Anda di halaman 1dari 77

LAMPIRAN

PERATURAN KEPALA STAF ANGKATAN DARAT


NOMOR 12.a TAHUN 2014

RENCANA STRATEGIS TNI AD


TAHUN 2015-2019
(REVISI)

BAB I
PENDAHULUAN

1. Kondisi Umum.

a. Pertahanan negara merupakan segala usaha untuk


mempertahankan kedaulatan negara, keutuhan wilayah NKRI, dan
keselamatan segenap bangsa dari berbagai ancaman. Usaha ini menjadi
salah satu fungsi pemerintahan dalam mewujudkan suatu kesatuan
pertahanan guna mencapai tujuan nasional. Untuk merealisasikan
usaha tersebut, maka pengelolaan sistem pertahanan negara senantiasa
berpedoman pada Visi, Misi dan Nawa Cita Kabinet Kerja Pemerintahan
yang dirumuskan dalam kebijakan dan rencana strategis pertahanan
negara. Pembangunan pertahanan negara tetap berorientasi pada
keterpaduan antara pertahanan militer dan pertahanan nirmiliter
sebagai wujud kesemestaan dalam sistem pertahanan negara.

Sistem pertahanan negara sebagaimana diatur dalam Undang-


Undang Republik Indonesia Nomor 3 tahun 2002 tentang Pertahanan
Negara, adalah sistem pertahanan bersifat semesta yang melibatkan
seluruh warga negara, wilayah dan segenap sumber daya nasional
lainnya, serta dipersiapkan secara dini oleh pemerintah dan
diselenggarakan secara total, terpadu, terarah dan berlanjut. Untuk
mewujudkan pertahanan yang bersifat semesta, pemerintah dalam hal
ini TNI AD merumuskan Rencana Strategis sebagai produk kebijakan
strategis pembangunan TNI AD dalam rangka mewujudkan pertahanan
yang tangguh di darat. Peningkatkan kemampuan dan kekuatan TNI AD
juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi stabilitas politik
dan keamanan. Semakin kuatnya TNI AD ditunjukkan dengan
meningkatnya kekuatan Alutsista. Dengan peningkatan tersebut,
tantangan yang harus diantisipasi adalah jaminan kesiapan Alutsista
untuk operasional dan tempur serta peningkatan profesionalisme
prajurit TNI AD.
5

b. Capaian Kinerja TNI AD.


Keberhasilan pembangunan pada periode tahun 2010-2014 salah
satunya karena sebagian pemenuhan postur TNI AD pada skala
kekuatan pertahanan minimal (KPM) telah dapat ditunjang melalui
industri pertahanan dalam negeri. Sebagai implikasinya, TNI AD telah
berhasil mendatangkan dan membangun sejumlah Alutsista yang
modern dan memiliki daya penggentar tinggi. Sementara itu untuk
Alutsista strategis yang belum dapat dibuat oleh industri pertahanan
dalam negeri, alutsista tersebut didatangkan dari industri pertahanan
luar negeri. Pada awal tahun 2015, sejumlah peralatan militer modern
yang telah diterima oleh TNI AD akan menambah kelengkapan Alutsista
TNI AD. Sebagai konsekuensi dengan adanya peningkatan kekuatan
militer dan kesiapan operasional maka kebutuhan penyediaan anggaran
untuk pemeliharaan, perawatan dan perbaikan alutsista, dukungan
BBM maupun amunisi akan semakin meningkat.
Sementara itu, peningkatan profesionalisme prajurit yang
dibentuk melalui serangkaian pelatihan dan penugasan operasi, baik
militer maupun non militer, secara signifikan telah mampu
meningkatkan persepsi internasional terhadap kemampuan militer
Indonesia, sehingga menjadikan Indonesia semakin diperhatikan dalam
kancah politik internasional. Keberhasilan itu ditunjukkan dengan
meningkatnya permintaan akan peran Indonesia dalam misi perdamaian
dunia, seperti yang saat ini telah beroperasi di Lebanon, Haiti, Kongo,
Sudan, dan Darfur. Pemerintah terus berupaya meningkatkan
kesejahteraan prajurit melalui pemberian tunjangan kinerja yang
diberikan sejak tahun 2010, sebagai upaya mendukung peningkatan
profesionalisme TNI AD, walaupun belum memadai namun terus
diupayakan agar di masa mendatang prajurit TNI AD semakin
profesional dalam menjalankan tugasnya. Selain melaksanakan
pembangunan secara fisik TNI AD juga melaksanakan pembangunan
yang bersifat non fisik, yaitu pembangunan yang lebih ditujukan pada
pembangunan mental cinta tanah air seperti pembinaan teritorial
melalui program serbuan teritorial sesuai yang dijabarkan dalam agenda
Trisakti dan Nawa Cita sebagai pedoman pelaksanaan pembangunan
TNI AD ke depan.

c. Isu-isu strategis.
Dalam rangka penguatan TNI AD periode tahun 2015-2019, sesuai
Renstra TNI AD tahun 2015-2019 memiliki sasaran yang ingin
diwujudkan yaitu peningkatan kapasitas melalui pembentukan TNI AD
yang profesional dengan memenuhi kebutuhan alutsista, peningkatan
kesejahteraan prajurit dan peningkatan anggaran. Dengan adanya
pemikiran strategis tersebut maka dalam periode lima tahun ke depan,
6

akan mengusung dua isu strategis yaitu peningkatan kapasitas


pertahanan dan stabilitas keamanan nasional. Adapun sub-sub isu
strategis yang menjadi prioritas yaitu: permasalahan alutsista TNI dan
pemberdayaan industri pertahanan, kesejahteraan dan profesionalisme
prajurit, intelijen dan kontra intelijen, gangguan dan pelanggaran
hukum wilayah perbatasan darat dan sistem keamanan nasional yang
integratif.

2. Potensi dan Permasalahan.

a. Dinamika Perkembangan Lingkungan Strategis.

1) Lingkungan Strategis Global.

a) Geopolitik. Perkembangan politik global sangat


dipengaruhi oleh kepentingan politik negara-negara besar.
Hal ini terlihat di PBB sebagai badan dunia yang sangat
dipengaruhi oleh kepentingan AS beserta sekutunya.
Pengaruh tersebut terlihat pada kebijakan dan keputusan
PBB yang cenderung mengutamakan kepentingan negara
super power tersebut. Selain itu, kehadiran negara-negara
super power tersebut sangat mempengaruhi kondisi politik
di kawasan strategis, seperti yang terjadi di kawasan Asia
Pasifik yang sangat dipengaruhi oleh kehadiran Amerika
Serikat dan Tiongkok;

b) Ekonomi Global. Dalam aspek ekonomi,


kecenderungan yang mungkin terjadi adalah menguatnya
blok-blok ekonomi regional seperti AFTA, MEA, NAFTA, TPP,
MEE dan APEC untuk menghadapi kerawanan
perekonomian dunia secara bersama-sama. Sementara
BRICS diprediksi akan menjadi penyeimbang kekuatan
ekonomi bagi dunia yang digunakan Rusia dan Tiongkok
untuk menghadapi dominasi Amerika Serikat.
Kecenderungan lainnya adalah keterbatasan ketersediaan
sumber daya alam, dihadapkan dengan semakin
meningkatnya produktivitas di bidang industri, maka
keamanan sumber energi menjadi perhatian serius karena
beberapa sumber energi yang sifatnya tidak dapat
diperbaharui seperti minyak dan gas bumi akan semakin
langka. Hal tersebut dapat menjadi pencetus timbulnya
persaingan antara dua negara besar yaitu Amerika Serikat
dan Tiongkok untuk menguasai sumber energi, pangan dan
air di berbagai kawasan khususnya kawasan Asia Pasifik;
7

c) Terorisme lnternasional. Terjadi perkembangan


kelompok-kelompok teroris global khususnya dari aspek
organisator sebagaimana terjadi di beberapa kawasan
terutama di Afrika, Timur Tengah, Asia Selatan dan Asia
Tenggara. Beberapa aksi teror terjadi dan dilakukan secara
kombinasi, simultan dan lebih terkoordinir, antara lain
dalam bentuk serangan bom di tempat-tempat umum dan
strategis, penyerangan bersenjata, penculikan, adanya
ancaman langsung dengan memanfaatkan media publik
serta kegiatan cyber yang dilakukan secara sistematis oleh
individu dan kelompok. Pada beberapa tahun ke depan
diprediksi kelompok teroris akan terus berkembang seperti
AQIM, AQAP, Boko Haram dan Al Shahab yang terus
meningkatkan aksi terornya dengan memanfaatkan
teknologi informasi untuk mendukung propaganda teror,
mencari informasi guna melakukan koordinasi dan saling
kerjasama untuk mendapatkan dana. Negara sponsor
tertentu kemungkinan akan memberikan akses geografis,
dukungan persenjataan dan finansial. Konflik Timur
Tengah juga masih menjadi salah satu pemicu
berkembangnya teror global. Saat ini di Suriah dan Irak
telah muncul ISIS yang lebih radikal dari pada Al Qaeda.
Selain itu juga terdapat potensi aksi dari kelompok-
kelompok teroris lintas negara yang dilakukan di berbagai
kawasan;

d) Konflik Global. Konflik global yang dipicu oleh


pergeseran kepentingan politik dan ekonomi serta
melibatkan kekuatan-kekuatan utama di dunia masih terus
berlangsung di beberapa kawasan. Konflik tersebut tidak
terlihat melibatkan secara langsung kekuatan-kekuatan
dunia yang bertikai (Proxy War). Indikasi hal tersebut
adalah konflik yang terjadi di Suriah dan Ukraina dimana
beberapa negara secara nyata mendukung pihak-pilhak
yang bertikai, seperti AS dan sekutunya mendukung
oposisi, sementara, pemerintah Suriah didukung Rusia,
Tiongkok, lran serta Negara aliansi lainnya;

e) Lingkungan Hidup. Pemanasan global yang


mengakibatkan perubahan iklim sudah menjadi isu
lingkungan hidup internasional. Ahli iklim PBB
menginginkan kesepakatan baru tentang pencegahan
bencana alam akibat rusaknya lingkungan hidup yang
dilakukan oleh manusia. Kesepakatan tersebut akan
dikenakan pada semua negara walaupun ada perbedaan
mengenai kewajiban yang dibebankan kepada negara-
negara maju dan negara-negara berkembang;
8

f) Demokratisasi. Pengaruh dari perkembangan


teknologi informasi menjadikan proses demokratisasi
semakin mudah mempengaruhi norma, perilaku dan
budaya masyarakat sebuah negara. Kebebasan
mengemukakan pendapat sebagai prinsip utama yang
terkandung dalam faham tersebut dalam beberapa hal telah
terbukti dapat menyebabkan perubahan yang terjadi diluar
kendali dari kelompok yang mempeloporinya, sehingga
dalam jangka waktu tertentu demokratisasi menjadi
penyebab instabilitas dan kerusuhan sosial disuatu negara
sehingga dimana paham tersebut hendak diterapkan. Lebih
lanjut, seringkali kesatuan wilayah suatu negara yang
berdaulat pun akan menjadi taruhannya;

g) Hak Asasi Manusia (HAM). Isu HAM tetap menjadi


alat penekan bagi Negara maju terhadap negara-negara
berkembang guna mendukung kepentingannya. Pemaksaan
penerapan nilai-nilai Universal HAM terhadap negara-
negara berkembang juga menjadi salah satu cara untuk
menciptakan perubahan menuju suatu yang diinginkan oleh
pihak yang menjadi faktor perubahan. Hal ini akan
berpengaruh terhadap kemandirian serta pengembangan
nilai-nilai HAM yang sesuai dengan sistem, tatanan dan
budaya negara-negara berkembang;

h) Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Perkembangan


lingkungan strategis dunia saat ini merupakan produk
globalisasi yang didorong oleh perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Perkembangan dan kemajuan
itu membawa dampak positif maupun negatif. Bagi negara-
negara maju penguasaan Ilpengtek yang tinggi telah
melahirkan berbagai persenjataan mutakhir yang semula
dibuat untuk mempertahankan diri berubah menjadi
penyeimbang kemampuan persenjataan negara lain yang
berdampak pada terjadinya perlombaan senjata;

i) Senjata Pemusnah Massal. Dunia masih menghadapi


ancaman penggunaan senjata kimia, biologi, radiologi,
nuklir dan berbahan peledak (CBRN-E). Pengembangan
senjata pemusnah massal oleh beberapa negara tertentu
akan semakin menimbulkan potensi terjadinya konflik
politik dan militer yang mempengaruhi stabilitas keamanan
kawasan. Diperkirakan beberapa tahun ke depan beberapa
negara yang memproduksi dan memiliki senjata pemusnah
massal akan semakin melakukan perlawanan terhadap
9

kebijakan Amerika Serikat dalam rangka melindungi


kepentingan nasionalnya. Kondisi ini semakin memicu
terjadinya perlombaan senjata di kawasan;
j) Kejahatan Lintas Negara (Transnational Crime).
Kejahatan pencucian uang, penyelundupan manusia,
senjata dan Narkoba serta illegal trading telah menjadi isu
kejahatan global yang terorganisasi melalui jaringan-
jaringan dengan jangkauan antar pengetahuan dan
teknologi, khususnya teknologi informasi menjadi pedang
bermata dua, pada satu sisi dapat membantu mendeteksi
dan mengatasi kejahatan, namun disisi lain dimanfaatkan
pelaku untuk mempermudah berlangsungnya seluruh
transaksi bisnis illegal lintas negara. Dalam beberapa tahun
ke depan diprediksi kejahatan lintas negara yang dilakukan
oleh state actor dan non state actor akan semakin
berkembang, seiring dengan kemajuan teknologi,
meningkatnya mobilitas manusia, barang dan jasa melalui
batas negara, terlebih karena adanya perbedaan kebijakan
hukum di masing-masing negara; dan
k) Keamanan Pangan, Energi dan Air. Kebutuhan akan
pangan, energi dan air semakin mendesak di tengah
pertumbuhan penduduk dunia yang tinggi. Sangat
dirasakan sumber minyak bumi dan gas semakin terbatas
untuk memenuhi kebutuhan energi, serta kesulitan
meningkatkan produksi pangan dan ketersediaan air bersih.
Di tengah meningkatnya kebutuhan negara-negara di dunia
terhadap energi, pangan dan air, maka ada kecenderungan
suatu negara akan melakukan intervensi dan ekspansi ke
negara-negara atau kawasan lain dalam rangka memenuhi
kebutuhan tersebut.
2) Lingkungan Strategis Regional.
a) Amerika.
(1) Aksi terorisme dan gerakan kelompok ekstrimis
di kawasan Asia Selatan dan Timur Tengah menjadi
ancaman langsung terhadap kepentingan nasional
Amerika Serikat. Terkait hal ini, Amerika Serikat
melakukan investasi militer bersama NATO dan Uni
Eropa untuk mengelola stabilitas keamanan di
wilayah konflik dunia;
(2) Kebijakan rebalancing power tidak hanya
ditekankan pada aspek militer, tapi diimbangi dengan
pendekatan diplomasi dan ekonomi. Kebijakan
tersebut diwujudkan berbagai investasi dalam rangka
10

memastikan terjaganya akses regional dan kebebasan


beroperasi, guna kepentingan ekonomi dan
pertahanan. Pada tahun 2020 Amerika serikat akan
menempatkan 60% dari kekuatan militernya di
kawasan Asia pasifik; dan
(3) Dalam mengantisipasi konflik di Laut Tiongkok
Selatan (LTS) dan Laut Tiongkok Timur (LTT), Amerika
Serikat melakukan penataan kembali kekuatan
militernya di kawasan Timur Tengah dan Asia Pasifik
yang lebih difokuskan pada choke points strategis
bantuan kemanusiaan korban bencana alam
(Humanitarian Assitance Disaster Relief/HADR) dan
keamanan maritim dengan cara menempatkan Littoral
Combat Ships di Bahrain dan Singapura akan
mempertahankan pangkalan militer di Yokosuka,
Jepang dan naval Maintenance Base di Singapura
menempatkan kapal logistik dan kapal selam di Diego
Garcia Samudera Hindia menempatkan 2.500
personel Marinir pada periode tahun 2012 s.d. 2017 di
Australia memperkuat pangkalan militernya di Guam
serta mengamankan adanya aset-aset ekonomi
Amerika Serikat yang berada di Asia Pasifik termasuk
yang berada di wilayah Indonesia.

b) Eropa.
(1) Rusia mendukung beberapa wilayah yang
berupaya melepaskan diri dari negara induknya
sebagai bentuk dari the right of self determination
seperti terjadi di Crimea, Lugansk dan Donetsk yang
ingin melepaskan diri dari Ukraina. Sedangkan
Amerika Serikat dan Uni Eropa menganggap
pemisahan diri Crimea dan Ukraina sebagai tindakan
ilegal dan melanggar norma hukum internasional. Hal
ini mengakibatkan hubungan antar negara-negara
NATO dengan Rusia (NRC) mengalami banyak
kemunduran dan NATO telah membekukan rencana
operasi bersama termasuk pertemuan-pertemuan sipil
dan militer serta meninjau ulang seluruh bentuk
kerjasama antara NATO dengan Rusia;
(2) Ancaman teroris di negara-negara Uni Eropa
semakin meningkat. Kelompok-kelompok teroris saat
ini secara leluasa dapat berpergian ke sesama negara-
negara anggota Uni Eropa dengan bebas visa dan
akan mudah membentuk jaringan militan di kawasan
11

tersebut. Common Security And Defence Policy (CSDP)


terbentuk dengan tugas menyusun kebijakan
keamanan dan pertahanan bersama antar negara Uni
Eropa dalam merespon krisis di bidang pertahanan
dan keamanan di wilayah Eropa; dan

(3) Negara-negara Eropa telah menjadi lingkungan


yang melahirkan lembaga-lembaga swadaya
masyarakat pengusung HAM dan demokrasi.
Keadaan ini memudahkan Organisasi Papua Merdeka
(OPM) dan Republik Maluku Selatan (RMS) melakukan
kegiatan propaganda. LSM Eropa memfasilitasi
berbagai kegiatan sosial, politik, demo, pagelaran seni
untuk memperoleh dukungan politik dan simpatisan
masyarakat Eropa maupun dunia. Kelompok anti RI
tersebut berkantor di Amsterdam dan London.

c) Timur Tengah.
(1) Sejumlah konflik masih terjadi di beberapa
negara Timur Tengah diantaranya Israel dengan
Palestina dan Israel dengan Iran yang masih terus
berlanjut dan belum ditemukan adanya kesepakatan
perdamaian. Selain itu, perseteruan antara kaum
Sunni dan Syiah di beberapa negara kawasan Timur
Tengah berimbas pada stabilitas kehidupan politik
pemerintah; dan
(2) Konflik sektarian di Suriah dan Irak yang sudah
berlangsung bertahun-tahun turut menjadi penyebab
munculnya kelompok militan Sunni yang tidak
menghendaki batas negara. Kelompok ISIS/ISIL/DIIS
merupakan kelompok jihad militan Sunni di Irak dan
Suriah untuk melawan pemerintah yang didominasi
oleh kelompok Syiah dan bertujuan mendirikan
negara Islam di Irak dan Suriah.

d) Afrika.
(1) Kawasan Afrika masih diwarnai berbagai konflik
sektarian dan internal dalam negeri sebagaimana
terjadi di Mesir, Libya, Sudan Selatan, Republik Afrika
Tengah, Nigeria, Mali, Republik Demokratik Kongo
maupun konflik antar negara terkait adanya
perebutan sumber daya alam dan sengketa
perbatasan; dan
12

(2) Konflik antar kelompok sektarian yang terjadi di


Nigeria seperti antara kelompok militan Boko Haram
dengan pemerintah Nigeria yang sah masih
berlangsung dengan korban yang cukup banyak.
Kelompok militan Boko Haram juga berhasil masuk ke
beberapa negara lainnya di kawasan Afrika dengan
misi menggulingkan pemerintahan yang sah. Konflik
sektarian juga terjadi antara kelompok militan
Al Shabaab dengan pemerintah Somalia dan bahkan
mendapat dukungan dari oknum pejabat militer
Somalia.

e) Asia Selatan.
(1) Perseteruan antara Pakistan dan India telah
berkembang menjadi perlombaan senjata nuklir yang
menjadi salah satu kerawanan utama kawasan Asia
Selatan. Sengketa perbatasan Line of Control (LoC)
antara kedua negara masih terus terjadi hingga
tahun 2013 meskipun pada saat itu berhasil
diredakan oleh kedua pihak. Kedua negara belum
dapat menemukan konsep pasti dalam menyelesaikan
beberapa persoalan sengketa baik sengketa batas,
pembagian air dan pengaturan eksplorasi SDA di
wilayah tersebut; dan
(2) Pasca berakhirnya misi NATO pada tahun 2013
pemerintah Afghanistan belum mampu menciptakan
stabilitas politik di dalam negeri. Pertentangan suku-
suku dan eksistensi Taliban dan Al Qaeda menjadi
hambatan terbesar dalam mewujudkan stabilitas
keamanan di wilayah ini.

f) Asia Timur.
(1) Perekonomian Tiongkok berkembang sangat
pesat ditopang oleh sektor industri yang hasil
produknya menguasai seluruh pasar dunia, sehingga
berpengaruh menjadi salah satu negara super power
di bidang ekonomi dan meningkatnya kekuatan
angkatan bersenjata serta pengaruh politiknya
sehingga meningkatkan posisi tawar di kawasan
regional maupun global;
(2) Jepang dan Tiongkok masih memiliki
perselisihan terkait sengketa teritorial dan dosa
sejarah antara kedua negara tersebut. Begitupun
halnya Korea Selatan yang masih menghadapi konflik
13

teritorial dengan Jepang dan Tiongkok serta upayanya


untuk menghadapi ancaman dari Korea Utara melalui
aliansi dengan AS, sedangkan Korea Utara sendiri
disamping masih dihadapkan dengan permasalahan
teritorial juga masih menghadapi tekanan Tim
Pengawas dari International Atomic Energy Agency
(IAEA) berkaitan dengan program nuklir dan rudalnya;
dan

(3) Sengketa kepemilikan Kepulauan Paracel dan


Spratly antara Tiongkok, Taiwan, Vietnam, Filipina,
Malaysia dan Brunei Darusalam masih berlanjut.
Kepulauan Paracel saat ini dikuasai Tiongkok, namun
diklaim oleh Vietnam dan Taiwan. Klaim Tiongkok
terhadap LTS dilakukan dengan dasar strategi Nine
Dash Line (NDL) yang didalamnya sudah termasuk
dua kepulauan tersebut dan berdampak timbulnya
masalah ZEE Indonesia khususnya wilayah perairan
Natuna. Adanya Vietnam, Malaysia, Brunei
Darussalam dan Filipina melakukan klaim
berdasarkan UNCLOS 1982.

g) Asia tenggara.

(1) Diantara negara Asia Tenggara terdapat


sengketa perbatasan yang sampai saat ini belum
terselesaikan. Adanya permasalahan tersebut yang
belum tuntas terutama masalah perbatasan dan
sengketa wilayah. Permasalahan perbatasan laut
Indonesia dengan negara-negara ASEAN diantaranya
seperti Malaysia, Singapura, Filipina, Vietnam dan
Thailand serta permasalahan perbatasan laut sesama
anggota ASEAN yaitu Singapura, Malaysia, Brunei
Darussalam, Vietnam, Thailand dan Filipina.
Sedangkan permasalahan batas darat yaitu antara
Malaysia dengan Indonesia dan Kamboja dengan
Thailand;

(2) Selat Malaka sebagai Sea Lane of


Communications (SLOC) dan Sea Lane of Trades (SLOT)
mendorong negara pengguna untuk turut serta
mengelola kawasan tersebut. Meskipun Litoral State
dalam hal ini Indonesia, Malaysia, Singapura dan
Thailand telah melakukan kerjasama dalam forum
Malacca Straits Patrol (MSP) untuk mengamankan
kawasan tersebut; dan
14

(3) ISIS/IS dan kelompok-kelompok radikal lainnya


saat ini terlibat konflik di Suriah dan Irak ISIS dalam
perkembangannya terjadi di Indonesia, Malaysia dan
Filipina ditandai adanya kegiatan-kegiatan
pembentukan sel, pembaiatan, rekrutmen dan
penggalangan dukungan dana, serta pemberangkatan
para jihadis sebagai foreign fighter ke Suriah dan Irak.

h) Pasifik Selatan.
(1) Australia menjadi negara terbesar dan terkuat
di kawasan Pasifik Selatan yang memainkan peranan
penting dalam geopolitik dan geostrategis di kawasan
ini. Negara ini memiliki kondisi ekonomi, politik dan
keamanan yang stabil, serta didukung dengan
kemampuan angkatan bersenjata yang handal.
Australia memiliki keleluasaan dalam
mengembangkan pengaruh politik luar negerinya
terhadap negara-negara di kawasan Pasifik Selatan;
(2) Kebijakan politik Pemerintah Australia
menyatakan mengakui Papua sebagai bagian
kedaulatan wilayah NKRI. Namun demikian, terdapat
beberapa tokoh politik Australia yang memberikan
dukungan terhadap kegiatan Free West Papua
Campaign (FWPC) di Australia, diantaranya kalangan
kalangan akademi dari Sydney University yang
tergabung dalam The Centre for Peace and Conflict
Studies (CPACS) dan dari tokoh politik Partai Hijau;
dan
(3) Organisasi negara-negara MSG didirikan pada
tahun 2007 beranggotakan empat negara dan satu
organisasi separatis New Caledonia, yaitu PNG, Fiji,
Solomon Island, Vanuatu dan Front de Liberation
Nationale Kanak et Socialiste (FLNKS) New Caledonia.
Indonesia memiliki hubungan baik dengan MSG.
Namun demikian terdapat satu negara anggota MSG,
yaitu Vanuatu yang memberikan dukungan politik
kepada OPM.

3) Lingkungan Strategis Nasional.


a) Letak geografi Indonesia dengan panjang garis pantai
mencapai 81.000 km berbatasan laut dengan 10 negara dan
berbatasan darat dengan 3 negara. Indonesia yang
merupakan negara kepulauan memiliki iklim yang dikenal
15

dengan anomali cuaca. Anomali cuaca di Indonesia setiap


tahunnya tidak hanya disebabkan oleh perubahan iklim
namun dapat pula disebabkan oleh efek rumah kaca.
b) Demografi. Jumlah penduduk tahun 2014 mencapai
254.256.974 jiwa dengan daya saingan SDM menempati
urutan 48 dari 49 negara berkembang serta tingkat Human
Deveploment Indeks (HDI) diurutan ke 102 dari 177 negara.
Penyebaran penduduk Indonesia yang tidak merata,
mempengaruhi pola urbanisasi yang terjadi.
c) Sumber Daya Alam (SDA). Indonesia kaya akan SDA
namun memiliki keterbatasan teknologi dan kurangnya
investasi menyebabkan negara-negara maju tertarik
menanamkan investasinya di Indonesia untuk mengelola
SDA. Disamping masalah teknologi dan investasi SDA juga
terdapat hambatan antara yang menjadikan lambannya laju
pertumbuhan dan perkembangan pembangunan nasional,
antara lain masih terdapatnya tumpang tindih peraturan
yang mengatur masalah agraria, eksploitasi tambang,
penanaman modal, kehutanan, sumber daya energi dan
perkebunan.
d) Ideologi. Implementasi pengamalan ideologi Pancasila
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara mengalami
degradasi. Adanya kelompok radikal kiri, radikal kanan dan
radikal lainnya yang masih ingin mengubah ideologi
Pancasila dengan Syariat Islam serta ajaran sosialis dan
komunis sangat membahayakan keutuhan bangsa dan
negara.

e) Politik.
(1) Suprastruktur. Berbagai masalah yang terjadi
pada lembaga Eksekutif, Legislatif dan Yudikatif
sampai saat ini masih belum dapat diselesaikan
karena adanya tarik menarik kepentingan yang belum
tuntas. Hal ini sangat berpengaruh terhadap
kondusifitas mekanisme pemerintahan yang
mengakibatkan terganggunya proses pemerintahan
secara baik; dan
(2) Infrastruktur. Keberadaan Parpol dan
Ormas/LSM tidak serta merta menjadi media
penyalur aspirasi masyarakat yang dapat membawa
kondisi keamanan menjadi stabil. Peran media
informasi yang dikuasai oleh elit politik justru
semakin memperuncing perselisihan dan konflik
16

karena adanya kepentingan masing-masing kelompok


atau golongan. Dalam kondisi seperti ini, peran
Toga/Tomas/Todat yang dijadikan panutan dan
berpengaruh sangat besar dalam mempengaruhi
pendapat masyarakat sangat diharapkan guna
membantu pemerintah melakukan pembinaan
terhadap masyarakat sehingga tidak timbul konflik di
masyarakat.

f) Ekonomi. Masalah ekonomi yang dihadapi bangsa


Indonesia antara lain masalah moneter, perbankan dan
penyelundupan. Kondisi perbankan yang sehat dan kuat
pada kenyataannya belum dapat menjamin stabilitas mata
uang rupiah yang fluktuatif. Terlebih, masih maraknya
berbagai aksi penyelundupan turut menyumbangkan
jumlah kerugian yang besar serta mengganggu industri dan
pertanian nasional.

g) Sosial Budaya. Permasalahan bangsa Indonesia


dihadapkan pada kondisi sosial budaya sangat pelik. Hal
tersebut dapat dilihat dari indikator pendidikan yang
membuka peluang terjadinya liberalisasi pendidikan yang
dapat menyebabkan tingginya biaya pendidikan. Terlebih,
apabila ditilik dari problematika di dunia kesehatan yang
masih menghadapi banyak kendala untuk mewujudkan
tercapainya pelayanan kesehatan yang memadai tanpa
memandang golongan masyarakat yang memerlukan
perawatan dan jaminan kesehatan. Faktor lain yang
dihadapi dari segi sosial budaya adalah manajemen
lingkungan hidup dan bencana alam yang belum optimal.
Masalah tersebut bertambah dengan belum dapatnya proses
Hukum yang dilaksanakan menjadikan efek jera bagi pelaku
yang berimbas pula pada maraknya peredaran Narkoba dan
merebaknya konflik sosial yang mengarah pada konflik
Suku, Ras dan Antar Golongan (SARA). Terlebih, adanya
peran media massa yang telah dimanfaatkan sebagai alat
propaganda politik untuk mempengaruhi opini publik dalam
menyikapi konflik yang terjadi membuat kondisi nasional
kurang kondusif.

h) Pertahanan Keamanan.

(1) Gerakan Separatis.


(a) Papua. Kelompok Separatis Politik Papua
(KSPP) maupun Kelompok Separatis Bersenjata
Papua (KSBP) masih tetap eksis melakukan
17

aksinya dalam rangka mewujudkan tujuan


politiknya yaitu "merdeka" dari NKRI. Aktivitas
KSBP yang menonjol berada di wilayah
pegunungan Tengah Papua, sedangkan aktivitas
KSPP tersebar di seluruh wilayah Papua
maupun di luar Papua seperti di Pulau Jawa
(Jakarta, Bogor, Bandung, Yogyakarta,
Semarang, Solo, Salatiga, Surabaya dan
Malang), Bali, Sulawesi (Makasar dan Manado)
serta di luar negeri (Jerman, Belanda, Inggris,
Belgia, AS, Australia, PNG dan Vanuatu);
(b) Maluku. Kelompok separatis Maluku
yang tergabung dalam Forum Kedaulatan
Maluku (FKM) dan Republik Maluku Selatan
(RMS) secara organisasi masih tetap ada.
Kegiatan menonjol yang dilakukan selama
tahun 2013 s.d Oktober 2014 diantaranya
melakukan propaganda melalui media internet
(Haluan Madju, Angkatan Muda RMS/AMRMS,
Marinyo Maluku, Siwa Rima, Par Diduh dan
Butje Hprury) sebagai upaya menunjukkan
eksistensinya dan melakukan lobby politik
terutama untuk mencari dukungan dunia
internasional; dan
(c) Aceh. Proses perdamaian Aceh pasca MoU
Helsinki selama kurun waktu sepuluh tahun
ini, belum menunjukkan kemajuan yang
signifikan, terutama di bidang pembangunan
infrastruktur. Pemerintah pusat telah
mengucurkan dana Otsus dan Otda yang sangat
besar untuk Provinsi Aceh untuk melakukan
rehabilitasi dan rekonstruksi Aceh termasuk
penanggulangan akibat bencana tsunami.
Hingga saat ini masih tetap ada kelompok eks
GAM yang terus menyuarakan tentang
perjuangan kemerdekaan Aceh.

(2) Terorisme. Jaringan kelompok teroris seperti


teori gunung es, sebagian kecil dari mereka telah
tertangkap atau terbunuh dan sebagian besar lainnya
yang bekerja secara clandestin masih terus
melakukan aksi teror karena ketidakpuasan terhadap
kebijakan Pemerintah maupun kelompok yang
bertentangan. Hal lain yang mendukung
berkembangnya teroris di Indonesia diantaranya
18

adanya organisasi kemasyarakatan berhaluan garis


keras, belum adanya sinergisitas pelaksanaan
program deradikalisasi teroris di Iingkungan Pondok
Pesantren, Lapas dan di masyarakat serta
perkembangan geopolitik regional seperti konflik
antara Israel dengan Palestina, konflik di Suriah, Irak,
Yaman dan di Afghanistan;
(3) Keamanan Obyek Vital Nasional. Aksi
mengancam objek vital yang bernilai strategis di
dalam negeri diantaranya mogok kerja buruh/
karyawan dan penembakan terhadap warga dan
karyawan PT. Freeport Indonesia di Papua dan
terjadinya kecelakaan kerja di tambang bawah tanah
Grasberg Blok Cave di Mimika. Dengan keluarnya
Undang-undang RI Nomor 4 tahun 2009 tentang
Minerba maka perusahaan tambang di Indonesia
wajib membangun smelter;
(4) Konflik Komunal. Konflik antar kelompok warga
sering terjadi oleh sebab-sebab kecil menjadi besar
dan terbuka oleh karena fanatisme sempit. Konflik
berlatar belakang agama di beberapa daerah masih
terus terjadi seperti, kasus Ahmadiyah di
Tasikmalaya, Sukabumi, Syiah-Suni di Madura, kasus
pembangunan Gereja di Bogor dan Bekasi, kasus
suku Bali dan penduduk lokal di NTB dan Lampung,
kasus Bugis-Dayak di Kalimantan, perang Suku antar
suku Orang Asli Papua (OAP), serta OAP dengan
pendatang (Bugis dan Makasar). Diprediksi kejadian
serupa masih akan terjadi di masa mendatang; dan
(5) Konflik Vertikal. Konflik vertikal terjadi karena
respon negatif warga terhadap penerapan
kebijakan/peraturan Pemda dan aparat yang dinilai
merugikan warga yang terkait masalah. Konflik ini
menyebabkan bentrokan antara warga masyarakat
dengan aparat dan pemerintahan dalam penertiban
oleh Satpol PP dan Polisi, kebijakan lembaga negara,
tenaga kerja, penanganan kasus kriminal oleh
Kepolisian hingga buruknya pelayanan publik oleh
BUMN/Pemda. Beberapa konflik vertikal diantaranya
terjadi di Mesuji (Lampung), Tapanuli Selatan
(Sumut), Kab. Ogan Hilir (Sumsel), Kab. Muaro Jambi
(Jambi), Kab. Mamuju Utara (Sulbar) dan Kota Bima
(NTB).
19

4) Keamanan Perbatasan.

a) Keamanan Perbatasan wilayah Darat dan Laut.

(1) Indonesia-Malaysia. Di wilayah perbatasan


darat di Kalbar dan Kaltim dengan Serawak dan
Sabah telah terjadi pelanggaran illegal logging , illegal
minning, Penyelundupan Narkoba, adanya human
trafficking, TKI ilegal serta pelanggaran lintas batas
baik yang dilakukan oleh warga Indonesia maupun
Malaysia;

(2) Indonesia-PNG. Adanya kebijakan politik negara


PNG yang kurang tegas terhadap keberadaan anggota
Separatis Papua yang berada di wilayah sekitar
perbatasan serta kondisi wilayah perbatasan
sepanjang ± 780 KM yang hanya ditandai dengan 52
patok pembatas, menyebabkan batas negara menjadi
kabur yang berdampak timbulnya pelanggaran
pelintas batas;

(3) Indonesia-RDTL. Potensi konflik antara warga di


perbatasan kedua negara akibat perebutan lahan
yang berada di daerah perbatasan;

(4) Indonesia-Filipina. Telah dilaksanakan per-


temuan informal di Jakarta antar Ketua Perunding RI-
Filipina yang menghasilkan, Filipina mengusulkan
pertemuan tingkat tim teknis untuk mengeksplorasi
penyelesaian di dua segmen yang masih belum
berhimpitan, yakni di Segmen 2 dan Segmen 4, dan
Filipina menarik usulan garis posisinya di Segmen 2
dan 4 sebagaimana yang disampaikan pada
kesempatan Preparatory Meeting to the JPWG-MOC
ke-1 di Jakarta;

(5) Indonesia-Singapura. Perjanjian penentuan/


penetapan titik koordinat batas perairan Indonesia
dengan Singapura dilakukan sebelum dilangsungkan
konvensi hukum laut tahun 1982, dimana garis batas
laut wilayah antara RI-Singapura dilaksanakan di
Jakarta pada tanggal 25 Mei 1973, telah menyetujui 6
(enam) titik koordinat yang terletak di Selat
Singapura;
20

(6) Indonesia-Vietnam. Perundingan penetapan


batas landas kontinen RI-Vietnam telah dilaksanakan
pada tanggal 26 Juni 2003 di Hanoi dengan
menyepakati 6 titik koordinat sebagai batas landas
kontinen kedua negara;

(7) Indonesia-Thailand. Batas landas kontinen


maritim Indonesia-Thailand telah diratifikasi dengan
Perpres RI No. 21 tanggal 11 Maret 1972 namun batas
Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) kedua Negara masih
belum ditetapkan;

(8) Indonesia-India Batas landas kontinen yang


disepakati 9 titik koordinat 4 titik koordinat di Iaut
Andaman dan 5 titik koordinat di Samudera Hindia,
akan tetapi batas Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE)
kedua Negara masih belum ditetapkan, disamping itu
India telah membangun pangkalan Angkatan Laut di
Kepulauan Andaman dan Nikobar;

(9) Indonesia-PNG. Perjanjian garis batas tertentu


antara Pemerintah RI dengan PNG ditandatangani di
Jakarta tanggal 12 Februari 1973 dan diratifikasi oleh
Pemerintah RI melalui UU No. 6 Tahun 1973 tanggal 8
Desember 1973, antara lain mengatur penetapan
batas Dam Cise sebelah Utara dan Selatan Sungai Fly
berdasarkan prinsip Thalweg (alur pelayaran) sebagai
batas alamiah berdasarkan perjanjian yang dibuat
pemerintah Kolonial Belanda dan Inggris;

(10) Indonesia-Australia. Perjanjian garis batas


landas kontinen antara RI Australia dilaksanakan di
Canberra pada tanggal 18 Mei 1971 yang menyetujui
16 titik koordinat yang tertetak di daerah perbatasan:
Laut Arafuru (titik A1-Al2), perairan Selatan Pulau
Papua (titik B1-B2) dan perairan Utara Pulau Papua
(titik C1-C2) Persetujuan ini setelah diratifikasi oleh
pemerintah RI sesuai Keppres RI No. 42 tahun 1971
kemudian diberlakukan oleh kedua negara pada
tanggal 8 Nopember 1973;

(11) Indonesia-RDTL. Dengan berdirinya negara


RDTL, maka perlu ditentukan titik dasar baru di
Pulau-pulau sebelah Utara RDTL (P. Alor, P. Wetar, P.
Kisar dan P. Sematu) dan 5 (lima) titik dasar yang ada
di Selatan Pantai RDTL otomatis tidak berlaku lagi;
dan
21

(12) Indonesia-Tiongkok. Dengan diterapkannya


klaim nine Dotted line/U shape line secara sepihak
oleh Tiongkok, di Laut Tiongkok Selatan sebagai
bagian dari wilayah laut tradisionalnya, dimana klaim
ini bertentangan dengan Unclos 1982, telah
menimbulkan pertentangan dari berbagai negara,
diantaranya dengan Taiwan, Malaysia, Philipina,
Vietnam, Brunei dan khususnya Indonesia di wilayah
Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) sebelah utara Pulau
Natuna.

b) Pelanggaran kedaulatan wilayah Laut.

(1) Pelanggaran wilayah oleh negara Malaysia dan


Australia masih sering terjadi, Australia memasuki
wilayah perairan Indonesia saat berpatroli untuk
menghalau para imigran pencari suaka. Sementara
dari pihak Malaysia terjadi di perairan Ambalat,
perairan Karang Unarang dan di perairan Tanjung
Datu, Temajuk, Kalimantan Barat;

(2) Dengan diberlakukannya penerapan dalam


mencegah arus masuk imigran gelap (people
smuggling) oleh Pemerintah Australia, dengan cara
mengusir, menggiring dan mengembalikan imigran
gelap untuk kembali ke Perairan Indonesia,
berdampak terjadinya pelanggaran wilayah yang
dilakukan oleh kapal-kapal Angkatan Laut Australia;
dan

(3) Penerapan klaim Nine Dotted Line/U Shape Line


oleh Tiongkok di Laut Tiongkok Selatan, telah
mengubah kebijakan negaranya dari strategi defensif
menjadi strategi ofensif dengan tujuan untuk
menguasai pengendalian di Laut Tiongkok Selatan.

c) Keamanan kedaulatan wilayah Udara.

(1) Pelanggaran kedaulatan wilayah udara NKRI


dilakukan oleh pengamatan satelit mata-mata militer
asing (terutama satelit milik AS, Tiongkok, Australia
maupun Jepang) dan masuknya pesawat tanpa awak
militer atau UAV sehingga dapat memantau secara
keseluruhan dari semua wilayah perbatasan nasional;
22

(2) Gangguan kedaulatan wilayah udara NKRI yang


dilakukan pesawat militer/sipil asing dengan
memanfaatkan Blank Area dan Blind Area dari
covered radar militer/sipil Indonesia untuk terbang
melebihi ketentuan 25 Mil laut dari jalur ALKI I, II dan
saat melintas;

(3) Pelanggaran kedaulatan wilayah udara NKRI


oleh pesawat militer/sipil asing yang masuk/melintas
tanpa dilengkapi dokumen perizinan yang sah
dikeluarkan oleh Kemhub, Kemlu, Kemhan, dan
Hublu Sintel Mabes TNI, termasuk melakukan
penerbangan yang tidak sesuai jadwal atau rute
penerbangan yang ditentukan; dan

(4) Gangguan incident dan accident penerbangan


udara disebabkan faktor perubahan cuaca ekstrim
yang mempengaruhi sebagian wilayah nasional dan
faktor human error pada saat lalu lintas udara.

5) Prediksi ancaman. Mencermati kecenderungan


perkembangan Lingkungan Strategis Luar Negeri dan
Dalam Negeri, kemungkinan ancaman yang dihadapi
ke depan:

a) Ancaman Potensial.

(1) Invasi Militer Asing. Invasi terhadap kedaulatan


NKRI kemungkinan kecil terjadi, namun perlu
diwaspadai dengan adanya kegiatan Negara asing di
luar dan di dalam wilayah NKRI diantaranya
peningkatan kekuatan militer Malaysia, kebijakan
Australia Maritim Identification Zona (AMIZ), kegiatan
mata-mata asing melalui misi kemanusiaan dan
kegiatan subversi melalui LSM dan kelompok radikal
di dalam negeri;

(2) Masalah Perbatasan. Permasalahan keamanan


yang terjadi hampir diseluruh daerah perbatasan
antara wilayah NKRI dengan Negara tetangga yaitu
Kalimantan, Papua, NTT dan pulau-pulau kecil terluar
akan terus berlanjut khususnya yang berkaitan
dengan masalah penyelundupan, imigrasi gelap dan
tapal batas;
23

(3) Gangguan Keamanan Laut. Perairan Indonesia


yang merupakan bagian dari alur lalu lintas pelayaran
Internasional rawan terhadap gangguan keamanan
luar seperti penyelundupan, perampokan,
pembajakan, imigrasi gelap dan pencurian keamanan
laut serta aksi terorisme terutama di Selat Malaka,
Perairan Aceh, Selat Bangka, Laut Sulawesi, Laut
Arafuru, Laut Banda, Laut Seram dan Teluk Irian;

(4) Sabotase. Perlu diwaspadai adanya sabotase


terhadap obyek vital nasional dan perusakan instalasi
penting;

(5) Spionase. Spionase yang dilakukan pihak asing


baik melalui darat, laut dan udara untuk mendapat
informasi penting yang berkaitan dengan keamanan
Negara;

(6) Imigran Gelap. Imigran gelap yang masuk ke


Indonesia dan memiliki budaya, kepercayaan dan
ideologi yang berbeda dapat melakukan tindakan
kekerasan dan aksi teror untuk mengacaukan
keamanan;

(7) Tindakan ilegal. Tindakan ilegal yang sering


terjadi dengan melibatkan Negara asing yang
berdampak terhadap stabilitas keamanan,
perekonomian, lingkungan hidup dan penegakan
hukum dalam bentuk Illegal Loging, Illegal Mining dan
Illegal Fishing; dan

(8) Terorisme Internasional. Diperkirakan jaringan


terorisme internasional yang terdiri dari kelompok
radikal dan fundamentalis melakukan link-up
dengan membentuk jaringan, membantu dana dan
perlengkapan serta pelatihan terhadap kelompok
teroris dalam negeri dengan sasaran kepentingan
asing maupun domestik.

b) Ancaman Faktual.

(1) Konflik Perbatasan. Permasalahan keamanan


perbatasan yang terjadi hampir di seluruh daerah
perbatasan antara wilayah NKRI seperti Kalimantan,
Natuna, Papua, NTT dan pulau-pulau kecil terluar
dengan Negara tetangga yaitu Malaysia, China,
Vietnam, dan Australia terus berlanjut, khususnya
24

yang terkait dengan penyelundupan, imigran gelap,


pencurian kekayaan laut dan pelanggaran tapal batas
serta kejahatan internasional lainnya;

(2) Gerakan Separatis. Masih terdapat pihak-pihak


yang berkeinginan untuk memisahkan diri dari NKRI
dengan mengeksploitasi kelemahan penyelenggaraan
fungsi pemerintahan, serta masih menimbulkan
kerugian baik di pihak rakyat, pihak pemerintah
maupun TNI. Belum tuntasnya penyelesaian gerakan
separatis merupakan ancaman faktual disintegrasi
bangsa, karena gerakan tersebut dapat berkembang
melalui aksi politik dan fisik/bersenjata, serta
tindakan kejahatan, aksi kekerasan dan teror, yang
dapat memberi peluang bagi campur tangan asing
membantu kelompok separatis/pemberontak;

(3) Aksi Terorisme. Terorisme dalam negeri


merupakan ancaman faktual yang dapat terjadi tanpa
memilih waktu, tempat dan sasaran secara spesifik,
dengan menimbulkan korban massal. Kapabilitas
institusi intelijen dan aparat keamanan yang masih
terbatas, belum didukung partisipasi rakyat dalam
satu sistem terpadu dalam menangkal terorisme yang
dapat berkembang dan melumpuhkan kehidupan
masyarakat;

(4) Konflik Komunal. Konflik komunal sebagai


implikasi dari heterogenitas demografi Indonesia yang
berkembang cukup berpotensi untuk menjadi konflik
antar suku, agama, maupun ras/keturunan dan
golongan dalam skala yang luas. Ancaman faktual
yang masih berlangsung sebagai konflik berulang,
didorong oleh kondisi kurang kondusif, perilaku dan
dendam merupakan isu yang mudah diprovokasi
kelompok tertentu untuk kepentingannya;

(5) Gangguan Keamanan. Gangguan keamanan


seperti pembajakan, perampokan, penangkapan ikan
secara illegal, penyelundupan, perambahan hutan
illegal, imigrasi gelap dan kejahatan lintas Negara
lainnya merupakan ancaman faktual yang
mengganggu integritas kedaulatan NKRI,
menimbulkan kerugian yang besar bagi pemerintah,
dan mengganggu stabilitas keamanan nasional;
25

(6) Gerakan Radikalisme. Gerakan radikalisme


selalu mengganggu stabilitas keamanan sehingga
perlu penanganan secara serius sesuai hukum tanpa
diskriminasi. Penanganan gerakan radikalisme
semakin mendesak, karena berpotensi mengganggu
kepentingan umum, baik masyarakat domestik
maupun internasional. Hal ini dapat merugikan citra
bangsa Indonesia dan juga dapat dijadikan pintu
masuk kekuatan asing ketika Indonesia dinilai tidak
serius dalam penanganannya; dan
(7) Bencana. Bencana yang terjadi merupakan
gempa bumi, banjir, erupsi gunung merapi,
kebakaran hutan, tanah longsor, pencemaran
lingkungan, perusakan ekosistem dan wabah
penyakit, baik akibat alam/natural maupun akibat
perilaku manusia, merupakan ancaman faktual yang
harus dihadapi bersama agar tidak menimbulkan
dampak/korban yang lebih besar.
b. Potensi.
1) Posisi geografis. Dengan posisi strategis yang sangat
terbuka dan dengan sumber daya yang besar, maka strategi
pertahanan di darat dapat selalu dikembangkan secara adaptif
sesuai dinamika lingkungan strategis yang berkembang.
2) Kebangkitan Industri pertahanan terutama telah dimulai
sejak terbitnya Perpres Nomor 42 tahun 2010 tentang Komite
Kebijakan Industri Pertahanan dan semakin kuat setelah
disahkannya UU Nomor 16 tahun 2012 tentang Industri
Pertahanan. Salah satu kebijakan penting sebagai modalitas
utama adalah bahwa setiap pembelian suatu produk dari negara
lain harus disertai program alih teknologi dan penyertaan
kandungan lokal untuk mempercepat peningkatan kapasitas
industri pertahanan dalam negeri. Sejak berlakunya UU ini maka
ada ketegasan bahwa produk-produk yang dihasilkan oleh
industri pertahanan dalam negeri dijamin akan digunakan untuk
kebutuhan TNI AD, terutama untuk produk industri pertahanan
yang sudah mampu dibuat di industri pertahanan dalam negeri.
3) Satu hal peran global TNI AD secara multilateral yang tidak
bisa diabaikan adalah peran pasukan perdamaian Garuda sebagai
sebuah bentuk kontribusi global TNI AD dalam menjamin
perdamaian dunia. Dengan semakin berkembangnya konflik intra
maupun antar negara di dunia, maka peluang TNI AD untuk
melakukan operasi perdamaian dengan standar internasional
semakin meningkatkan kemampuan dan moral personel untuk
terlibat dalam misi-misi internasional.
26

c. Permasalahan.
1) Basis-basis kekuatan satuan TNI AD merupakan
peninggalan masa kolonial. Walaupun telah terjadi pembangunan
sarana dan prasarana TNI AD di seluruh Indonesia, namun dapat
diketahui bahwa hampir sebagian besar basis-basis pangkalan
satuan-satuan TNI AD merupakan hasil peninggalan masa
kolonial yang dibangun dengan pertimbangan lingkungan strategis
masa tersebut. Dalam lima tahun kedepan, lingkungan strategis
akan mengalami suatu perubahan yang cukup signifikan
terutama dalam mengantisipasi penerapan strategi militer oleh
pihak-pihak lawan. Oleh karena itu dengan perubahan situasi
keamanan strategis di sekitar Indonesia maka diperlukan tinjauan
strategis terhadap disposisi kekuatan-kekuatan satuan TNI AD di
seluruh wilayah Indonesia.
2) Koherensi strategi dan kebijakan pertahanan secara
komprehensif. Pertahanan Indonesia mengenal ancaman potensial
dan faktual. Sesuai amanat UU Nomor 3 tahun 2002 para
pemangku kepentingan untuk jenis ancaman tersebut tidak sama.
Menyikapi dinamika ancaman yang berbeda-beda tersebut
diperlukan sebuah strategi dan kebijakan yang koheren.
Koherensi strategi dan kebijakan antar berbagai pemangku
kepentingan masih menjadi sebuah persoalan besar karena setiap
pemangku kepentingan cenderung memiliki prioritas yang berbeda
dengan lainnya sehingga tujuan bersama tidak tercapai dengan
optimal.
3) Kesejahteraan prajurit dan profesionalisme. Peningkatan
peran TNI AD secara global dalam misi-misi perdamaian dunia
dan meningkatnya ancaman dan gangguan keamanan khususnya
di perbatasan darat, belum berbanding lurus dengan
kesejahteraan yang selayaknya melekat. Hadirnya berbagai
tuntutan tugas disertai dengan ragam misi yang memiliki
spektrum luas antara damai dan perang, prajurit TNI AD
membutuhkan pendidikan dan pelatihan yang lebih komprehensif
dan mendalam agar dapat melaksanakan tugas-tugas utama
secara lebih profesional dan tugas-tugas lain di luar kompetensi
utamanya. Sementara itu, sejumlah pos-pos perbatasan kurang
memiliki sarana-prasarana sosial, kesehatan dan pendidikan yang
memadai dan baik bagi sebuah keluarga. Hal seperti ini berakibat
timbulnya biaya tinggi untuk sebuah keluarga karena keperluan
biaya untuk “dua dapur”.
4) Jenis Alutsista yang beraneka ragam. Alutsista TNI AD
berasal dari berbagai sumber negara yang memiliki filosofi
teknologi yang berbeda sehingga berimplikasi pada aspek
pemeliharaan, pengoperasian, efisiensi dan efektifitas.
27

5) Industri Pertahanan. Terbatasnya infrastruktur dasar


industri pertahanan dalam negeri khususnya dalam menunjang
alih teknologi Alutsista strategis seperti panser, tank, helikopter,
roket, meriam atau peluru kendali. Masalah lain adalah masih
rendahnya industri pertahanan dalam negeri melakukan investasi
dalam pengembangan riset ilmu-ilmu dasar dalam menunjang
industri pertahanan. Lokasi industri pertahanan yang saat ini
berada terutama di Pulau Jawa juga merupakan sebuah
kerawanan karena dengan penempatan tipologi terpusat seperti
demikian maka apabila dihancurkan maka tidak akan ada lagi
industri pertahanan yang dapat menjamin kelanjutan jalannya
perang. Dengan menghadirkan industri pertahanan di wilayah lain
di Indonesia tidak saja akan memberikan kontribusi peningkatan
indeks pembangunan manusia di pulau-pulau lain, tetapi juga
akan meningkatkan survivabilitas industri pertahanan dalam
mendukung usaha-usaha memenangkan perang.

6) Intelijen dan Pengawasan. Permasalahan pada bidang ini


berakibat pada meningkatnya pelanggaran wilayah perbatasan
darat. Beberapa permasalahan diantaranya adalah:
a) Masih lemahnya koordinasi antara komunitas intelijen
dan juga soal pembagian/tukar menukar data dan informasi
intelijen (data and information sharing). Selain itu masih
kurangnya integrasi antara intelijen manusia (human
intelligence), yang memanfaatkan teknologi seperti intelijen
sinyal (signal intelligence), intelijen elektronik (electronic
intelligence), maupun intelijen citra/gambar (imagery
intelligence) secara terkoordinasi dalam suatu kerangka
kerja bersama; dan
b) Ketiadaan sistem komunikasi militer secara mandiri
menjadi salah satu sebab utama masih rentannya informasi
jatuh pada pihak-pihak yang tidak seharusnya.

BAB II
TUGAS, VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN STRATEGIS

3. Tugas. Sesuai dengan Undang-Undang RI Nomor 34 tahun 2004


tentang TNI, pada pasal 7 (tujuh) TNI memiliki tugas pokok yang dilaksanakan
baik dalam pola OMP maupun OMSP. TNI AD sebagai kekuatan pertahanan
matra darat melaksanakan tugas-tugas TNI dalam rangka menjalankan fungsi
TNI sebagai penangkal, penindak dan pemulih di wilayah daratan. Guna
mewujudkan hal tersebut, TNI AD bertugas:
28

a. Melaksanakan tugas TNI matra darat di bidang pertahanan;

b. Melaksanakan tugas TNI dalam menjaga keamanan wilayah


perbatasan darat dengan negara lain;

c. Melaksanakan tugas TNI dalam pembangunan dan pengembangan


kekuatan matra darat; dan

d. Melaksanakan pemberdayaan wilayah pertahanan di darat.

4. Visi. Pertahanan negara merupakan segala usaha untuk


mempertahankan kedaulatan negara, keutuhan wilayah NKRI, dan
keselamatan segenap bangsa dari berbagai ancaman. Usaha ini menjadi salah
satu fungsi pemerintahan dalam mewujudkan suatu kesatuan pertahanan
negara guna mencapai tujuan nasional. Untuk merealisasikan usaha tersebut,
maka pengelolaan sistem pertahanan negara berpedoman pada visi, misi dan 9
agenda prioritas Pemerintah (Nawa Cita). Pada dasarnya Visi dan Misi
pertahanan negara mengacu pada visi dan misi dan agenda prioritas
Pemerintah yang selanjutnya dijabarkan dalam tujuan dan sasaran strategis
pertahanan negara. Dengan mempertimbangkan masalah pokok bangsa,
tantangan pembangunan yang dihadapi dan capaian pembangunan selama ini,
maka Visi Pertahanan Negara untuk tahun 2015-2019 adalah :
“Terwujudnya Indonesia yang berdaulat, mandiri, dan berkepribadian
berlandaskan gotong royong”.

5. Misi. Upaya dalam mewujudkan visi pertahanan negara tersebut,


dilaksanakan melalui 7 (tujuh) misi pembangunan pertahanan negara, yaitu:

a. Mewujudkan keamanan nasional yang mampu menjaga


kedaulatan wilayah, menopang kemandirian ekonomi dengan
mengamankan sumberdaya maritim, dan mencerminkan kepribadian
Indonesia sebagai negara kepulauan;

b. Mewujudkan masyarakat maju, berkesinambungan dan


demokratis berlandaskan negara hukum;

c. Mewujudkan politik luar negeri bebas aktif dan memperkuat jati


diri sebagai negara maritim;

d. Mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia yang tinggi, maju


dan sejahtera;

e. Mewujudkan bangsa yang berdaya saing;

f. Mewujudkan Indonesia menjadi negara maritim yang mandiri,


maju, kuat, dan berbasiskan kepentingan nasional; dan

g. Mewujudkan masyarakat yang berkepribadian dalam kebudayaan.


29

Untuk menunjukkan prioritas dalam jalan perubahan menuju Indonesia


yang berdaulat secara politik, mandiri dalam bidang ekonomi, dan
berkepribadian dalam kebudayaan, dirumuskan sembilan agenda prioritas
dalam pemerintahan ke depan. Kesembilan agenda prioritas itu disebut Nawa
Cita, yaitu:

a. Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa


dan memberikan rasa aman pada seluruh warga Indonesia;

b. Membuat pemerintah tidak absen dengan membangun tata kelola


pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis dan terpercaya;

c. Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat


daerah-daerah dan desa dalam kerangka Negara Kesatuan;

d. Menolak negara lemah dengan melakukan reformasi sistem


penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat dan terpercaya;

e. Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia;

f. Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar


Internasional;

g. Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakan


sektor-sektor strategis ekonomi domestik;

h. Melakukan revolusi karakter bangsa; dan

i. Memperkuat kebhinekaan dan memperkuat restorasi sosial.

6. Tujuan. Berdasarkan visi dan misi pertahanan negara tersebut, TNI AD


melaksanakan tugas dengan menjabarkan tugas pokok TNI, yang memiliki
tujuan:

a. Mewujudkan pemberdayaan wilayah daratan yang mampu


menghadapi ancaman;

b. Mewujudkan penerapan manajemen TNI AD yang terintegrasi;

c. Meningkatkan kualitas personel (SDM) TNI AD yang profesional;

d. Mewujudkan teknologi persenjataan yang mutakhir; dan

e. Mewujudkan kemanunggalan TNI AD-Rakyat dalam bela negara.

7. Sasaran Strategis.

a. Terwujudnya pemberdayaan wilayah daratan yang mampu


menghadapi ancaman.
30

1) Seluruh potensi ancaman, gangguan, hambatan, tantangan


dan peluang baik nasional, regional maupun global dipetakan dan
ditindaklanjuti secara efektif;

2) Seluruh wilayah perbatasan memiliki batas wilayah yang


jelas dan bebas pelanggaran wilayah;

3) Seluruh wilayah, terutama daerah terpencil dan perbatasan,


memiliki daya tangkal yang handal dalam menghadapi setiap
ancaman yang muncul; dan

4) Seluruh objek vital nasional yang bersifat strategis aman.

b. Terwujudnya penerapan manajemen TNI AD yang terintegrasi.

1) Peraturan perundang-undangan di bidang pertahanan


negara mampu memenuhi kebutuhan nasional dan tantangan
global serta diimplementasikan secara sinergis lintas sektoral;

2) Seluruh perencanaan, pelaksanaan, pengendalian dan


pelaporan dilaksanakan berdasarkan data yang terkini dan akurat
secara terintegrasi, akuntabel dan tepat waktu; dan

3) Seluruh satuan kerja menerapkan teknologi informasi dan


komunikasi yang handal dan terintegrasi, serta mencapai target
kinerjanya dengan administrasi yang akuntabel.

c. Meningkatnya kualitas personel (SDM) TNI AD yang profesional.

1) Seluruh satuan kerja TNI AD memiliki personel sesuai


kualifikasi, kompetensi dan kebutuhan dengan kesejahteraan
yang terjamin dengan komposisi kekuatan personel yang ideal
antar pangkat, golongan, kecabangan dan sumber melalui
penataan hasil program penyediaan prajurit dan pengadaan PNS
serta pemisahan alami dan non alami;

2) Pendidikan dan pelatihan TNI AD memenuhi standar mutu,


menerapkan kemajuan Iptek serta mampu menjawab tantangan
tugas untuk menghasilkan lulusan yang profesional;

3) Optimalisasi seluruh satuan kerja TNI AD melalui


penggunaan personel dengan pola pembinaan karier yang terarah
sesuai kualifikasi, kompetensi yang dilakukan secara adil,
obyektif, transparan serta mempunyai kesempatan yang sama
untuk mencapai karier yang setinggi-tingginya;

4) Penegakan hukum disiplin, tata tertib, pembinaan jasmani


dan optimalisasi pemberian rawatan dinas, purna dinas
diselenggarakan secara cepat, tepat dan benar dalam rangka
pemeliharaan kesejahteraan moril personel; dan
31

5) Pemisahan dan penyaluran personel dengan pemberian


pembekalan dan keterampilan bagi personel TNI AD yang akan
MPP untuk menyiapkan kemandirian mereka pada saat pensiun.

d. Terwujudnya teknologi persenjataan yang mutakhir.

1) Sistem pertahanan darat menerapkan teknologi mutakhir


yang mampu mengidentifikasi, menangkal dan menindak
ancaman secara terintegrasi dan tepat waktu serta memberikan
deterent effect; dan

2) Sarana dan prasarana TNI AD memenuhi kebutuhan dan


standar mutu, sesuai kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
serta dikembangkan secara mandiri.

e. Terwujudnya kemanunggalan TNI AD-Rakyat dalam bela negara.

1) Masyarakat memiliki sikap dan perilaku bela negara serta


mendukung TNI AD dalam penyelenggaraan pertahanan negara di
darat; dan

2) TNI AD berpartisipasi aktif dalam membela harkat, martabat


dan kepentingan nasional di tingkat nasional, regional maupun
internasional.

BAB III
ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI DAN
KERANGKA KELEMBAGAAN

8. Arah Kebijakan dan Strategi Pembangunan TNI. Untuk mewujudkan


pencapaian sasaran pembangunan bidang pertahanan tahun 2015-2019,
maka arah kebijakan dan strategi pembangunan TNI adalah :

a. Pembangunan kekuatan pokok minimum TNI untuk menghadapi


seluruh potensi ancaman yang bersumber dari perkembangan
lingkungan strategis nasional, regional dan global.

1) Arah kebijakan.

a) Melanjutkan pemenuhan Minimum Essential Force


(MEF); dan

b) Meningkatkan upaya Pemeliharaan dan Perawatan


(Harwat).
32

2) Strategi.

a) Penyelenggaraan pengadaan Alutsista TNI;

b) Peningkatan kesiapan Alutsista TNI tahun 2015-2019


(selaras dengan peningkatan jumlah Alutsista yang akan
tiba);

c) Peningkatan kolaborasi penelitian dan pengembangan


serta perekayasaan antara Lembaga Litbang TNI -
Perguruan Tinggi – Industri;

d) Penambahan perumahan dinas dan peningkatan


fasilitas pelayanan kesehatan;

e) Melakukan kerja sama dengan Kementerian PU dan


Perumahan rakyat;

f) Peningkatan sarana dan prasarana pendidikan dan


pelatihan prajurit; dan

g) Peningkatan sarana dan prasarana dalam mendukung


keperluan Alutsista/non Alutsista TNI.

b. Seluruh wilayah perbatasan darat serta wilayah yurisdiksi laut


dan udara memiliki batas yang jelas dan bebas dari pelanggaran
kedaulatan negara, serta memiliki daya tangkal yang handal dalam
menghadapi setiap ancaman.

1) Arah kebijakan.

a) Memperkuat penetapan garis batas wilayah melalui


survei, pemotretan dan pemetaan;

b) Meningkatkan pengawasan dan penjagaan serta


penegakan hukum di laut dan udara nasional serta daerah
perbatasan;

c) Meningkatkan kapasitas kekuatan pertahanan negara


dalam rangka peningkatan pengamanan maritim dan
dirgantara serta pengamanan daerah perbatasan; dan

d) Meningkatkan sinergitas antar institusi dalam


pengamanan daerah perbatasan.

2) Strategi.

a) Menyelesaikan penataan garis batas maritim dan


wilayah udara nasional serta wilayah perbatasan darat
secara jelas dengan negara-negara tetangga;
33

b) Menyelenggarakan operasi pengamanan dan


keselamatan di seluruh wilayah perbatasan laut dan darat
serta wilayah udaradalam rangka mendukung
pembangunan security belt;

c) Menambah maupun meningkatkan pos-pos


perbatasan maupun pulau-pulau kecil terluar (termasuk
pos-pos dalam rangka pengamanan laut); dan

d) Intensifikasi dan ekstensifikasi operasi bersama.

c. Seluruh objek vital nasional yang bersifat strategis dapat terjamin


keamanannya.

1) Arah kebijakan. Meningkatkan kegiatan pengawasan dan


pengamanan terhadap seluruh obyek vital untuk kepentingan
nasional.

2) Strategi. Menyelenggarakan kegiatan operasi secara rutin


untuk pengamanan obyek vital nasional.

d. Kekuatan darat yang mampu menjangkau daerah-daerah


terpencil, daerah perbatasan darat negara dan pulau-pulau kecil terluar
serta menjaga keamanan wilayah daratan.

1) Arah kebijakan.

a) Meningkatkan kegiatan patroli pengawasan maupun


penjagaan di pulau-pulau kecil terluar maupun perbatasan
darat;
b) Meningkatkan peran teritorial dalam rangka
penguatan keamanan wilayah daratan maupun perbatasan;
dan
c) Meningkatkan sarana dan prasarana yang
dibutuhkan untuk kepentingan pengamanan di pulau-pulau
kecil terluar maupun perbatasan.

2) Strategi.
a) Meningkatkan kegiatan operasi pengamanan di
seluruh wilayah perbatasan darat dan pulau-pulau kecil
terluar;
b) Melaksanakan kegiatan pembinaan teritorial di
wilayah perbatasan maupun pulau-pulau kecil terluar; dan
c) Menambah dan meningkatkan pos-pos penjagaan
pengamanan wilayah perbatasan darat.
34

e. Kekuatan laut yang mampu menjangkau pulau-pulau kecil terluar


guna mengatasi berbagai bentuk pelanggaranmaritim di wilayah laut
yurisdiksi nasional.

1) Arah kebijakan.

a) Meningkatkan sarana dan prasarana daerah


perbatasan dan pulau-pulau kecil terluar;

b) Meningkatkan pengawasan dan penjagaan serta


penegakan hukum di wilayah laut yuridiksi nasional; dan

c) Meningkatkan sinergitas pengamanan laut antar


institusi yang terkait.

2) Strategi.

a) Menambah dan meningkatkan pos pengamanan


perbatasan laut (pos kecil terluar);

b) Melaksanakan operasi pengamanan dan keselamatan


di wilayah laut yuridiksi nasional; dan

c) Melaksanakan koordinasi dan sinergitas dalam


pengamanan laut.

f. Kekuatan udara yang mampu menjaga keamanan dirgantara di


wilayah udara yurisdiksi nasional dan mendukung pengamanan
perbatasan darat dan laut wilayah NKRI.

1) Arah kebijakan.

a) Meningkatkan pengawasan dan penegakan hukum di


wilayah udara nasional;

b) Meningkatkan sarana dan prasarana yang


dibutuhkan dalam pengawasan wilayah udara nasional
maupun untuk dukungan pengamanan wilayah perbatasan
darat dan laut; dan

c) Meningkatkan sinergitas antar institusi pengawasan


wilayah udara nasional.

2) Strategi.

a) Meningkatkan kegiatan operasi pengamanan wilayah


udara nasional;

b) Membangun satuan-satuan Radar baru pada area


yang belum tercakup dalam jangkauan Radar pengawasan
udara;
35

c) Melaksanakan kerja sama dengan instansi lain dalam


mengamankan wilayah udara nasional; dan

d) Membangun sarana prasarana dalam mendukung


pengamanan wilayah udara.

g. Tergelarnya kekuatan darat, laut, dan udara yang sinergis dan


terintegrasi.

1) Arah kebijakan. Terwujudnya pembentukan Kogabwilhan


guna meningkatkan efektivitas dan efisiensi gelar kekuatan dalam
rangka Trimatra terpadu.

2) Strategi. Pembentukan 3 Kogabwilhan yang diikuti unsur-


unsur pendukung.

h. Pengiriman pasukan perdamaian dunia di berbagai kawasan


sebagai wujud keikutsertaan dalam menjaga perdamaian dunia.

1) Arah kebijakan. Meningkatkan peran dan kontribusi


Indonesia dalam misi pemeliharaan perdamaian dunia melalui
pengiriman pasukan yang profesional dan didukung perlengkapan
serta sarana dan prasarana yang memadai sesuai kebutuhan dan
permintaan PBB.

2) Strategi.

a) Pembentukan pasukan perdamaian melalui


pendidikan dan latihan yang berlanjut melalui Pusat Misi
Pemeliharaan Perdamaian (PMPP).

b) Memberikan pelatihan kepada negara lain dan ikut


merumuskan penyelesaikan konflik yang terjadi disuatu
kawasan.

9. Arah Kebijakan dan Strategi Pembangunan TNI AD.

a. Kebijakan TNI AD.

Untuk mewujudkan TNI AD yang profesional sebagai alat


pertahanan negara perlu diambil langkah-langkah untuk dipedomani
sebagai suatu kebijakan dalam mengoptimalkan, mengintegrasikan
seluruh kekuatan, kemampuan, gelar dan sumber daya yang ada, maka
kebijakan pembangunan TNI AD tahun 2015-2019, sebagai berikut:
36

1) Kebijakan pembangunan kekuatan TNI AD.


a) Tertatanya organisasi dan struktur satuan-satuan
tempur kewilayahan khususnya wilayah perbatasan, pulau-
pulau terluar dan daerah rawan konflik;
b) Tertatanya dan terpeliharanya kekuatan personel
guna memenuhi kebutuhan TOP/DSPP yang dapat
memenuhi Minimum Essential Force (MEF) secara bertahap
dengan tetap memperhatikan kebijakan zero growth of
personel pada angka militer sebanyak 316.198 orang dan
PNS sebanyak 41.200 orang serta right sizing;
c) Meningkatnya kualitas satuan Pasukan Pemukul
Reaksi Cepat (PPRC) TNI AD dan Pasukan Reaksi Cepat
Penanggulangan Bencana TNI AD serta melengkapi sarana
prasarananya;
d) Terpenuhinya kebutuhan norma bekal pokok munisi
kaliber kecil (MKK) dan munisi kaliber besar (MKB) untuk
pembinaan dan penggunaan kekuatan;
e) Terwujudnya modernisasi Alutsista TNI AD secara
bertahap menuju Minimum Essential Force (MEF) sesuai
kemampuan anggaran pemerintah dengan prioritas
pengadaan dari industri pertahanan dalam negeri;
f) Meningkatnya kualitas lembaga pendidikan dan
latihan sehingga mampu menghasilkan prajurit yang handal
dan profesional;
g) Terciptanya pengembangan kekuatan TNI AD yang
mampu memberikan daya tangkal terhadap ancaman
potensial dan dalam keadaan krisis, mampu segera
menindak dan menanggulangi semua ancaman aktual yang
terjadi di seluruh wilayah Indonesia;
h) Terciptanya pengembangan prosedur dan aturan
pelibatan serta meningkatkan kesiapan TNI AD dalam
penanggulangan bencana sesuai dengan kondisi sosial dan
geografis tiap daerah;
i) Meningkatnya tertib administrasi kepemilikan
kekayaan negara khususnya aset-aset TNI AD yang bergerak
maupun tidak bergerak;
j) Terselenggaranya penyempurnaan peraturan dan
peranti lunak yang berkaitan dengan pelaksanaan tugas
pokok TNI AD;
37

k) Meningkatnya sarana dan prasarana jaring komando


serta pengendalian guna menunjang kelancaran koordinasi
dan pelaporan dalam mendukung tugas operasi dan latihan;

l) Meningkatnya fungsi pengendalian internal dan


penegakan hukum untuk mencegah dan mengurangi
pelanggaran prajurit;

m) Terjaganya kesiapan Alutsista TNI AD yang sudah


dimiliki agar siap operasional untuk menghadapi ancaman;
dan

n) Tersedianya peranti lunak baik Doktrin maupun


petunjuk yang valid sesuai perkembangan.

2) Kebijakan peningkatan kemampuan TNI AD.

a) Kemampuan Intelijen. Terciptanya kemampuan


intelijen yang merupakan penjabaran fungsi intelijen yaitu
kemampuan memantapkan penyelidikan, pengamanan dan
penggalangan untuk dapat berkiprah dalam 3 (tiga) wilayah
kegiatan dan/atau operasi yaitu Intelter, Intelpur,
Intelstrat (terbatas) dengan mengoptimalkan keterpaduan
kemampuan intelijen yang meliputi:
(1) Human intelligence (HUMINT).
(2) Open source intelligence (OSINT).
(3) Technique intelligence (TECHINT) antara lain:
(a) Signal intelligence (SIGINT);
(b) Imagery intelligence (IMINT);
(c) Measurement and signature Signal
intelligence (MEASINT);
(d) Telemetry intelligence (TELEINT);
(e) Communication intelligence (COMMINT);
(f) Electronic intelligence (ELECTINT); dan
(g) Geospatial intelligence (GEOINT).
b) Kemampuan tempur. Terbinanya kemampuan
tempur yang merupakan reaktualisasi fungsi pertempuran
agar memiliki totalitas aspek fungsi pertempuran sebagai
bagian strategi penangkalan yang dijalankan oleh kekuatan
pertahanan matra darat dengan menggunakan berbagai
kemampuan diantaranya:
38

(1) Terwujudnya kemampuan pemukul strategis


yang dibangun secara seimbang, selaras, optimal dan
tangguh antara Alutsista dan peralatan pendukung
lainnya yang disiapkan dan diarahkan untuk
menangani 3 (tiga) trouble spot secara bersamaan
sebagai bagian dari Pasukan Pemukul Reaksi Cepat
(PPRC) TNI (Striking Force) sekaligus dapat diberikan
penugasan sebagai pasukan siaga (Standby Force).
Pemantapan kemampuan diarahkan kepada unsur-
unsur manuver yang terdiri dari satuan-satuan
Infanteri berkemampuan lintas udara dan terintegrasi
dengan unsur-unsur tembakan Kavaleri, Artileri Medan
serta unsur-unsur perlindungan Zeni Tempur dan
kekuatan pendukung lainnya;

(2) Terwujudnya kemampuan pertahanan Wilayah


yang dapat diarahkan untuk mampu mencegah
infiltrasi serta menahan, melokalisir dan
menggagalkan serbuan lawan secara terbatas. Unsur
manuver yang berada di Kodam-Kodam
dikonsolidasikan menjadi kekuatan tempur setingkat
Brigade yang minimal terdiri dari 1 Brigade Infanteri
dengan kemampuan spesifik sesuai kondisi
geografi/tipologi wilayah yaitu perkotaan, rawa laut
dan hutan gunung yang didukung oleh 1
Yonkav/Denkav, 1 Yon/Den Satbanpur (Armed,
Arhanud, Zeni Tempur), Satuan Penerbad, Satuan
Intelijen serta dilengkapi unsur Banmin (Zeni,
Perhubungan, Peralatan, Bekang, Kesehatan,
Topografi, Keuangan, Hukum, Ajen dan POM) yang
disusun sesuai dengan kepentingan satuan yang
didukungnya dan mempertimbangkan kondisi
geografis wilayah Kodam;

(3) Terwujudnya kemampuan khusus yang mampu


menyelenggarakan operasi khusus berupa Operasi
Komando, Operasi Penanggulangan Teror serta
Operasi Sandi Yudha. Dengan kemampuan Human
Intelligence’ (HUMINT), ‘Imaginary Intelligence’ (IMINT),
dan ‘Signal Intelligence’ (SIGINT) serta persenjataan
dan peralatan yang handal maka akan lebih
mengefektifkan Pasukan Khusus dalam
melaksanakan berbagai operasi khusus;
39

(4) Terwujudnya kemampuan Raid yang


diselenggarakan oleh unsur manuver baik dengan
status sebagai kekuatan kewilayahan maupun sebagai
kekuatan terpusat agar mampu beroperasi di berbagai
bentuk medan untuk menghancurkan lawan dengan
memanfaatkan unsur pendadakan menggunakan
mobil udara yang dimiliki serta didukung kemampuan
intelijen pertempuran yang handal. Peningkatan
kemampuan Raid harus dilaksanakan bukan hanya
dalam kerangka memberikan dukungan kekuatan
guna mendukung pelaksanaan operasi yang bersifat
Raid namun diprioritaskan pada peningkatan
kemampuan manuver dengan menggabungkan
kemampuan Raid bersama kemampuan lainnya;
(5) Terwujudnya Kemampuan perang elektronika
(Pernika) terbatas pada lingkup matra darat dan
bagian dari komponen perang elektronika secara luas
agar untuk memberikan efek perlindungan kepada
elemen daya tempur lainnya sekaligus mampu
memberikan jaminan terhadap kelancaran
komunikasi di daerah operasi, karena dengan Kodal
yang baik, elemen daya tempur lainnya dapat
terintegrasi dalam satu kesatuan yang utuh serta
dapat melipatgandakan efek dari daya tempur satuan
secara keseluruhan. Peningkatan kemampuan
diarahkan terhadap satuan perhubungan yang harus
dapat mengantisipasi kemungkinan terjadinya perang
elektronika (Pernika) dengan musuh;
(6) Terwujudnya kemampuan pertahanan udara
yang diselenggarakan oleh satuan pertahanan udara
dan peluru kendali agar mampu menyelenggarakan
suatu perlindungan terhadap instalasi strategis,
kedudukan dan infrastruktur pos komando dari
kemungkinan serangan udara lawan. Selain itu
kemampuan Pertahanan Udara juga diproyeksikan
untuk mampu memberikan efek tembakan melalui
sinkronisasi dengan kemampuan pertahanan udara
secara nasional. Perlu peningkatan kemampuan ini
agar dari aspek perlindungan dan tembakan semua
ancaman yang bersifat vertikal dapat dieliminir;
(7) Terwujudnya kemampuan Nubika pasif
diselenggarakan oleh Satuan Zeni agar memiliki
kemampuan perlindungan yaitu melaksanakan
40

pengamanan terhadap kemungkinan serangan Nubika


lawan disamping tugas lainnya yaitu "Survivability"
untuk menjamin keamanan unsur-unsur manuver
dan tembakan dan elemen daya tempur lainnya;

(8) Terwujudnya kemampuan Siber yang mampu


memberikan perlindungan terhadap unsur manuver
yang terintegrasi dengan unsur tembakan dan kodal
serta dengan elemen lainnya. Kerawanan dari aspek
informasi dapat diantisipasi dan dieliminir untuk
menjamin keamanan pasukan di darat serta
keberlangsungan operasi yang sedang dijalankan.
Maka kemampuan Siber perlu dibangun dan
ditingkatkan dengan penyiapan satuan-satuan
khusus yang bertugas sebagai penangkal, penindak
dan pemulih sistem jaringan informasi dalam rangka
perlindungan daya tempur; dan

(9) Terwujudnya kemampuan hybrid yang


berorientasi pada tingkat kemandirian (self sustained)
yang tinggi sehingga mampu menghadapi
kemungkinan ancaman perang hybrid. Dengan
mengintegrasikan seluruh kesenjataan dan
kecabangan TNI AD (combined arms) diharapkan
dapat menangkal ancaman hybrid tersebut.
Kemampuan ini dapat diwujudkan dengan
pembangunan kekuatan komposit yang memiliki
karakter bertempur sesuai tipologi wilayah dan
mampu berfungsi sebagai penangkal maupun
penanggap pertama (first responder) saat terjadi
konflik/pertempuran yang berskala kecil hingga
besar.

c) Kemampuan dukungan. Tercapainya kemampuan


dukungan yang pada hakekatnya meliputi aspek layanan
dan dukungan berdasarkan capability based planning serta
disusun untuk memberikan efek operasional. Efek
operasional dapat diperoleh dengan menyiapkan beberapa
bidang berupa personel, organisasi, latihan, Alutsista, suku
cadang, Sarpras latihan, dukungan serta komando dan
manajemen. Sedangkan aspek dukungan dilaksanakan
untuk mendukung fungsi utama dalam mendukung
pertempuran dan Binter. Adapun kemampuan dukungan
dalam penggunaan kekuatan TNI AD sebagai kekuatan
pertahanan matra darat, meliputi:
41

(1) Terwujudnya kemampuan dukungan


manajemen operasional, pendidikan, latihan, SDM,
logistik dan anggaran yang disiapkan untuk
melaksanakan kegiatan organisasi secara teratur
serta menggunakan mekanisme dan prosedur baku
untuk menghilangkan keragu-raguan dalam
mengambil tindakan yang efisien, efektif, tepat dan
terukur;

(2) Tercapainya kemampuan dukungan diplomasi


militer yang disiapkan untuk meningkatkan
kerjasama dengan militer asing di bidang pendidikan,
pelatihan, operasi bersama, kunjungan, dan
kerjasama industri pertahanan dalam rangka
mencegah keinginan permusuhan dari Negara lain;

(3) Terwujudnya kemampuan dukungan


penguasaan teknologi dan industri militer, untuk
menguasai perkembangan teknologi dan industri
militer disiapkan agar TNI AD mampu memenuhi
kebutuhannya secara mandiri, tidak tergantung
dengan negara asing dan mampu menyejajarkan diri
dengan perkembangan teknologi militer guna
membangun kewaspadaan; dan

(4) Terwujudnya kemampuan Komando Kendali


Komunikasi Komputerisasi Informasi Pengamatan dan
Pengintaian (K4IPP), dalam menyelenggarakan K4IPP
yang disiapkan melalui penyempurnaan sistem dan
prosedur, pendidikan dan pelatihan personel serta
pemenuhan perlengkapan dan materiil yang
berteknologi tinggi dengan didukung prasarana yang
memadai.

d) Kemampuan Binter. Terwujudnya kemampuan


pemberdayaan wilayah pertahanan secara terpadu terutama
di daerah rawan konflik, pasca konflik dan rawan bencana
melalui penyiapan segenap sumber daya nasional untuk
melaksanakan OMP dan OMSP, pemberdayaan rakyat
sebagai kekuatan pendukung dengan cara meningkatkan
kemampuan teritorial berupa:

(1) Pemenuhan konsep DSPP Satuan Komando


Kewilayahan, yaitu dimulai dari pemenuhan 1 (satu)
Kodim di tiap 1 (satu) Kabupaten/Kota, 1 (satu)
Koramil di tiap 1 (satu) Kecamatan, 1 (satu) Babinsa
42

di tiap 1 (satu) Desa beserta sarana dan


prasarana pendukungnya seperti adanya
fasilitas rumah dinas, kendaraan dinas, alat
komunikasi dinas serta tunjangan daerah terpencil/
terluar/perbatasan/rawan konflik.

(3) Kemampuan temu cepat lapor cepat yang


dilaksanakan secara proporsional dan profesional
dalam menghadapi berbagai dinamika perkembangan
lingkungan strategis yang berpengaruh terhadap
pelaksanaan Binter;

(3) Kemampuan manajemen teritorial meliputi


perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan
pengendalian kegiatan program Binter sehingga
mencapai sasaran yang diharapkan serta dapat
dipertanggungjawabkan secara administrasi;

(4) Komunikasi sosial dengan seluruh komponen


bangsa sehingga terjalin hubungan yang harmonis
dengan seluruh komponen bangsa sehingga dapat
memantapkan kemanunggalan TNI-Rakyat, guna
kepentingan pertahanan negara aspek darat;

(5) Kemampuan penguasaan wilayah melalui


kegiatan membantu pemerintah dalam membina
sumber daya alam dan buatan, sumber daya
manusia, menyusun Komsos serta RTRW pertahanan
darat;

(6) Kemampuan pembinaan perlawanan rakyat


melalui kegiatan sosialisasi wawasan kebangsaan,
cinta tanah air kepada seluruh komponen bangsa;
dan

(7) Kualitas penyelenggaraan Bakti TNI melalui


perencanaan, persiapan dan pelaksanaan program
Operasi Bhakti TNI, Karya Bhakti TNI dan Karya
Bhakti TNI satuan non Komando Kewilayahan yang
benar-benar menyentuh kebutuhan dan membantu
mengatasi kesulitan masyarakat dalam rangka
kepentingan pertahanan negara di darat.

3) Kebijakan pengembangan gelar TNI AD. Selaras dengan


kebijakan pembangunan TNI, maka kebijakan pengembangan
gelar TNI AD diarahkan pada:
43

a) Tergelarnya kekuatan pertahanan matra darat yang


ditujukan pada peningkatan kemampuan, kekuatan dan
gelar bagi satuan Kostrad dan Kopassus sebagai kekuatan
terpusat untuk dapat dimobilisasi ke seluruh wilayah NKRI,
sedangkan Kodam harus memiliki daya tangkal yang kuat
dengan meningkatkan kemampuan, kekuatan dan gelar
satuan sesuai dengan luas wilayah dan ancaman yang
mungkin timbul;
b) Tergelarnya kekuatan yang didasarkan pada konsep
pertahanan pulau-pulau besar dan rangkaian pulau-pulau
kecil yang diarahkan pada terwujudnya totalitas efek
tangkal dan tersedianya kekuatan penangkal awal terhadap
setiap ancaman yang diprediksi;
c) Tergelarnya kekuatan yang diprioritaskan di wilayah
rawan konflik, perbatasan dan pulau terluar sesuai dengan
kondisi geografi dan strategi pertahanan dalam sistem
pertahanan semesta;
d) Tergelarnya kekuatan yang harus memenuhi
tersedianya unsur-unsur Komando, Satpur, Satbanpur,
Satbanmin dan Satkowil yang besar kekuatannya
ditentukan dengan dasar pertimbangan adanya
keseimbangan antara satuan operasional dengan satuan
pendukung;
e) Tergelarnya kekuatan dalam rangka mendukung
Komando Gabungan Wilayah Pertahanan dengan
memantapkan komposisi satuan yang ada baik secara TOP
maupun DSPP dimana segala potensi yang ada harus dapat
diberdayakan dengan berpedoman pada kemampuan
Interoperability yang handal dan efektif; dan
f) Tergelarnya kekuatan dalam mendukung upaya
antisipatif dan represif (jika diperlukan) dalam operasi
peperangan dunia maya yang akan didukung dengan
kecanggihan teknologi dan sistematisasi pemberdayaan
personel yang akan mengawaki secara terpusat dan tersebar
dalam kesatuan sistem terpadu.

b. Strategi TNI AD.


1) Strategi pembangunan TNI AD tahun 2015-2019. Dalam
rangka menindaklanjuti kebijakan yang sudah dikeluarkan, perlu
diikuti dengan penerbitan strategi sebagai cara untuk
melaksanakan kebijakan pembangunan TNI AD yang dituangkan
ke dalam strategi pembangunan kekuatan, strategi pembangunan
kemampuan dan strategi penggunaan kekuatan.
44

a) Strategi pembangunan kekuatan TNI AD.


(1) Menata satuan-satuan tempur kewilayahan
khususnya wilayah perbatasan, pulau-pulau terluar
dan daerah rawan konflik melalui penataan struktur
organisasi dengan melengkapi personel, Alutsista,
sarana transportasi dan komunikasi yang memadai;
(2) Memelihara kekuatan personel TNI AD melalui
pemenuhan TOP/DSPP berdasarkan kebijakan zero
growth of personel dan right sizing;
(3) Mewujudkan kekuatan TNI AD yang memiliki
daya tangkal terhadap ancaman potensial dan
keadaan kritis di wilayah Indonesia melalui
peningkatan kemampuan (capability), komunikasi
(communication) dan kredibilitas (credibility) TNI AD;
(4) Meningkatkan kedisiplinan prajurit dan
berkurangnya pelanggaran prajurit TNI AD melalui
pengawasan melekat dengan meningkatkan kegiatan
keagamaan, santi aji, santi karma, penyuluhan dan
penegakan hukum;
(5) Melengkapi kebutuhan Alutsista, peralatan,
sarana dan prasarana secara optimal;
(6) Memenuhi kebutuhan norma bekal pokok
Munisi Kaliber Kecil (MKK) maupun Munisi Kaliber
Besar (MKB) melalui pengadaan secara bertahap
dengan memaksimalkan kemampuan industri
pertahanan dalam negeri dan dukungan pengadaan
luar negeri sebagai pelengkap;
(7) Mewujudkan Alutsista TNI AD yang modern
pada tataran Minimum Essential Force (MEF) melalui
pengadaan secara bertahap sesuai dengan
kemampuan dukungan keuangan negara dengan
memaksimalkan prioritas pengadaan dari industri
pertahanan dalam negeri;
(8) Mewujudkan optimalisasi pemanfaatan sarana
dan prasarana jaring komando dan pengendalian
guna menunjang kelancaran koordinasi dalam
mendukung tugas operasi dan latihan melalui
peningkatan sarana prasarana komunikasi dengan
melaksanakan modernisasi alat dan peralatan
komunikasi;
45

(9) Meningkatkan kualitas lembaga pendidikan dan


latihan TNI AD dengan melengkapi fasilitas latihan
dan lembaga pendidikan serta sarana dan prasarana
latihan melalui optimalisasi dan peningkatan kualitas
10 komponen pendidikan;

(10) Menyusun peranti lunak mekanisme pelibatan


TNI AD dalam pelaksanaan penanggulangan bencana
sesuai dengan kondisi sosial dan geografis tiap daerah
melalui penyelenggaran rapat koordinasi dengan
instansi terkait dengan cara pembentukan working
group penanggulangan bencana;

(11) Mewujudkan tertib administrasi keuangan dan


kepemilikan kekayaan negara khususnya aset-aset
TNI AD yang bergerak maupun tidak bergerak sesuai
SIMAK-BMN secara optimal berdasarkan Sistem
Akuntansi Instansi (SAI);

(12) Menyusun peranti lunak perbantuan TNI AD


kepada Pemerintah Daerah dan Polri, pengerahan dan
penggunaan kekuatan TNI AD, disiplin prajurit dan
hukum pidana militer melalui pembentukan kelompok
kerja sesuai bidang dengan melaksanakan revisi dan
atau penyusunan aturan baru; dan

(13) Memenuhi kebutuhan pemeliharaan Alutsista


TNI AD agar siap operasional untuk menghadapi
ancaman.

b) Strategi peningkatan kemampuan TNI AD.

(1) Kemampuan intelijen. Pencapaian sasaran


kemampuan intelijen yang meliputi kemampuan
teknis intelijen, pengamanan tubuh TNI AD,
hubungan luar negeri dan administrasi intelijen
diselenggarakan melalui Bin Intel/Pam, Giat Pam,
Giat Lid, Giat Gal, dukungan kegiatan Bintara
intelijen pembinaan dan peningkatan fungsi intelijen,
pemberian honor pembinaan jaring intelijen dan
tunjangan aparat intelijen serta penyelenggaraan
pendidikan, latihan dan penataran intelijen. Hasil-
hasil dari kegiatan tersebut adalah sebagai berikut:

(a) Kemampuan penyelidikan. Meningkatnya


kemampuan aparat intelijen baik secara
perorangan maupun satuan yang didukung
46

ketersediaan Matsus Intel yang memadai dalam


rangka deteksi dini, cegah dini dan peringatan
dini terhadap semua indikasi kerawanan dan
ancaman;
(b) Kemampuan pengamanan. Meningkatnya
kemampuan aparat intelijen baik secara
perorangan maupun satuan yang didukung
ketersediaan Matsus Intel yang memadai dalam
rangka penyelenggaraan operasi dan kegiatan
pengamanan yang bersifat strategis dan
pengamanan terhadap VVIP dan VIP; dan
(c) Kemampuan penggalangan. Meningkatnya
kemampuan aparat intelijen baik secara
perorangan maupun satuan untuk
melaksanakan kegiatan penggalangan secara
terbatas dan pembentukan opini dalam rangka
menciptakan kondisi yang dikehendaki untuk
kepentingan TNI dan TNI AD.

(2) Kemampuan tempur.


(a) Meningkatkan kemampuan satuan
pemukul strategis, pertahanan wilayah, operasi
khusus, Pernika dan Nubika dan kemampuan
pertahanan udara nasional dengan cara
peningkatan kualitas dan kuantitas sumber
daya manusia dan Alutsista sesuai peran
maupun jenis tugasnya;
(b) Membenahi sistem dan metoda
pendidikan dan latihan yang mampu
mewujudkan daya tempur yang handal, baik
dalam matra tunggal maupun gabungan;
(c) Membina kemampuan tempur yang
merupakan reaktualisasi fungsi pertempuran
agar memiliki totalitas aspek fungsi
pertempuran sebagai bagian strategi
penangkalan yang dijalankan oleh kekuatan
pertahanan matra darat dengan menggunakan
berbagai kemampuan diantaranya:
i. Intelijen pertempuran. Intelijen
pertempuran yang menjalankan fungsi-
fungsi intelijen baik dalam OMP maupun
OMSP;
47

ii. Manuver. Manuver ditujukan pada


terwujudnya kemampuan pergerakan
pasukan darat yang terintegrasi dengan
tembakan dalam upaya merebut,
menduduki dan menguasai medan
tertentu dalam pertempuran baik dalam
OMP maupun OMSP;

iii. Tembakan. Tembakan ditujukan


pada terwujudnya kemampuan tembakan
di darat yang menggunakan daya tembak
dengan tujuan dan metode tertentu agar
dapat mempengaruhi jalannya
pertempuran baik dalam OMP maupun
OMSP;

iv. Perlindungan. Perlindungan dituju-


kan pada kemampuan perlindungan baik
aktif maupun pasif yang ditujukan pada
kemungkinan peninjauan, penafsiran,
penghancuran, perusakan, gangguan dan
hambatan fungsi-fungsi pertempuran
lainnya;

v. Kemampuan daya dukung dan


pemberdayaan sumber daya tempur.
Kemampuan daya dukung dan
pemberdayaan sumber daya tempur agar
berdaya guna dan berhasil guna bertujuan
tercapainya tugas pokok satuan; dan

vi. Komando dan pengendalian


informasi (Kodal info). Kodal info sebagai
kemampuan dalam pengomandoan,
pengendalian dan pengolahan dan
penggunaan pengetahuan, ditujukan pada
kemampuan kerja sama komandan dan
staf dalam mengolah data, informasi dan
pengetahuan yang ditujukan pada
kepentingan pencapaian tugas pokok baik
dalam OMP maupun OMSP.

(d) Meningkatkan dan memelihara


kemampuan keamanan di wilayah perbatasan
dan pulau-pulau terluar melalui latihan
bersama, patroli terkoordinasi, penggelaran
48

kekuatan, pemenuhan Alutsista dan sarana


prasarana dengan cara penegakan hukum dan
kedaulatan, perbantuan keamanan kepada
Pemerintah Daerah dan Polri.

(3) Kemampuan dukungan. Mencapai kemampuan


dukungan yang optimal dan efektif untuk
menggandakan kemampuan operasional di bidang
pertempuran dan pembinaan teritorial untuk
mendukung pelaksanaan tugas TNI AD baik sebelum,
selama dan sesudah sebagai kekuatan pertahanan
matra darat, meliputi:

(a) Meningkatkan kemampuan dukungan


manajemen operasional, pendidikan, latihan,
SDM, logistik dan anggaran yang disiapkan
untuk melaksanakan kegiatan organisasi secara
teratur serta menggunakan mekanisme dan
prosedur baku untuk menghilangkan keragu-
raguan dalam mengambil tindakan yang efisien,
efektif, tepat dan terukur;

(b) Meningkatkan kemampuan dukungan


diplomasi militer yang disiapkan untuk
meningkatkan kerjasama dengan militer asing
di bidang pendidikan, pelatihan, operasi
bersama, kunjungan, dan kerjasama industri
pertahanan dalam rangka mencegah keinginan
permusuhan dari negara lain. Kemampuan
diplomasi militer juga disiapkan untuk
melakukan negosiasi penyelesaian konflik baik
yang sedang terjadi maupun pemulihan
hubungan baik antar negara pasca konflik;

(c) Meningkatkan kemampuan dukungan


penguasaan teknologi dan industri militer,
untuk menguasai perkembangan teknologi dan
industri militer disiapkan agar TNI AD mampu
memenuhi kebutuhannya secara mandiri, tidak
tergantung dengan negara asing dan mampu
menyejajarkan diri dengan perkembangan
teknologi militer guna membangun
kewaspadaan. Kemampuan ini merupakan
landasan dalam menentukan kebijakan
pembangunan kekuatan materiil dan Alutsista
49

serta perlengkapan militer yang sesuai dengan


karakteristik prajurit dan tipologi wilayah salah
satunya yaitu meningkatkan kemampuan
penguasaan Litbang dengan meningkatkan
kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) Litbang
melalui kerjasama dan pertukaran informasi
ilmiah ilmu pengetahuan dan teknologi
dengan lembaga/instansi Litbang Nasional
(pemerintah/non pemerintah), perguruan
tinggi, Badan Usaha Milik Nasional Industri
Pertahanan (BUMNIP) maupun Badan Usaha
Milik Swasta (BUMS); dan

(d) Meningkatkan kemampuan Komando


Kendali Komunikasi Komputerisasi Informasi
Pengamatan dan Pengintaian (K4IPP), dalam
menyelenggarakan K4IPP yang disiapkan
melalui penyempurnaan sistem dan prosedur,
pendidikan dan pelatihan personel serta
pemenuhan perlengkapan dan materiil yang
berteknologi tinggi dengan didukung prasarana
yang memadai guna meningkatkan efektifitas
penyelenggaraan komando kendali komunikasi
komputerisasi informasi pengamatan dan
pengintaian pada setiap kegiatan, khususnya
kegiatan operasional dalam upaya mengendali-
kan kegiatan sesuai dengan rencana dan
dinamika yang terjadi.

(4) Kemampuan Binter. Mewujudkan kemampuan


pemberdayaan wilayah pertahanan secara terpadu
terutama di daerah rawan konflik, pasca konflik dan
rawan bencana melalui penyiapan segenap sumber
daya nasional untuk melaksanakan OMP dan OMSP,
pemberdayaan rakyat sebagai kekuatan pendukung
dengan cara meningkatkan kemampuan teritorial
berupa:

(a) Kemampuan temu cepat lapor cepat


yang dilaksanakan secara proporsional dan
profesional dalam menghadapi berbagai
dinamika perkembangan lingkungan strategis
yang berpengaruh terhadap pelaksanaan Binter;
50

(b) Kemampuan manajemen teritorial


meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengawas-
an dan pengendalian kegiatan program Binter
sehingga mencapai sasaran yang diharapkan
serta dapat dipertanggungjawabkan secara
administrasi;

(c) Komunikasi sosial dengan seluruh


komponen bangsa sehingga terjalin hubungan
yang harmonis dengan seluruh komponen
bangsa sehingga dapat memantapkan
kemanunggalan TNI-Rakyat, guna kepentingan
pertahanan negara aspek darat;

(d) Kemampuan penguasaan wilayah melalui


kegiatan membantu pemerintah dalam
membina sumber daya alam dan buatan serta
sumber daya manusia;

(e) Kemampuan pembinaan perlawanan


rakyat melalui kegiatan sosialisasi wawasan
kebangsaan, cinta tanah air kepada seluruh
komponen bangsa; dan

(f) Kualitas penyelenggaraan Bakti TNI


melalui perencanaan, persiapan dan pelak-
sanaan program operasi bakti, karya bakti dan
pekan bakti yang benar-benar menyentuh
kebutuhan dan membantu mengatasi kesulitan
masyarakat dalam rangka kepentingan
pertahanan negara di darat.

c) Strategi pengembangan gelar TNI AD.

(1) Menciptakan kekuatan pertahanan matra darat


yang ditujukan pada peningkatan kemampuan,
kekuatan dan gelar bagi satuan Kostrad dan
Kopassus sebagai kekuatan terpusat untuk dapat
dimobilisasi ke seluruh wilayah NKRI, sedangkan
Kodam sebagai kompartemen strategis harus memiliki
daya tangkal yang kuat dengan meningkatkan
kemampuan, kekuatan dan gelar satuan sesuai
dengan luas wilayah dan ancaman yang mungkin
timbul;
51

(2) Menciptakan kekuatan yang didasarkan pada


konsep pertahanan pulau-pulau besar dan rangkaian
pulau-pulau kecil yang diarahkan pada terwujudnya
totalitas efek tangkal dan tersedianya kekuatan
penangkal awal terhadap setiap ancaman yang
diprediksi;

(3) Mewujudkan kekuatan yang diprioritaskan di


wilayah rawan konflik, perbatasan dan pulau terluar
sesuai dengan kondisi geografi dan strategi
pertahanan dalam sistem pertahanan semesta;

(4) Menciptakan kekuatan yang harus memenuhi


tersedianya unsur-unsur Komando, Satpur,
Satbanpur, Satbanmin dan Satkowil yang besar
kekuatannya ditentukan dengan dasar pertimbangan
adanya keseimbangan antara satuan operasional
dengan satuan pendukung;

(5) Menciptakan kekuatan dalam rangka


mendukung Komando Gabungan Wilayah Pertahanan
dengan memantapkan komposisi satuan yang ada
baik secara TOP maupun DSPP dimana segala potensi
yang ada harus dapat diberdayakan dengan
berpedoman pada kemampuan Interoperability yang
handal dan efektif; dan

(6) Menciptakan kekuatan dalam mendukung


upaya antisipatif dan represif (jika diperlukan) dalam
operasi peperangan dunia maya (Cyber Warfare) yang
akan didukung dengan kecanggihan teknologi dan
sistematisasi pemberdayaan personel yang akan
mengawaki secara terpusat dan tersebar dalam
kesatuan sistem terpadu.

c. Quick Wins dan Program Lanjutan.

1) Quick Wins.

a) Membangun infrastruktur rumah dinas TNI AD


dengan sasaran sebanyak 15.000 unit rumah dinas; dan

b) Meningkatkan pendidikan dan latihan TNI AD dengan


sasaran meningkatnya frekuensi pendidikan dan latihan
prajurit TNI AD sebanyak 2 (dua) kali lipat.
52

2) Program Lanjutan.

a) Program Dukungan Kesiapan Matra Darat.

(1) Terselenggaranya pemeliharaan alat angkut air


dengan perbaikan dan penggantian suku cadang; dan

(2) Terselenggaranya renovasi, rehabilitasi,


pemeliharaan, bangunan, gedung, kantor, sarana/
prasarana konstruksi lainnya.

b) Program Modernisasi Alutsista dan Non


Alutsista/Sarana dan Prasarana Matra Darat.

(1) Terlaksananya modernisasi dan peningkatan


Alutsista Pesud/Rotary Wing dalam rangka
pencapaian sasaran pembinaan kekuatan serta
kemampuan TNI AD menuju Minimum Essential Force
(MEF);

(2) Terlaksananya modernisasi dan peningkatan


Alutsista Alang air dalam rangka pencapaian sasaran
pembinaan kekuatan serta kemampuan TNI AD
menuju Minimum Essential Force (MEF);

(3) Terlaksananya modernisasi dan peningkatan


senjata berat dalam rangka pencapaian sasaran
pembinaan kekuatan serta kemampuan TNI AD
menuju Minimum Essential Force (MEF);

(4) Terlaksananya modernisasi dan peningkatan


materiil Alutsista dalam rangka pencapaian sasaran
pembinaan kekuatan serta kemampuan TNI AD
menuju Minimum Essential Force (MEF); dan

(5) Terlaksananya modernisasi dan peningkatan


materiil non Alutsista dalam rangka pencapaian
sasaran pembinaan kekuatan serta kemampuan
TNI AD menuju Minimum Essential Force (MEF).

c) Program Peningkatan Profesionalisme Personel Matra


Darat. Terwujudnya profesionalisme personel dan satuan
dalam rangka pencapaian sasaran pembinaan kekuatan
serta kemampuan TNI AD menuju Minimum Essential Force
(MEF).

d) Program Penyelenggaraan Manajemen dan


Operasional Matra Darat. Terwujudnya kegiatan penerimaan
uang makan PNS yang tepat waktu.
53

10. Kerangka Regulasi.

Untuk mendukung penyelenggaraan pembangunan pertahanan negara


di darat dalam mewujudkan tercapainya sasaran–sasaran strategis yang
ditetapkan TNI AD pada 5 (lima) tahun ke depan, maka dibutuhkan kerangka
regulasi sebagai berikut:

Tabel Kerangka Regulasi Isu Strategis


Peningkatan Kapasitas Pertahanan Negara di Darat

Regulasi Terkait Yang


No Sasaran Strategis Kebutuhan Regulasi
Sudah Ada
1 2 3 4
1 Terselenggaranya a. UU Nomor 3 tahun a. RUU tentang
pemberdayaan 2002 tentang pertahanan Pengelolaan Sumber
sumber daya negara Daya Nasional Per-
nasional dalam b. PP Nomor 68 tahun tahanan Negara
sistem pertahanan 2014 tentang wilayah b. RUU tentang
Negara di darat pertahanan prajurit wajib
c. Perpres No. 179 tahun c. RUU tentang RTRW
2014 tentang Kawasan Pertahanan Darat
Perbatasan NTT d. RUU tentang RTR
d. Perpres No. 31 tahun Kawasan Perbatasan
2015 tentang Kawasan dalam rangka
Perbatasan Kalimantan Pertahanan Darat
e. Perpres No. 32 tahun
2015 tentang Kawasan
Perbatasan Papua
f. Perpres No. 33 tahun
2015 tentang Kawasan
Perbatasan Maluku
g. Perpres No. 34 tahun
2015 tentang Kawasan
Perbatasan Maluku Utara
dan Papua Barat

2 Pengintegrasian a. UU Nomor 3 tahun a. RUU tentang


manajemen 2002 tentang Pertahanan keamanan nasional
pertahanan Negara Negara b. RUU tentang
di darat dalam b. UU Nomor 34 tahun perbantuan TNI kepada
mendukung sistem 2004 tentang TNI Polri dalam rangka
pertahanan Negara
c. UU Nomor 17 tahun Kamtibmas
2011 tentang Intelijen c. RUU tentang
Rahasia Negara
54

1 2 3 4

d. RUU tentang
Perubahan atas
Undang-Undang Nomor
34 Tahun 2004 tentang
TNI
e. RUU tentang
Pemasyarakatan Militer
f. RUU tentang
KUHPM
g. RUU tentang
Persandian
h. RPP tentang
Asuransi Sosial Prajurit
TNI, Anggota Polri dan
Kementerian
Pertahanan serta PNS
Polri
i. R. Perpres tentang
Perubahan atas Perpres
Nomor 10 Thun 2010
tentang Susunan
Organisasi TNI
j. RUU tentang
Jabatan fungsional TNI
k. RUU tentang
Peradilan Militer

3 Pembangunan a. UU Nomor 3 tahun a. RUU Perubahan


Kekuatan Pokok 2002 tentang pertahanan Atas Undang-Undang
Minimum TNI negara Nomor 34 Tahun 2004
untuk menghadapi b. UU Nomor 34 tahun tentang TNI
seluruh potensi 2004 tentang TNI b. R. Perpres tentang
ancaman yang
Presiden Kebijakan Umum
bersumber dari c. Peraturan
Republik Indonesia Nomor Pertahanan Negara
perkembangan
lingkungan 41 tahun 2010 tentang 2015-2019
strategis nasional, Kebijakan Umum
regional dan global Pertahanan Negara Tahun
2010-2014
55

1 2 3 4

4 Seluruh wilayah a. UU Nomor 3 Tahun a. RUU tentang


perbatasan darat 2002 tentang Pertahanan Keamanan Nasional
serta memiliki Negara b. R. Perpres tentang
batas yang jelas b. UU Nomor 34 Tahun Kebijakan umum
dan bebas dari 2004 tentang TNI Pertahanan Negara
pelanggaran
kedaulatan negara, c. UU Nomor 43 Tahun
serta memiliki 2008 tentang Wilayah
daya tangkal yang Negara
handal dalam d. Peraturan Pemerintah
menghadapi setiap Nomor 68 Tahun 2014
ancaman tentang Penataan Wilayah
Pertahanan Negara

5 Seluruh objek vital a. UU Nomor 3 Tahun R. Perpres tentang


--

nasional yang 2002 tentang Pertahanan Pengamanan Obyek


bersifat strategis Negara Vital Nasional
dapat terjamin b. UU Nomor 34 Tahun
keamanannya 2004 tentang TNI
c. Keppres Nomor 63
Tahun 2004 tentang
Pengamanan Obyek Vital
Nasional

6 Kekuatan darat a. UU Nomor 3 Tahun - R. Perpres tentang


yang mampu 2002 tentang Pertahanan Kebijakan Umum
menjangkau Negara Pertahanan Negara
daerah-daerah Tahun 2015-2019
b. UU Nomor 34 Tahun
terpencil, daerah 2004 tentang TNI
perbatasan darat
negara dan pulau- c. UU Nomor 43 Tahun
pulau kecil terluar 2008 tentang Wilayah
serta menjaga Negara
keamanan wilayah d. Keppres Nomor 63
daratan Tahun 2004 tentang
Pengamanan Obyek Vital
Nasional
56

1 2 3 4

7 Tergelarnya a. UU Nomor 3 Tahun a. RUU tentang


kekuatan darat 2002 tentang Pertahanan Keamanan Nasional
yang sinergis dan Negara
b. RUU tentang
terintegrasi
b. UU Nomor 34 Tahun Perubahan Atas
2004 tentang TNI Undang-Undang 34
Tahun 2004 tentang TNI

c. R. Perpres tentang
Kebijakan Umum
Pertahanan Negara
Tahun 2015-2019

8 Pengiriman a. Undang-Undang a. RUU tentang


pasukan Nomor 37 Tahun 1999 Perubahan Atas
perdamaian dunia tentang Hubungan Luar Undang-Undang 34
di berbagai Negeri Tahun 2004 tentang TNI
kawasan sebagai
b. Undang-Undang b. R. Perpres tentang
wujud
Nomor 24 Tahun 2000 Pengiriman Konga
keikutsertaan
tentang Perjanjian Satgas Heli Mi-17 TNI
dalam menjaga
Internasional Minusma pada Misi
perdamaian dunia
Pemeliharaan Dunia Di
c. Undang-Undang
Mali
Nomor 3 Tahun
2002 tentang Pertahanan c. R. Perpres tentang
Negara Kebijakan Umum
Pertahanan Negara
d. Undang-Undang
2015-2019
Nomor 34 Tahun 2004
tentang TNI

9 Diplomasi a. Undang-Undang a. RUU tentang


pertahanan darat Nomor 37 Tahun 1999 Perubahan Atas UU 34
yang mampu tentang Hubungan Luar Tahun 2004 tentang
mendukung Negeri TNI
kepentingan
b. Undang-Undang b. R. Perpres tentang
nasional
Nomor 3 Tahun Pengiriman Konga
2002 tentang Pertahanan Satgas Heli Mi-17 TNI
Negara Minusma pada Misi
Pemeliharaan Dunia di
Mali
57

1 2 3 4
c. Undang-Undang c. R. Perpres tentang
Nomor 34 Tahun 2004 Kebijakan Umum
tentang TNI Pertahanan Negara
2015-2019.

10 Mendorong a. Undang-Undang a. RUU tentang


tumbuhnya Nomor 16 Tahun 2012 Senjata Amunisi dan
industri strategis tentang Industri Bahan Peledak.
nasional guna Pertahanan b. RPP tentang
mendukung b. Peraturan Pemerintah Pengelolaan Industri
kepentingan Nomor 76 Tahun 2014 Pertahanan.
pertahanan tentang Mekanisme Imbal c. R.Perpres tentang
Dagang Dalam Pengadaan Pengadaan Alat
Alat Peralatan Pertahanan Peralatan Pertahanan
dan Keamanan Dari Luar dan Keamanan Jangka
Negeri. Panjang.

11 Memberdayakan a. Undang-Undang a. RUU tentang


industri Nomor 16 Tahun 2012 Senjata Amunisi dan
pertahanan dalam tentang Industri Bahan Peledak.
negeri guna Pertahanan b. RPP tentang
pemenuhan alut b. Peraturan Pemerintah Pengelolaan Industri
dan alutsista Nomor 76 Tahun 2014 Pertahanan.
dalam rangka tentang Mekanisme Imbal c. R.Perpres
mendukung tentang
Dagang dalam Pengadaan Pengadaan
perekonomian Alat
alat peralatan Hankam Peralatan
nasional Pertahanan
dari luar negeri dan Keamanan Jangka
Panjang

12 Peningkatan dan a. Undang-Undang a. RUU tentang


penguasaan Nomor 16 Tahun 2012 Senjata Amunisi dan
teknologi, dalam tentang Industri Bahan Peledak.
mendukung Pertahanan.
b. RPP tentang
pengembangan
b. Peraturan Pemerintah Pengelolaan Industri
Industri
Nomor 76 Tahun 2014 Pertahanan.
pertahanan
tentang Mekanisme Imbal
c. R.Perpres tentang
Dagang Dalam Pengadaan
Pengadaan Alat
Alat Peralatan Pertahanan
Peralatan Pertahanan
dan Keamanan Dari Luar
dan Keamanan Jangka
Negeri.
Panjang.
58

1 2 3 4

13 Terbentuknya UU Nomor 3 Tahun 2002 a. RUU tentang


kader bela negara tentang Pertahanan Pembinaan Kesadaran
yang tangguh Negara Bela Negara
dalam mendukung
pertahanan negara b. RUU tentang
Pengelolaan Sumber
Daya Nasional
Pertahanan Negara

14 Terwujudnya UU Nomor 3 tahun 2002 a. RUU tentang


kemanunggalan tentang Pertahanan Pengelolaan Sumber
TNI rakyat dalam Negara Daya Nasional
sistem pembinaan Pertahanan Negara
kesadaran bela
negara dengan b. R. Perpres tentang
melibatkan K/L, Kebijakan Umum
Pemerintah Pertahanan Negara
Daerah dan Tahun 2015-2019
komponen bangsa
lainnya

15 Terwujudnya SDM a. UU Nomor 3 tahun a. RUU tentang


sebagai komponen 2002 tentang Pertahanan Perubahan Atas
pertahanan negara Negara. Undang-Undang 34
dalam rangka Tahun 2004 tentang
mendukung sistem b. UU Nomor 34 tahun TNI.
pertahanan negara 2004 tentang TNI
b. RUU tentang
Pengelolaan Sumber
Daya Nasional
Pertahanan Negara.

c. RUU tentang
Prajurit Wajib.
59

11. Kerangka Kelembagaan.

Untuk mewujudkan sasaran–sasaran isu strategis peningkatan


kapasitas pertahanan dan stabilitas keamanan dibutuhkan kerangka
kelembagaan sebagai berikut:

Tabel Kerangka Kelembagaan Isu Strategis


Peningkatan Kapasitas Pertahanan Negara di Darat

Kelembagaan Terkait Kerangka


No Sasaran Strategis
Yang Sudah Ada Kelembagaan
1 2 3 4

1 Pembangunan Kemhan, Mabes TNI, a. Pembentukan


kekuatan pokok TNI AL, TNI AU Kogabwilhan dan unsur-
minimum TNI AD unsur satuan pendukung
untuk menghadapi
seluruh potensi b. Validasi organisasi
ancaman yang satuan TNI AD dalam
bersumber dari mendukung Kogabwilhan
perkembangan
c. Penguatan pengelola
lingkungan
perumahan prajurit
strategis nasional,
regional dan global

2 Seluruh wilayah BNPP, Pemda, Penguatan Legislasi dan


perbatasan darat Kemdagri, Kemenlu, Pemberdayaan Wilayah
memiliki batas Mabes TNI, KKP, melalui Lembaga
yang jelas dan Kemhan, TNI AL dan Kewilayahan dan
bebas dari TNI AU Teritorial
pelanggaran
kedaulatan
negara, serta
memiliki daya
tangkal yang
handal dalam
menghadapi setiap
ancaman
60

1 2 3 4

Penguatan BIN
3 Seluruh objek vital BIN
nasional yang
bersifat strategis
dapat terjamin
keamanannya

4 Kekuatan darat KKP, Kemlu, Mabes Penguatan badan


yang mampu TNI, TNI AL, TNI AU penyelesaian pelanggaran
menjangkau dan Kemenkumham batas wilayah darat
daerah-daerah
terpencil, daerah
perbatasan darat
negara dan pulau-
pulau kecil terluar
serta menjaga
keamanan wilayah
daratan

5 Tergelarnya Mabes TNI, TNI AL dan a. Pembentukan


kekuatan darat TNI AU Kogabwilhan dan unsur-
yang sinergis dan unsur satuan pendukung
terintegrasi
b. Validasi organisasi
satuan TNI AD dalam
mendukung Kogabwilhan

6 Kerjasama KKP, Kemlu, Mabes Penguatan Badan


pertahanan TNI, TNI AL, TNI AU penyelesaian pelanggaran
dengan dan Kemenkumham batas wilayah darat
menjunjung tinggi
politik bebas aktif
dan jati diri
dengan
memperhatikan
prinsip-prinsip
kesetaraan hak
dan kedaulatan
masing-masing
negara
61

1 2 3 4

7 Pengiriman Kemlu dan PMPP Penguatan PMPP


pasukan
perdamaian dunia
di berbagai
kawasan sebagai
wujud
keikutsertaan
dalam menjaga
perdamaian dunia

8 Diplomasi Kemlu, Kemhan dan Penguatan Athan


pertahanan yang Mabes TNI
mampu
mendukung
kepentingan
nasional

9 Mendorong KKIP Penguatan KKIP


tumbuhnya
industri strategis
nasional guna
mendukung
kepentingan
pertahanan

10 Memberdayakan KKIP Penguatan KKIP


industri
pertahanan dalam
negeri guna
pemenuhan
Alutsista dan Alat
Peralatan
Pertahanan
Keamanan
(Alpalhankam)
dalam rangka
mendukung
perekonomian
nasional
62

1 2 3 4

11 Peningkatan dan BPPT, Balitbang a. Pengembangan litbang


penguasaan Kemhan, Balitbang terpadu bagi Industri
teknologi, dalam TNI, BUMNIS Pertahanan.
mendukung Pertahanan, Pothan,
pengembangan Baranahan dan b. Penguatan kerjasama
Industri Dislitbangad dengan Industri
pertahanan Pertahanan Nasional

12 Terbentuknya Menwa, Pramuka, Pembinaan dan


kader bela negara FKPPI Pemberdayaan Organisasi
yang tangguh massa yang berafiliasi
dalam mendukung Bela Negara
pertahanan negara

13 Terwujudnya Korpri, Pemda, Ormas Penguatan Pembinaan


kemanunggalan dan pemberdayaan Bela
TNI rakyat dalam Negara di lingkungan
sistem pembinaan Kementerian/Lembaga
kesadaran bela
negara dengan
melibatkan K/L,
Pemerintah
Daerah dan
komponen bangsa
lainnya

14 Terwujudnya SDM Kemenpora, Kemdagri, Pengembangan Lembaga


sebagai komponen Pemda, Kemhan Pendidikan tentang Bela
pertahanan negara (Pothan), Mabes TNI Negara
dalam rangka
mendukung
sistem pertahanan
negara
63

BAB IV
TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN

12. Target Kinerja. Target kinerja diperlukan agar seluruh kinerja dapat
diidentifikasi secara dini dari mulai tahap perencanaan sampai dengan tahap
pelaksanaan program dan kegiatan sehingga memudahkan dalam pengukuran
pencapaian target kinerja. Kinerja TNI AD dalam Renstra dituangkan dalam
program dan kegiatan. Pada hakekatnya, kinerja TNI AD yang dituangkan
dalam program dan kegiatan, terdiri dari 4 (empat) program dan 41 (empat
puluh satu) kegiatan. Namun dengan mempedomani Renstra TNI, Renstra
Hanneg, dan RPJMN tahun 2015-2019, maka tidak seluruh program dan
kegiatan yang ada diberi baseline anggaran, hanya 4 (empat) program dan 25
(dua puluh lima) kegiatan yang memiliki baseline anggaran dalam Renstra,
yaitu kegiatan diluar gaji pegawai, tunjangan yang melekat pada gaji,
operasional dan operasional perkantoran.

a. Program dan Kegiatan TNI AD. Program dan kegiatan yang diberi
baseline anggaran pada Renstra tahun 2015-2019 sebagai berikut:

1) Program Dukungan Kesiapan Matra Darat:


a) Penyelenggaraan intelijen dan pengamanan matra
darat;
b) Penyelenggaraan survei dan pemetaan;
c) Pemeliharaan/perawatan kendaraan tempur;
d) Pemeliharaan/perawatan pesawat terbang;
e) Pemeliharaan/perawatan alat angkut air;
f) Pemeliharaan/perawatan senjata dan munisi/Alpal;
g) Pemeliharaan/perawatan non Alutsista; dan
h) Pengembangan sistem dan evaluasi kinerja matra
darat.

2) Program modernisasi Alutsista dan non Alutsista serta


pembangunan fasilitas/sarana prasarana:
a) Pengadaan/penggantian kendaraan tempur;
b) Pengadaan/penggantian pesawat terbang;
c) Pengadaan/penggantian alat angkut air;
d) Pengadaan/penggantian senjata, munisi dan optik;
e) Pengadaan/penggantian materiil Alutsista;
f) Pengadaan/penggantian materiil non Alutsista;
g) Pengembangan fasilitas sarana dan prasarana matra
darat; dan
h) Pengadaan Alutsista strategis matra darat.
64

3) Program peningkatan profesionalisme personel matra darat:


a) Latihan matra darat;
b) Latihan bersama internasional;
c) Pendidikan pertama matra darat;
d) Pendidikan pembentukan matra darat;
e) Pendidikan pengembangan umum/rutin matra darat;
f) Pendidikan pengembangan spesialisasi matra darat;
g) Pendidikan profesi dan keahlian matra darat; dan
h) Pembangunan sarana dan prasarana profesionalisme
personel matra darat.

4) Program penyelenggaraan manajemen dan operasional


matra darat.
- Penyelenggaraan administrasi pembinaan,
perencanaan, penganggaran dan keuangan.

b. Prioritas Nasional. Dari 4 (empat) program dan 25 (dua puluh


lima) kegiatan tersebut terdapat beberapa kegiatan yang termasuk
dalam belanja barang. Dimasukkannya beberapa kegiatan yang
merupakan belanja barang operasional namun masih mendapat baseline
anggaran, karena kegiatan-kegiatan tersebut termasuk dalam
progam/kegiatan prioritas nasional. Adapun program/kegiatan prioritas
nasional sebagai berikut:

1) Program Dukungan Kesiapan Matra Darat:


a) Penyelenggaraan intelijen dan pengamanan matra
darat;
b) Pemeliharaan/perawatan kendaraan tempur;
c) Pemeliharaan/perawatan pesawat terbang; dan
d) Pemeliharaan/perawatan senjata dan munisi/Alpal.

2) Program modernisasi Alutsista dan non Alutsista serta


pembangunan fasilitas/sarana prasarana:
a) Pengadaan/penggantian kendaraan tempur;
b) Pengadaan/penggantian pesawat terbang; dan
c) Pengembangan fasilitas sarana dan prasarana matra
darat.

3) Program peningkatan profesionalisme personel matra darat.


- Latihan matra darat.
65

c. Prioritas Bidang. Disamping program dan kegiatan prioritas


nasional yang langsung ditetapkan oleh Presiden pada RPJMN
tahun 2015-2019, TNI AD melalui Kementerian Pertahanan juga
menetapkan beberapa program dan kegiatan prioritas bidang, yaitu
program dan kegiatan diluar prioritas nasional yang oleh TNI AD
dianggap perlu untuk pembangunan TNI AD guna mendukung prioritas
nasional khususnya bidang pertahanan matra darat. Adapun program
dan kegiatan prioritas bidang (pertahanan matra darat) sebagai berikut:

1) Program Dukungan Kesiapan Matra Darat:


a) Kerjasama internasional matra darat;
b) Penyelenggaraan kegiatan teritorial matra darat;
c) Penelitian dan pengembangan pertahanan matra
darat;
d) Pemeliharaan dan perawatan kesatrian dan fasilitas
latihan/tempur;
e) Penyelenggaraan pembinaan potensi nasional menjadi
kekuatan pertahanan; dan
f) Penyelenggaraan OMSP.

2) Program modernisasi Alutsista dan non Alutsista serta


pembangunan fasilitas/sarana prasarana:
a) Pengadaan/penggantian senjata, munisi dan optik;
b) Pengadaan/penggantian materiil Alutsista;
c) Pengadaan/penggantian materiil non Alutsista;
d) Pengadaan Alutsista strategis matra darat;dan
e) Pengembangan fasilitas sarana dan prasarana matra
darat.

3) Program peningkatan profesionalisme personel matra darat:


a) Latihan bersama internasional;
b) Pendidikan pertama matra darat;
c) Pendidikan pembentukan matra darat;
d) Pendidikan pengembangan umum/rutin matra darat;
e) Pendidikan pengembangan spesialisasi matra darat;
f) Pendidikan profesi dan keahlian matra darat; dan
g) Pembangunan sarana dan prasarana profesionalisme
personel matra darat.
66

4) Program penyelenggaraan manajemen dan operasional


matra darat.
a) Penyelenggaraan perawatan personel matra darat;
b) Penggiatan fungsi matra darat;
c) Penyelenggaraan kepolisian militer matra darat;
d) Penyelenggaraan pembinaan hukum;
e) Penyelenggaraan administrasi personel;
f) Pemeliharaan/perawatan peralatan fungsional,
fasilitas dan sarana perkantoran
g) Penyelenggaraan administrasi perbekalan dan
dukungan bekal;
h) Penyelenggaraan penpas dan penum;
i) Penyelenggaran administrasi umum; dan
j) Penyelenggaraan pengawasan dan pemeriksaan.

e. Titik berat pembangunan kekuatan TNI AD tahun 2015-2019:

1) Pemeliharaan Alutsista menuju kesiapan operasional;

2) Melengkapi serta meningkatkan kemampuan Alutsista dan


non Alutsista yang sudah ada serta pengadaan Alutsista dan non
Alutsista baru serta sarana dan prasarana;

3) Melanjutkan sisa pembangunan Renstra tahun 2010-2014


yang mencapai 60,45 % sampai dapat terpenuhi 100%;

4) Rencana pembangunan, pengembangan, validasi dan


likuidasi satuan pada tahun 2015-2019 sebagai berikut:

a) Kostrad.

(1) Pembentukan satuan baru.

(a) Divif-3 di Makassar;

(b) 1 Brigif Mekanis Divif-1 di Jabar;

(c) 3 Yonif Mekanis Divif-1 di Jabar;

(d) 1 Yonif Raider Divif-3 di Makassar/Papua;

(e) 1 Yonif Mekanis Divif-3 di Makassar/


Papua;
67

(f) 1 Yonkav MBT Divif-3 di Makassar/


Papua;

(g) 1 Kikavtai Divif-3 di Makassar/Papua;

(h) 1 Menarmed Divif-3 di Makassar/Papua;

(i) 1 Yonarmed Roket Divif-3 di Makassar/


Papua;

(j) 1 Yonarmed 155 GS Divif-3 di Makassar/


Papua;

(k) 1 Yonarmed 76 Divif-3 di Makassar/


Papua;

(l) 1 Yonarhanud Divif-3 di Makassar/Papua;

(m) 1 Yonzipur Divif-3 di Makassar/Papua;

(n) 1 Yon Cakra di Sentul; dan

(o) 1 Kikav Yon Cakra di Sentul.

(2) Validasi satuan.

(a) 2 Divif yaitu: Divif-1 di Cilodong dan Divif-


2 di Malang;

(b) 2 Brigif yaitu: Brigif-13 di Tasik dan


Brigif-9 di Jember menjadi Brigif Raider;

(c) Brigif-6 di Solo menjadi Brigif Mekanis;

(d) 3 Brigif Linud yaitu: Brigif Linud-17 di


Cijantung, Brigif Linud-3 di Makassar dan Brigif
Linud-18 di Jabung/Malang menjadi Brigif Para
Raider;

(e) 2 Yonif yaitu: Yonif-321 di Majalengka


dan Yonif-515 di Tanggul menjadi Yonif Raider;

(f) Yonif-413/Brm di Sukoharjo menjadi


Yonif Mekanis;

(g) 2 Yonif Raider yaitu: Yonif Raider-411 di


Salatiga dan Yonif Raider-412 di Purworejo
menjadi Yonif Mekanis;

(h) 9 Yonif Linud yaitu: Yonif Linud-305 di


Karawang, Yonif Linud-328 di Cilodong, Yonif
Linud-330 di Cicalengka, Yonif Linud-431 di
68

Makassar, Yonif Linud-432 di Makassar, Yonif


Linud-433 di Maros, Yonif Linud-501 di Madiun,
Yonif Linud-502 di Jabung/Malang dan Yonif
Linud-503 di Mojokerto menjadi Yonif Para
Raider;

(i) Yonarmed-8/76 di Jember menjadi


Yonarmed 8/105;

(j) Yonarmed-9/76 di Purwakarta menjadi


Yonarmed-9/155 GS;

(k) Yonarmed-10/105 di Bogor menjadi


Yonarmed 10/Roket;

(l) Yonarmed-12/105 di Ngawi menjadi


Yonarmed-12/155 GS;

(m) 2 Yonarhanudri yaitu: Yonarhanudri-1 di


Tangerang dan Yonarhanudri-2 di Malang
menjadi Yonarhanud Komposit; dan

(n) 2 Yonkav yaitu: Yonkav-1 di Jakarta dan


Yonkav-8 di Pasuruan menjadi Yonkav MBT.

(3) Alih Kodal satuan.

(a) Brigif Para Raider-3 di Makassar dari


Divif-1 ke Divif-3; dan

(b) Yonarmed-8/105 di Jember dari Kostrad


ke Kodam V/Brw.

(4) Redislokasi satuan. Yonarmed-11/76/Trk dari


Magelang ke Kebumen.

b) Kodiklat TNI AD. Nihil

c) Kopassus.

- Validasi satuan.

(a) 2 Grup Parako (6 Yon Parako) menjadi 1


Grup Parako (3 Yon Parako);

(b) 1 Grup Sandi Yudha (3 Yon Sandha)


menjadi 2 Grup Sandi Yudha (6 Yon Sandha):
dan
69

(c) Pusdikpassus menjadi Pusdiklatpassus di


Batujajar Bandung.

d) Kodam.

(1) Kodam I/Bukit Barisan.

(a) Pembentukan satuan baru.


i. 1 Menarhanud;
ii. 3 Kodim di Rokan Hilir, Nias
Selatan dan Siak; dan
iii. 4 Koramil di Selenseng, Pelangiran,
Pulau Burung dan Batang Tuaka.

(b) Pengembangan satuan.


- Subdenpom-I/3-3 di Batam menjadi
Denpom-I/6.

(c) Validasi satuan.


i. 2 Yonarhanudse yaitu: Yon-
arhanudse-11 di Binjai dan
Yonarhanudse-13 di Pekanbaru menjadi
Yonarhanud Komposit;
ii. 3 Yonif yaitu: Yonif-134/Tuah Sakti
di Batam, Yonif-132/Bima Sakti di
Kampar dan Yonif-133/Yudha Sakti di
Padang menjadi Yonif Raider; dan
iii. Denarhanud Rudal-004 di Dumai
menjadi Denarhanud Komposit.

(2) Kodam II/Sriwijaya.

(a) Pembentukan satuan baru.


i. 1 Brigif di Lahat;
ii. 1 Kikavser BS;
iii. 1 Denzipur di Bengkulu;
iv. 2 Kodim di Bangka Barat dan
Muko Muko; dan
v. Ajenrem-045/045/Gaya di Bangka
Belitung.

(b) Pengembangan satuan.


- Rai Arhanud-41/BS di Palembang
menjadi Yonarhanud Komposit.
70

(c) Validasi satuan.


i. 2 Yonif yaitu: Yonif-142/Ksatria
Jaya di Jambi dan Yonif-143/Triwira Eka
Jaya di Candi Mas/Natar menjadi Yonif
Raider; dan
ii. Yonarmed-15/76 di Matrapura
menjadi Yonarmed-15/105 Trk.

(3) Kodam III/Siliwangi.

- Validasi satuan.
i. Brigif-15/Kujang di Cimahi menjadi
Brigif Raider; dan
ii. 3 Yonif yaitu: Yonif-301/Prabu
Kiansantang di Sumedang, Yonif-310/
Kidang Kencana di Cimahi dan Yonif-315/
Garuda di Bogor menjadi Yonif Raider.

(4) Kodam IV/Diponegoro.

(a) Validasi satuan.


i. Yonarhanudse-15 di Semarang
menjadi Yonarhanud Komposit; dan
ii. 2 Yonif yaitu: Yonif-407/Padma
Kusuma di Tegal dan Yonif-408/
Suhbrasta di Seragen menjadi Yonif
Raider.

(b) Pengembangan satuan.


i. Subdenzibang-052/IV di Surakarta
menjadi Denzibang-4/IV; dan
ii. Peningkatan Rumkit Tk. IV
04.06.02 Slamet Riyadi Denkesyah
04.04.04 Kesdam IV/Dip di Surakarta
menjadi Rumkit Tk. III Kesdam IV/Dip.

(5) Kodam V/Brawijaya.

(a) Validasi satuan.


i. Brigif-16 di Kediri menjadi Brigif
Mekanis;
71

ii. 2 Yonif yaitu: Yonif-521/DY di


Kediri dan Yonif-512/QY di Malang
menjadi Yonif Mekanis;
iii. Yonarhanudse-8 di Sidoarjo menjadi
Yonarhanud Komposit; dan
iv. Yonarmed-1/105 di Malang menjadi
Yonarmed-1/Roket.

(b) Alih Kodal satuan.


i. 2 Yonif yaitu: Yonif-527 di
Lumajang dari Brigif-16 ke Korem-083
dan Yonif-512 di Malang dari Korem-083
ke Brigif-16; dan
ii. Yonarmed-1/Roket dari Kodam V/
Brw di Malang ke Kostrad.

(6) Kodam VI/Mulawarman.

(a) Pembentukan satuan baru.


i. 1 Korem di Kalimantan Utara;
ii. 3 Koramil di Karang Bintang,
Sungai Loban dan Sambung Makmur.
iii. Yonif-612; dan
iv. 1 Kikavser BS.

(b) Validasi satuan.


i. Yonif-613 di Tarakan menjadi Yonif
Raider; dan
ii. Yonarmed-18/105 di Berau menjadi
Yonarmed Komposit.

(7) Kodam VII/Wirabuana.

(a) Pembentukan satuan baru.


i. Kodam XIII/Merdeka di Sulut;
ii. 15 Balakdam di Sulut;
iii. 1 Deninteldam di Sulut;
iv. 1 Rindam di Sulut;
v. 2 Korem di Sulbar (redislokasi
Korem-142 Pare Pare) dan Gorontalo;
72

vi. 5 Kodim di Sangihe Talaud,


Mamasa, Gorontalo Utara, Mamuju Utara
dan Pahuwato;
vii. 1 Brigif di Pare Pare (menggantikan
Brigif-22 yang alih Kodal ke Kodam
XIII/Merdeka);
viii. 2 Yonif Mekanis di Makassar dan
Sulawesi Utara; dan
ix. 1 Kikavser BS (menggantikan Kikav
yang dialih Kodal ke Kodam XIII/
Merdeka).

(b) Pengembangan satuan.


- Denzipur-4 di Manado menjadi
Yonzipur.

(c) Validasi satuan.


i. Brigif-22/Ota Manasa di Gorontalo
menjadi Brigif Raider;
ii. Yonif-726/Tamalatea di Jeneponto
menjadi Yonif Mekanis; dan
iii. Yonarmed-6/76 di Makassar
menjadi Yonarmed-6/105.

(d) Alih Kodal satuan.


i. Brigif-22 di Gorontalo dari Kodam
VII/Wrb ke Kodam XIII/Merdeka; dan
ii. Kikavser BS di Manado dari Kodam
VII/Wrb ke Kodam XIII/Merdeka.

(8) Kodam IX/Udayana.

(a) Pembentukan satuan baru.


i. 1 Kikavser BS di Atambua;
ii. 1 Yonarmed; dan
iii. 1 Yonarhanud.

(b) Pengembangan satuan.

- 1 Kikavser di Bali menjadi Denkav.


73

(c) Validasi satuan.


- 2 Yonif yaitu: Yonif-742/Satya Wira
Yudha di Mataram dan Yonif-744/Yudha
Bhakti di Wedomu menjadi Yonif Raider.

(9) Kodam XII/Tanjungpura.

(a) Pembentukan satuan baru.


i. 1 Kodim di Samsas
ii. 1 Yonif Mekanis di Sanggo;
iii. Yonif-645 di Tanjung Datuk;
iv. 1 Kikavser BS; dan
v. 1 Denarhanud Rudal di Mempawah.

(b) Pengembangan satuan.


- Denkav-2 di Pontianak menjadi
Yonkav.

(c) Validasi satuan.


i. Yonif-631/Antang di Palangkaraya
menjadi Yonif Raider;
ii. Yonif-643/Wanara Sakti di
Pontianak menjadi Yonif Mekanis; dan
iii. Yonarmed-16/105 di Ngabang
menjadi Yonarmed Komposit.

(10) Kodam XVI/Patimura.

(a) Pembentukan satuan baru.


i. 1 Brigif di Masohi;
ii. 1 Yonkav;
iii. 1 Yonarmed;
iv. 1 Kikavser BS; dan
v. 1 Subdenpom-XVI/2-3 di Saumlaki.

(b) Validasi satuan.


- Yonif-731/Kabaresi di Masohi
menjadi Yonif Raider.
74

(11) Kodam XVII/Cenderawasih.


(a) Pembentukan satuan baru.
i. 1 Kodam di Papua Barat;
ii. 15 Balakdam di Papua Barat;
iii. 1 Deninteldam di Papua Barat;
iv. 1 Rindam di Papua Barat;
v. 4 Kodim di Raja Ampat, Yahukimo,
Teluk Bintuni dan Deiyai;
vi. 10 Koramil di Oli Kobel, Mapuru
Jaya, Fak-Fak Barat, Buru Way, Fak-Fak
Timur, Akat, Panggeme, Prafi, Payit dan
Masni;
vii. 2 Denarhanud Rudal Timika dan
Teluk Bintuni; dan
viii. 1 Kikavser BS.

(b) Validasi satuan.


- 2 Yonif yaitu: Yonif-752/WYS
Korem-171 di Sorong dan Yonif-753/AW
Korem-173 di Nabire menjadi Yonif
Raider.

(12) Kodam Jaya.

(a) Pembentukan satuan baru.


i. 1 Brigkav di Jakarta; dan
ii. Kodim 0510/Tigaraksa di
Tangerang.

(b) Validasi satuan.


i. Brigif-1 di Jakarta menjadi
Brigade Mekanis; dan
ii. Yonarhanudse-10 di Bintaro
Jakarta menjadi Yonarhanud Komposit.

(13) Kodam Iskandar Muda.

(a) Pembentukan satuan baru.


i. 1 Kodim di Aceh Tamiang;
75

ii. 19 Koramil di Kuta Panjang, Merah


Dua, Paya Bintang, Suak Setia, Cut Gle,
Woyla Barat, Ketol, Gumpang, Jeumpa,
Lembah Sabil, Kluet Tengah, Lembah
Selawah, Suro Makmur, Blang Pegayong,
Bukit, Celala, Semadam dan Singkil
Utara, Blang Jerango; dan
iii. 2 Brigif di Lhouksukon dan Nagan
Raya;
iv. 1 Yonif di Montasik; dan
v. 1 Kikavser BS.

(b) Validasi satuan.


i. 3 Yonif yaitu: Yonif-113/Jaya di
Bireun Sakti, Yonif-114/Satria Musara di
Bener Meriah dan Yonif-115/Macan
Leuser di Pasie Raja menjadi Yonif Raider;
dan
ii. Yonarmed-17/105 di Pidie menjadi
Yonarmed Komposit.

e) Kekuatan Pendukung.
(1) Pembentukan satuan baru. 1 Satsinfoad, 4
Skadron Serbu, 1 Labiovak Ditkesad dan Satsinfo di
tiap Kotama; dan
(2) Validasi satuan. Disinfolahtad menjadi
Dissisfoad dan Ditkesad menjadi Puskesad.

e. Target kinerja dituangkan dalam matriks kinerja dan pendanaan,


menggambarkan kinerja TNI AD dan seluruh Kotama/Balakpus di
bawahnya. (Sublampiran-B)

13. Kerangka Pendanaan. Fasilitas pendanaan seluruh program dan


kegiatan TNI AD pada Renstra TNI AD 2015-2019, menggunakan pendanaan
yang bersumber dari Rupiah Murni (RM) dengan baseline anggaran
Rp 99.760,58 milyar untuk mendanai 4 (empat) program dan 25 (dua puluh
lima) kegiatan. Selain pendanaan yang bersumber dari Rupiah Murni (RM)
terdapat beberapa kegiatan yang pendanaannya bersumber dari Pinjaman
Dalam Negeri (PDN), Pinjaman Luar Negeri dan Bangtekindhan, dimana
kebijakan pendanaannya berada pada Kementerian Pertahanan, oleh sebab itu
TNI AD membuat usulan kegiatan untuk sumber anggaran pendanaan
tersebut. Adapun kerangka pendanaan Renstra TNI AD tahun 2015-2019
sebagai berikut:
76

a. Rencana kebutuhan anggaran Renstra TNI AD tahun 2015-2019


sebesar Rp. 99.760,58 miliar, sebagai berikut:

1) Tahun 2015 Rp. 8.646,60 miliar;

2) Tahun 2016 Rp. 19.421,46 miliar;

3) Tahun 2017 Rp. 23.089,83 miliar;

4) Tahun 2018 Rp. 23.660,15 miliar; dan

5) Tahun 2019 Rp. 24.942,54 miliar.

b. Rencana kebutuhan anggaran Renstra TNI AD bidang


kesejahteraan prajurit tahun 2015-2019 sebesar Rp. 22.620,35 miliar,
dengan kegiatan sebagai berikut:

1) Pendidikan sebesar Rp. 3.563,00 miliar, dengan rincian:

a) Tahun 2015 Rp. 650,58 miliar;

b) Tahun 2016 Rp. 681,56 miliar;

c) Tahun 2017 Rp. 712,54 miliar;

d) Tahun 2018 Rp. 743,52 miliar; dan

e) Tahun 2019 Rp. 774,50 miliar.

2) Kesehatan sebesar Rp. 1.799,12 miliar, dengan rincian:

a) Tahun 2015 Rp. 413,40 miliar;

b) Tahun 2016 Rp. 358,42 miliar;

c) Tahun 2017 Rp. 352,35 miliar;

d) Tahun 2018 Rp. 329,66 miliar; dan

e) Tahun 2019 Rp. 345,29 miliar.

3) Perumahan sebesar Rp. 17.258,23 miliar, dengan rincian:


a) Tahun 2015 Rp. 8.526,13 miliar;
b) Tahun 2016 Rp. 2.775,82 miliar;
c) Tahun 2017 Rp. 2.444,27 miliar;
d) Tahun 2018 Rp. 2.016,46 miliar; dan
e) Tahun 2019 Rp. 1.495,58 miliar.
77

c. Rencana kebutuhan anggaran Renstra TNI AD bidang


Pemeliharaan dan Perawatan Alutsista dan non Alutsista TNI AD
tahun 2015-2019 sebesar Rp. 33.403,37 miliar, sebagai berikut:

1) Tahun 2015 Rp 5.376,24 miliar;

2) Tahun 2016 Rp. 5.656,01 miliar;

3) Tahun 2017 Rp. 6.923,20 miliar;

4) Tahun 2018 Rp. 7.143,52 miliar; dan

5) Tahun 2019 Rp. 9.304,39 miliar.

d. Rencana kebutuhan anggaran Alutsista dan non Alutsista Renstra


TNI AD tahun 2015-2019 per sumber anggaran, sebagai berikut:

1) Pinjaman Dalam Negeri (PDN). Rencana kebutuhan


anggaran untuk pengadaan Alutsista dan non Alutsista TNI AD
tahun 2015-2019, melalui Pinjaman Dalam Negeri (PDN) sebesar
Rp. 3.940,00 miliar, sebagai berikut:
a) Tahun 2015 Rp. 446,00 miliar;
b) Tahun 2016 Rp. 1.157,07 miliar;
c) Tahun 2017 Rp. 763,50 miliar;
d) Tahun 2018 Rp. 791,71 miliar; dan
e) Tahun 2019 Rp. 781,71 miliar.

2) Pinjaman Luar Negeri/Kredit Ekspor (PLN/KE). Rencana


kebutuhan anggaran untuk pengadaan Alutsista dan non
Alutsista TNI AD tahun 2015-2019, melalui Pinjaman Luar
Negeri/Kredit Ekspor (PLN/KE) sebesar USD. 2.236,33 juta
sebagai berikut:
a) Tahun 2015 0n going
b) Tahun 2016 USD. 696,53 juta;

c) Tahun 2017 USD. 654,50 juta;


d) Tahun 2018 USD. 547,80 juta; dan
e) Tahun 2019 USD. 337,50 juta.

3) Pengembangan Teknologi Industri Pertahanan (Bangtekind-


han). Rencana kebutuhan anggaran untuk pengembangan
teknologi industri pertahanan dalam rangka mendukung
kemandirian pengadaan, pemeliharaan, perbaikan Alutsista dan
non Alutsista TNI AD tahun 2015-2019 sebesar Rp. 1.970,46
miliar, sebagai berikut:
78

a) Tahun 2015 Rp. 150,00 miliar;

b) Tahun 2016 Rp. 435,06 miliar;

c) Tahun 2017 Rp. 450,10 miliar;

d) Tahun 2018 Rp. 475,00 miliar; dan

e) Tahun 2019 Rp. 460,30 miliar.

Selanjutnya kerangka pendanaan sesuai program dan unit organisasi


pelaksanaan dijelaskan dalam tabel sebagai berikut:

Sumber
No Program Outcome Pelaksana
dana
1 2 3 4 5

1 Dukungan Tercapainya tingkat RM - Staf Pengamanan


Kesiapan kesiapan Alutsista dan
Matra Darat fasilitas/sarpas dalam - Staf Operasi
rangka pencapaian
- Staf Logistik
sasaran pembinaan
kekuatan dan - Staf Perencana
kemampuan TNI AD
menuju MEF - Pussenif,
Pussenkav,
Pussenarmed,
Pussenarhanud dan
Puspenerbad

- Direktorat
Topografi

- Direktorat
Peralatan

- Direktorat Bekang

- Direktorat Zeni

- Direktorat
Perhubungan
79

1 2 3 4 5

2 Modernisasi Terlaksananya RM - Staf Logistik


Alutsista dan modernisasi dan - Staf Perencana
Non Alutsista, peningkatan Alutsista, PLN
Sarpras Matra non Alutsista dan - Pussenif,
PDN Pussenkav,
Darat fasilitas/sarpras
matra darat Pussenarmed,
Pussenarhanud
dan Puspenerbad
- Direktorat
Topografi
- Direktorat
Peralatan
- Direktorat
Perhubungan
- Direktorat Bekang
- Direktorat Zeni

3 Peningkatan Terwujudnya RM - Staf Umum


Profesiona- profesionalisme
- Kotama/Balakpus
lisme Personel personel dan satuan
Matra Darat dalam rangka
pencapaian sasaran
pembinaan kekuatan
dan kemampuan TNI
AD menuju MEF

4 Penyelenggara Terwujudnya RM - Staf Umum


an Manajemen manajemen yang
- Inspektorat
dan terintegrasi dan
Jenderal
Operasional akuntabel
Matra Darat berdasarkan data - Kotama/Balakpus
yang terkini dan
akurat di lingkungan
TNI AD
80

BAB V
PENUTUP

14. Penutup. Demikian Revisi Renstra TNI AD tahun 2015-2019 ini


disusun sebagai pedoman bagi Kotama/Balakpus TNI AD dalam menyusun
dokumen Revisi Renstra Kotama/Balakpus TNI AD tahun 2015-2019.

KEPALA STAF ANGKATAN DARAT,

tertanda

MULYONO
JENDERAL TNI

Autentikasi
DIREKTUR AJUNDAN JENDERAL ANGKATAN DARAT,

BUDI PRASETYONO
BRIGADIR JENDERAL TNI

Paraf:

1. Wakasad : 5. Aspers : Vide draft

2. Irjenad : Vide draft 6. Aslog : Vide draft

3. Aspam : Vide draft 7. Aster : Vide draft

4. Asops : Vide draft 8. Asrena :

Anda mungkin juga menyukai