Anda di halaman 1dari 38

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Jepang, salah satu negara yang giat melakukan diplomasi dari berbasis

ekonomi, sosial, dan budaya. Ini dilatar belakangi sejarah kekalahan Jepang dalam

Perang Dunia II pada tahun 1939 – 1945 antara pihak Sekutu Amerika Serikat,

yang telah membuat Jepang membentuk pola hubungan kerjasama yang lebih soft,

yaitu dengan meningkatkan hubungan ekonomi, politik, dan sosial budaya di

kancah internasional.

Jepang merupakan salah satu negara yang dianggap paling sukses dalam

membangun perekonomiannya. Hal ini terbukti dari perjalanan panjang sejarah

pembangunan ekonomi Jepang yang terbagi menjadi dua bagian yakni : pada abad

ke-19 (Zaman Restorasi Meiji sebagai industrialisasi awal Jepang) sampai awal

Perang Dunia Kedua, serta dari masa ‘pertumbuan cepat’ (Pasca Perang Dunia

Kedua, 1950-an) sampai dengan saat ini. Itu semua tentunya dapat menjadi bukti

untuk memperkuat posisi Jepang sebagai negara yang mampu untuk memajukan

perekonomiannya, terutama untuk masa setelah PD II, dimana keadaan ekonomi

Jepang dapat berubah secara drastis, dari negara yang miskin menjadi salah satu

negara yang memiliki kekuatan ekonomi besar di dunia, khususnya di wilayah

Asia.

1
2

Jepang memiliki kedudukan sebagai salah satu negara donor yang

memberi bantuan ekonomi pemerintah, disebut juga dengan official Development

Assistance (ODA), terbesar di dunia dalam kurun waktu 50 tahun. Pada Perang

Dunia II, Jepang dikenal sebagai negara dengan tentara yang berperilaku kejam

sehingga meninggalkan luka batin bagi rakyat di negara-negara Asia yang pernah

diduduki oleh Jepang. Hal ini menjadi salah satu alasan bagi Jepang untuk

berfokus kepada negara-negara Asia sebagai penerima bantuan ODA-nya. Jepang,

yang sudah sukses secara ekonomi pasca perang, terutama sejak tahun 1970,

memberikan ODA sebagai kompensasi yang bertujuan untuk meningkatkan kesan

positif dalam masyarakat negara-negara Asia.

Indonesia pun bukan pengecualian, hubungan bilateral di antara Jepang

dan Indonesia telah berkembang pesat melalui bantuan ekonomi pemerintah, yaitu

ODA. Selama ini, Indonesia adalah penerima ODA Jepang yang terbesar. Pada

tahun 1989, Jepang pertama kali menjadi donor terbesar di dunia. Bantuan

ekonomi Jepang mencapai 18% dari seluruh bantuan ekonomi dunia. 1 Berkaitan

dengan hubungan bilateral yang cukup baik, kerjasama di bidang swasta juga

terlihat berkembang pesat sehingga masuklah investasi dari perusahaan-

perusahaan Jepang di Indonesia. Dampaknya adalah pendidikan bahasa Jepang

mulai dianggap penting. Banyak orang Indonesia mempelajari bahasa Jepang di

sekolah, universitas, dan tempat-tempat lain.

Oleh karena itu, dapat dipaparkan bahwa pada masa ini, tidak hanya

pemerintah Jepang, tetapi sektor swasta juga turut berperan dalam mengupayakan
1 Rainhard Drifte, Japan’s Foreign Policy in the 1990’s, St Antony’s 2006, London/Oxford,
hal.110
3

kesan positif terhadap Jepang melalui kegiatan-kegiatan ekonominya. Pada masa

tersebut, Jepang menganggap dirinya sebagai negara yang cukup berpengaruh di

dunia.

Hubungan Jepang dan Indonesia sendiri dalam bidang diplomatik

didasarkan pada perjanjian perdamaian antara Jepang dan Indonesia, semenjak itu

hubungan diplomatik antara kedua negara berlangsung dan terus berkembang.2

Peristiwa Malari, merupakan tonggak sejarah yang penting pada

pemerintahan Orde Baru. Di sisi lain juga merupakan momentum perubahan

signifikan politik luar negeri Jepang terhadap Indonesia. Perdana Menteri Jepang

pada saat itu berangkat dari Istana tidak dengan mobil, tetapi diantar Presiden

Soeharto dengan helikopter dari Bina Graha ke pangkalan udara. Hal tersebut

memperlihatkan suasana ibu kota Jakarta masih mencekam.

Untuk memulihkan citra baik Jepang, Jepang pun mulai berusaha terliat di

kancah internasional dengan negara-negara yang telah menganggap Jepang

dengan citra buruk. Oleh sebab itu perlu adanya pendekatan selain politik dan

ekonomi. Khususnya di Indonesia yang pernah dijajah Jepang dan terkait dengan

peristiwa Malari. Serta betapa pentingnya Indonesia bagi Jepang karena Indonesia

merupakan salah satu negara terbesar berpengaruh di Asia Tenggara.Pada tahun

1974 di bawah naungan Ministry of Foreign Affairs (MOFA) Japan Foundation

didirikan di Tokyo sebagai sebuah badan hukum yang bertujuan untuk

mempromosikan kegiatan penukaran melalui kebudayaan dan pendidikan antara

2 “Hubungan Diplomatik Jepang-Indonesia”, Embassy Japan, Internet, diakses pada tanggal 16


Oktober 2015 pukul 22.10 WIB, dari http://www.id.emb-japan.go.jp/birei_id.html
4

Jepang dengan negara-negara lain di dunia. Dasar pendirian the Japan

Foundation adalah ketetapan khusus dari Diet (Parlemen Jepang) memfokuskan

pada aktivitas kebudayaan. Japan Foundation , di Indonesia sudah ada sejak

tahun 1974 dengan tujuan mempererat persahabatan yang harmonis antara

Indonesia dengan Jepang melalui pendalaman pemahaman tentang Jepang. Sejak

tahun 2003 Japan Foundation berdiri sendiri dan menjadi institusi independen.3

Sebetulnya, diplomasi kebudayaan bukanlah hal yang baru. Dengan

kekuatan ekonomi dan politik, pemerintah Jepang dan perusahaan-perusahaan

telah bekerja sama menyebarkan kebudayaan Jepang agar Jepang mudah diterima

di negara-negara Asia. Bantuan resmi oleh pemerintah Jepang berfokus pada

bidang pendidikan bahasa Jepang sehingga banyak orang asing, termasuk orang

Indonesia, dapat bekerja di perusahaan Jepang dengan kemampuan bahasa Jepang

yang baik.Pada awalnya, pemerintah Jepang memfokuskan diri hanya pada

promosi kebudayaan tradisional Jepang di Indonesia, baik melalui kedutaan Besar

Jepang maupun sekolah Jepang atau Japan Foundation. Hal yang baru adalah

promosi kebudayaan pop. Pada tahun 1990-an seiring dengan maraknya

globalisasi, Jepang perlu mendefinisikan identitas kebudayaan (cultural identity)

sekali lagi. Jepang yang terkesan sebagai ‘negara yang baru saja berkembang dan

menjadi negara maju yang menganut demokrasi’ telah berubah.

Jepang dibutuhkan sebagai negara yang bertanggung jawab penuh dan

menjadi bagian dari anggota negara-negara maju.4

3 Tonny Dian Effendi, Diplomasi Publik Jepang : Perkembangan dan Tantangan, (Bogor : Ghalia
Indonesia, 2011) hlm 36.
4 Ogoura, Japan’s Cultural Diplomacy. The Japan Foundation, 2009, hal.15.
5

Pada masa modern sekarang ini, cara promosi kebudayaan tersbut telah

semakin bervariasi.Lalu ini menyebabkan sebuah fenomena baru seperti gejala

demam Jepang juga terjadi di Indonesia. Japan Foundation di Jakarta

menyediakan website untuk mempelajari bahasa Jepang dengan menggunakan

animasi dan komik dari Jepang. Begitu juga dengan restoran-restoran Jepang yang

tersebar di seluruh penjuru kota Jakarta. Toko-toko buku di Indonesia memiliki

ruang/rak khusus untuk menjual komik-komik Jepang. Animasi Jepang pun

disiarkan pula di stasiun TV Indonesia. Bahkan, sejak tahun 2009, komunitas

orang Jepang dan pencinta Jepang menyelanggarakan ‘Jakarta-Japan Matsuri’

(Matsuri berarti pesta dalam bahasa Indonesia) disponsori oleh Kedutaan Besar

Jepang di Indonesia.5

Fenomena ini menarik perhatian yang besar terhaap kebudayaan Jepang,

menurut mantan PM Aso, dapat melancarkan kebijakan politik dan ekonomi

Jepang juga. Langkah pertamanya adalah dengan menanamkan keberadaan Jepang

dan perasaan ‘suka’ terhadap Jepang itu penting.6

1.2 Fokus Masalah

Dalam penelitian ini peneliti memfokuskan pada hubungan bilateral

kerjasama Jepang-Indonesia dalam aspek sosial dan budaya.

Untuk jangka waktu yang digunakan, peneliti akan memfokuskan pada

periode tahun 2008-2013. Karena pada tahun 2008 merupakan “Golden Years of

Friendship 2008 Japan-Indonesia” yang merupakan 50 tahun dibukanya

5 Sumber : (www.japanesestation.com) : Diakses pada tanggal 16 Oktober 2015 pukul 21.15)


6 http://www.kantei.go.jp/jp/asospeech/2009/04/09speech.html (Diakses pada 16 Oktober 2015
pukul 23.00 WIB)
6

hubungan diplomatik antara Jepang-Indonesia dimana hubungan kerjasama

berbasis budaya mulai lebih ditingkatkan kembali (kedua pemerintah Jepang-

Indonesia sepakat bahwa sepanjang tahun 2008 diselenggarakan berbagai

acara/kegiatan di bidang sosial-budaya). Periode tahun 2008-2013 merupakan 55

tahun peringatan hubungan diplomatik Jepang-Indonesia terjalin. Dimana kedua

negara berkomitmen untuk lebih meningkatkan hubungan diplomatik yang lebih

signifikan dalam berbagai bidang, khususnya dalam bidang pendidikan ,

pengembangan budaya dan pertukaran budaya.

1.3 Tinjauan Pustaka

1.3.1 Diplomasi Publik Jepang : Perkembangan dan Tantangan 7

Dalam buku ini, menjelaskan bahwa fokus masalah hanya tertuju pada

diplomasi publik, terutama Jepang yang sedang aktif dan mengembangkan setiap

instrumen diplomasi publiknya. Dalam buku ini Jepang dengan instrumen yang

terfokus pada bidang sosial dan budaya, mampu mempromosikan negaranya

dengan menarik hati masyarakat dunia.

Esensi yang ingin disampaikan dalam buku ini adalah Jepang selalu

berfikir bahwa ada cara lain untuk menyampaikan setiap pesan, salah satunya

dengan diplomasi publik.

Karena dengan berkembangnya setiap potensi masing-masing negara dan

semakin kompleksnya isu hubungan internasional, Jepang menggunakan jalan

7 Tonny Dian Effendi, Op.Cit


7

yang lebih dapat dimengerti masyarakat dunia dan menarik perhatian guna

menciptakan pemikiran-pemikiran baru dan positif terhadap Jepang.

Perbedaan yang terdapat dalam tinjauan pustaka ini dengan penelitian

skripsi yang dilakukan oleh peneliti adalah terdapat dalam konteks fokus

masalahnya. Dalam buku Tonny Dian Effendi ini, mengungkapkan berbagai

aktifitas diplomasi publik Jepang yang terus berkembang, dari peran Perdana

Menteri Taro Aso - Perdana Menteri Shinzo Abe dan hingga masa kontemporer.

Sedangkan peneliti ingin memfokuskan pada kajian kerjasama dalama bidang

sosial dan budaya antara Indonesia dengan Jepang.

Persamaan dalam tinjauan pustaka ini dengan skripsi peneliti adalah

bidang yang dikaji terfokus pada bidang sosial dan budaya yang terdapat di negara

Jepang untuk mengembangkan potensi kerjasama dengan negara lain.

Kontribusi tinjauan pustaka ini terhadap skripsi peneliti adalah dapat

memberikan referensi terkait dalam bidang yang dikaji, dan juga menggambarkan

perkembangan aktifitas Jepang yang terkait dengan sosial-budaya dan aktor-aktor

yang terlibat dalam mensukseskan agenda Jepang dalam bidang sosial dan

budaya.

Peneliti ingin mengkaji tentang kerjasama yang terjadi oleh negara Jepang

dan Indonesia dalam bidang sosial dan budaya. Karena peneliti memiliki rasa

keingintahuan dalam isu-isu yang terkait dengan bidang tersebut. Isu sosial dan

budaya menjadi isu yang menarik dan dinamis untuk diteliti, karena dibalik
8

kompleksnya isu-isu hubungan internasional sekarang ini, sosial dan budaya terus

berkembang dan bersifat holistik.

1.3.2 Yolana Wulasuci “Budaya Populer Manga dan Anime sebagai Soft

Power Jepang”, 2010.

Jika dalam penelitian ini peneliti menganalisa mengenai kebudayaan

Jepang melalui Budaya Populer. Maka penelitian terdahulu, skripsi dari Yolana

menganailsa diplomasi kebudayaan Jepang melalui budaya popular secara spesifik

yaitu manga dan anime. Objek dalam penelitian skripsi ini tidak memfokuskan

pada satu negara tetapi mencakup internasional. Sedangkan dalam penelitian ini,

peneliti memfokuskan pada satu negara saja yaitu Indonesia sebagai objek dalam

penelitiannya.

Dalam skripsi ini peneliti menjelaskan esensi dari kebudayaan populer

tersebut sebagai elemen penting dalam pencapaian implementasi diplomasi

kebudayaan Jepang. Skripsi ini mengkaji tentang bagaimana manga dan anime

sebagai alat diplomasi kebudayaan yang menjadi magnet tersendiri dalam

memengaruhi negara lain.

Perbedaan penelitian skripsi yang dilakukan oleh Yolana Wulansuci

dengan peneliti adalah fokus pada topik. Peneliti Yolana Wulansuci memfokuskan

penelitian pada bidang sosial dan budaya populer seperti manga dan anime

(budaya populer/modern), sedangkan peneliti memfokuskan pada kajian

kerjasama yang diikutsertan dengan dukungan sosial dan budaya.


9

Persamaan yang dikaji dalam penelitian ini adalah terkait dengan fokus

bidang kajian yang diteliti, yaitu bidang budaya, dan peneliti menambahkan fokus

kajian dalam bidan sosial.

Kontribusi skripsi Yolana Wulansuci terhadap penelitian skripsi adalah,

dapat memberikan referensi berupa ragam budaya populer yang sudah tersebar di

Indonesia. Keragaman budaya populer Jepang ternyata tidak terlepas dari

historical approach yaitu budaya tradisional Jepang itu sendiri yang terus

berkembang hingga saat ini. Peneliti pun mendapatkan gambaran bahwa

masyarakat Indonesia sudah senantiasa dapat menerima masuknya kebudayaan

Jepang untuk berkolaborasi dan bertukar pengalaman hingga saat ini.

Peneliti sebenarnya ingin mengkaji beberapa implementasi dari hasil

kerjasama Indonesia dengan Jepang , yang dimana akan terus berkembang hingga

kedepan, karena kerjasama dalam bidang sosial-budaya sudah tidak dapat lagi

dipandang sebelah mata di kancah internasional.


10

1.4 Perumusan Masalah

Bagaimanakah implementasi kerjasama Jepang-Indonesia dalam periode

Golden Year of Friendship?

1.5 Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian

1.5.1 Tujuan umum

Tujuan umum penelitian ini adalah memberikan gambaran umum tentang

implementasi hubungan kerjasama Jepang-Indonesia dalam aspek sosial

budayanya.

1.5.2 Tujuan khusus

Penelitian ini secara khusus bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis

implementasi hubungan kerjasama Jepang-Indonesia dalam bidang sosial dan

budaya yang diwujudkan melalui beberapa program dari kedua pemerintah dan

diimplementasikan terhadap masing-masing masyarakatnya.

1.5.3 Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah untuk memberikan sumbangan

bagi pengembangan studi Hubungan Internasional dalam kajian cultural studies

atau kajian dalam fenomena kerjasama bilateral Jepang dan Indonesia dalam

bidang sosial dan budaya terutama dalam fokus kajian pendidikan,

pengembangan, dan pertukaran budaya, dan sebagai referensi di masa mendatang

bagi pihak lain yang ingin memperluas kajian ilmu Hubungan Internasional terkait

dengan fenomena kerjasama bilateral dan kajian isu sosial dan budaya.
11

1.5.4 Manfaat Praktis

Penelitian ini sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar strata satu

pada jurusan Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,

Universitas Jenderal Achmad Yani. Dan penelitian ini dapat menjadi rujukan

akademis untuk memberikan penjelasan deskriptif dalam hubungan kerjasama

bilateral Jepang-Indonesia yang lebih komperehensif beserta teori-teori

pendukung dan juga secara keilmuan dalam ruang lingkup ilmu hubungan

internasional.

1.6 Kerangka Teoritis

Dalam penulisan skripsi ini, peneliti menganalisis hubungan kerjasama

bilateral Jepang-Indonesia. Untuk menganalisis hal tersebut, peneliti

menggunakan pendekatan neo-liberalisme institusional.

1.6.1 Pendekatan Neo – Liberalis Institusional

Neo-liberal institusional meliputi berbagai teori yang menyatakan bahwa

institusi internasional memainkan peranan penting dalam mengkoordinasikan

kerjasama internasional. Neo-Liberal institusional menekankan kepada upaya

pencapaian tujuan secara maksimal (absolute gain) dan prospek untuk menjalin

kerjasama. Neo-Liberal institusional mempercayai bahwa potensi konflik terkait

dengan upaya negara-negara untuk menjadi kekuatan pengimbang terlalu dibesar-

besarkan karena interaksi yang berulang oleh negara-negara tersebut yang akan

mendorong ke arah kerjasama.


12

Mereka menganggap bahwa ketiadaan organisasi yang mampu untuk

menegakkan aturan akan menjadi ancaman bagi kerjasama dan menimbulkan

anarkisme. Institusi internasional digambarkan oleh neo-liberal sebagai sebuah

wadah dimana aturan (baik formal dan informal) yang ketat dan terhubung yang

akan menentukan perilaku, membatasi kegiatan dan membentuk harapan terhadap

kerjasama diantara negara-negara yang ada didalamnya.

Teori ini diperkuat dengan pemikiran dari pakar Haas 1958;Keohane dan

Nye 1975);

“Teoritisi kaum neoliberal lainnya mempelajari bagaimana integrasi


menghidupi dirinya sendiri:kerjasama di satu wilayah transaksi membuka jalan
bagi kerjasama di wilayah lainnya”.
Pada tahun 1950-an Karl Deutsch rekannya berpendapat bahwa ;

“Aktivitas-aktivitas yang saling berkaitan semacam itu membantu


membentuk nilai-nilai dan identitas bersama jalan bagi hubungan
kooperatif,yang damai, yang membuat perang semakin mahal dan akhirnya tidak
mungkin terjadi”.
Sepanjang tahun 1950-an dan 1960an Eropa Barat dan Jepang

membangun negara kesejahteraan yang berdaya konsumsi besar (mass-

consumption welfare states), seperti yang telah dilakukan Amerika Serikat

sebelum perang. Pembangunan itu memerlukan tingkat perdagangan, komunikasi,

pertukaran budaya, dan hubungan transaksi lintas batas lainnya yang lebih tinggi.8

Neo-Liberal institusional melihat bahwa institusi sebagai mediator dan

wadah bagi pencapaian kerjasama diantara aktor dalam sistem.

8 Jackosn Robert, Sorensen Georg, Pengantar Studi Hubungan Internasional: Neoliberalisme :


Institusi-institusi dan interdependensi, hal.63-64.
13

Fokus dari penelitian yang dilakukan dalam kerangka liberal institusional

adalah global governance dan penciptaan serta pengelolaan institusi yang

diasosiasikan dengan proses globalisasi.

Bagi neo-liberal institusional fokus dari kepentingan melampaui isu-isu

perdagangan dan pembangunan. Dimana hal ini dapat terlihat pada pasca Perang

Dingin , negara-negara dipaksa untuk menghadapi berbagai permasalahan

keamanan yang baru seperti ancaman terorisme, senjata nuklir, dan berbagai

konflik internal yang dapat mengancam keamanan secara regional maupun global.

Institusi dalam kajian neo-liberal institusional termasuk di dalamnya

adalah organisasi internasional , agency, perjanjian dan kesepakatan dan

kebiasaan internasional dimana negara-negara mengikatkan diri secara sukarela

didalamnya.

Institusi akan membantu mengatur sistem yang kompetitif dan anarkis dan

mendorong untuk membentuk multilateralisme dan kerjasama sebagai cara untuk

mengamankan kepentingan nasionalnya. Hal ini akan menjamin resiprokalitas dari

negara-negara untuk tidak melakukan hal-hal yang merugikan kedua belah pihak

dalam kerjasama internasional tersebut.

Dalam hal ini neo-liberal memiliki keyakinan yang sama dengan realisme

bahwa sistem internasional berada dalam kondisi yang anarki. Selain itu

mengakui bahwa negara merupakan aktor yang rasional.


14

Namun dalam hal ini neo-liberal institusional lebih optimis dibandingkan

dengan realisme dalam memandang sistem internasional yang ada tersebut , hal

ini terlihat dari beberapa asumsi dasar yang dimilikinya. Asumsi dasar yang

dimiliki oleh neo-liberal institusional diantaranya:

1. Negara merupakan aktor kunci dalam hubungan internasional, namun

bukan satu-satunya aktor yang signifikan.


2. Dalam lingkungan internasional yang penuh dengan masalah dan konflik

(anarkis), maka aktor-aktor akan cenderung melakukan kerjasama untuk

menyelesaikan permasalahan yang ada.


3. Hambatan terbesar dalam mensukseskan kerjasama ini adalah

ketidakpatuhan dan kecurangan oleh negara.


4. Kerjasama tidak pernah lepas dari masalah, namun dalam hal ini negara

dapat memindahkan loyalitas dan otoritas yang dimilikinya kepada

institusi jika hal tersebut dianggap menyelesaikan masalah dan jika

institusi tersebut memberikan kesempatan pada negara untuk

meningkatkan peluang mencapai tujuannya.

1.7 Kerangka Konseptual

Konsep adalah kata yang menggambarkan suatu gagasan klarifikasi, atau

memperkenalkan suatu sudut pandang dan mengamati suatu fenomena yang

empiris. Konsep dalam ilmu sosial adalah bersifat objek seperti orang, kelompok,

negara, atau organisasi internasional.9

9 Mochtar Mas’oed, Ilmu Hubungan Internasional, (Jakarta:LP3ES, 1990), hlm 94-95.


15

1.7.1 Kerjasama Bilateral

Hubungan bilateral yaitu bentuk hubungan kerjasama (diplomatis) antara

satu Negara dengan Negara lainnya . Hubungan bilateral (Inggris: bilateral

relations atau bilateralism) adalah suatu hubungan politik, budaya, dan ekonomi di

antara dua Negara. Kebanyakan kerjasama internasional dilakukan secara

bilateral, misalnya perjanjian politik-ekonomi, pertukaran kedutaan besar, dan

kunjungan antar negara. Hubungan bilateral hanya melibatkan dua negara, karena

bi artinya adalah dua.

Di dalam hubungan ineternasional hubungan yang melibatkan dua negara

tersebut disebut hubungan bilateral. Hubungan ini mencakup beberapa bidang

termasuk aspek ekonomi, politik, militer, dan pertahanan keamanan. Menurut

Kusumohamidjoyo hubungan bilateral diartikan suatu bentuk kerjasama diantara

kedua negara baik yang berdekatan secara geografis ataupun yang jauh diseberang

lautan dengan sasaran utama untuk menciptakan perdamaian dengan

memperhatikan kesamaan politik, kebudayaan, dan struktur ekonomi.

Pola interaksi timbal balik antara dua negara dalam hubungan

internasional di definisikan dengan hubungan bilateral. Hubungan bilateral

sebagai suatu konsep dalam ilmu hubungan internasional, mempunyai makna

yang lebih kompleks dan lebih beragam serta mengandung sejumlah pengertian

yang berkaitan dengan dinamika hubungan internasional itu sendiri.


16

Dalam kamus politik internasional, hubungan bilateral secara sederhana

dijelaskan sebagai, “...keadaan yang menggambarkan adanya hubungan saling

mempengaruhi atau terjadi hubungan timbal balik antara dua pihak (dua negara)”.

Batasan seperti ini mengandung maksud bahwa hubungan bilateral merupakan

hubungan timbal balik dan saling mempengaruhi antara dua negara. Terdapat

beberapa bidang yang meliputi hubungan bilateral ini, dimana yang paling umum

adalah bidang perdagangan, pendidikan dan sosial budaya, politik dan pertahanan

keamanan.

Terselenggaranya hubungan bilateral juga tidak terlepas dari tercapainya

beberapa kesepahaman antara dua negara yang melakukan hubungan yang mana

mereka mengabdi pada kepentingan nasionalnya dalam usaha untuk

menyelenggarakan politik luar negerinya masing-masing. Dengan tujuan nasional

yang ingin dicapai suatu bangsa dapat terlihat dari kepentingan nasional yang

dirumuskan oleh elit suatu bangsa. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Plano

dan Olton bahwa:

Hubungan kerjasama yang terjadi antara dua negara didunia ini pada
dasarnya tidak terlepas dari kepentingan nasional masing-masing negara.
Kepentingan nasional merupakan unsur yang sangat vital yang mencakup
kelangsungan hidup bangsa dan negara, kemerdekaan, keutuhan wilayah,
keamanan, militer, dan kesejahteraan ekonomi. (Plano, 19990,7).
Selanjutnya, dalam kamus politik internasional, Didi Krisna
mendefinisikan konsep tentang hubungan bilateral adalah sebagai berikut, bahwa
“hubungan bilateral adalah keadaan yang menggambarkan adanya hubungan
yang saling mempengaruhi atau terjadi hubungan timbal balik antara dua belah
pihak (dua negara)”. (Krisna, 1993,18).
17

Hubungan bilateral yang dimaksud adalah kerjasama dibidang ideologi,

politik, ekonomi, hukum, keamanan. Adapun menurut Holsty dan Azhary tentang

variabel-variabel yang harus diperhitungkan dalam kerjasama bilateral adalah:

1. Kualitas dan kuantitas kapabilitas yang dimiliki suatu negara,

2. Keterampilan mengerahkan kapabilitas tersebut untuk mendukung

berbagai tujuan.

3. Kredibilitas ancaman serta gangguan.

4. Derajat kebutuhan dan ketergantungan.

5. Responivitas di kalangan pembuat keputusan. (Holsty, 1988,2)

Hubungan bilateral mengandung dua unsur pemaknaan, yakni: konflik dan

kerjasama. Antara keduanya memiliki arti yang slaing bergantian tergantung dari

konsep apa yang ditawarkan antara kedua negara menurut motivasi-motivasi

internal dan opini yang melingkupinya. Serta terbianya hubungan bilateral yang

diupayakan oleh suatu negara dengan negara lain dimaksudkan untuk mengatasi

permasalhan diantara keduanya. Seperti yang dikemukakan oleh Coplin bahwa:

Melalui kerjasama internasional, negara-negara berusaha memecahkan

masalah sosial, ekonomi, dan politik. Tipe yang pertama menyangkut kondisi-

kondisi di lingkungan internasional yang apabila tidak diatur akan mengancam

negara-negara yang terlibat.


18

Tipe kedua mencakup keadaan sosial, ekonomi, dan politik domestik

tertentu yang dianggap membawa konsekuesni luas terhadap sistem internasional

sehingga dipersepsikan sebagai masalah internasional bersama.10

Dua negara yang menjalin kerjasama bilateral ini tentu mengharapkan

keuntungan. Kerjasama akan melahirkan kesepakatan bersama berupa ketentuan-

ketentuan yang harus dipenuhi bersama bagi terjadinya harmonisasi hubungan

diantara keduanya. Tentunya kesepakatan-kesepakatan yang telah dilahirkan

merupakan kebijakan yang akan memberi keuntungan bagi kedua negara yang

bekerjasama sesuai dengan tujuan dari masing-masing negara yang hendak

dicapainya.11

1.7.2 Diplomasi Publik

Istilah diplomasi publik pertama kali diperkenalkan ole Edmund Gullion

pada tahun 1965. Menurut Edmund Gullion diplomasi public adalah diplomasi

yang dilancarkan oleh tokoh atau kelompok masyarakat untuk memengaruhi opini

publik dalam rangka menimbulkan kesadaran (awareness) atau membentuk citra

positif tentang diri atau lembaga yang menaunginya dengan menggunakan cara-

cara yang menyenangkan dan dapat diterima.12

Diplomasi publik juga dikenal dengan istilah second track diplomacy yang

secara umum didefinisikan sebagai upaya-upaya diplomasi yang dilakukan oleh

elemen-elemen non-pemerintah secara tidak resmi (unofficial). Kemajuan

10 William Coplin, Pengantar Politik Internasional Suatu Telaah, Terjemahan Marcedes Marbun
11Sumber : http://id.shvoong.com/social-sciences/political-science/2232271-konsep-hubungan-
bilateral/#ixzz25Y091CGr. Internet. Diakses pada 16 Februari 2016, pukul 20.00 WIB.
12 Mohammad Shoelhi, DIplomasi : Praktik Komunikasi Internasional , (Bandung : Simbiosa
Rekatama Media, 2011), hal.157.
19

teknologi dan informasi mempermudah komunikasi antar actor hubungan

internasional. Aktor hubungan internasional yang dulu diperankan negara kini

lebih banyak dilakukan oleh aktor non-negara.

Tujuan diplomasi publik adalah menciptakan kesepahaman komunikasi

antar aktor internasional dan membangun citra positif suatu negara terhadap

negara lain melalui suatu interaksi antara kelompok-kelompok kepentingan.

Diplomasi publik dilancarkan dengan tujuan agar masyarakat domestik

dan internasional mempunyai persepsi yang baik tentang kegiatan atau tindakan

negara sebagai landasan sosial bagi hubungan dan pencapaian kepentingan yang

lebih luas.

Tonny Dian Effendi dalam bukunya menyatakan bahwa, Gyorgy Scondi

mengidentifikasi empat dimensi dari diplomasi publik, yaitu :13

1. Dimensi pertama adalah komunikasi antar sebuah negara dan negara lain

sebagai target.
2. Dimensi kedua adalah tingkatan tujuan dari komunikasi dari satu arah

(persuasi) menjadi dua arah (relationship building).


3. Dimensi ketiga adalah kemampuan untuk mempengaruhi hasil yang

diinginkan. Kekuatan untuk mempengaruhi hal ini disebut dengan soft

power.
4. Dimensi keempat adalah tentang waktu, apakah dalam pencapaian tujuan

diplomasi membutuhkan waktu singkat maupun lama.

Diplomasi publik memiliki peran penting dalam menjalin hubungan dan

kerjasama antar negara. Diplomasi publik memegang peran semakin vital dalam

13 Tonny Dian Effendi, Diplomasi Publik Jepang : Perkembangan dan Tantangan ., hal.15.
20

menjalankan misi diplomasi sebuah negara terlebih pada situasi yang semakin

menuntut integrasi beragam bidang yang sangat variatif. Bagaimanapun juga, misi

diplomasi tidak akan pernah berjalan dengan efektif tanpa keterlibatan publik.

Diplomasi berkaitan dengan komunikasi dengan tujuan politik baik

melalui jalur resmi maupun tidak resmi. Beberapa aktivitas diplomasi publik

ditujukan untuk membangun kerjasama, kesepahaman dari negara, budaya dan

masyarakat lain, mengoreksi kesalahpahaman, dan mencari area yang dapat

membangun pandangan yang sama.14 Maka diplomasi publik termasuk

mengoptimalkan aktivitas komunikasi internasional, yaitu mengumpulkan,

mengolah, dan menyebarkan informasi demi kepentingan negara.15

Karena suatu negara mendatangkan,mempromosikan atau menawarkan

sesuatu kepada negara lain, selalu ada kepentingan yang ingin dicapai oleh negara

tersebut terhadap negara lain.

1.7.3 Kebijakan Implementasi

Kebijakan Implementasi adalah merupakan salah satu konsep pendukung

dalam penelitian ini. Saat pembuat kebijakan telah mengidentifikasi setiap pilihan

yang tebaik dari semua pilihan yang tersedia atau menjadi alternative, maka

langkah selanjutnya adalah untuk mengimplementasikan pilihan yang telah

diidentifikasi sebelumnya. Kebijakan implementasi dapat diartikan sebagai sebuah

eksekusi dan menjadi alat mengemudi dari aksi kebijakan setiap waktu. (Dunn,

14 Mark Leonard, Public Diplomacy, The Foreign Policy Centre (London, 2002), hal.8.
15 Sukawarsini Djelantik, Diplomasi antara Teori dan Praktik (Yogyakarta : Graha Ilmu,
2008),hal 192.
21

1994:85). Kebijakan implementasi terdiri dari semua langkah yang dibutuhkan

untuk kebijakan yang akan diimplementasikan kedepannya.

Ini sangatlah penting untuk dicatat bahwa faktanya sering terjadi dalam

perwujudan oleh jarak substansi antara jalur dari hukum yang baru atau kebijakan

dan aplikasinya. (Gerston , 1997 : 96). Gerston (1997:96), dalam jarak ini negara

maju dapat menyebabkan kerusakan dalam proses pembuatan kebijakan, terutama

dalam tahap implementasinya. Kebijakan implementasi fokus dalam apa yang

terjadi terhadap kebijakan atau program setelah terformulasikan (Birkland,

2001:177).

Dalam pandangan ini, kebijakan implementasi terkait dengan

operasionalisasi dari persetujuan kerjasama bilateral atau kebijakan setelah

terformulasi dan disetujui. Selanjutnya kebijakan implementasi melibatkan jumlah

dari keputusan atau aksi.

Kebijakan implementasi membutuhkan kerjasama positif dari semua

pihak dan membutuhkan pihak lain untuk mempertahankan dari lawan yang

menentang implementasinya (Steiss dan Daneke, 1980:193). Untuk kebijakan

yang telah terimplementasikan, terdapat jumlah dari aspek yang penting dan

dibutuhkan untuk laporan yang ditujukan kepada pihak pembuat kebijakan.

“Konten” berdasarkan dari gambaran kebijakan. Itu menggambarkan

sebuah kebijakan yang distributif, yang berkaitan dengan tindakan pengaturan.

Konteks berdasarkan dari teori program. Komitmen dalam pandangan ini ditujukan

kepada keinginan yang bertanggungjawab untuk kebijakan implementasi untuk


22

melakukan apa yang diekspektasikan dari keinginannya. Kapasitas terdapat dua

dimensi yaitu ;

Pertama, terdapat kapasistas dalam terminologi dari sumber kebutuhan

untuk mengimplementasikan sebuah kebijakan. Kedua, terdapat kapasitas dalam

terminology dari 55 orang kekuatan pria, yang dimana kemampuan dan

pengetahuan berasal dari para pembuat kebijakan implementasi. Klien dan Koalisi

berlandaskan dalam kerjasama antara kelompok kepentingan, pendapat pemimpin,

dan aktor luar yang dimana senantiasa aktif dalam mendukung setiap bagian

proses implementasi (Brynard et al, 2011:147). Dalam kebutuhan penelitian ini,

kebijakan implementasi dapat diartikan sebagai proses menerjemahkan sebuah

perjanjian bilateral menjadi kenyataan.

Gerston (1997 : 96) menegaskan bahwa kebijakan politik adalah proses

mengubah hukum baru dan program menjadi sebuah kenyataan atau praktik.

Menurut Fesler dan Kettl (2007 : 30), peran dari administrasi publik adalah untuk

menerjemahkan cetakan dari undang-undang menjadi perubahan sikap oleh

individu yang berasal dari anggota sosial, untuk mengubah kata-kata menjadi aksi,

bentuk menjadi substansi.16

Lalu dalam skripsi ini peneliti mencantumkan sebuah metode POAC yang

disesuaikan dengan kajian yang diteliti dan juga isu yang dibahas, yaitu :17

16 Tshetlo, Thabo Piet. AN ANALYSIS OF THE IMPLEMENTATION OF THE SOUTH AFRICA-


CHINA BILATERAL AGREEMENT: A CASE STUDY OF THE SOUTH AFRICAN
AGRICULTURAL TECHNOLOGY DEMONSTRATION CENTRE.University of South Africa.
March 2013

17 Terry, George R. 2000. Principles of Management ,Alih Bahasa Winardi. Penerbit Alumni,
Bandung
23

 Planning (Perencanaan), merupakan kegiatan yang berkaitan

dengan pemilihan alternatif-alternatif, kebijaksanaan-

kebijaksanaan,prosedur-prosedur, dan program-program sebagai

bentuk usaha untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai,


 Organizing (Pengorganisasian), merupakan suatu tindakan atau

kegiatan yang menggabungkan seluruh potensi yang ada dari

seluruh bagian dalam suatu kelompok orang atau badan atau

organisasi untuk bekerja secara bersama-sama, baik untuk tujuan

pribadi ataupun kelompok organisasi,


 Actuating (Pelaksanaan/Penerapan), merupakan implementasi dari

perencanaan dan pengorganisasian, dimana seluruh komponen

yang berada dalam satu sistem dan satu organisasi tersebut bekerja

secara bersama-sama sesuai dengan bidang masing-masing untuk

dapat mewujudkan tujuan.

Controlling (Pengawasan), merupakan pengendalian semua kegiatan dari

proses perencanaan, pengorganisasian, dan pelaksanaan, apakah semua kegiatan

tersebut memberikan hasil efektif dan efisien serta bernilai guna dan berhasil

guna.

1.8 Asumsi

Asumsi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Hubungan Jepang dan Indonesia dalam bidang diplomatik didasarkan pada

perjanjian perdamaian antara Jepang dan Indonesia pada bulan Januari


24

1958, maka dipastikan semenjak itu hubungan diplomatik antara kedua

negara berlangsung dan terus berkembang menuju ke arah yang lebih baik,
2. Selain aktor pemerintah, terdapat dukungan dari aktor non-pemerintah

yang ikut melancarkan dalam kerjasama Jepang dengan Indonesia dalam

bidang Sosial dan Budaya,


3. Jepang menggunakan sebuah instrumen diplomasi publik kebudayaan

sebagai metode kerjasama dengan Indonesia,


4. Jepang memang sangat berkomitmen untuk menarik perhatian masyarakat

internasional maka dipastikan kerjasama yang dilakukan Jepang masih

berkembang hingga kedepan.

1.9 Alur Pemikiran

Alur pemikiran merupakan alur kerangka/skema yang mencerminkan

keseluruhan dari penelitian, dengan judul “Kerjasama bilateral Jepang-Indonesia

dalam bidang sosial dan budaya”. Dalam penelitian yang diangkat peneliti dalam

memfokuskan pada kerjasama Jepang-Indonesia


25

Alur Pemikiran
Kerjasama Bilateral Jepang-Indonesia dalam bidang sosial dan budaya

Jepang Indonesia

Kerjasama Jepang-Indonesia
penandatangan MoU

Program Golden Year


Friendship Japan and
Indonesia
Fokus Kerjasama Jepang-
Indonesia dalam bidang sosial
dan budaya

1.Sosial : 2.Budaya :
a) Pelayanan Student Exchange program a)Culture Exchange
Pelayanan beasiswa pemerintah
b)Cultural Grant Assistance
b) Japanese Studies Overseas and
c) Penyelenggaraan Jak Japan Matsuri
Intellectual Exchange,The “Wa
Project”Nihongo,
c) Pelayanan beasiswa pemerintah
Manbugakusho
26

Keterangan :

Penelitian yang berjudul “Kerjasama Bilateral Jepang dan Indonesia

dalam Bidang Sosial dan Budaya” berawal dari sebuah fenomena yang

memprihatinkan, khususnya pada masa penjajahan Jepang terhadap Indonesia,

dan salah satunya adalah peristiwa Malari di Asia, dan salah satunya terjadi di

Indonesia. Banyaknya upaya yang dilakukan oleh Indonesia dalam membangun

negeri dibuktikan dengan perkembangan ekonomi, infrastruktur, sosial, dan lain-

lain, hingga membuka kerjasama dengan negara lain, membuka lahan untuk para

investor. Peristiwa serupa pun di alami oleh Jepang, dalam mengembangkan

kembali image building di dunia internasional, Jepang mempersiapkan berbagai

macam strategi untuk membangun, memelihara, dan meningkatkan hubungan

diplomatiknya dengan Negara Indonesia, salah satu tujuannya adalah untuk

menciptakan citra positif dan membangun kesepahaman bersama antar dua negara

tersebut.

Dan salah satu instrumen yang digunakan oleh Jepang terhadap Indonesia

adalah kerjasama sosial dan budaya. Jepang memilih budaya dikarenakan ,

kebudayaan dapat begitu efektif sebagai media diplomasi, karena kebudayaan

memiliki unsur-unsur universal (cultural universals) dimana unsur-unsurnya

terdapat dalam semua kebudayaan bangsa-bangsa di dunia. Jika mengutip analisis

Koenjaningrat yang mengadaptasi konsepsi B.Malinowski (1944), dalam semua

kebudayaan ada tujuh buah unsur universal, dimana kesenian adalah salah satu

unsurnya.
27

Pada dasarnya kebudayaan bersifat komunikatif, yang mudah dipahami,

bahkan oleh masyarakat yang memiliki latar belakang budaya berbeda.

Kebudayaan juga bersifat manusiawi: yaitu dapat lebih mendekatkan bangsa yang

satu dengan yang lainnya. Sifat-sifat positif dari kebudayaan inilah yang bisa

membuka jalan bagi tercapainya tujuan diplomasi kebudayaan.

Kendati begitu, kerjasama yang dilakukan oleh kedua negara ini dapat

berjalan lancar dikarenakan adanya bantuan dari pihak non-governmental

organization, salah satunya dari pihak Jepang adalah Japan Foundation. Japan

Foundation dapat di ibaratkan sebagai media untuk memperkenalkan budaya-

budaya Jepang kepada masyarakat Indonesia, dan begitupun sebaliknya. Japan

Foundation pun dapat membantu sebagai ‘iklan’ promosi potensi pariwisata dan

berbagai produk dari Jepang terhadap Indonesia, dan tidak menutup kemungkinan

Indonesia memiliki kesempatan yang sama terhadap masyarakat Jepang dalam

menjalani kerjasama budaya ini.

1.10 Metode penelitian

Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk

mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Cara ilmiah berarti

kegiatan penelitian itu didasarkan pada ciri-ciri keilmuan, yaitu rasional, empiris

dan sistematis. Rasional berarti kegiatan penelitian itu dilakukan dengan cara-cara

yang masuk akal, sehingga terjangkau oleh penalaran manusia.


28

Empiris berarti cara–cara yang dilakukan itu dapat diamati oleh indra

manusia, sehingga orang lain dapat mengamati dan mengetahui cara-cara yang

digunakan. Sistematis artinya, proses yang digunakan dalam penelitian itu

menggunakan langkah-langkah tertentu yang bersifat logis.18

1.10.1 Metode Penelitian Kualitatif

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode kualitatif. Alasan

menggunakan metode penelitian kualitatif karena objek penelitian merupakan

realitas sosial sebagai sesuatu yang holistik/utuh, kompleks, dinamis, penuh

makna, dan hubungan gejala bersifat interaktif (Faktor pendukung dan

penghambat tidak bersifat interaktif). Dan penelitian yang dilakukan berdasarkan

objek yang alamiah, yaitu objek yang berkembang apa adanya, tidak dimanipulasi

oleh peneliti dan kehadiran peneliti tidak mempengaruhi dinamika objek tersebut.

Instrumen dalam penelitian kualitatif adalah peneliti sendiri.19

Laporan akhir untuk penelitian ini memiliki struktur atau kerangka yang

fleksibel. Siapa pun yang terlibat dalam bentuk penelitian ini harus menerapkan

cara pandang yang bergaya induktif, berfokus terhadap makna individual, dan

menerjemahkan kompleksitas suatu persoalan.20

Tujuan dari penelitian kualitatif adalah untuk menemukan pola hubungan

yang bersifat interaktif, menemukan teori, menggambarkan realitas yang

kompleks dan memperoleh pemahamanan makna.21


18 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif R&D (Bandung: Alfabeta, 2013),
hlm.3.
19 Ibid.,hlm.8.
20 John W. Creswel, Research Design : Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif dan Campuran
(Yogyakarta : Pustaka Pelajar., 2010) 1.
21 Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif Kuantitatif dan R & D (Bandung : Alfabeta., 2006) 14.
29

1.10.2 Tipe Deskriptif

Peneliti menggunakan tipe penelitian deskriptif. Tipe deskriptif merupakan

tipe metode yang bertujuan untuk menggambarkan, mencatat, menganalisa, dan

menginterpretasikan kondisi-kondisi yang sekarang ini terjadi atau ada. Dengan

kata lain penelitian deskriptif bertujuan untuk memperoleh informasi-informasi

mengenai keadaan saat ini dan melihat kaitannya dengan variabel-variabel yang

ada.22

1.10.3 Lokasi Dan Waktu Penelitian

Untuk mendapatkan sumber data primer yang relevan sesuai dengan

penelitian ini, maka peneliti akan melakukan penelitian pada lokasi :

1.Kedutaan Besar Jepang di Indonesia


No., Jl. M.H. Thamrin No.24, Jakarta Pusat, Kota Jakarta Pusat,

Daerah Khusus Ibukota Jakarta 10350, Indonesia


Telepon :+62 21 31924308

2.The Japan Foundation, Jakarta


Jl.Jend. Sudirman Kav.61-62. Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta 12190.
Telepon : (021) 5201266
Email : pkj@jpf.or.id
Situs : http://www.jpf.or.id
3.Kementrian Luar Negeri Republik Indonesia
Gedung Utama 3 Floor, Jl. Taman Pejambon, No.6, Jakarta Pusat, DKI

Jakarta, 10110, Indonesia.


Telepon : +62 21 3512002

22 Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007),
hlm.6.
30

Untuk mendapatkan sumber data sekunder yang sesuai dengan penelitian

ini, maka peneliti akan melakukan penelitian pada lokasi :

1.Perpustakaan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP)

Universitas Jenderal Achmad Yani


Jl.Terusan Jenderal Sudirman Po.Box 148 Cimahi
Telepon : (022) 661 0223
Situs : http://www.unjani.ac.id/statis-11-fisip.html
2.Perpustakaan Pusat Universitas Jenderal Achmad Yani
Jl.Terusan Jenderal Achmad Yani
Telepon : (022) 661 0223
Situs : http://www.unjani.ac.id

1.10.4 Waktu Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini, peneliti merencanakan penyusunan

penelitian skripsi selama enam bulan, dimulai dari Oktober 2015 hingga Maret

2016.

Tabel 1. Jadwal Penelitian

Tahun 2015-2016
Oktober November Desember Januari Februari Maret
No Kegiatan
1 Pengajuan Judul

Penelitian
2 Penyusunan Proposal

Penelitian
3 Proses Pencarian Data

Awal dan Penjajakan

Masalah Penelitian ,

serta Seminar Usulan

Penelitian
4 Analisis Data
5 Seminar Usulan

Penelitian
6 Revisi Usulan
31

Penelitian
7 Penyusunan Akhir

Penelitian Skripsi
8 Evaluasi Pra-Sidang
9 Revisi Evaluasi Pra-

Sidang
10 Sidang Skripsi

1.10.5 Sumber Data Penelitian

Menurut Lofland, sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah

kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan

lain-lain.23 Sumber data utama dicatat melalui catatan tertulis atau melalui

perekaman video/audio tapes, pengambilan foto, atau film.24 Pencatatan sumber

data melalui wawancara atau pengamatan berperan serta merupakan hasil usaha

dari gabungan melihat, mendengar, dan bertanya. 25 Sumber data pada penelitian

ini diperoleh dari buku, makalah, jurnal, majalah, dokumen pribadi, foto, internet,

dan wawancara.

Dalam waktu penelitian yang telah ditentukan peneliti memiliki

perencaranaan untuk memperoleh dan mengumpulkan sumber data penelitian

dengan melakukan studi literatur atau kajian pustaka dari :

1.Kedutaan Besar Jepang di Indonesia


2.The Japan Foundation, Jakarta
3.Kementrian Luar Negeri Republik Indonesia
4.Perpustakaan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP)
Universitas Jenderal Achmad Yani
5.Perpustakaan Pusat Universitas Jenderal Achmad Yani
Jl.Terusan Jenderal Achmad Yani

23 Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, ed. Revisi (Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya, 2007). Hal. 157.
24 Ibid.
25 Ibid.
32

1.10.6 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik pengumpulan data

menggunakan data primer dan data sekunder.

1.10.6.1 Wawancara Mendalam (Indepth Interview)


Wawancara mendalam (Indepth Interview) merupakan metode

pengumpulan data yang sering digunakan dalam penelitian

kualitatif. Metode wawancara mendalam adalah sama seperti

metode wawancara lainnya , hanya peran pewawancara, tujuan

wawancara, peran informan, dan cara melakukan wawancara yang

berbeda dengan wawancara pada umumnya. Wawancara

mendalam dilakukan berkali-kali dan membutuhkan waktu yang

lama bersama informan di lokasi penelitian, hal mana kondisi ini

tidak terjadi pada wawancara pada umumnya.26


Pewawancara adalah orang yang menggunakan metode

wawancara tersebut. Dia juga berhak menentukan materi yang

akan diwawancarakan serta kapan dimulai dan diakhiri.

Namun seringkali informan pun dapat menentukan perannya

dalam hal kesepakatan mengenai kapan waktu wawancara mulai

dilaksanakan dan di akhiri. Informan adalah orang yang

diwawancarai, diminta informasi oleh pewawancara. Informan

26 Cokroaminoto, “Metode Wawancara Mendalam (Indepth Invetview) dalam Penelitian


Kualitatif”, Internet, 26 Februari 2016, www.menulisproposalpenelitian.com
33

adalah orang yang diperkirakan menguasai dan memahami data,

informasi ataupun fakta dari suatu objek penelitian.


Dalam penelitian ini peneliti akan melakukan wawancara ke

instansi Japan Foundation kepada Diana S.Nugroho selaku

Senior Program Officer Cultural Section.


1.10.6.2 Studi Kepustakaan

Sejumlah besar fakta dan data tersimpan dalam bahan yang

berbentuk dokumentasi. Sifat utama data ini tidak terbatas pada

ruang dan waktu sehingga member peluang kepada peneliti untuk

mengetahui hal-hal yang pernah terjadi di waktu silam. Teknik ini

dilakukan dengan mempelajari dan meneliti dokumen yang

berhubungan dengan objek yang diteliti dan diharapkan dapat

memberikan dukungan terhadap data yang diperoleh. Misalnya

mempelajari buku, jurnal atau data-data yang bersumber dari

media massa seperti surat kabar dan majalah, juga berbagai

informasi yang diakses melalui internet.

1.10.7 Instrumen Penelitian

Pada penelitian kualitatif, instrument penelitian adalah peneliti itu sendiri

sehingga validasi dilakukan oleh peneliti itu sendiri dengan memperhatikan hal-

hal seperti pemahaman peneliti terhadap metode penelitian kualitatif , penguasaan

wawasan peneliti terhadap bidang yang diteliti dan kesiapan peneliti untuk

memasuki objek penelitian secara akademik maupun logistik.


34

Dikarenaka pada penelitian kualitatif, instrument penelitiannya adalah

peneliti itu sendiri, hal tersebut secara otomatis menjadikan peneliti sebagai

pengumpul data, pemilih data, pengolah data dan penganalisis data yang relevan

dengan permasalahan yang diteliti.

1.10.8 Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses pengorganisasian dan mengurutkan data ke

dalam pola, kategori , dan satuan uraian dasar dasar sedemikian rupa sehingga

dapat ditekankan tema dan dapat dirumuskan hipotesa. Ada tiga langkah cara

untuk menganalisis data kualitatif, yaitu :

1.10.8.1 Reduksi Data

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,

memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya.

Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan

gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk

mengumpulkan data selanjutnya dan mencarinya bila diperlukan.27

Pada penelitian ini, peneliti dalam mereduksi data akan

memfokuskan pada masalah Kerjasama Bilateral Jepang dan Indonesia

dalam bidang sosial dan budaya.

1.10.8.2 Display Data

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah

mendisplaykan sehingga data terorganisasikan, tersusun pola hubungan


27 Sugiyono, metode Penelitian Kualitatif Kuantitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta., 2006) 247.
35

dan mudah dipahami. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data yang

paling sering digunakan adalah dengan teks yang bersifat naratif. Dengan

mendisplaykan data, maka akan mempermudah untuk memahami apa yang

terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah

diapahami tersebut.28

1.10.8.3 Kesimpulan dan Verifikasi

Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif adalah penarikan

kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih

bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti

yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya.29

Kesimpulan dalam penelitian kualitatif adalah merupakan temuan

baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi,

hubungan kausal atau interaktif, hipotesis atau teori.

1.10.9 Pengujian Keabsahan Data

Pada uji keabsahan data dilakukan pemeriksaan pada data-data yang

dikumpulkan dalam menunjang penelitian. Pada penelitian ini, teknik pengujian

kredibilitas lebih diutamakan. Hal ini dilakukan dengan cara :

1.10.9.1 Penggunaan Bahan Referensi

Penggunaan bahan referensi adalah upaya yang dilakukan peneliti

untuk membuktikan kebenaran pengumpulan data. Sebagai contoh, dengan

28 Ibid. Hlm 249.


29 Op.Cit.Hlm 253.
36

menggunakan buku referensi, internet, data tentang interaksi manusia atau

gambaran suatu keadaan bila perlu didukung oleh foto-foto. Dalam

laporan penelitian, sebaiknya data-data yang dikemukakan perlu

dilengkapi dengan foto-foto atau dokumen ontentik sehingga dapat

menjadi lebih terpercaya.

1.10.9.2 Diskusi dengan Teman Sejawat (Peer Debriefing)

Peer Debriefing adalah sebuah proses yang membutuhkan peneliti

untuk bekerjasama dengan satu atau beberapa rekan-rekan yang memiliki

pandangan yang sama dan beberapa rekan-rekan yang memiliki pandangan

yang sama dan berimbang tentang penelitian.30

Para rekan-rekan yang berimbang memeriksa transkrip peneliti,

laporan akhir dan metodologi umum. Setelah itu, para rekan-rekan

memberikan umpan balik untuk meningkatkan kredibilitas dan menjamin

validitas atas penelitian tersebut.

1.10.9.3 Penggunaan Membercheck

Membercheck adalah sebuah proses pengecekan data yang

diperoleh peneliti kepada pemberi data. Tujuan Membercheck data adalah

agar informasi yang diperoleh dan akan digunakan dalam penulisan

laporan sesuai dengan apa yang dimaksud sumber data atau informan.31

Pelaksanaan membercheck dapat dilakukan setelah satu periode

30 Debriefing “Peer Debriefing for Qualitetive Research”, internet, 26 Februari 2016, pukul
20.30 IB.www.debriefing.com.
31 Sugiyono. Op. Cit. Hkm 276.
37

pengumpulan data selesai, atau setelah mendapat suatu temuan, atau

kesimpulan.

1.10.10 Sistematika Penulisan

Penulisan dalam penelitian ini dibagi menjadi 5 bab sesuai dengan

kebutuhan peneliti dalam menyajikan data hasil dari penelitian. Dalam tiap bab

menyajikan analisis “Kerjasama Jepang dan Indonesia dalam bidang Sosial

dan Budaya”. Bab – bab tersebut adalah sebagai berikut :

BAB I : Pendahuluan

Pada bab ini berisi tentang latar belakang penelitian, fokus masalah atau

pembatasan masalah, tinjauan pustaka, perumusan masalah, tujuan penelitian,

manfaat penelitian, kerangka teoritis, asumsi, alur pemikiran, metode penelitian,

sumber data penelitian, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, teknik

analisis data, penguji keabsahan data dan sistematika penulisan.

BAB II : Dinamika Hubungan Bilateral Jepang – Indonesia

Pada bab ini berisi dan menjelaskan mengenai pasang surut hubungan

diplomatik Jepang-Indonesia dalam bidang politik, ekonomi, sosial-budaya,

kekonsuleran dan ketenagakerjaan dan kerjasama teknik dan bidang lainnya.

BAB III : Gambaran Umum Kerjasama Jepang - Indonesia

Pada bab ini peneliti akan memaparkan mengenai aktor pendukung

kerjasama dalam kerjasama bilateral Jepang dan Indonesia, baik dari segi bidang

ekonomi, politik, dan sosial-budaya.


38

BAB IV : Implementasi Kerjasama Jepang – Indonesia dalam bidang sosial

dan budaya

Pada bab ini peneliti akan menjawab seluruh perumusan masalah yang

dikaji dan akan memaparkan semua bentuk kerjasama Jepang dan Indonesia,

khususnya dalam bidang sosial dan budaya.

BAB V : Penutup

Pada bab ini peneliti akan memaparkan kesimpulan dari hasil penelitian

skripsi dan data yang diperoleh didalamnya, baik mengenai kristalisasi dari hasil

penelitian yang telah dilakukan dari fenomena tersebut. Serta saran-saran yang

peneliti berikan kepada masyarakat Indonesia berdasarkan hasil penelitian yang

telah dilakukan.

Anda mungkin juga menyukai