Anda di halaman 1dari 10

UPAYA REUNIFIKASI KOREA

Latar Belakang

Pembagian wilayah negara Korea merupakan hasil kesepakatan untuk


menghindari konflik antara negara Amerika Serikat dan Uni Soviet. Wilayah Korea
dibagi di sepanjang garis 38 paralel menjadi Korea Utara dan Korea Selatan. 1
Kemudian kedua negara Korea ini tumbuh dengan prinsip dan sistemnya masing-
masing. Korea Selatan yang berada di bawah pengaruh Amerika Serikat memiliki
sistem demokratis. Adapun Korea Utara yang berada di bawah pengaruh Uni Soviet
memiliki sistem sosialis. Hal ini menyebabkan hubungan kedua negara Korea ini
menjauh.

Keinginan reunifikasi Korea telah muncul sejak kedua negara Korea ini
terpisah. Keduanya sadar bahwa terpisahnya Korea menjadi Korea Selatan dan
Korea Utara bukanlah keinginan dari rakyat Korea itu sendiri, tetapi karena adanya
faktor kekuatan eksternal. Oleh karena itu, kedua pihak ingin melakukan reunifikasi
meskipun dengan cara pandang yang berbeda. Korea Selatan mengartikan
reunifikasi sebagai cara untuk mengubah sistem yang ada di Korea Utara. Di sisi
lain, Korea Utara melihat bahwa reunifikasi merupakan cara untuk mengembalikan
kemurnian nasionalisme Korea.2

Upaya reunifikasi telah dilakukan sejak lama. Korea Utaralah yang pertama
kali mengupayakan ide reunifikasi ini melalui jalur perang dan mengabsorpsi
wilayah Korea Selatan, dan disampaikan pada pertemuan People’s Democratic
Front for the Unification of the Fatherland pada tanggal 28 Juni 1949.3 Disusul
oleh Korea Selatan yang juga mengupayakan reunifikasi secara lebih aktif. Korea
Selatan bahkan memberi mandat kepada setiap presiden Korea Selatan yang
tercantum dalam pasal 66 Konstitusi Korea 1948. Pasal ini berbunyi, “The

1
Oriza Sativa, 2017, Perubahan Kebijakan Korea Selatan Terhadap Korea Utara dari Masa
Pemerintahan Park Chung Hee hingga Park Geun Hye : Antara Pilihan Reunifikasi atau Co-existence.
Hlm. 1
2
Ibid. Hlm. 2
3
Ibid.
President shall have the duty to pursue sincerely the peaceful unification of the
homeland.”4 Dengan dasar tersebut, maka setiap presiden Korea Selatan kemudian
melanjutkan mandat dengan membuat kebijakannya masing-masing mengenai
reunifikasi.

Salah satu presiden Korea Selatan yang melakukan upaya reunifikasi ialah
Kim Dae-jung. Kim Dae-jung memerintah sebagai presiden Korea Selatan sejak 25
Februari 1998 hingga 25 Februari 2003. Kim Dae-jung ialah seorang aktivis
gerakan pro-demokrasi dan antimiliterisme. Karena hal tersebut, Kim Dae-jung
disebut sebagai “musuh negara”, dan dianggap sebagai penghambat atau
penghalang karena potensinya dalam mengancam stabilitas kekuasaan pemerintah
yang sangat berkepentingan menjaga status quo.5

Sikap demokratis Kim Dae-jung yang demokratis dapat dilihat dari


tindakannya dengan melakukan perombakan politik demokrasi, seperti pembebasan
para tahanan, adanya kebebasan pers, perlakuan kepada buruh distandarkan dengan
perlakuan internasional serta dihapuskannya larangan demonstrasi. Selain itu, Kim
Dae-jung juga melakukan upaya reunifikasi sebagaimana telah menjadi mandat
baginya sebagai seorang presiden Korea Selatan, yaitu dengan mengeluarkan
Sunshine Policy (Kebijakan Matahari). Sunshine Policy ini dilakukan dengan cara
mengajak Korea Utara (Pyongyang) untuk berdamai dengan ketulusan hati, dan
dengan kemauan keras untuk mencapai tujuan mengurangi kekhawatiran situasi
yang ada.6

Sunshine Policy merupakan kebijakan dalam rangka mengupayakan


reunifikasi Korea Selatan dan Korea Utara dengan jalan damai melalui dialog dan
bantuan ekonomi. Sunshine Policy sendiri memiliki arti dan harapan agar kebijakan
tersebut dapat membawa perubahan yang lebih baik bagi Korea Utara tanpa harus

4
Ibid. Hlm. 3
5
Dessy Fathimatuzzahrah & Leo Agung S., Upaya Reunifikasi Korea (Studi Tentang Pemerintahan
Presiden Kim Dae Jung di Korea Selatan Tahun 1998-2003). Hlm. 6
6
Ibid. Hlm. 7
ada kekerasan apa pun. Diharapkan agar sunshine policy dapat memberi kehangatan
dan rasa nyaman bagi pihak mana pun.

Hal lain yang dilakukan Kim Dae-jung selain membuat Sunshine Policy
adalah juga mengupayakan reunifikasi kedua Korea dalam forum-forum
internasional, salah satunya adalah dalam APEC Forum on Shared Prosperity and
Harmony di Seoul. Selain itu, Kim Dae-jung pun selalu berusaha memprioritaskan
pemulihan hubungan bilateral Korea Selatan dengan Korea Utara. Upaya-upaya
reunifikasi yang dilakukan oleh Kim Dae-jung tidak hanya karena adanya mandat
yang tercantum dalam pasal 66 Konstitusi Korea 1948 saja. Upaya dan keinginan
Kim Dae-jung dalam hal reunifikasi juga didukung oleh pribadinya sendiri yang
konsisten, cinta damai, dan ambisius.

Kepentingan Nasional Korea Utara dan Korea Selatan

Saat perayaan tahun baru 2018 lalu, presiden Korea Utara, Kim JongUn,
membuat banyak pihak menaruh harapan lebih akan keinginannya yang berniat
mengajak Korea Selatan untuk berdialog 7 . Hal ini semakin di perkuat dengan
dikeluarkannya pengumuman oleh Kim JongUn pada bulan Juli yang mengatakan
bahwa Korea Utara mengakhiri program nuklirnya dan mulai fokus membangun
perekonomian nasionalnya8.

Selaras dengan munculnya statement denuklirisasi ini juga memunculkan


kembali rencana reunifikasi dua Korea. Perang yang terjadi sejak tahun 1945 ini
membuat keadaan dua Korea menjadi sangat renggang. Semenanjung Korea adalah
daerah perbatasan yang paling krusial. Acap kali Korea Utara melakukan uji coba
nuklirnya di daerah ini dan tak kadang seakan diarahkan langsung ke Korea Selatan.
Tentu Korea Selatan merasa bahwa uji coba yang dilakukan oleh Korea Utara ini
merupakan bagian dari ancaman yang dilakukan negara yang sekarang berada di
bawah pemerintahan Kim JongUn itu. Namun dengan adanya rencana reunifikasi

7
Agni Vidya Perdana. 2018. Korea Utara di 2019: Antara Denuklirisasi dan Reunifikasi, [Online].
Diakses pada 6 Desember 2019 di
https://internasional.kompas.com/read/2018/12/31/23430011/korea-utara-di-2019--antara-
denuklirisasi-dan-reunifikasi?page=all.
8
Ibid.
ini, tentu banyak pihak yang berharap akan keberhasilan reunifikasi dua negara
tersebut.

Dengan adanya rencana reunifikasi ini, Korea Utara perlahan-lahan mulai


membuka dirinya dan melakukan kerjasama dengan negara lain yang dalam kasus
ini difokuskan pada Korea Selatan. Harapan terbesar Korea Utara atas keterbukaan
9
ini adalah untuk memperbaiki perekonomian negaranya . Pembangunan
ekokonomi dengan kerjasama ini rasanya memang dibutuhkan Korea Utara karena
sebelum-sebelumnya mereka hanya mengandalkan nuklirnya untuk mengancam
negara lain.

Berbeda dengan Korea Utara, capaian terbesar Korea Selatan atas


reunifikasi ini adalah untuk mengamankan diri atas ancaman nuklir10 yang sering
dilakukan Korea Utara sebelum-sebelumnya. Dengan berdamai dengan Korea
Utara, maka seharusnya Korea Selatan akan aman dari ancaman nuklir ini karena
adanya keterikatan hubungan kerjasama, kebijakan, maupun perjanjian-perjanjian
yang akan disepakati bersama nantinya. Bersama dengan negara Four Great
Powers (Jepang, China, Amerika Serikat, dan Rusia) 11, Korea Selatan juga ikut
berharap akan denuklirisasi dari Korea Utara.

Berbagai kerjasama antar dua negara ini mulai banyak dilakukan, seperti
contohnya kerjasama ekonomi di kawasan industri Gaesong yang juga untuk
meningkatkan economic linkage12, dan rencana pembangunan kereta cepat yang

9
Riva Dessthania Suastha.2018. Reunifikasi dan Denuklirisasi Korea Masih Jauh dari Kenyataan,
[Online]. Diakses pada 6 Desember 2019 di
https://www.cnnindonesia.com/internasional/20180426195602-106-293927/reunifikasi-dan-
denuklirisasi-korea-masih-jauh-dari-kenyataan
10
Ibid.
11
Mega Aldikawati. 2015. MASA DEPAN REUNIFIKASI KOREA (Dinamika Hubungan Korea Utara-
Korea Selatan dan Dampaknya Terhadap Stabilitas Keamanan di Kawasan Asia Timur Pasca
Perang Dingin), [Online]. Diakses pada 6 Desember 2019 di
http://journal.uta45jakarta.ac.id/index.php/polhi/article/view/63/45
12
Op.cit.
menghubungkan kedua negara 13 . Dapat dilihat keuntungan yang didapat kedua
negara dengan adanya kerjasama ini.

Korea Utara. Jika rencana pembangunan kereta cepat benar-benar berjalan


lancar, maka sektor pariwisata negaranya akan mulai berkembang. Dengan
berkembangnya sektor pariwisata, maka biasanya sektor perekonomiannya pun
akan ikut berkembang. Pelancong-pelancong dari Korea Selatan akan mulai
bermunculan di Korea Utara nantinya. Dengan masa lalu kedua negara yang dapat
dikatakan buruk, tentu keingintahuan wisatawan atas dua negara yang berdamai ini
akan cukup besar. Keingintahuan mereka nantinya akan didukung dengan akses
yang dibangun dua negara ini dan para wisatawan nanti akan lebih leluasa
mengunjungi Korea Utara.

Sedang untuk Korea Selatan, mereka akan merasakan keamanan nasional


akan adanya kerjasama ini. Dibangunnya jalur kereta cepat menunjukan jika kedua
negara menginginkan hubungan yang lebih erat lagi. Dengan hubungan yang
semakin erat, tentu Korea Selatan seharusnya aman dan tak akan merasa seterancam
dulu oleh senjata-senjata nuklir Korea Utara. Korea Utara seharusnya akan berpikir
dua kali untuk mengancam Korea Selatan jika hubungan kedua negara sudah
semakin erat. Hal ini tentu dilandasi untuk menjaga hubungan kerjasamanya agar
tak merenggang.

Hambatan Dalam Proses Reunifikasi Korea

Kesulitan dalam proses reunifikasi di Semenanjung Korea diakibatkan


karena cukup banyaknya hambatan-hambatan yang perlu ditangani. Beberapa
kesulitan dalam proses ini pun dikarenakan adanya perbedaan politik dan ekonomi
yang besar antara kedua negara. Pada permasalahan jangka pendek pembongkaran
sejumlah pengungsi besar dari Utara bermigrasi dan ketidakstabilan Politik dan
Ekonomi Selatan perlu diatasi. Sedangkan masalah jangka panjang seperti

13
Ardi Priyatno Utomo. 2018. Kim dan Moon Berencana Bangun Kereta Cepat yang Hubungkan
Korsel-Korut, [Online]. Diakses pada 6 Desember di
https://internasional.kompas.com/read/2018/04/27/16402131/kim-dan-moon-berencana-
bangun-kereta-cepat-yang-hubungkan-korsel-korut
perbedaan budaya, kontras ideologi politik dan diskriminasi juga perlu untuk
diselesaikan. Korea Selatan berpendapat reunifikasi harus dicapai untuk
mewujudkan keinginan bebas 70 juta rakyat Korea yang sama sekali bebas dari
kekerasan. Kebijakan reunifikasi tersebut dimaksudkan untuk mengangkat cita-
cita, kebebasan, demokrasi, dan perdamaian yang berlawanan dengan rencana
Korea Utara untuk menyatukan Semenanjung Korea dengan kekuatan dibawah
komunisme.14

Hal lain yang menjadi hambatan dalam reunifikasi di Semenanjung Korea


adalah sikap Korea Utara yang melakukan standar ganda dalam program nuklirnya.
Disatu sisi Korea Utara menunjukan sikap positif dalam setiap perjanjian yang
disepakati, namun disisi lain Korea Utara masih menyimpan dan mengembangkan
program nuklirnya. Hal ini diperjelas dengan adanya krisis nuklir pada tahun 2003
menunjukan Korea Utara masih setengah hati untuk menghentikan program
nuklirnya. Persoalan nuklir Korea Utara merupakan masalah yang serius dan
dapat membahayakan keamanan Korea Selatan. Selain itu masalah nuklir tesebut
juga dapat membahayakan Negara-negara di sekitar Semenanjung Korea.
Dampak buruknya bagi reunifikasi Korea adalah persoalan nuklir tersebut akan
menjadikannya sebagai kumpulan dari berbagai kepentingan dari negara-negara
besar yang bisa saling bertentangan. Sehingga dengan adanya kepentingan tersebut
saling tarik-menarik akan jelas menghambat terwujudnya penyatuan kembali kadua
Korea.15
Salah satu perbedaan antara Korea Utara dan Korea Selatan yaitu hampir
tidak ada perubahan dalam pimpinan Korea Utara, sedangkan Korea Selatan telah
mengalami beberapa kali perubahan pimpinan. 16 Akibatnya Korea Selatan
mendapat banyak pengalaman sebagaimana menangani krisis politik, sedangkan

14
Suara Pembaruan, “Korea Selatan Perkuat Upaya Diplomatik Hadapi Korea
Utara”, 14 Mei 2007
15
Kompas, “Pertemuan Dua Korea Belum Membuahkan Hasil”, 19 Mei 2007
16
Park Young Ho,”International Perceptions of Korean Unification Issue”, Korean
Focus, Vol. 6, No.1, 1998, h. 147-8.
Korea Utara harus mengalami krisis penggantian kekuasaan besar ketika
pemimpinnya meninggalkan ajang politik. Bila melihat prospek tersebut, untuk
mewujudkan reunifikasi di Semenanjung Korea sangat sulit terwujud
dikarenakan perbedaan pengalaman dalam penanganan politiknya.
Dalam hal bidang ekonomi, Korea Utara dan Korea Selatan terpisah oleh
jembatan kesenjangan ekonomi yang sangat lebar. Korea Selatan yang menjadi
sekutu negara barat seperti Amerika Serikat serta dengan Jepang yang kini menjadi
negara dengan ekonomi terkuat di Asia. Sebagai negara industri, pendapatan per
kapita masyarakat Korea Selatan cukup tinggi. Sementara Korea Utara, yang
bertahun-tahun dapat dikatakan tertutup dari dunia internasional, menjadi negara
miskin dengan pendapatan per kapita yang rendah. Praktis kehidupan negara
komunis tersebut banyak bergantung kepada sekutu terdekatnya yaitu Cina.
Sejumlah embargo ekonomi yang hingga kini belum dicabut justru semakin
memperburuk perekonomian Korea Utara. Bila melihat prospek tersebut, untuk
mewujudkan reunifikasi di Semenanjung Korea sangat sulit terwujud. Adanya
perbedaan ideologi kedua negara tersebut serta keadaan perang yang hanya diakhiri
suatu gencatan senjata dan bukan oleh suatu perjanjian damai permanen. Disinilah
letak permasalahannya, bila nantinya isi perjanjian damai untuk menyelesaikan
konflik secara permanen, maka hal tersebut akan menentukan status akhir kedua
negara tersebut mengingat kedua negara ini memiliki ideologi yang sangat berbeda.
Selain itu, terdapat fakta selama adanya pemisah yaitu timbul suatu kesenjangan
kesejahteraan ekonomi antara kedua negara tersebut maka akan sulit bagi mereka
untuk bekerja sama mewujudkan reunifikasi ini. Korea Selatan muncul sebagai
salah satu negara dengan pendapatan per kapita tertinggi (2006: US$ 24,500)
sebaliknya Korea Utara diperkirakan merupakan salah satu negara termiskin saat
ini (GDP tahun 2006: US$ 1,800). Faktor-faktor itu tentunya semakin mempersulit
prospek reunifikasi.17

17
Byung-Joon Ahn,“Semenanjung Korea dan Keamanan Asia Timur”, dalam Robert A. Scanlapino,
Selzaburo Sato dan Yusuf Wanandi, “Masalah Keamanan Asia”, CSIS, Jakarta, 1990, h. 187.
Peluang Dalam Proses Reunifikasi Korea
Saat Inter-Korean Summit Pertama dilaksanakan pada 2000 sebagai salah
satu perwujudan Sunshine Policy mantan Presiden Korea Selatan Kim Dae-jung
yang ingin merekatkan kembali hubungan kedua Korea. Sejak saat itu, reunifikasi
selalu menjadi salah satu kebijakan penting dalam pemerintahan setiap presiden
Korea Selatan. Upaya-upaya jalur damai juga telah dilakukan untuk meredakan
berbagai ketegangan. Kondisi ini terjadi karena pada saat itu reunifikasi yang
dimaksudkan oleh masing-masing Korea adalah penyatuan kembali menjadi satu
negara utuh dalam satu sdministrasi kepemerintahan. Hingga pada tahun 2000,
kesepatakan reunifikasi melalui jalur damaipun disepakati oleh pemimpin masing-
masing Korea, Presiden Kim Dae Jong dan Kim Jong Il pada KTT yang dilakukan
di Pyongyang. Dan Sejak saat itulah, konsep baru reunifikasi Korea mulai
dikuatkan, yakni hidup bersama dengan damai dan sejahtera dengan mengakui
masing-masing pemerintahan, bukan reunifikasi dalam bentuk struktur tunggal
antara Utara – Selatan (Yoon 2004)18.
Di area demilitarized zone (DMZ), bendera reunifikasi, harapan-harapan
publik mengenai reunifikasi, dan sarana-sarana menuju reunifikasi (seperti
pembangunan Stasiun Dorasan yang memiliki rute kereta api menuju Pyong yang)
terpampang begitu nyata. Harapan tersebut kembali terulang pada Inter-Korean
Summit Kedua yang menekankan kerja sama ekonomi (menuju reunifikasi) dan
denuklirisasi kedua negara pada 2007. Pada Inter-Korean Summit kali ini, isu
reunifikasi dan denuklirisasi kembali menjadi hal yang paling disoroti. Dalam
deklarasi resmi yang dikeluarkan ke dua pihak (dan diterjemahkan secara resmi
oleh CNN), dinyatakan mendeklarasikan bahwa mereka sepakat untuk mengakhiri
permusuhan di antara mereka dan menekankan kedua pihak memiliki tujuan untuk

18
Arsyad, Rafika. "PELUANG DAN HAMBATAN UPAYA REUNIFIKASI KOREA PADA ERA
KIM JONG UN." Jurnal Power in International Relations (PIR) 3.1 (2018): 76-92.
http://e-journal.potensi-utama.ac.id/ojs/index.php/PIR/article/view/447/501
mencapai permanent peace (perdamaian secara permanen) melalui complete
denuclearization (denuklirisasi sepenuhnya)19.
Selain itu, sarana-sarana lain seperti pembangunan resort Kumgang yang
terdapat di Gunung Kumgang merupakan satu dari dua proyek ekonomi terbesar
kerja sama Korea Utara - Korea Selatan. Korea Utara melayangkan
pemberitahuan ke Korea Selatan kalau negaranya ingin mendiskusikan kerja sama
pembangunan sejumlah fasilitas yang dibangun oleh Korea Selatan di resort
gunung Kumgang yang berada di wilayah Korea Utara. Pembangunan di kawasan
gunung Kumgang ini adalah simbol kerja sama yang amat penting antara kedua
negara. Pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un mengatakan fasilitas terbelakang
dan lusuh milik Korea Selatan di resor yang jarang digunakan Korea Utara harus
dipindahkan dan dibangun kembali dengan cara modern. Tetapi dari pihak Korea
selatan tidak memberikan jawaban secara langsung. Korea selatan akan
membicarakannya terlebih dahulu dengan pihak perusahaan seperti Hyundai Asan
sebelum menjawab surat pemberitahuan yang dilayangkan Korea Utara itu 20.

Analisis Hubungan Korea Utara dan Korea Selatan

Melihat dari hambatan dan juga peluang dari upaya reunifikasi semenanjung
korea ini, reunifikasi sebenarnya sebagai sebuah proses sudah dimulai untuk
mencapai satu negara dengan satu system. Berbagai upaya dalam bentuk
pertemuan, semuanya memiliki solusi dan kesepakatan yang dapat dikerjakan oleh
kedua belah pihak untuk terus menerus mengurangi ketegangan.

Reunifikasi semenanjung korea ini tidak semudah membalikan tangan dan


tidak dapat tercapai dalam satu malam. Namun, prosesnya sendiri sedang berjalan

19
Pratamasari, Annisa. “Peluang Reunifikasi Dua Korea.” 30 April 2018. Diakses pda 06 Desember
2019. [online]
http://hi.fisip.unair.ac.id/peluang-reunifikasi-dua-korea-oleh-annisa-pratamasari/

20
Tempo.Co. “Korea Utara ajak Korea Selatan Bahas Kerja Sama Resort Kumgang”. 25 Oktober
2019. Diakses pada 07 Desember 2019.
https://dunia.tempo.co/read/1264336/korea-utara-ajak-korea-selatan-bahas-kerja-sama-resort-
kumgang
meskipun ada naik turunnya, tetapi proses tersebut berada dijalan yang benar
dengan adanya pertemuan Inter-Korea Summit, September 19th Decoration,
Panmunjom Decoration,

Langkah pertama perdamaian yang harus dilakukan adalah menandatangani


sebuah traktat perdamaian (peace treaty) untuk mengakhiri Perang Korea secara
formal. Selama ini, kedua negara hanya menandatangani perjanjian gencatan
senjata (armistice agreement) yang berarti secara teknis Perang Korea belum
berakhir. Setelah itu, barulah kedua negara bisa mulai membicarakan rencana dan
teknis reunifikasi secara konkret. Meski demikian, reunifikasi Korea tidaklah dapat
terjadi dalam 10–20 tahun mendatang. Kedua negara telah terpisah selama lebih
dari 60 tahun. Hal itu membuat mereka asing terhadap satu sama lain dalam aspek
politik, ekonomi, sosial dan budaya.
Selain itu, dari aspek sosial-budaya, masyarakat Korea Utara dan Selatan
sudah terasing satu sama lain hingga para pembelot (defectors) dari Korea Utara
pun mengakui bahwa mereka membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk
beradaptasi untuk hidup di Korea Selatan. Juga, di kalangan publik Korea Selatan,
stigma negatif terhadap ”saudara” mereka dari Utara tertanam kuat. Karena itu,
masyarakat kedua pihak akan sulit hidup berdampingan pasca reunifikasi.
Oleh karena itu, Negara Korea yang Bersatu dan utuh, adalah sesuatu yang
masih sangat jauh. Dengan melihat politik internal kedua negara, denuklirisasi
Korea Utara yang belum ada perkembangan, dan kesenjangan ekonomi antara Utara
dan Selatan masih jauh, membuat proses reunifikasi kedua negara akan sangat
memakan waktu.

Anda mungkin juga menyukai