga tahun 1961, jumlah korban semakin banyak
dan aksi yang dilayangkan baik dari pemberontak ataupun Tentara Indonesia. Aksi
4
memerangi Darul Islam semakin sulit karena pihak pemberontak berhasil membentuk
Tentara Islam dan Angkatan Bersenjata Islam sebagai penjaga keamanan juga senjata
utama untuk melawan Indonesia.
Akhirnya pada tahun 1962 Kartosuwiryo tertangkap dan dihukum mati. Hal
tersebut menjadi awal Negara Islam terutama di Jawa Barat runtuh. Tapi, gerakan darul
islam ini dinyatakan masih ada setelah 15 tahun.

1.2 Rumusan Masalah

1. Untuk mengetahui kronologi dari pemberontakan DI/TII.


2. Untuk mengetahui penyebab pemberontakan DI/TII.
3. Untuk mengetahui adanya beberapa pemberontakan DI/TII di Indonsia.
4. Untuk mengetahui adanya beberapa tokoh pemberontakan DI/TII

1.3 Tujuan

Tujuan dalam penulisan makalah ini adalah untuk menambah pengetahuandan


diharapkan bermanfaat bagi kita semua.Khususnya dalam ilmu sosial masyarakat. Dapat
memberikan informasi tentang sejarah negara di masa silam mengenai DI / TII
1. Dapat mengetahui kronologi dari pemberontakan DI/TII.
2. Dapat mengetahui penyebab pemberontakan DI/TII.
3. Dapat mengetahui adanya beberapa pemberontakan DI/TII di wilayah Indonsia.
4. Dapat mengetahui adanya beberapa tokoh dari pemberontakan DI/TII di Indonesia

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Kronologi Pembentukan DI/TII

Kronologi DI/TII atau juga disebut Negara Islam Indonesia pertama kali diproklamasikan
oleh Kartosuwiryo. Yang kemudian daerah lain di Indonesia mulai menyatakan diri
bergabung dengan DI/TII Jawa Barat. DI/TII sendiri merupakan suatu pemberontakan
terbesar di Indonesia. Dan mulai muncul diberbagai daerah dan mendukung terhadap
tindakan Kartosuwiryo yang mendirikan negara berdasarkan Islam. Diatantara nya daerah
yang mulai bergabung adalah Aceh, Jawa Tengah, Kalimantan Selatan dan Sulawesi Selatan.
Dan saat itu pemerintah Indonesia yang baru merdeka, selain itu juga harus menghadapi
Belanda yang datang ingin menjajah kembali Indonesia juga harus menghadapi pergolakan
internal melawan tentara DI/TII. Cara yang ditempuh beraneka ragam, dari awalnya
diplomasi dan kemudian mengirimkan misi militer. Oleh karena itu untuk menjaga integrasi
bangsa. Sehingga berbagai cara yang dilakukan dalam rangka menumpas gerakan DI/TII.
Karena DI/TII memiliki tujuan untuk menjadikan Republik Indonesia sebagai sebuah
Negara yang menerapkan dasar Agama Islam sebagai dasar Negara. Dan dalam
proklamasinya tertulis bahwa “Hukum yang berlaku di Negara Islam Indonesia adalah
Hukum Islam” atau lebih jelasnya lagi, di dalam undang-undang tertulis bahwa “Negara
Berdasarkan Islam” dan “Hukum tertinggi adalah Al Qur’an dan Hadist”. Proklamasi Negara
Islam Indonesia (NII) menyatakan dengan tegas bahwa kewajiban Negara untuk membuat
undang-undang berdasarkan syari’at Islam, dan menolak keras terhadap ideologi selain Al
Qur’an dan Hadist, atau yang sering mereka sebut dengan hukum kafir.
Dan dalam perkembangannya, Negara Islam Indonesia ini menyebar sampai ke beberapa
wilayah yang berada di Negara Indonesia terutama Jawa Barat, Jawa Tengah, Kalimantan
Selatan, Aceh, dan Sulawesi Selatan. Tapi setelah Sekarmadji ditangkap oleh Tentara
Nasional Indonesia (TNI) dan dieksekusi pada tahun 1962, gerakan Darul Islam tersebut
menjadi terpecah. Akan tetapi, meskipun dianggap sebagai gerakan ilegal oleh Negara
Indonesia, pemberontakan DI/TII (Darul Islam/Tentara Islam Indonesia) ini masih berjalan
meskipun dengan secara diam-diam di Jawa Barat, Indonesia. Dan pada Tanggal 7 Agustus
1949, di sebuah desa yang terletak di kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat.
Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo mengumumkan bahwa Negara Islam Indonesia telah
berdiri di Negara Indonesia, dengan gerakannya yang disebut dengan DI (Darul Islam) dan
para tentaranya diberi julukan dengan sebutan TII (Tentara Islam Indonesia). Gerakan DI/NII
ini dibentuk pada saat provinsi Jawa Barat ditinggalkan oleh Pasukan Siliwangi yang sedang
berhijrah ke Jawa Tengah dan Yogyakarta dalam rangka melaksanakan perundingan
Renville. Dan saat pasukan Siliwangi tersebut berhijrah, kelompok DI/TII ini dengan leluasa
melakukan gerakannya dengan merusak dan membakar rumah penduduk, membongkar jalan
kereta api, serta menyiksa dan merampas harta benda yang dimiliki oleh penduduk di daerah

6
tersebut. Namun, setelah pasukan Siliwangi menjadwalkan untuk kembali ke Jawa Barat,
kelompok DI/TII tersebut harus berhadapan dengan pasukan Siliwangi.

2.2 Penyebab Pembentukan DI/TII

Penyebab umum terjadinya pemberontakan DI/TII, antara lain:


a. Kehampaan kekuatan di Jawa Barat.
b. Kartosuwirjo dan juga rakyat keberatan apabila Jawa Barat diberikan begitu saja pada
pihak belanda.
c. Merasa tidak puas dengan keputusan dari perjanjian yang dibuat dengan pihak Belanda
yang mengharuskan TNI meninggalkan daerah kantong dan masuk ke wilayah RI.
Penyebab khusus pemberontakan DI/TII, antara lain:
Pihak Indonesia meneken perjanjian dengan pihak Belanda yang disebut perjanjian renville
dimana dalam perjanjian itu para Tentara Indonesia harus mengosongkan Jawa Barat lalu
hijrah ke Jawa Tengah. Kartosuwirjo menganggap bahwa itu adalah bentuk pengkhianatan
yang dilakukan Pemerintah pada perlawanan yang telah dilakukan rakyat Jawa Barat. Hal ini
juga disebabkan karena ada sejumlah komandan TNI yang berjanji meninggalkan semua
senjata pada saat mereka hijrah mereka di Jawa Barat.

Dengan pengikutnya yang berjumlah sekitar 2000 yang meliputi laskar Hizbullah dan
Sabilillah, Kartosuwirjo tidak mau pindah dan mulai mendirikan Negara Islam Indonesia.

2.3 Pembentukan DI/TII di Wilayah Indonesia

A. Pemberontakan DI/TII Jawa Barat


Awal mula terjadinya gerakan DI/TII di Jawa Barat disebabkan karena
penandatanganan Perjanjian Renville yang dilakukan pada 17 Januari 1948. Bersama
pasukannya yang berjumlah sekitar 4000 orang, S.M. Kartosuwiryo membangun Darul
Islam (DI), Kartosuwiryo menolak hijrah ke Jawa Tengah bersama pasukannya dan tidak
menganggap keberadaan RI lagi dan tujuannya yaitu untuk melawan penjajahan Belanda
di Indonesia.
Setelah semakin kuat, pada 17 Agustus 1949 S.M.Kartosuwiryo menyatakan
Negara Islam Indonesia secara resmi berdiri di Desa Cisayong, Jawa Barat dan nama
tentaranya adalah Tentara Islam Indonesia (TII) dan banyak rakyat menjadi korban. Usaha
yang dilakukan pemerintah untuk menumpas pemberontakan, mereka bekerja sama dengan
rakyat sekitar lalu dijalankan strategi perang yang baru yang disebut Perang Wilayah.
Operasi penumpasan gerakan DI/TII digencarkan pada 1 April 1962 dan operasi itu disebut
dengan Operasi Bharatayuda.
Pada 4 juni 1962 dengan menggunakan taktis Pagar Betis, pasukan siliwangi
berhasil menangkap Kartosuwiryo dan pengikutnya di Gunung Geber, Majalaya, Jawa
Barat. Kartosuwiryo pernah meminta grasi ke Presiden tapi grasi tersebut ditolak lalu pada
tanggal 16 Agustus 1962, ia divonis hukuman mati di hadapan regu tembak ABRI.

7
Tujuan pemberontakan DI/TII di Jawa Barat, diantaranya yaitu:
1. Mendirikan negara berlandaskan syariat Islam berupa Al Qur’an dan Hadist di wilayah
Indonesia.
2. Menolak Perjanjian Renville.
3. Mengatasi Dominasi Komunis dan Sosialis.

B. Pemberontakan DI/TII Jawa Tengah


Munculnya gerakan DI/TII di Jawa Tengah diawali dengan adanya perubahan
situasi politik di daerah Tegal-Brebes akibat penandatanganan Perjanjian Renville. Dalam
perjanjian tersebut disebutkan satu pasal yang berisi bahwa semua kekuatan pasukan RI
yang berada di daerah pendudukan Belanda harus ditarik dan ditempatkan di daerah RI.
Wilayah karesidenan Pekalongan termasuk daerah pendudukan Belanda, sehingga
pasukan RI harus meninggalkan dan mengosongkan daerah tersebut. Namun, meskipun
demikian, rupanya tidak semua pasukan meninggalkan daerah mereka, seperti di Brebes
dan Tegal. Para pejuang di dua wilayah tersebut masih tetap bertahan dan menyusun
strategi untuk melakukan perlawanan. Mereka melakukan operasi militer dengan
membentuk Gerakan Antareja Republik Indonesia (GARI) dan Gerilya Republik Indonesia
(GRI). Terbentuknya dua gerakan ini memicu timbulnya gerakan-gerakan lain yang
menghasilkan pemberontakan di Jawa Tengah.
Sebelum adanya pemberontakan DI/TII di bawah kepemimpinan Amir Fatah, di
Jawa Tengah sudah lebih dulu pernah muncul gerakan yang serupa dipimpin oleh Abas
Abdullah. Pasukan yang dipimpin Abas ini bernama Pasukan Hizbullah, di mana saat itu
mereka memutuskan untuk pergi ke wilayah sengketa Indonesia-Belanda, yaitu Brebes.
Sampai di sana, pasukan ini membentuk pasukan baru bernama Mujahidin yang
disebut sebagai Majelis Islam (MI). Bukan hanya pasukan Hizbullah, Amir Fatah juga saat
itu tengah mendatangi Brebes, minatnya untuk kemudian turut bergabung dalam
pemberontakan ini adalah karena ia merasa memiliki cara pandang dan ideologi yang sama,
khususnya dalam membentuk Negara Islam Indonesia.
Akhirnya pada 23 Agustus 1949, Amir bersama teman-temannya memutuskan
bergabung dengan NII yang dipelopori oleh Kartosoewirjo. Sejak saat itu, Amir Fatah
beserta kelompoknya melakukan penyerangan terhadap TNI dan beberapa desa, seperti
Desa Rokeh Djati dan Pagerbarang.
Demi melemahkan kekuatan para tentara Amir Fatah serta penyerangan mereka,
TNI membentuk Gerakan Banteng Nasional (GBN). GBN adalah komando penumpasan
pemberontakan DI/TII di Jawa Tengah. Para pemimpin dari GBN sendiri adalah Letnan
Kolonel Sarbini, Letnan Kolonel Bachrum, dan Letnan Kolonel Ahmad Yani. Unsur
penting yang ada di dalem GBN adalah Banteng Raiders, sebuah pasukan elit di bawah
kepemimpinan Ahmad Yani untuk memburu gerilyawan DI/TII.
Selama proses pembekukan, pasukan Mujahidin serta Hizbullah sempat berhasil
meloloskan diri dari tangkapan TNI. Sampai akhirnya pada 22 Desember 1950, pasukan-
pasukan ini berhasil ditangkap saat berada di Desa Cisayong, Tasikmalaya. Amir Fatah
yang juga ikut tertangkap dipenjara selama dua tahun.

8
C. Pemberontakan DI/TII Kalimantan Selatan
Latar belakang DI/TII di Kalimantan Selatan ~ Pemberontakan DI/TII yang terjadi
di Kalimantan Selatan dipimpin oleh Ibnu Hajar (mantan letnan dua TNI). Ibnu Hajar
menggalang gerakan yang bernama kesatuan Rakyat Yang Tertindas (KRYT) &
menyebutkan gerakan KRYT sebagai bagian dari DI/TII yang dipimpin Kartosuwiryo.
KRYT sejak pertengahan bulan Oktober 1950 menyerang pos-pos TNI & mengacau di
sejumlah wilayah di Kalimantan Selatan.
Tujuan Pemberontakan DI/TII di Kalimantan Selatan :
1. Memperluas kekuasaan DI/TII di Indonesia
2. Mendapatkan sumber senjata
3. Memperbanyak pemberontak

Awalnya pemerintah memberi celah terhadap pemberontak DI/TII di Kalimantan


Selatan untuk menyerahkan diri. Hal itu dimanfaatkan oleh Ibnu Hajar untuk mengelabuhi
pemerintah untuk mendapatkan senjata. Sesudah terpenuhi keinginannya, Ibnu Hajar
kembali memberontak. Untuk menghadapi pemberontakan tersebut, pemerintah bertindak
tegas dengan melaksanakan operasi militer. Akhirnya Ibnu Hajar bisa ditangkap di bulan
Juli 1963, dua tahun lalu diadili oleh Mahkamah Militer & dijatuhi hukuman mati.

D. Pemberontakan DI/TII Sulawesi Selatan


Pada tanggal 30 April 1950 Kahar Muzakar mengirim surat terhadap pemerintah
pusat. Dalam surat tersebut Kahar Muzakar menyebutkan supaya seluruh anak buah dari
KGGS (Komando Gerilya Sulawesi Selatan) dimasukkan dalam APRIS.
Kahar Muzakar juga menganjurkan pembentukan Brigade Hasanudin. Tetapi,
permintaan Kahar Muzakar tersebut ditolak oleh pemerintah pusat. Untuk menghindari
hal-hal yang tidak diharapkan, pemerintah pusat bersama dengan ketua APRIS
mengeluarkan kebijakan dengan memasukkan seluruh anak buah KGSS ke dalam Corps
Tjadangan Nasiaonal (CTN) & Kahar Muzakar diangkat sebagai ketuanya dengan pangkat
letnan kolonel. Kebijakan pemerintah tersebut tidak memuaskan Kahar Muzakar.
Tujuan pemberontakan DI/TII di Sulawesi Selatan adalah:
1. Memperluas wilayah kekuasaan DI/TII di Indonesia
2. Merekrut sebanyak banyaknya anggota baru DI/TII di wilayah Sulawesi Selatan
3. Membentuk negara Islam
Pada tanggal 17 Agustus 1951, bersama dengan pasukannya Kahar Muzakar
melarikan diri ke hutan. Pada tahun 1952 Kahar Muzakar menyebutkan bahwa wilayah
Sulawesi Selatan menjadi bagian dari Negara Islam Indonesia yang ketuanya
Kartosuwiryo.
Untuk menanggulangi pemberontakan tersebut, pemerintah bertindak tegas dengan
mengadakan operasi militer. Penumpasan tersebut mengalami beberapa kesusahan,
tetapi akhirnya di bulan Februari 1965 Kahar Muzakar ditembak & di bulan Juli 1965,

9
orang kedua sesudah Kahar (Gerungan) bisa ditangkap. Momen tersebut mengakhiri
pemberontakan DI/TII di Sulawesi Selatan.

E. Pemberontakan DI/TKII Aceh


Soekarno telah melanggar perjanjian dengan Daud. Daud melakukan pemberontakan
melalui gerakan DI/TII Aceh pada tanggal 20 September 1953 di Aceh. Pemberontakan ini
merupakan awal perjuangan dalam menegakkan syariat Islam.
Daud mengumumkan bahwa Aceh yang merupakan bagian Darul Islam, tidak lagi
mengukuti pemerintah pusat. Selain karena ideologi keagamaan, pemberontakan Darul Islam juga
bentuk perlawanan terhadap pengaruh pemerintah pusat kedaerah. Gerakan Darul Islam/Tentara
Islam Indonesia (DI/TII) merupakan bagian proses sosial politik yang terjadi pada pasca
kemerdekaan yang dipelopori oleh Kartosuwiryo.
Tujuan DI/TII di Aceh, antara lain:
1. Mengembalikan Otonomi Provinsi Aceh.
2. Mencegah Kembalinya Kekuasaan Uleebalang (pemimpin adat dan formal yang
berkembang sebelum Indonesia merdeka).
3. Penegakkan Syariat Islam.
Pemerintah Indonesia dalam usaha menyelesaikan konflik Aceh menggunakan dua cara,
yaitu kekuatan militer dan diplomasi (musyawarah). Untuk menumpas pemberontakan ini,
pemerintah Indonesia membentuk operasi khusus militer, yaitu Operasi 17 Agustus dan Operasi
Merdeka. Sedangkan cara diplomasi, pemerintah Indonesia mengirimkan utusan-utusan khusus
untuk berdialog dengan pihak pemberontak, khususnya dengan Teungku Muhammad Daud
Beureueh.
Akhirnya dengan negosiasi yang panjang disepakati status otonomi khusus untuk Aceh,
yaitu terbentuknya Daerah Istimewa Aceh serta kebebasan menjalankan unsur-unsur syariat di
dalamnya. Dengan hasil negosiasi tersebut, maka berakhir pemberontakan DI/TII di Aceh dan
tercipta kedamaian serta keamanan yang dirindukan masyarakat Aceh dan Indonesia.
Untuk merayakan perdamaian itu dilakukan upacara akbar di Blangpadang pada tanggal
18 sampai 22 Desember 1962, berupa Musyawarah Kerukunan Rakyat Aceh (MIKRA). Baca juga:
Pemberontakan DI/TII di Jawa Tengah Adanya perdamaian tersebut pemerintah dan rakyat Aceh
akan bersama-sama melaksanakan pembangunan untuk kemajuan bangsa dan negara Indonesia dan
Aceh pada khususnya.

2.4 Tokoh Pembentukan DI/TII di Indonesia

A. Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo (Jawa Barat)


Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo demikian nama lengkap dari Kartosoewirjo,
dilahirkan pada 7 Januari 1907 di Cepu, sebuah kota kecil antara Blora dan Bojonegoro
yang menjadi daerah perbatasan Jawa Timur dengan Jawa Tengah. Kota Cepu ini menjadi
tempat di mana budaya Jawa bagian timur dan bagian tengah bertemu dalam suatu garis
budaya yang unik. Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo (7 Januari 1905 – 5 September
1962) adalah seorang tokoh Islam Indonesia yang mendirikan gerakan Darul Islam untuk
melawan pemerintah Indonesia dari tahun 1949 hingga tahun 1962, dengan tujuan

10
mendirikan Negara Islam Indonesia berdasarkan hukum syariah. Setelah merasa semakin
kuat, pada tanggal 17 Agustus 1949 Kartosuwiryo menyatakan pendirian Negara Islam
Indonesia (NII) dan tentaranya diberi nama Tentara Islam Indonesia (TII). Operasi militer
untuk menumpas gerakan ini disebut Operasi Bharatayuda. Dengan taktis Pagar Betis,
pada 4 juni 1962, pasukan Siliwangi berhasil menangkap Kartosuwiryo di daerah Gunung
Geber, Majalaya, Jawa Barat lalu pada tanggal 16 Agustus 1962 ia dihukum mati.

B. Amir Fatah (Jawa Tengah)


Amir Fatah bernama lengkap Amir Fatah Wijaya Kusumah, adalah salah satu
pimpinan Hizbullah Fisabilillah di daerah Besuki, Jawa Timur sebelum bergolaknya
pemberontakan DI/TII di Jawa Tengah. Ketika Perjanjian Renville ditanda tangani oleh
pihak Belanda dan Indonesia, maka semua kekuatan Republik diharuskan hijrah ke Jawa
Tengah, termasuk kesatuan Hizbullah dan Fisabilillah yang dipimpinnya. Pada tahun 1950,
ia memproklamirkan wilayahnya merupakan bagian DI/TII Kartosuwiryo. Melalui operasi
yang dilakukan oleh TNI untuk sementara waktu kekuatan mereka melemah tetapi akibat
ada pembelot, kekuatan DI/TII Amir Fatah kembali kuat. Sebagian dari sayap pemberontak
DI/TII beroprasi di daerah hutan pegunungan Dayeuhluhur, yang bentengnya berada di
sebuah gunung bernama Karang Gumantung, tapi pada akhirnya pasukan Amir Fatah dapat
ditaklukkan di perbatasan Pekalongan - Banyumas .

C. Ibnu Hadjar (Kalimantan Selatan)


Ibnu Hadjar lahir pada 19 April 1920 dan wafat pada 22 Maret 1965 di umur ke 44.
Ibnu Hadjar merupakan bekas Letnan Dua TNI yang melakukan pemberontakan dan
meproklamasikan bahwa gerakan yang dipimpinnya sebagai bagian dari gerakan DI/TII
Kartosuwiryo. Pasukan yang dipimpinnya diberi nama Kesatuan Rakyat Yang Tertindas
dan pada Oktober 1950 Ibnu Hadjar menyerang pos-pos kesatuan tentara di Kalimantan
Selatan dan melakukan tindakan pengacauan. Sebagai upaya penumpasan terhadap
pemberontakan yang dilakukan Ibnu Hajar dan pasukannya, pemerintah menjalankan
berbagai upaya termasuk musyawarah dan operasi militer.
Secara baik-baik, pemerintah memberi kesempatan bagi Ibnu Hadjar untuk
menghentikan pemberontakan yang dilakukannya, lalu ia menyerahkan diri dan ia kembali
diterima dalam APRI. Akan tetapi, setelah menerima perlengkapan ia kembali melarikan
diri dan meneruskan pemberontakandan pada akhir 1954, ia bergabung dengan Negara
Islam.
Setelah bergabung dengan Negara Islam yang didirikan Kartosuwiryo, Ibnu Hajar
diangkat sebagai panglima TII wilayah Kalimantan. Dengan perbuatan yang telah
dilakukannya, Pemerintah mengambil keputusan untuk bertindakan tegas dalam
penumpasan kelompok Ibnu Hadjar. Pada akhir tahun 1959, pasukan Ibnu Hadjar berhasil
ditumpas dan lbnu Hadjar juga berhasil ditangkap. Pemberontakan ini baru berakhir pada

11
Juli 1963. Pada Maret 1965, secara resmi Ibnu Hajar dan pasukannya menyerahkan diri
dan pengadilan Militer menjatuhkan hukuman mati pada Ibnu Hajar.

D. Kahar Muzakar (Sulawesi Selatan)


Abdul Kahar Muzakkar adalah seseorang dengan kelahiran 24 Maret 1920 Luwu,
Sulawesi, Hindia Belanda dan wafat pada 3 Februari Lasolo, Sulawesi Tenggara, Indonesia
pada usia 44 tahun. Pada awalnya, Abdul Kahar Muzakkar merupakan mantan prajurit TNI
dengan pangkat Letnan Kolonel atau Overste. Namun kemudian ia menjadi pemberontak
karena ia tidak setuju dengan kebijakan yang diambil presiden Soekarno dengan angkat
senjata.
Di awal 1950an, Kahar memimpin para mantan gerilyawan Sulawesi Selatan dan
Sulawesi Tenggara lalu mendirikan Tentara Islam Indonesia lalu mereka bergabung
dengan Darul Islam. Pada 3 Februari 1960, Kahar Muzakkar berhasil tertembak mati pad
saat Operasi Tumpas di Lasolo yang dilakukan pasukan Siliwangi 330.
Karena pusara milik Kahar Muzakkar tidak pernah ditunjukan, sehingga banyak
mantan pengikutnya mempersoalkan atas kebenaran kematiannya. Berdasarkan cerita,
jenazahnya dikebumikan di km 1 jalan raya Kendari, Sulawesi Tenggara. Tapi sampai
sekarang banyak yang tidak percaya dengan kematian Kahar karena bukti nyatanya belum
ada.

E. Teuku Daud Beureuh (Aceh)


Teuku Daud Beureuh lahir pada 23 September 1896 Beureu-eh menasah Lueng
sagoe, Mutiara, Pidie, Aceh dan wafat di Banda Aceh, Aceh pada 10 Juni 1987 (umur 90).
Teungku Muhammad Daud Beureu’eh merupakan pejuang kemerdekaan Indonesia,
mantan gubernur Aceh sekaligus pendiri NII di Aceh. Selain itu Daud Beureu’eh pernah
menjadi ketua PUSA (Persatuan Ulama Seluruh Aceh) yaitu organisasi yang dibentuk
untuk menentang penjajahan Belanda. Pada saat perang revolusi, ia menjabat sebagai
Gubernur Militer Aceh.
Karena merasa tidak puas dengan pemerintahan Soekarno, Daud
Beureu’eh melakukan pemberontakan dengan mendirikan Negara Islam Indonesia.
Pemberontakan tersebut dimulai pada 21 September 1953 dan berakhir pada 9 Mei 1962
setelah mendapat bujukan kembali ke NKRI oleh Mohammad Natsir .

12
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Darul Islam adalah salah satu bentuk gerakan separatisme atau gerakan
memisahkan diri dari Indonesia. Pemberontakan ini biasa disebut dengan pemberontakan
Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII). Pemberontakan ini muncul di Jawa Barat di
bawah pimpinan Sekarmaji Marijan Kartosuwiryo. Pemberontakan ini bermotif agama
Islam. Kartosuwiryo memproklamasikan berdirinya Negara Islam Indonesia (NII) pada
tanggal 7 Agustus 1949. Tujuan dari NII adalah untuk mengganti ideologi Pancasila
dengan syariat Islam, sayangnya gerakannya bertentangan dengan ajaran Islam yang
sebenarnya. Kontak pertama pasukan NII dan TNI terjadi ketika pasukan TNI memasuki
daerah Priangan Timur, dan menyebabkan terbunuhnya anggota TNI, yaitu Mayor Utaraja
dan Mayor Singaparna. Pemberontakan Karosuwiryo awalnya diselesaikan dengan jalur
damai, namun tidak berhasil sehingga TNI melancarkan operasi militer yang diberi nama
Operasi Merdeka. Operasi ini bersifat isidental, lokal, dan rutin tanpa rencana yang tegas
dan sistematis. Sedangkan serangan yang dilakukan DI/TII bersifat gerilya. Hingga pada
tahun 1957 TNI menyusun rencana operasi yang lebih matang dikenal dengan "Rencana
Pokok 21". Inti dari rencana ini adalah menahan DI/TII di daerah-daerah tertentu untuk
selanjutnya dihancurkan. Operasi penghancuran dimulai dari Banten dan terus bergerak ke
timur dan melibatkan rakyat sebagai upaya mecegah DI/TII masuk ke desa-desa. Taktik ini
kemudian berkembang menjadi Operasi Pagar Betis yang berhasil membatasi kegiatan
gerombolan DI/TII. Penumpasan secara menyeluruh berhasil dilakukan pada masa
Demokrasi Terpimpin.

3.2 Saran

Diharapkan kepada para pembaca kiranya dapat mengambil suri tauladan dari
perjuangan para ulama Aceh dalam menyuarakan aspirasi umat Islam, serta turut pro aktif
dalam menggagas perdamaian di Aceh. Untuk para guru dan calon guru sejarah dapat lebih
giat berupaya untuk menanamkan semangat kebangsaan dan cinta tanah air. Upaya ini
salah satunya adalah dengan semakin memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa.

13
DAFTAR PUSTAKA

Supriatna Nana. 2013. Sejarah Indonesia, edisi revisi Bandung: Granfindo Media Pratama

https://id.wikipedia.org/wiki/Abdul_Kahar_Muzakkar

https://id.wikipedia.org/wiki/Amir_Fatah

https://id.wikipedia.org/wiki/Daud_Beureu%27eh

https://id.wikipedia.org/wiki/Ibnu_Hadjar

https://ips.pelajaran.co.id/pemberontakan-di-tii/

https://id.wikipedia.org/wiki/Sekarmadji_Maridjan_Kartosoewirjo

14

Anda mungkin juga menyukai