Anda di halaman 1dari 21

DAMPAK DISTRIBUSI TERMINAL HIGH ALTITUDE AREA DEFENSE

AMERIKA SERIKAT DI KOREA SELATAN TERHADAP RELASI KOREA

SELATAN DENGAN CHINA PADA TAHUN 2014-2017

PROPOSAL PENELITIAN

Oleh:
Dhevy Larasati
215120400111040 // 11

Program Studi Hubungan Internasional

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Brawijaya

2023
DAFTAR ISI

BAB I ............................................................................................................................... 3

1.1.Latar Belakang .................................................................................................. 3

1.2.Rumusan Masalah ............................................................................................. 7

1.3.Tujuan Penelitian .............................................................................................. 7

BAB II ............................................................................................................................ 10

2.1. Studi Pustaka .................................................................................................. 10

2.2.Deskripsi Teori ................................................................................................ 13

2.3.Kerangka Teori ................................................................................................ 14

BAB III .......................................................................................................................... 17

3.1. Metode Pengumpulan Data ............................................................................ 17

3.2. Metode Penelitian .......................................................................................... 18

3.3. Metode Analisis Data ..................................................................................... 18

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 20

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Amerika Serikat menginisiasikan kebijakan luar negerinya sebagai respon

terkait eskalasi misil yang dilakukan negara lain. Eksistensi kebijakan tersebut

dipicu oleh serangan misil milik Iraq yang terjadi di Perang Teluk Persia II atau

Gulf War tahun 1991. Urgensi diciptakannya Terminal High Altitude Area

Defense atau THAAD yakni untuk menanggulangi misil yang datang dengan

pengaplikasian metode hit-to-kill, di mana misil atau rudal milik musuh akan

dilenyapkan dengan metode penembakan langsung (Mehta, 2016). Selain itu,

sistem pertahanan ini juga mengutamakan energi kinetik untuk melakukan

penanggulangan terhadap misil yang masuk (Keller, 2022). Inisiasi kebijakan

Amerika Serikat terkait pertahanan tersebut mengalami pemutakhiran serta

distribusi yang cukup signifikan. Hal tersebut terbukti dengan keberhasilan

Amerika Serikat dalam menempatkan Terminal High Altitude Area Defense atau

THAAD di beberapa negara di dunia, seperti Israel, Romania, Korea Selatan, dan

Turki. Selain itu, Amerika Serikat juga sedang melakukan upaya distribusi

Terminal High Altitude Area Defense atau THAAD di Eropa dan Timur Tengah,

Jepang, Oman, Arab, serta Taiwan (Judson, 2016).

Respon negara-negara penerima Terminal High Altitude Area Defense

atau THAAD yang diprakarsai oleh Amerika Serikat memicu negara lain untuk

memberi reaksi terkait kebijakan luar negeri Amerika Serikat tersebut. Proses

distribusi dan penempatan Terminal High Altitude Area Defense atau THAAD di

3
wilayah negara lain memicu adanya pemikiran-pemikiran serta asumsi-asumsi

oleh negara lain terhadap aksi yang dilakukan negara tersebut bersama Amerika

Serikat. Sistem pertahanan misil tersebut mampu melumpuhkan tembakan jarak

pendek hingga menengah dapat terjadi di dalam maupun luar atmosfer (Military,

2020). Maka dari itu, negara lain memunculkan reaksi yang bersifat spontan,

dengan kecenderungan atau tendency dari para aktor untuk memberi timbal balik

atas aksi yang dilancarkan oleh suatu negara. Reaksi atau timbal balik tersebut

masih belum melewati proses pengambilan keputusan atau decision making yang

panjang dan teliti.

Negara China, khususnya, mendapati adanya ancaman yang dapat

mengganggu stabilitas keamanan nasional negaranya. Bagaimana tidak, wilayah

Korea Selatan yang letaknya berdekatan dengan China, yang notabene merupakan

negara tetangga yang wilayah kedaulatannya berdekatan antara satu sama lain,

telah menempatkan sistem pertahanan mutakhir yang diprakarsai oleh salah satu

negara adidaya atau great power, yakni Amerika Serikat. Meskipun Korea Selatan

tidak memiliki intensi yang buruk terhadap China dengan penempatan Terminal

High Altitude Area Defense atau THAAD, pemikiran sceptical yang terlintas di

benak China merupakan hal yang wajar dan akan terjadi. Untuk menanggulangi

hal tersebut, China maupun Korea Selatan akan melakukan upaya untuk

‘menyelamatkan’ kedaulatan negaranya masing-masing.

Upaya penegakan kedaulatan yang dilakukan oleh China dan Korea

Selatan mencerminkan adanya praktik aliansi antara sejumlah pihak yang

senantiasa menimbulkan dampak terhadap peristiwa serta sejarah yang akan

datang. Selain itu, relasi yang terjalin antara sejumlah negara akan memicu

4
munculnya aturan serta regulasi baru yang berkaitan dengan pelaksanaan proyek

Terminal High Altitude Area Defense atau THAAD. Aturan serta regulasi

tersebut akan melewati berbagai proses pengambilan keputusan atau decision

making yang dilancarkan oleh para aktor. Proses pengambilan keputusan atau

decision making tersebut nantinya akan mencerminkan bagaimana kedua negara

bersangkutan menyikapi kondisi yang tidak mengenakkan di antara keduanya.

Selain itu, proses pengambilan keputusan atau decision making oleh para aktor

akan menguak kecenderungan atau tendency kedua negara dalam berlangsungnya

praktik pertahanan kedaulatan negara.

Praktik aliansi yang dilakukan oleh negara yang bersangkutan

mencerminkan adanya ketergantungan atau dependency yang dimiliki oleh

negara, khususnya negara dengan kapabilitas kekuatan yang lemah. Aliansi yang

dilakukan oleh negara-negara yang bersangkutan akan menimbulkan adanya

aturan atau regulasi tertentu yang memiliki tujuan untuk meningkatkan stabilitas

keamanan negara serta memperkuat posisi negara di mata dunia. Regulasi atau

kebijakan tersebut muncul akibat adanya proses pengambilan keputusan atau

decision making yang dilakukan oleh pemerintah negara dengan tujuan untuk

mengatur serta membatasi praktik politik anggota warga negaranya.

Regulasi atau kebijakan yang muncul memiliki sifat serta tingkatan yang

berbeda dalam sistem pengikatannya. Kebijakan tentu dapat bersifat bias, karena

negara yang bersangkutan akan senantiasa berlomba untuk mewujudkan praktik

politik yang menguntungkan negara pribadi. Meskipun urgensi awal dalam

menjalankan aliansi adalah mewujudkan kondisi neagra yang sama-sama aman

dan terbebas dari ancaman apapun, termasuk negara yang sedang dalam praktik

5
aliansi. Akan tetapi, aktor negara tidak selalu memiliki kapabilitas untuk menerka

serta mengamati taktik negara lain dalam meningkatkan mutu negaranya. Negara-

negara tersebut dapat memiliki intensi terselubung dalam praktik aliansi yang

sedang dijalankan.

Aturan atau kebijakan yang ditetapkan oleh negara yang dapat memiliki

intensi terselubung dapat bersifat normal maupun abnormal, tergantung pada

pandangan negara lain dalam menyikapi aksi negara tersebut. Akan tetapi, sifat

normal maupun abnormal dalam suatu kebijakan tidak selalau dapat diaplikasikan

sebagai indikator negara dalam kesungguhannya menjalankan praktik aliansi.

Negara dapat senantiasa memiliki intensi lain dalam melakukan aliansi selagi

menjalankan keputusan regulasi yang bersifat normal. Selain itu, negara juga

dapat melapisi intensi nyata mereka dengan serapi mungkin, hingga hal yang

abnormal dirasa sebagai hal yang normal.

Penelitian berikut akan mengandung pembahasan terkait keabnormalan

yang terjadi di suatu pengambilan keputusan atau decision making yang telah

dilaksanakan oleh pemerintah suatu negara. Pembahasan keabnormalan tersebut

bertujuan untuk memperdalam wawasan penulis maupun pembaca dalam

memahami ketidakpastian intensi kebijakan tertentu yang ditujukan untuk negara

lain. Penelitian ini akan memunculkan pemikiran personal penulis terkait

kebijakan pemerintah suatu negara dalam proses pengambilan keputusan atau

decision making tertentu yang dapat menghalangi jalannya praktik aliansi yang

sesungguhnya.

6
1.2.Rumusan Masalah

Bagaimana dampak distribusi Terminal High Altitude Area Defense atau

THAAD Amerika Serikat di Korea Selatan terhadap relasi Korea Selatan dengan

China pada tahun 2014-2017?

1.3.Tujuan Penelitian

Analisis dampak distribusi Terminal High Altitude Area Defense atau

THAAD terhadap relasi Korea Selatan dengan China memiliki tujuan untuk

meningkatkan pemahaman penulis terkait anomali yang terjadi di antara

sejumlah negara yang bersangkutan terhadap penempatan sistem pertahanan di

Korea Selatan. Penelitian ini juga bertujuan untuk memaparkan sejumlah respon

beserta analisis terkait mengapa negara-negara yang bersangkutan menyetujui

keputusan yang digalakkan oleh China setelah terjadinya penempatan sistem

pertahanan Korea Selatan yang diprakarsai oleh Amerika Serikat. Selain itu,

penelitian ini memiliki urgensi untuk memaparkan penjelasan terkait aksi-reaksi

yang dilontarkan oleh kedua negara yang nantinya akan mengungkap keputusan-

keputusan yang dirasa penting untuk disepakati oleh kedua belah pihak.

Analisis sistem pertahanan Terminal High Altitude Area Defense atau

THAAD akan menyajikan kebijakan serta regulasi terkait penempatan sistem

tersebut. Penempatan sistem pertahanan tersebut memunculkan pedoman baru

yang diaplikasikan oleh negara yang bersangkutan untuk tetap merasa jauh dari

bahaya serta menjaga relasi atau hubungan yang telah dijaga dengan baik di

antara negara yang melakukan aliansi tertentu. Selanjutnya, dampak abnormal

7
yang dihasilkan dari penempatan sistem pertahanan tersebut akan diteliti, dengan

acuan teori tertentu agar penelitian senantiasa memiliki pedoman dalam

pemikiran serta penyusunannya.

Teori yang akan dijadikan pedoman dalam penelitian ini akan

menitikberatkan fokusnya terhadap relasi yang terjadi antar negara yang

bersangkutan, bagaimana negara pelaku yang menginisiasikan aksi terlebih dulu

mendapatkan jawaban atas perilakunya terhadap negara lain. Pedoman penelitian

tersebut akan membantu penulis untuk menguak keabnormalan yang terjadi

akibat adanya penempatan sistem pertahanan Terminal High Altitude Area

Defense atau THAAD di negara tertentu. Keabnormalan tersebut terdeteksi

dengan bantuan teori pedoman, di mana negara sebagai aktor utama memiliki

urgensi yang berbeda-beda tapi tetap mengacu pada kekuatan negaranya.

Terlebih lagi, sistem pertahanan Terminal High Altitude Area Defense atau

THAAD memiliki sifat hit-to-kill yang dapat memusnahkan misil “lawan”

dengan sekali tembakan. Negara-negara yang bersangkutan akan senantiasa

memunculkan pemikiran baru demi menjaga kestabilan keamanan masing-

masing negara.

Penelitian bertujuan untuk memahami apa, kapan, di mana, mengapa,

siapa, dan bagaimana sistem pertahanan Terminal High Altitude Area Defense

atau THAAD di Korea Selatan dijalankan. Selanjutnya, penelitian akan

mengelaborasi sejumlah dampak yang dihasilkan dari penempatan Terminal

High Altitude Area Defense atau THAAD di wilayah Korea Selatan. Penempatan

sistem pertahanan tersebut mengundang reaksi dari China, yang akan menjadi

8
inti dari pembahasan penelitian. Terakhir, analisis dampak yang telah dilakukan

akan menguak respon para aktor yang saling berhubungan, dengan kata lain

melakukan aliansi, beserta pengambilan keputusan atau decision making oleh

para aktor. Analisis tersebut bertujuan untuk melahirkan hasil atau output yang

berpengaruh pada relasi negara satu dengan negara lain, terutama Korea Selatan

dan China.

9
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Studi Pustaka

Sebelum analisis dampak penempatan Terminal High Altitude Area

Defense atau THAAD di Korea Selatan ini terlaksana, terdapat sejumlah

penelitian yang dilakukan oleh para akademisi. Penelitian-penelitian tersebut

membantu penulis untuk lebih memahami sistem pertahanan Korea Selatan yang

dibahas pada proposal ini. Sama halnya dengan apa yang telah penulis singgung

di latar belakang, penempatan Terminal High Altitude Area Defense atau THAAD

di Korea Selatan memicu reaksi negara China yang terkesan cemas akan kondisi

keamanan nasional atau national security negaranya. Reaksi tersebut berupa

penentangan yang dinyatakan oleh China terhadap penempatan Terminal High

Altitude Area Defense atau THAAD di Korea Selatan yang merangkap sebagai

praktik kerja sama Korea Selatan dengan Amerika Serikat, salah satu negara

adidaya atau great power.

Menanggapi aksi negara tersebut, China menaikkan strategi defensifnya

dengan mengumumkan pelarangan produk Korea Selatan untuk masuk ke China.

Pelarangan produk tersebut dicerminkan oleh pemboikotan produk budaya asal

Korea Selatan, seperti Drama Korea (Park, Lee, & Seo, 2018). Aksi pembatasan

penayangan Drama Korea diinisiasi oleh State Administration of Press,

Publication, Radio, Film, and Television atau SAPPRFT yang memegang kuasa

penuh atas penayangan stasiun televisi di China. Pembatasan pengaruh budaya

Korea Selatan di China bukanlah kali pertama, telah ada respon yang dilakukan

10
China terhadap budaya Korea Selatan yang dianggap menunggangi ideologi

kapitalis dan mengancam budaya China serta ideologi sosialis negaranya.

Akibatnya, China menggunakan istilah ‘The Korean Wave’ di akhir tahun 1990-

an untuk memaknai budaya Korea Selatan (Kang, 2016). Pemboikotan budaya

tersebut membatasi pergerakan Korea Selatan yang sedang gencar-gencarnya

memperluas pengaruh ‘The Korean Wave’ ke negara lain.

Selain pengangkatan isu ‘The Korean Wave’, Duta besar China di Korea

Selatan juga menyatakan bahwa distribusi Terminal High Altitude Area Defense

atau THAAD di Korea Selatan akan mengganggu relasi antara kedua negara

(Tiezzi, 2016). Penyebabnya adalah keamanan nasional atau national security

negara China yang terancam oleh penempatan sistem pertahanan mutakhir di

Korea Selatan. Selain ancaman terhadap keamanan nasional atau national security

negara China, terdapat ancaman yang tidak kalah mengkawatirkan, yakni

keamanan regional atau regional security. Penempatan Terminal High Altitude

Area Defense atau THAAD di Korea Selatan dianggap akan mengganggu

stabilitas keamanan di kawasan Asia Pasifik (Kim, 2016). Bahkan, penempatan

Terminal High Altitude Area Defense atau THAAD di Korea Selatan dipandang

negara China sebagai aksi pengkhianatan (He, 2017).

Berbagai upaya yang dilakukan oleh China dalam menanggulangi segala

kemungkinan buruk yang dapat terjadi seiring berlangsungnya penempatan

Terminal High Altitude Area Defense atau THAAD di Korea Selatan mengalami

suatu pengenduran. Pengenduran tersebut dicerminkan oleh adanya pandangan

antar kedua negara yang menganggap bahwa hubungan yang terjadi di antara

keduanya telah normal kembali. Anggapan bahwa hubungan yang telah normal

11
kembali antara China dan Korea Selatan ditandai dengan adanya deklarasi yang

dinyatakan oleh Menteri Luar Negeri Korea Selatan, Kang Kyungwha, pada akhir

Oktober tahun 2017 lalu. Normalisasi tesebut pertama kali disiarkan oleh Menteri

Luar Neger Korea Selatan, sebagai negara dengan urutan pertama yang

mengumumkan di tanggal 30 Oktober 2017. Selanjutnya, China bergantian untuk

mengumumkan bahwa normalisasi tersebut telah terjadi di antara kedua negara

pada tanggal 31 Oktober 2017, sehari setelah Korea Selatan melakukan deklarasi

terkait normalisasinya (He-Rim, 2022).

Deklarasi terkait normalisasi yang telah diumumkan oleh kedua negara,

yakni China maupun Korea Selatan disertai dengan adanya keputusan yang

disepakati oleh kedua negara. Keputusan tersebut berupa suatu keputusan yang

dikenal dengan istilah ‘Three No’s Policy’. Sesuai dengan istilahnya, terdapat tiga

poin penting yang terkandung di dalam keputusan tersebut, terutama terkait

keputusan penempatan Terminal High Altitude Area Defense atau THAAD di

Korea Selatan yang mengancam kedaulatan China. Ketiga keputusan tersebut,

yaitu (Byong-Su, 2017):

2.1.1. Tidak adanya penambahan lebih lanjut terkait penempatan Terminal High

Altitude Area Defense atau THAAD di Korea Selatan.

2.1.2. Pelarangan Korea Selatan untuk ikut berpartisipasi dalam aksi penegakan

sistem pertahanan serta hubungan misil dengan Amerika Serikat.

2.1.3. Peniadaan upaya aliansi yang bersifat militer di antara tiga pihak atau

trilateral.

Aliansi di antara tiga pihak yang bersifat militer atau trilateral military

alliance pada poin ketiga merupakan ikatan politik yang dihapuskan dari sejumlah

12
negara yang pernah dan akan melakukan upaya tersebut. Negara-negara tersebut

yaitu China, Korea Selatan, Jepang, serta Amerika Serikat. Praktik aliansi yang

pernah dan akan dilancarkan terjadi di antara tiga negara yang bersangkutan

dengan dua negara yakni China dan Korea Selatan, baik itu antara China-Jepang-

Amerika Serikat, maupun antara Korea Selatan-Jepang-Amerika Serikat.

2.2.Deskripsi Teori

Teori yang diapliaksikan terhadap kajian dampak distribusi Terminal High

Altitude Area Defense atau THAAD adalah teori aliansi. Asumsi dasar yang

diangkat oleh teori ini yakni suatu aksi yang dilakukan oleh suatu negara memiliki

urgensi untuk berhubungan baik dengan negara lain. Relasi tersebut bersifat

positif, di mana negara-negara yang bersangkutan akan senantiasa membantu

mengangkat negara lain dalam aspek tertentu. Hubungan yang dilakukan oleh

negara yang bersangkutan juga memiliki tujuan yang mendasar bagi

kelangsungan kondisi negaranya, seperti aman dari adanya ancaman oleh entitas

tertentu.

Relasi yang terjalin di antara negara yang memutuskan untuk melakukan

aliansi bersifat give and take, di mana negara yang bersangkutan akan berusaha

untuk menjaga relasi masing-masing negara dengan cara menyediakan kebutuhan

serta menerima bantuan. Pelaksanaan aliansi antar negara akan memicu

penyesuaian negara tersebut dalam menjalani kehidupan bernegaranya, di mana

aturan serta regulasi akan senantiasa mengacu pada kesediaan negara dalam

menjalankan praktik aliansi negara tersebut dengan negara lain. Keputusan-

13
keputusan tersebut akan senantiasa bergantung pada kepentingan nasional atau

national interest yang dicerminkan oleh masing-masing negara. Perwujudan

penetapan kebijakan tersebut perlu memenuhi sejumlah kriteria, seperti objektif,

alternatif pengambilan keputusan, konsekuensi tiap keputusan, serta adanya

pilihan lain.

2.3.Kerangka Teori

Berawal dari produksi sistem pertahanan oleh Amerika Serikat yang

didistribusikan ke sejumlah negara lain, Korea Selatan memperoleh kesempatan

untuk menempatkan Terminal High Altitude Area Defense atau THAAD di

negaranya. Hal tersebut mengundang reaksi dari negara tetangganya, yakni China.

Reaksi tersebut terkesan spontan, memperlihatkan kecemasan yang dirasakan

oleh China terhadap kekuatan militer dan ekonomi atau hard power yang dimiliki

negara tetangganya. Terlebih lagi, kekuatan tersebut berasal dari Amerika Serikat

yang merupakan salah satu negara dengan kekuatan besar atau great power di era

ini. China menyatakan kecemasan negaranya dengan meng-highlight aspek

keamanan nasional atau national security serta menekankan keseimbangan

keamanan regionalnya yang terganggu (Diplomatic White Paper, 2016).

Pernyataan China terkait kecemasannya memicu respon preventif

terhadap dampak yang dapat terjadi akibat penempatan Terminal High Altitude

Area Defense atau THAAD di Korea Selatan. Respon preventif tersebut mengacu

pada pemikiran warga negara yang memiliki anggapan bahwa penempatan sistem

pertahanan di suatu negara justru menimbulkan keresahan baru yang mengandung

14
impresi terancam. Impresi tersebut mendorong negara untuk meningkatkan

kekuatan negaranya, terlebih lagi dalam aspek hard power, dengan metode

pemunculan ikatan di antara negara satu dengan negara lain maupun beberapa

negara sekaligus dengan tujuan utama berupa politik (Bahasa, 2023).

Pemunculan ikatan yang terjalin di antara negara-negara bersangkutan

dikenal dengan istilah teori aliansi, di mana negara sebagai aktor utama memiliki

urgensi untuk senantiasa menjaga hubungan negara sendiri dengan negara lain

dengan urgensi yang positif. Urgensi tersebut bersifat positif karena negara akan

senantiasa membangun kepercayaan dengan negara lain untuk meraih perasaan

“aman”. Kepercayaan tersebut hadir apabila masing-masing negara bersangkutan

sama-sama sepakat untuk melakukan aliansi. Selain itu, negara-negara yang

bersangkutan juga memiliki tanggung jawab yang perlu dijalankan demi menjaga

serta mengembangkan relasi antar negara aliansi.

Stabilitas keamanan negara diwujudkan dengan adanya regulasi atau

kebijakan baru yang diinisiasikan oleh pemerintah dalam negara guna memberi

batasan atau barrier bagi negara sendiri maupun negara lain dalam melakukan

aksi tertentu. Hal tersebut merupakan indikator akan adanya kecurigaan terhadap

intensi negara lain dalam melaksanakan suatu aksi. Indikator tersebut merupakan

tahap awal, di mana regulasi atau kebijakan dilaksanakan serta ditujukan untuk

keamanan individu dan negara. Selanjutnya, apabila individu serta negara belum

merasa cukup aman serta terhindar dari bahaya, negara akan meningkatkan

praktik politiknya. Negara, khususnya dengan kondisi yang belum cukup maju

serta memiliki keterbatasan sumber daya dalam segala aspek baik itu ekonomi

15
hingga budaya, akan memiliki kecenderungan atau tendency untuk mendekat

dengan negara lain yang dianggap dapat menguntungkan negara tersebut.

Pendekatan yang dilakukan oleh suatu negara tentu tidak semudah itu,

negara yang “didekati” senantiasa melakukan demanding terhadap negara yang

bersangkutan karena konsep awal dari praktik ikatan ini adalah untuk mencapai

keuntungan bagi seluruh aktor yang bersangkutan. Apabila terdapat negara yang

tidak memenuhi capaian demand tertentu yang ditetapkan oleh negara lain, ikatan

aliansi yang telah terjalin dapat musnah. Maka dari itu, negara akan berusaha

untuk memunculkan suatu sumber daya tertentu yang manfaatnya dapat dirasakan

oleh negara yang bersangkutan.

16
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Metode Pengumpulan Data

Penelitian dampak penempatan Terminal High Altitude Area Defense atau

THAAD di Korea Selatan akan mengimplementasikan metode tinjauan pustaka

atau archival research dalam pengumpulan datanya. Metode tinjauan pustaka atau

archival research akan memuat kejadian penting di masa lalu atau historis yang

akan membantu menguak praktik pengambilan keputusan atau decision making

oleh para aktor. Pengambilan keputusan atau decision making tersebut dapat

memiliki kecenderungan atau tendency dari para aktor untuk memilih keputusan

yang paling cocok untuk mempertahankan kedaulatan mereka. Maka dari itu,

keputusan-keputusan serta cara aktor-aktor untuk mempertahankan kedaulatan

mereka akan terlihat.

Metode pengumpulan data yang bersifat historis tersebut akan

menitikberatkan fokusnya pada peninjauan sejumlah dokumen sekunder yang

berupa berita, artikel, laporan, serta data resmi milik para entitas. Literatur-

literatur tersebut nantinya akan berperan sebagai instrument untuk proses

peninjauan perilaku serta permasalahan yang terjalin karena perilaku masing-

masing entitas dalam hubungan internasional. Tinjauan pustaka juga akan

diaplikasikan dalam memahami bagaimana serta sejauh mana dampak

penempatan Terminal High Altitude Area Defense atau THAAD di Korea Selatan

terhadap relasi negaranya dengan China.

17
3.2. Metode Penelitian

Analisis dampak distribusi Terminal High Altitude Area Defense atau

THAAD di Korea Selatan akan mengaplikasikan metode studi kasus, di mana

penulis akan memaparkan serta mengelaborasi masalah yang telah maupun

sedang terjadi. Pemaparan tersebut bertujuan untuk memahami lebih lanjut

bagaimana suatu permasalahan yang sedang terjadi, bisa terjadi. Selain itu,

metode studi kasus juga akan menawarkan informasi yang konkret karena proses

analisis yang dilakukan berdasarkan kejadian nyata yang terjadi. Metode studi

kasus juga merepresentasikan kehidupan dunia yang sebenarnya, bagaimana para

aktor melakukan aktivitas politik mereka masing-masing.

Proses elaborasi masalah dengan metode studi kasus akan mempermudah

penulis serta pembaca untuk memahami alasan di balik aksi, reaksi, serta respon

yang dilakukan masing-masing entitas. Metode studi kasus dalam penelitian ini

juga akan menyajikan aksi serta reaksi yang terjadi di antara entitas satu dengan

entitas lain dalam hubungan internasional. Aksi serta reaksi tersebut akan memicu

munculnya respon yang ditentukan oleh masing-masing entitas. Respon tersebut

memunculkan hasil atau output baru yang menentukan bagaimana cara kedua

belah pihak menanggapi masalah yang terjadi.

3.3. Metode Analisis Data

Penelitian terkait dampak Terminal High Altitude Area Defense atau

THAAD di Korea Selatan terhadap relasinya dengan China akan menerapkan

metode analisis data kualitatif. Metode analisis data kualitatif sangat cocok untuk

18
merepresentasikan peristiwa serta kondisi yang terjadi dengan pemaparan yang

bersifat deskriptif, melalui penjelasan-penjelasan yang menyeluruh serta teliti.

Metode analisis data kualitatif pada penelitian ini ditujukan untuk menjelaskan

penyebab suatu masalah bisa terjadi serta bagaimana akibat dari terjadinya suatu

masalah tersebut akan memengaruhi kejadian serta keputusan yang terjadi

selanjutnya.

Metode analisis data ini bertujuan untuk memusatkan penelitian dalam

pengaplikasian data yang telah ada, dengan peninjauan sejumlah praktik analisis

yang telah dilakukan oleh akademisi maupun negara yang bersangkutan. Metode

analisis data kualitatif meliputi analisis sekunder atau secondary analysis, di mana

isi berita, artikel, laporan, serta data resmi milik para entitas akan memegang

peranan penting. Literatur-literatur tersebut akhirnya akan dianalisis sesuai

dengan urgensi awal penelitian, yakni relasi Korea Selatan dengan China pasca

penempatan Terminal High Altitude Area Defense atau THAAD di Korea Selatan.

19
DAFTAR PUSTAKA

Bahasa, B. P. (2023, Mei 1). Retrieved from KBBI Daring:

https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/aliansi

Byong-Su, P. (2017, November 2). South Korea's "three no's" announcement key to

restoring relations with China. Retrieved from HANKYOREH:

https://english.hani.co.kr/arti/english_edition/e_international/817213.html

Diplomatic White Paper. (2016). Defense Ministry's Regular Press Conference. Ministry

of Foreign Affairs.

He, L. (2017, March 12). Beijing-Seoul tensions over missile defence system won't hurt

South Korean economy for long, analysts say. Retrieved from South China

Morning Post:

https://www.scmp.com/business/companies/article/2078186/beijing-seoul-

tensions-over-missile-defence-system-wont-hurt

He-Rim, J. (2022, July 28). China demands Korea uphold 'Three Nos' policy. Retrieved

from The Korea Herald: koreaherald.com/view.php?ud=20220728000666

Judson, J. (2016, March 23). Army Weighing THAAD Deployments in Europe, Middle

East. Retrieved from Defense News:

https://www.defensenews.com/land/2016/03/22/army-weighing-thaad-

deployments-in-europe-middle-east/

Kang, J. (2016). A Study on the Perspectives of Chinese Media on Korean Wave. The

Journal of Chinese Studies 75, 2.

20
Keller, J. (2022, April 11). Lockehad Martin to Build THAAD radar- and infrared-guided

ballistic missile defense rocket interceptors. Retrieved from Military Aerospace

Electronics: https://www.militaryaerospace.com/sensors/article/14270861/radar-

infrared-sensor-missile-defense

Kim, J. (2016, July 8). South Korea, U.S. to deploy THAAD missile defense, drawing

china rebuke. Retrieved from Reuters: https://www.reuters.com/article/us-

southkorea-usa-thaad-idUSKCN0ZO084

Mehta, A. (2016, February 26). PACOM head Supports Exercises Near China, Talks

THAAD. Retrieved from Defense News:

https://www.defensenews.com/naval/2016/02/25/pacom-head-supports-

exercises-near-china-talks-thaad/

Military. (2020, April 30). The Heritage Foundation. Retrieved from heritage.org:

https://www.heritage.org/missile-defense

Park, J., Lee, Y., & Seo, H. (2018). The Rise and Fall of Korean Drama Export to China:

The History of State Regulation of Korean Dramas in China. The International

Communication Gazette, 12.

Tiezzi, S. (2016, February 25). China warns THAAD deployment could destroy South

Korea ties 'in an Instant'. Retrieved from The Diplomat:

https://thediplomat.com/2016/02/china-warns-thaad-deployment-could-destroy-

south-korea-ties-in-an-instant/

21

Anda mungkin juga menyukai