Anda di halaman 1dari 5

UNIVERSITAS PERTAHANAN

Resume
he Korean Peninsula Security :
Denuclearization of the Korean Peninsula

By
Prof. Youngjun Kim
Korean National Defense University
(Member of National Security Advisory Board
for the Republic of Korea President)

ASRAL EFENDI
NIM 220190201003

PROGRAM STUDI DOKTOR ILMU PERTAHANAN


KONSENTRASI STRATEGI PERTAHANAN
UNIVERSITAS PERTAHANAN JAKARTA, OKTOBER 2020
Secara umum paparan yang disampaikan terkait :

 Situasi di Semenanjung Korea


 Faktor-faktor dalam hubungan Amerika Serikat dengan Republik Korea Utara
 Motivasi dan tujuan strategis Korea Utara
 Mencari solusi yang lebih baik
 Multilateralisme dan Perdamaian untuk Semenanjung Korea

1). Situasi semenanjung Korea

Diskursus terkait pertemuan tingkat tinggi (summit) antara Donald Trump


(Presiden Amerika Serikat) dengan dan Kim Jong Un (Pemimpin Korea Utara),
dipandang sangat skeptis, terkait dengan :
 Apakah Kim bermaksud untuk tidak lagi mengembangkan senjata nuklir.
 Kebanyakan yang dilakukan oleh timnya AhlinyaTrump adalah banyak berbicara,
tanpa aksi yang nyata.
 Hal hal yang dibicarakan itu antara lain seperti :
- Tim monitoring dan verifikasi,
- Rencana pengiriman tim ahli ke Korea Utara,
- Pelanggaran akan hak asasi di Korea Utara dan sebagainya.
 Kurang pemahaman bahwa salah satu strategi dan legitimasi kepemimpinan Korea
Utara adalah dengan tetap menciptakan dan memelihara permusuhan.

2). Faktor hubungan Amerika Serikat dengan Korea Utara

Masa depan hubungan dan isi interaksi antara Amerika Serikat dengan Korea
Utara, dipengaruhi oleh faktor faktor berikut (yang dalam waktu dekat), antara lain :
 Pemilihan Umum di Amerika Serikat, apakah akan dilanjutkan oleh Trump atau
beralih ke Demokrat ( Joe Biden). Pada waktu yang berdekatan akan ada Kongres
Partai Komunis Korea pada bulan Januari 2021, sehari setelah dilantiknya
kepemimpinan baru atau lanjut di Amerika Serikat. Selanjutnya pada tahun 2022
akan ada Pemilihan Presiden di Korea Selatan.

1
 Pada tingkat diskursus, siapapun yang memenangkan pilpres akan mengatakan
bahwa harus ada denuklirisasi yang terverifikasi secara penuh di Korea Utara.
Tetapi semua pihak akan realistis, dan kebanyakan akan berhenti pada wacana.

3). Motivasi dan tujuan strategis Korea Utara

Hubungan Amerika Serikat dengan Korea Utara, juga dipengaruhi oleh aktor
aktor pemegang kekuasaan di Korea Selatan. Saat ini di Korea Selatan partai yang
berkuasa (the ruling party) adalah Partai Liberal. Sedangkan yang menjadi oposisi
adalah Partai Konservatif. Nuansa hubungan dan permutasi antara pemenang Pilpres
di Amerika Serikat, maupun di Korea Selatan akan mempengaruhi relasi hubungan
dengan isu denuklirisasi Korea Utara.
Satu faktor penting lainnya adalah relasi segitiga antara RRC dengan Korea
Utara dan Amerika Serikat. Selain hal ini adalah apabila ada kejadian yang tidak atau
belum diharapkan, namun eskalasinya meningkat, seperti keamanan di kawasan, yang
membuat Negara negara lain berkepentingan dan terpengaruh (seperti di kawasan laut
China Selatan), eskalasi tensi antara regional power, seperti India - RRC - Jepang, dan
ASEAN dengan agenda masing-masing.

4). Mencari solusi yang lebih baik

Solusi terbaik untuk persoalan denuklirisasi (dari kaca mata Korea Selatan ada
dua. Yang pertama adalah karena dorongan eksternal, seperti runtuhnya teori
pembangunan Korea Utara, sanksi yang menekan (misalnya dari Rusia, atau yang
lainnya, serangan militer, kudeta, dan berhentinya sokongan China ke Korea Utara.
Adapun faktor internal adalah seperti keinginan yang luhur dari Pemimpin Korea
Utara, untuk dikenang dengan legitimasi pemimpin seperti pada zaman Hermit Kingdom
(Kerajaan elit, di mana rakyat dijauhkan dari urusan politik dan kenegaraan), bangkitnya
perlawanan kaum menengah, atau pembukaan perbatasan kedua Korea yang
membawa polusi politik dan kebudayaan kepada establishment di Korea Utara.

5). Multilateralisme dalam promosi perdamaian di Korea Utara

Pendekatan multilateral diharapkan dapat membawa perbaikan dan promosi


perdamaian di Semenanjung Korea. Beberapa diantaranya adalah CVID (complete,

2
verifiable and irreversible dismantlement) of nuclear program, yang secara bertahap
dengan membangun kepercayaan diri - CVID atau FFVD (Final, Fully verified
Denuclearization). Juga misalnya dengan pendekatan kerja sama energi dan super grid
untuk mensupplai Korea Utara. Para aktor majors di kawasan seperti Amerika Serikat,
RRC, Jepang, Rusia diharapkan mengambil peran multilateral untuk menciptakan
Semenanjung Korea yang damai dan bebas nuklir.

Kesimpulan

Adalah hal yang terlalu naif mengasumsikan bahwa Korea Utara akan
meninggalkan kebijakan nuklirnya, selama sistem pemerintahan masih seperti yang
berlangsung sekarang. Bagi Korea Utara, kepemilikan nuklir adalah hal yang sangat
strategis, untuk keberlangsungan sebagai negara, posisi tawar yang lebih baik,
penyeimbangan faktor geostrategis global dan kawasan. Selain itu nuklir juga sebagai
sumber energi, meningkatkan pemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta
menggerakkan multiplier effect ekonomi. Bukankah negara negara di sekitar, juga
memiliki Nuklir. Senjata nuklirlah yang membuat Korea Utara memiliki kemampuan
rebalancing power dengan negara negara di kawasan.

Hal itu pula yang membuat Pemimpin Korea Utara terlihat sebagai Pemimpin
yang Efektif, melindungi dan mengayomi, dicintai oleh rakyat, dan berbagai kalangan,
termasuk oleh para tentara tentara wanita yang muda, cantik, namun tangguh, dan
memegang teguh patriotisme Korea Utara, sebagaimana telah didoktrinkan kepada
mereka. Motivasi dan tujuan strategis yang dianut Kim didasarkan pada keyakinan yang
kuat. Termasuk di dalamnya adalah teori berdikari Juche self reliance theory. Korea
Utara saat ini, sebetulnya sangat tergantung kepada RRC. Sekalipun, di masa lalu, ada
kerenggangan historis, kondisi objektif saat ini mengharuskan kedua negara bekerja
erat. Namun Korea Utara memanfaatkan hal tersebut sebagai roh dari teori berdikari.
Selain itu, Pemimpin Korea Utara juga secara efektif dapat mengarahkan,
mengendalikan dan memelihara ekspektasi dari para elit, kaum terpelajar maupun
masyarakatnya, agar selaras dengan doktrin yang diyakini oleh para Pemimpinnya.

Terkait New Southern Policy yang dipaparkan melalui film pendek yaitu
Kebijakan Baru ke Arah Selatan, secara singkat, adalah kebijakan Korea Selatan yang

3
menyasar peningkatan relasi kerja sama dengan negara-negara di Asia Tenggara dan
India ke level yang tinggi. "Dalam konteks 'New Southern Policy', Indonesia merupakan
mitra utama dan penting bagi kami. Kerja sama kedua negara terus meningkat di
berbagai area, termasuk perdagangan dan investasi, pertahanan, infrastruktur, dan
lainnya.

Anda mungkin juga menyukai