Anda di halaman 1dari 4

1

Kelas: C
Mata Kuliah: Teori dan Analisis Kebijakan Luar Negeri

Two-good theory of Foreign policy

Konsep "Two-good theory of Foreign policy" pada dasarnya adalah teori dalam Studi
kebijakan luar negeri yang dicetuskan oleh T. Clifton Morgan dan Glenn Palmer dalam salah
satu bukunya yaitu "A two‐good theory of foreign policy: An application to dispute initiation
and reciprocation". Teori ini berangkat dari asumsi bahwa ada dua tujuan utama yang
seringkali menjadi fokus utama negara-negara dalam penyusunan kebijakan luar negeri
mereka, yaitu Security and Proaction.

Security
Security dalam konteks Teori ini ditafsirkan sebagai sebuah kebolehan dalam mencegah
perubahan dari kondisi yang ada. Ini mencakup pada upaya negara untuk menjaga status quo
atau keadaan saat ini agar sesuai dengan kepentingan mereka. Poin-poin penting tentang
tujuan keamanan adalah sebagai berikut:

Mencegah perubahan yang merugikan: Negara-negara seringkali berusaha


menangkal perubahan yang berpotensi merugikan mereka dalam urusan internasional.
Ini bisa berarti mencegah ancaman terhadap wilayah, sumber daya, atau stabilitas
politik mereka.

Status Quo yang diharapkan: Kondisi dimana negara tersebut merasa aman tanpa
kehadiran ancaman dan tidak dihadapkan pada risiko perubahan merugikan. Aktor
negara pastinya akan berusaha semaksimal mungkin menjaga kondisi ini.

Proaction
Proaction yang dimaksud adalah sebuah kecakapan dimana suatu negara dapat mengubah
status Quo yang terjadi menjadi suatu kondisi yang diinginkan. Dengan kata lain, mereka
berusaha menciptakan kondisi yang lebih baik dan memberdayakan diri dengan tekad
membentuk keadaan yang sesuai dengan kepentingan negaranya. Poin-poin penting tentang
tujuan proaksi adalah sebagai berikut:

Mencapai tujuan sekunder: Negara-negara mempunyai tujuan sekunder yang sebisa


mungkin harus mereka capai di tingkat regional atau bahkan sampai di tingkat global.
Tujuan ini dapat melibatkan perluasan wilayah, peningkatan pengaruh regional, atau
mencapai keuntungan ekonomi tertentu.

Mengubah status Quo: Status quo yang diinginkan dalam konteks proaksi yaitu
kondisi yang lebih menguntungkan bagi negara tersebut daripada apa yang telah
terjadi saat ini. Negara akan berusaha menciptakan perubahan ini selagi
menguntungkan.
2

Dengan kata lain, teori ini mengasumsikan bahwa dalam kebijakan luar negeri, negara-negara
akan berupaya untuk menjaga keamanan mereka dengan mencegah perubahan yang
merugikan, sambil juga berusaha untuk mencapai tujuan mereka dengan mengambil tindakan
yang akan merubah situasi menjadi lebih menguntungkan. Ini adalah kerangka dasar yang
digunakan untuk menganalisis bagaimana negara-negara membuat keputusan dan bertindak
dalam konteks kebijakan luar negeri mereka.

Pengembangan senjata nuklir India

India memulai program nuklirnya pada tahun 1944 di bawah Tata Institute of Fundamental
Research (TIFR) yang didirikan oleh Dr. Homi Bhaba dan kemudian di bawah Departemen
Energi Atom (DAE). Beberapa tahun setelahnya, India meningkatkan komitmennya terhadap
pengembangan nuklir. Pada tanggal 16 Maret 1956, perjanjian baru dinegosiasikan antara
India dan Amerika Serikat. Kedua negara berdiplomasi dan berkolaborasi dalam menyetujui
bahan utama reaktor atom sebanyak 18,9 ton. Hal ini menunjukkan dukungan Amerika
Serikat terhadap India. Lebih lanjut, peran India dinilai penting dalam menjaga ketenangan di
kawasan dari kekuatan Tiongkok yang memiliki dampak besar dan juga untuk menjaga
pengaruh politik Amerika Serikat di kawasan.

Pada tahun 1974, India melakukan uji coba nuklir pertamanya, yang dikenal sebagai
"Smiling Buddha. Lalu, dilanjutkan oleh Operasi Shakti. Tanggal 11 dan 13 Mei 1998, India
melakukan serangkaian uji coba nuklir di situs uji coba Pokhran. Uji coba ini terdiri dari lima
ledakan nuklir dan mencakup uji coba senjata fisi dan termonuklir. Operasi Shakti ini
membuat India menjadi negara nuklir de facto.Selanjutnya uji Coba Nuklir Pokhran-II tahun
1998. Sebetulnya masih termasuk dari operasi Shakti. Peristiwa ini terdiri dari tiga ledakan
termonuklir.

Baru-baru ini, pada tahun 2012, India mengumumkan pencapaian penting dalam
pengembangan senjata nuklir dengan mengklaim bahwa mereka berhasil menciptakan senjata
nuklir yang mampu mencapai jarak antarbenua, yang dikenal sebagai ICBM
(InterContinental Ballistic Missile). Pernyataan resmi pemerintah India menyebutkan bahwa
senjata nuklir yang diluncurkan pada tahun 2012 ini memiliki kemampuan untuk menjangkau
jarak sekitar 3000-5000 kilometer. Rudal ini diberi nama Agni V yang dikembangkan
terutama dengan mempertimbangkan kemungkinan ancaman dari negara tetangga Tiongkok.

Analisis Kebijakan pengembangan senjata nuklir oleh India dengan teori


Two-good theory of foreign policy

2
3

Menurut Saya, Teori Two-good theory of foreign policy oleh T. Clifton Morgan dan Glenn
Palmer bisa dipakai untuk menganalisis kebijakan pengembangan senjata nuklir India karena
bisa memberikan pemahaman yang relevan terhadap kebijakan pengembangan senjata nuklir
India. Mari kita tinjau bagaimana teori ini bisa diterapkan pada kasus pengembangan nuklir
India.
Security

Dengan adanya senjata nuklir, India berharap bahwa situasi status quo negaranya, yaitu aman
dari serangan militer negara lain, akan tetap seperti itu. Dengan kata lain, senjata nuklir ini
dianggap sebagai alat untuk mencegah terjadinya perubahan pada status quo seperti
terinvasinya India karena serangan militer dari pihak asing, khususnya Pakistan dan
Tiongkok, mengingat India memiliki sejarah konflik dan konfrontasi dengan Pakistan dan
Tiongkok.

Pengembangan senjata nuklir juga bisa dimaknai sebagai alat untuk melindungi diri dari
serangan militer. India menganggap bahwa memiliki senjata nuklir akan memberikan efek
deterrence atau peringatan kepada pihak asing yang berpotensi mengancam mereka dengan
serangan militer. Ini dapat membantu menjaga status quo yang diinginkan oleh India, yaitu
situasi di mana mereka aman dan tidak terancam oleh serangan militer dari negara-negara
tetangga.

Proaction

Pengaruh Regional:
Pengembangan senjata nuklir membuka peluang bagi India untuk mencapai tujuan proaksi,
khususnya dalam hal meningkatkan pengaruh mereka di tingkat regional. Keberadaan senjata
nuklir dapat dianggap sebagai aset srategis yang dapat digunakan India untuk memperkuat
posisinya dalam diplomasi regional. Dengan memiliki kemampuan nuklir yang kuat, India
dapat memainkan peran yang lebih dominan dalam mempengaruhi kebijakan dan dinamika di
wilayah regional Asia Selatan.

Prestise Internasional dan Posisi Sebagai Negara Besar:


Selain pengaruh regional, memiliki kemampuan nuklir juga berpotensi memberikan India
prestise internasional yang signifikan. Kemampuan untuk memiliki dan mengelola senjata
nuklir menempatkan India dalam liga negara-negara besar dalam urusan global. India
bertujuan untuk memandu urusan internasional dan mememgaruhi kebijakan keamanan
regional sesuai dengan impin dan kepentingan nasionalnya. Visi ini berarti bahwa negara ini
ingin memberikan dampak pengaruh terhadap global. Dengan kata lain, memiliki
kemampuan nuklir adalah salah satu elemen yang memungkinkan India untuk mendefinisikan
peran mereka dalam konteks hubungan internasional yang semakin kompleks dan dinamis.

Kesimpulannya, teori "Two-good of foreign policy" bisa diaplikasikan pada fenomena


kebijakan pengembangan nuklir oleh pemerintah India. Dengan teori ini, jelas Sekali bahwa
mereka berupaya untuk menjaga keamanan nasionalnya dan berupaya menangkal hadirnya

3
4

perubahan yang merugikan pada status quo, sambil berusaha menggapai tujuan proaksi yang
berkaitan dengan memperbesar pengaruh regional dan prestise internasional.

Referensi

Rublee, M, R. 2017. India-Pakistan Nuclear Diplomacy: Constructivism and The Prospects


for Nuclear Arms Control and Disarmament in South Asia. Contemporary Security
Policy, 38 (1) pp.1-8

Sudirman, A. 2018. India-Pakistani Military and Nuclear Arms Race in Post-Cold War
Period: The Regional Security Complex in South Asia. Universitas Padjajaran.

T. Clifton Morgan & Glenn Palmer (1997) A two‐good theory of foreign policy: An
application to dispute initiation and reciprocation, International Interactions, 22:3,
225-244, DOI: 10.1080/03050629708434890

Anda mungkin juga menyukai