Kelompok 2 :
-
Andhika Setyawan P.
Nur Salsabila
Nurfitria Rahmasari
Nursyifa Azizah
Nurul Qamariah
XII IPA 1
SMAN 1 MARABAHAN
2016
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmatNya-lah maka kami telah menyelesaikan makalah berjudul "PEMBERONTAKAN DI/TII" dengan
tepat waktu.
Makalah ini kami susun sebagaimana materi yang terdapat di dalam mata pelajaran Sejarah
Indonesia. Materi tersebut kami ambil dari berbagai sumber dan beberapa situs dari internet.
Dengan demikian, para pembaca bisa memperluas wawasannya, memahami dan mengaplikasikan isi
makalah dalam kehidupan sehari-hari.
Kami berharap makalah ini bisa membantu siswa-siswi lain untuk memahami tentang
pemberontakan DI/TII. Kritik dan saran yang membangun selalu kami harapkan dalam pembuatan
makalah berikutnya. Dan kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak dalam penyusunan
makalah ini.
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Darul Islam (juga dikenal dengan Negara Islam Indonesia/NII) yang artinya adalah "Rumah
Islam" adalah gerakan politik yang diproklamasikan pada 7 Agustus 1949 (ditulis sebagai 12
Syawal 1368 dalam kalender Hijriyah) oleh Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo di Desa
Cisampah, Kecamatan Ciawiligar, Kawedanan Cisayong, Tasikmalaya, Jawa Barat. Diproklamirkan
saat Negara Pasundan buatan belanda mengangkat Raden Aria Adipati Wiranatakoesoema
sebagai presiden.
Gerakan ini bertujuan menjadikan Republik Indonesia yang saat itu baru saja diproklamasikan
kemerdekaannya dan ada pada masa perang dengan tentara Kerajaan Belanda sebagai negara
teokrasi dengan agama Islam sebagai dasar negara. Dalam proklamasinya bahwa "Hukum yang
berlaku dalam Negara Islam Indonesia adalah Hukum Islam", lebih jelas lagi dalam undangundangnya dinyatakan bahwa "Negara berdasarkan Islam" dan "Hukum yang tertinggi adalah Al
Quran dan Hadits". Proklamasi Negara Islam Indonesia dengan tegas menyatakan kewajiban
negara untuk membuat undang-undang yang berlandaskan syari'at Islam, dan penolakan yang
keras terhadap ideologi selain Alqur'an dan Hadits Shahih, yang mereka sebut dengan "hukum
kafir", sesuai dalam Qur'aan Surah 5. Al-Maidah, ayat 50.
Dalam perkembangannya, DI menyebar hingga di beberapa wilayah, terutama Jawa Barat
(berikut dengan daerah yang berbatasan di Jawa Tengah), Sulawesi Selatan, Aceh dan
Kalimantan . Setelah Kartosoewirjo ditangkap TNI dan dieksekusi pada 1962, gerakan ini menjadi
terpecah, namun tetap eksis secara diam-diam meskipun dianggap sebagai organisasi ilegal oleh
pemerintah Indonesia.
B. RUMUSAN MASALAH
1.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Bendera NII
Bendera NII adalah bendera bergambar bulan dan bintang di tengahnya dengan latar
merah putih. Warna merah putih melambangkan negara Indonesia, sedangkan bulan
bintang merupakan simbol umat Islam.
B. GERAKAN DI/TII
Kata Darul Islam yang sering disingkat DI berasal dari bahasa arab Dar al-Islam
yang secara harfiah berarti rumah atau keluarga Islam. Dengan begitu Darul Islam
dapat diartikan sebagai dunia atau wilayah Islam. Dimana keyakinan Islam dan peraturanperaturan berdasarkan syariat Islam merupakan sebuah kewajiban yang harus
dilaksanakan. Dimana lawan dari Darul Islam itu sendiri adalah Darul Harb yang berarti
wilayah perang, atau dunia kaum kafir, yang berangsur-angsur ingin dimasukan ke dalam
Darul Islam.
Di Indonesia sendiri kata Darul Islam digunakan untuk gerakan-gerakan sesudah
tahun 1945 yang berusaha merealisasikan cita-cita mereka untuk mendirikan sebuah
Negara Islam. Meski sebenarnya pada awalnya sempat beredar kabar, bahwa sebenarnya
DI itu adalah singkatan dari Daerah I, dan artinya tidak dipahami secara umum. Menurut
Alers, kata itu seakan-akan Negara kesatuan. Namun, berbeda dengan Alers, Pinardi
mengemukakan bahwa latar belakangnya adalah suatu pembedaan terhadap daerah dalam
negara Islam. Daerah I adalah daerah pusat negara, yang sepenuhnya dikuasai Oleh
suatu pemerintahan Islam dan diatur sesuai dengan hukum Islam. Daerah II terdiri dari
daerah-daerah di Jawa Barat yang hanya sebagian saja dikuasai oleh Negara Islam,
sedangkan dalam Daerah III untuk daerah yang belum dikuasai oleh Negara Islam.
Lepas dari apa yang diungkapkan oleh Alers maupun Pinardi sendiri, Darul Islam
telah dicatat dalam sejarah sebagai sebuah gerakan pemberontakan yang berusaha
mendirikan Negara Islam, sementara saat itu Indonesia telah berdiri dan merdeka sejak
tanggal 17 Agustus 1945.
C. BERDIRINYA DI/TII
Dibalik kemunculan dari Darul Islam itu sendiri sebenarnya ada dua tokoh yang
tercatat berperan dalam membentuk gerakan ini. Tokoh pertama adalah Kiai Jusuf
Tauziri, ia sebutkan sebagai pendiri gerakan Darul Islam pada tahap pertama, sebagai
gerakan Islam yang damai. Yang kemudian ia menarik dukungannya dari Kartosuwirjo
dikarenakan memberontak terhadap pemerintah Republik Indonesia.
Namun, tokoh yang benar-benar identik dengan gerakan Darul Islam ini adalah
Kartosuwirjo, sosok yang bernama lengkap Sekarmadji Maridjan Kartosuwirjo ini adalah
keturunan Jawa. Meski hampir seluruh karirnya banyak terjadi di Jawa Barat. Ia
bukanlah pribumi Jawa Barat. Ia lahir di Cepu ( Jawa Tengah), antara Blora dan
Bojonegoro, di perbatasan dewasa ini antara Jawa Tengah dan Jawa Timur, pada 7
Februari 1905.
Ia mendapat pendidikan Barat pada sekolah dasar dan sekolah menengah yang
menggunakan bahasa Belanda. Jadi, ia bukan seorang santri dari sebuah pesantren.
Bahkan diceritakan ia tidak pernah mempunyai pengetahuan yang benar tentang Bahasa
Arab dan Agama Islam. Dari tahun 1923 sampai tahun 1926 ia mengikuti kursus persiapan
pada Nederlands Indische Artsen School (NIAS), yaitu Sekolah Ketabiban Hindia
Belanda di Surabaya. Di Kota itu kemudian ia bertemu dengan H. Oemar Said
Tjokroaminoto, yang kemudian menjadi ketua PSII, serta menjadi bapak angkatnya.
Menurut Pinardi, Kartosuwirjo berhasil memulai studinya dalam ilmu kedokteran
dalam tahun 1926, tetapi setahun kemudian ia dikeluarkan dikarenakan kegiatan politik
yang dilakukannya. Dari tahun 1927 sampai tahun 1929
Tjokroaminoto. Dan disebutkan dari pengalaman yang didapatkan dari pemimpin PSII
inilah, terbesit niat Kartosuwirjo untuk mendirikan negara Indonesia yang berdasarkan
Islam.
Tahun 1929 Kartosuwirjo pindah ke daerahMalangbong dekat Garut, bagian timur
Jawa Barat, daerah asal istrinya. Ia kemudian bekerja pada PSII di daerah tersebut.
Dan sewaktu berusia 26 tahun ia terpilih sebagai sekretaris jenderal PSII pada tahun
1931. Dan kemudian setelah meninggalnya Tjokroaminoto (1934), Wondoamiseno terpilih
menjadi ketua PSII, dan Kartosuwirjo sebagai wakilnya pada tahun 1936.
Kemudian pada tahun-tahun berikutnya terjadi pertentangan ditubuh PSII
sendiri, berkaitan dengan kerjasama dengan pemerintah kolonial. Kartosuwirjo berada
pada pihak nonkooperasi, ia kemudian dianggap radikal dan dikeluarkan dari PSII.
Namun Kartosuwirjo tidak berhenti sampai disitu, ia kemudian membentuk PSII
tandingan pada tanggal 24 April 1940 di Malangbong bersama Kamran, yang kemudian
menjadi komandan Darul Islam. Pada saat itu Kartosuwirjo juga mendirikan pesantren di
daerah Malangbong. Bernama institute Supah atau Institut Suffah. Semula institute ini
dimaksudkan sebagai latihan kepemimpinan dalam bidang politik-keagamaan. Namun
kemudian berubah menjadi suatu pusat latihan untuk pasukan gerilya dimasa mendatang
(seperti Hizbullah dan Sabilillah) dikarenakan pada masa pendudukan Jepang, semua
kegiatan partai politik dibekukan. Dimana hal ini sebenarnya merupakan bentuk
penyebaran propaganda dari Kartosuwirjo untuk membentuk Negara Islam
Berkaitan dengan Darul Islam Kartosuwirjo dikatakan sempat memproklamirkan
Negara Islam Indonesia pada tanggal 14 Agustus 1945, karena gagasan mendirikan
Negara Islam Indonesia itu sendiri sebenarnya telah dicanangkan oleh Kartosuwirjo
sejak tahun 1942. Namun ia dan gerakannya kemudian kembali ke Republik, saat
Indonesia diproklamirkan. Ia juga kemudian menjadi anggota pengurus besar partai
Masyumi. Ia merangkap sebagai Komisaris Jawa barat, dan sekretaris I partai tersebut.
Selain itu pada masa jabatan cabinet Amir Sjarifuddin tanggal 3 Juli 1947, Kartosuwirjo
sempat ditawari sebagai menteri muda pertahanan kedua, yang kemudian ditolak oleh
sosok itu.
Pada saat agresi militer pertama Belanda, Kartosuwirjo bersama gerakan DI-nya
bergerak mendukung Republik untuk menghancurkan kekuatan Belanda. Tapi kemudian
saat dilakukan persetujuan perjanjian Renville, 8 Desember 1947. Pasukan TNI harus
meninggalkan wilayah Jawa Barat,
Sabilillah tidak hijrah, dan bertahan di Jawa Barat. Sehingga kemudian ia membentuk
Darul Islam dan mengganti tentaranya menjadi TII (Tentara Islam Indonesia), yang
bermarkas di Gunung Cepu. Pada akhirnya ini berujung pada sebuah proklamasi
pembentukan Negara Islam Indonesia, dengan Kartosuwirjo sebagai Imamnya.
Reaksi keras dari Pihak Kartosuwirjo yang menentang hasil perjanjian Renville
inilah yang dianggap sebagai sebuah pemberontakan bagi para sejarawan. Dikarenakan
sebagai warga negara, Kartosuwirjo beserta pasukannya bisa menerima dan menjalankan
hasil dari perjanjian Renville sendiri. Bukan malah melakukan perlawanan dengan pihak
pemerintah.
Apalagi pada akhirnya Darul Islam sendiri memproklamasikan kemerdekaannya
sebagai Negara Islam Indonesia, sementara saat itu, Indonesia sudah merdeka. Itu sama
saja berarti Darul Islam ingin mendirikan negara di dalam sebuah negara. Jelas saja itu
dianggap sebagai bentuk dari sebuah gerakan pemberontakan.
Meski
sebenarnya
diungkapkan
bahwa
Negara
Islam
Indonesia
tidak
Yogyakarta
dan
kurang
lebih
Kabupaten
saja
menurut
fakta-fakta
PROKLAMASI
Berdirinya
Negara Islam Indonesia
Bismillahirrahmanirrahim
Dengan Nama Allah Yang Maha Pemurah, Maha Pengasih
Ashhadu alla ilaha illallah, wa ashhadu anna Muhammadarrasulullah
Kami, Ummat Islam Bangsa Indonesia
MENYATAKAN :
BERDIRINYA
NEGARA ISLAM INDONESIA
Maka Hukum yang berlaku atas Negara Islam Indonesia itu, ialah : HUKUM ISLAM.
Allahu Akbar ! Allahu Akbar ! Allahu Akbar !
Atas nama Ummat Islam Bangsa Indonesia
IMAM NEGARA ISLAM INDONESIA
ttd
S.M. KARTOSOEWIRJO
Madinah - Indonesia,
12 Syawal 1368 / 7 Agustus 1949
Proklamasi kemudian menjadi awal bagi Darul Islam sendiri untuk mempertahankan
keberadaannya. Namun bagaimana juga tetap saja pembentukan Negara Islam Indonesia
didalam sebuah Negara, tetap saja tidak bisa dibenarkan. Apalagi banyak korban dalam
peristiwa ini. Selain itu keberadaan gerakan yang lengkap dengan tatanan atau jajaran
dari sebuah negara ini, tentu menjadi alasan bahwa gerakan ini bisa dikatakan sebagai
gerakan pemberontakan terhadap kedaulatan negara Republik Indonesia.
E. DI/TII DI WILAYAH-WILAYAH.
Gerakan DI/TII Daud Beureueh
Pemberontakan DI/TII di Aceh dimulai dengan "Proklamasi" Daud Beureueh
bahwa Aceh merupakan bagian "Negara Islam Indonesia" di bawah pimpinan Imam
Kartosuwirjo pada tanggal 20 September1953.
RI dan TNI tidak menghargai perjuangan Amir Fatah dan para pendukungnya selama itu
di daerah Tegal-Brebes. Bahkan kekuasaan yang telah dibinanya sebelum Agresi Militer
II, harus diserahkan kepda TNI di bawah Wongsoatmojo. Keempat, adanya perintah
penangkapan dirinya oleh Mayor Wongsoatmojo. Hingga kini Amir Fatah dinilai sebagai
pembelot baik oleh negara RI maupun umat muslim Indonesia.
Gerakan DI/TII Kahar Muzakkar
Pemerintah berencana membubarkan Kesatuan Gerilya Sulawesi Selatan (KGSS)
dan anggotanya disalurkan ke masyarakat. Tenyata Kahar Muzakkar menuntut agar
Kesatuan Gerilya Sulawesi Selatan dan kesatuan gerilya lainnya dimasukkan dalam satu
brigade yang disebut Brigade Hasanuddin di bawah pimpinanya. Tuntutan itu ditolak
karena banyak di antara mereka yang tidak memenuhi syarat untuk dinas militer.
Pemerintah mengambil kebijaksanaan menyalurkan bekas gerilyawan itu ke Corps
Tjadangan Nasional (CTN). Pada saat dilantik sebagai Pejabat Wakil Panglima Tentara
dan Tetorium VII, Kahar Muzakkar beserta para pengikutnya melarikan diri ke hutan
dengan membawa persenjataan lengkap dan mengadakan pengacauan. Kahar Muzakkar
mengubah nama pasukannya menjadi Tentara Islam Indonesia dan menyatakan sebagai
bagian dari DI/TII Kartosuwiryo pada tanggal 7 Agustus1953. Tanggal 3 Februari1965,
Kahar Muzakkar tertembak mati oleh pasukan ABRI (TNI-POLRI) dalam sebuah baku
tembak.
tempat-tempat dalam perintah Siasat No.1, seperti telah disinggung di muka yang antara
lain, mengatur :
1.
Cara perlawanan, ialah bahwa kita tidak lagi akan melakukan pertahanan liniar
2.
3.
4.
Pembentukan Wehkreise-wehkreise.
Perintah kilat ini disambut dengan gembira oleh anak-anak Siliwangi yang
bagaimanapun juga sudah sangat merindukan kampung halaman mereka di Jawa Barat.
Letnan Kolonial Daan Yahya, Kepala Staf Divisi segera pergi ke Istana untuk melaporkan,
bahwa Siliwangi akan memulai gerakan kembali ke Jawa Barat sebagaimana yang telah
ditentukan dalam perintah siasat No.1.
Kemudian, TNI, Divisi Siliwangi, memulai long march-nya berpindah dari Jawa
Tengah ke Jawa Barat. Hal ini kemudian dianggap oleh pihak Kartosuwirjo sebagai
ancaman bagi kelangsungan dan cita-cita Kartosuwirjo untuk membentuk Negara Islam.
Maka dari itu Pasukan tersebut harus dihancurkan agar tidak memasuki daerah Jawa
Barat.
Pada tanggal 25 Januari 1949 terjadi kontak senjata utuk pertama kalinya antara
pihak TNI, Divisi Siliwangi dan Tentara Islam Indonesia. Bahkan pada akhirnya terjadi
perang segitiga antara DI/TII-TNI-Tentara Belanda.
Pemimpin Masyumi sendiri Moh. Natsir, yang menjadi menteri penerangan dalam
Kabinet Hatta pada tanggal 29 Januari sampai awal agustus 1949, berusaha menghubungi
Kartosuwirjo melalui sepucuk surat pada tanggal 5 Agustus 1949. Hal ini dilakukan
sebagai upaya untuk mencegah timbulnya keadaan yang semakin buruk. Dikarenakan
kemelut ini mengakibatkan penderitaan bagi rakyat Jawa Barat. Bahkan banyak orangorang tak berdosa tewas pada pertikaian ini. Moh. Natsir juga kemudian membentuk
sebuah komite yang dipimpin oleh dirinya sendiri di bulan September 1949, sebagai upaya
kedua untuk mengatasi hal ini. Namus sekali lagi ia gagal.
Operasi militer untuk menumpas gerakan DI/TII dimulai pada tanggal 27 Agustus
1949. Operasi ini menggunakan taktik Pagar Betis yang dilakukan dengan menggunakan
tenaga rakyat berjumlah ratusan ribu untuk mengepung gunung tempat gerombolan
bersembunyi. Taktik ini bertujuan untuk mempersempit ruang gerak mereka. Selain itu,
juga dilakukan operasi Tempur Bharatayudha dengan sasaran menuju basis pertahanan
mereka. Walaupun demikian, operasi penumpasan ini memakan waktu yang cukup lama.
Baru pada tanggal 4 Juni 1962, Kartosuwirjo terkurung dan berhasil ditangkap di Gunung
Geber di daerah Majalaya oleh pasukan Siliwangi. Yang kemudian selanjutnya ia diberi
hukuman mati.
masih
untuk
ia memproklamirkan
merupakan
bagian
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1.
2. Gerakan DI/TII berdiri di Jawa Barat pada tahun 1945 oleh Kiai Jusuf Tauziri,
sedangkan dinyatakan sebagai Gerakan Pemberontak pada tahun 1949, setelah adanya
Proklamasi oleh Kartosuwiryo.
3. Awal mula gerakan DI/TII menjadi pemberontak adalah disetujuinya perjanjian Renville,
yang menyatakan secar de-facto wilayah Indonesia hanya meliputi Yogyakarta.
4. Gerakan DI/TII pusat dihentikan oleh Divisi Siliwangi, dan Kartosuwiryo dihukum mati.
DAFTAR PUSTAKA
1979.Sekitar
Perang
Kemerdekaan
Indonesia ,Agresi
Militer
Belanda
II.
Bandung :Angkasa.
Moedjanto.G. 1989.Indonesia Abad ke 20, dari Perang Kemerdekaan I sampai pelita III .
Yogyakarta : Kanisius
Van.C Dijk. 1993.Darul Islam, Sebuah Pemberontakan. Jakarta : Pustaka Utama Grafiti
Wajan. I Badrika. 2004. Sejarah Nasional dan Umum. Jakarta : Bumi Aksara.
http://elrufhy.blogspot.com/2012/11/biografi-singkat-5-pemimpin-ditii_21.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Negara_Islam_Indonesia