Anda di halaman 1dari 7

PENGARUH ALIANSI QUAD DAN TIONGKOK TERHADAP STABILITAS

KAWASAN REGIONAL ASIA – PASIFIK

PENDAHULUAN
Quadrilateral Security Dialogue-QSD, atau dalam bahasa Indonesia Dialog
Keamanan Kuadilateral atau kerap di kenal dengan Aliansi Quad adalah sebuah forum
dialog strategi informal antara empat buah negara yang terdiri dari Amerika Serikat,
Jepang, India dan Australia. Forum ini prakarsa oleh Perdana Menteri Jepang Shinzo
Abe pada tahun 2007 dan mendapat respon positif dari wakil atau pimpinan 3 buah
negara yakni Wakil Presiden Amerika Serikat Dick Cheney, Perdana Menteri India
Manmohan Singh dan Perdana Menteri Australia John Howard.
Kuat dugaan, forum ini dibentuk sebagai respon ke empat negara diatas
terhadap pesatnya perkembangan ekonomi diiringi militer Tiongkok dalam 50 tahun
terakhir. Sejak akhir 1970-an Tiongkok memulai sebuah upaya strategis untuk
mendongkrak perekonomian mereka. Diawali dengan rencana terpusat skala raksasa
dengan memanfaatkan keunggulan jumlah tenaga kerja dengan biaya murah,
melakukan devaluasi mata uang dan membentuk sistem pabrik yang kuat. Tujuan
Tiongkok adalah untuk melepas hasil produksi dalam negeri mereka ke pasar
internasional. Dengan ke tiga elemen fundamental tersebut, produk Tiongkok memiliki
nilai kompetisi tinggi meski kala itu kualitasnya masih dipertanyakan (pada akhir tahun
70-an hingga 90-an).
Upaya terstruktur Tiongkok mulai menunjukan hasil yang sangat luas sejak awal
tahun 2000-an dan berlanjut hingga saat ini. Tahun 2019 PDB atau pendapatan bruto
dalam negeri Tiongkok adalah sebesar US$ 13,1 triliun atau sekitar Rp 184 ribu triliun
(estimasi kurs Rp 14.000/dolar). Memasuki tahun 2020, Tiongkok diprediksi akan
mampu menguasai perekonomian dunia dengan pertumbuhan ekonomi 6 % setiap
tahun. Menurut Michael Yoshikami pendiri Destination Wealth Management, Ke depan,
Tiongkok akan terus menjadi sangat kompetitif (Sembajang, 2023) Pertumbuhan ini
diikuti dengan tertumbuhan militer yang mengiringi sehingga saat ini militer Tiongkok
adalah terbesar ketiga di dunia setelah Amerika Serikat dan Rusia berdasarkan Global
Fire Power (GFP) tahun 2023. GFP sendiri disusun berdasar minimal 60 faktor
diantaranya mencakup jumlah unit militer, kondisi keuangan, hingga kemampuan
logistik dan geografi dalam menentukan ranking kekuatan militer negara-negara di
dunia (Dwi A.,2013).
Kondisi ini disadari sepenuhnya oleh Jepang, yang sebelumnya merupakan
negara dengan kekuatan ekonomi terbesar di Asia sebelum disalip oleh Tiongkok.
Menghadapi situasi ini, Jepang merasa perlu membangun sebuah aliansi penyeimbang
terhadap apa yang terjadi atas pesatnya perkembangan Tiongkok. Forum strategi
informal QSD saat ini berkembang menjadi kegiatan dilapangan seperti latihan militer
gabungan salah satunya bertajuk Malabar. Amerika Serikat sendiri kemudian
menempatkan pasukan Marinir di dekat Darwin setelah secara tradisional memiliki
pangkalan militer di Jepang.

LANDASAN TEORI
Peraturan Presiden RI nomor 8 tahun 2021 tentang Kebijakan umum pertahanan
negara tahun 2020-2024. Kebijakan umum ini disusun dalam rangka pertahanan
negara yang handal, yaitu mampu menjaga kedaulatan, keutuhan wilayah, melindungi
segenap bangsa, memberikan rasa aman kepada seluruh warga negara yang dilandasi
kepentingan nasional, serta memperkuat jati diri sebagai negara kepulauan dan negara
maritim dalaam upaya menjadi Poros Maritim Dunia-PMD (Kertas Negara, 2019).
Keberadaan Aliansi Quad yang diduga menjadi rival keamanan dan pertahanan
Tiongkok di kawasan Asia menjadi sebuah perhatian terkait upaya Indonesia menjadi
Poros Maritim Dunia salah satunya melalui kemandirian alutsista.
Teori Keamanan Maritim. Menurut Geoffrey Till penjelasan tentang keamanan
maritim merupakan suatu kebutuhan yang kuat karena sangat diperlukan untuk
mendapatkan keamanan dan kesejahteraan maritim di masa mendatang. Geoffrey Till
mengembangkan ide untuk menjawab pengertian keamanan maritim yakni menuju”
tatanan yang baik di laut” (good order at sea) (Keliat,2009).
Teori Stabilitas Dinamis (Dynamic Equilibrium). Menurut Gregory B Polling
(Sutiyono. dkk, 2019) adalah sebuah kondisi Stabilitas dimana terjadi self-sufficient
yang menyebabkan sesuatu mampu bertahan dari berbagai keadaan yang akan
mengubah situasi ideal yang diinginkan (Yusgiantoro,2009). Stabilitas dibutuhkan untuk
menciptakan ketahanan dan fleksibilitas sebuah organisasi, negara ataupun kelompok
tertentu. Bagi Indonesia yang menganut politik bebas aktif dalam berkomunikasi dengan
bangsa-bangsa lain di muka bumi, keberadaan kekuatan politik dan militer yang
memiliki hegemoni tertentu, akan memberi dampak dalam berbagai aspek seperti
stabilitas ekonomi dan pertahanan.

METODELOGI
Pendekatan penulisan naskah ini adalah studi kepustakaan dengan
mengemukakan fakta-fakta yang ada terkait keberadaan aliansi Quad yang memiliki
rivalitas dengan Tiongkok, dimana secara regional geografis Indonesia berada di
jantung rivalitas ini ditengah upaya pemerintah pulih lebih cepat bangkit lebih kuat
pasca pandemi Covid-19. Dengan hal ini, metode penuisan naskah ini adalah deskriptif
analisis.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Kepentingan dibalik Pembentukan Aliansi Quad. Banyak pihak sepakat,
aliansi ini memiliki nilai strategis tinggi di kawasan Asia khususnya di timur dan
tenggara. Di tengah pesatnya perkembangan Tiongkok, keberadaan aliansi ini secara
perlahan menjadi ancaman strategis untuk Tiongkok selaku kekuatan militer baru Asia.
Dengan mengusung tema CHARM OFFENSIVE, Tiongkok secara nyata menunjukkan
keberadaan dan kekuatannya kepada dunia. Secara terminologi, Charm Offensive
bermakna serangan mempesona, oleh Tiongkok hal ini dimaknai secara politik 'pesona
ofensif' pada tahun 2007, istilah tersebut telah melekat dalam studi Hubungan
Internasional untuk merujuk pada penggunaan soft power Tiongkok untuk
meningkatkan status dan citra globalnya. Kekukuhan Tiongkok atas status mereka di
Laut Tiongkok Selatan sebagai bagian teretorialnya membuat banyak negara
mengambil langkah antipatif terhadap perkembangan kekuatan militer Tiongkok.
Menghadapi situasi ini, Jepang sebagai salah satu negara terdepan yang secara
historis memiliki hubungan tidak terlalu harmonis secara politis dengan Tiongkok
merasa perlu adanya kekuatan tandingan. Aliansi Quad sangat penting bagi
mengimbangi hegemoni Tiongkok. Pasca berakhirnya Perang Dunia II hingga saat ini,
Jepang menerima keberadaan militer Amerika Serikat di negaranya. Hal ini awalnya
sebagai efek kalah perang Jepang terhadap Sekutu pada masa Perang Dunia II. Pada
beberapa tahun silam, kondisi ini (keberadaan pangkalan militer AS) dianggap memberi
banyak kerugian kepada mereka (Jepang). Akan tetapi, dengan munculnya Tiongkok
sebagai kekuatan baru ekonomi yang disertai kekuatan militer. Jepang sekarang
memberi kesempatan Amerika untuk mempertahankan hingga memperkuat pangkalan
mereka disana.
Saat ini, diperkirakan jumlah personel militer Amerika yang ditempatkan di
Jepang mencapai 250.000 personel, sebagian besar di Pulau Okinawa. Pulau Okinawa
secara geostrategic dihadapkan hegemoni Tiongkok, memiliki nilai dan peran strategis
penting karena letaknya di selatan gugus kepulauan yang membentuk negara Jepang
dan berada di area dekat dengan Taiwan, sebuah negara yang oleh Tiongkok hingga
saat ini di anggap seharusnya menjadi bagian wilayah negara mereka.
Diantara personel yang ditempatkan disana oleh AS andalah Resimen Marinir
ke-12, sebuah resimen artileri yang ditetapkan sebagai Resimen Littoral Marinir ke-12.
Mereka dilengkapi berbagai alat tempur mumpuni. Hal ini dikutip dari pernyataan
Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin dikutip dari CNN. Pejabat AS mengatakan unit
Marinir yang baru diubah akan berbasis di Okjinawa akan dimaksudkan untuk
memberikan kekuatan pengganti yang mampu mempertahankan Jepang dan dengan
cepat menanggapi kemungkinan buruk akibat gesekan politik antar negara di
sekitarnya. Yang dimaksud disini adalah Tiongkok (Jati,2023).
Mengapa Jepang memperkuat hubungan dengan Amerika?. Amerika Serikat,
secara tradisional dianggap sebagai negara pemimpin dan penguasa ekonomi dunia.
Produk Domestik Bruto mereka mencapai 1/5 dunia dengan penduduk hanya 4,5 %
dunia. kekuatan ekonomi ini ditunjang kekuatan militer yang hingga saat ini dianggap
terkuat di dunia. Menghadapi Tiongkok sebagai kekuatan baru dan terbesar di Asia,
sebuah hal logis bagi Jepang memperkuat kemitraannya dengan Amerika.
Aliansi Quad, yang diprakarsai oleh Jepang, hingga saat ini mendapat respon
positif dari negara anggotanya. Mereka secara politik membentuk suatu pakta
pertahanan mirip NATO di kawasan Asia dan Pasifik.
Pada Maret 2021, ditengah Pandemi Covid-19, negara-negara angota Quad
membuat sebuah pernyataan bersama yang dikenal dengan, "The Spirit of the Quad",
didalamnya memuat beberapa poin penting yang secara politis mengusik Tiongkok
terutama dalam hal visi bersama untuk Indo-Pasifik yang Bebas dan Terbuka dan
tatanan maritim berbasis aturan di laut Tiongkok Timur dan Selatan. Hal ini merupakan
sebuah pernyataan sikap yang tegas untuk meng-counter klaim maritim Tiongkok di
Laut Tiongkok Selatan. Pada tahun 2023, gabungan kekuatan ekonomi empat negara
anggota Aliansi Quad sebesar US$36,7 triliun (34,7% dari produk dunia bruto).(IMF,
2023) Hal ini memberikan tekanan politik dan ekonomi yang besar terhadap Tiongkok
yang tengah memperluas dan memperkuat hegemoninya di Asia dan dunia apalagi
terakhir, aliansi ini mulai mengundang negara lain dikawasan Asia Pasifik seperti Korea
Selatan, Vietnam dan Selandia Baru.
Tiongkok. Tahun 1978 Tiongkok yang selama ratusan tahun menutup diri mulai
membuka diri pada percaturan ekonomi global melalui pernyataan Deng Xioping yang
terkenal,”It doesn’t matter whether the cat is black or wihte, as long it catches mice”.
Tidak penting apakah kucing itu hitam atau putih, selama dia bisa menangkap tikus.
Maknanya, sejak mencanangkan hal ini, Tiongkok tidak peduli latar belakang paham,
komunis, sosialis atau kapitalis. Yang penting dapat memajukan negara. Mereka tidak
menganggap penting privacy product sehingga kekuatan 1,3 Miliar penduduk mampu
secara bersama berkembang.
Saat ini Pendapatan Domestik Bruto-PDB Tiongkok mencapai U$ 15,6 Triliun
(2021) hampir menyamai Amerika (U$ 23,3 Triliun). Berdasarkan Index channel.com,
dalam waktu minimal 2-3 tahun PDB mereka akan melampaui Amerika. Saat ini,
kekayaan bersih Tiongkok sudah diatas Amerika. Kekuatan besar besar ekonomi ini
ditunjang dengan kekuatan militer. Untuk Angkatan laut, Tiongkok saat ini total memiliki
kapal tempur permukaan dan bawah air ratusan. Terdiri dari 2 kapal induk yang sudah
beroperasional penuh yang ditunjang gugus tugasnya yang terdiri antara lain, 36
destroyer, 52 frigate, 50 Corvete ditambah 74 Kapal selam (Widodo, 2020). Jumlah ini
masih akan segera ditambah dengan kapal induk terbesar Fujian (Type 003) yang
mampu mengangkut 84 jet tempur dipersenjatai rudal jarak pendek, menengah hingga
jarak jauh. Tentunya hal ini sebuah kekuatan yang masive yang hanya akan mampu
diimbangi oleh Amerika Serikat.
Keberadaan kedua kubu kekuatan ini di kawasan Asia, merupakan sebuah
pekerjaan rumah bagi negara di kawasan Asia yang secara geografis berada di jantung
masalah seperti Indonesia.

KESIMPULAN
Keberadaan Aliansi Quad terkait rivalitasnya dengan Tiongkok memicu efek
donimo global di beberapa bidang dasar sebuah negara. Bagi Indonesia, negeri Garuda
(The Hawk) yang merupakan negara kepulauan terluas di dunia, yang tengah berjuang
memperbaiki kekuatan ekonomi pasca gelombang covid-19, dapat memetik manfaat
berupa mencari jalan memuluskan ToT dari Tiongkok.
Moto kita saat ini adalah Pulih lebih Cepat, Bangkit lebih kuat. Kita jadikan
dampak konflik sebagai stimulan untuk Indonesia menjadi makin kuat di bidang
pertahanan. Hal terakhir, penulis menyadari, apa yang tertuang disini memiliki nilai
strategis pertahanan dan politik yang penting. Karenanya, apa yang dituangkan
bukanlah hal yang dapat dipublikasi luas demi kepentingan dan kemajuan negeri ini.

REFERENSI
Haryo Jati, (2023), AS dan Jepang Tingkatkan Hubungan Militer dan Percanggih
Kekuatan, Demi Hadapi Ancaman Tiongkok, https://www.kompas.
tv/internasional/367350/as-dan-jepang-tingkatkan-hubungan-militer-dan-percanggih-
kekuatan, diakses 21 Januari 2024, pukul 12.20 wib
Makmur Keliat, (2009), Kemanan Maritim dan Implikasi Kebijakannya bagi Indonesia
https://www.bing.com/search?q=Makmur+Kelliat
%2C+(2009)%2C+Kemanan+Maritim+dan+Implikasi+Kebijakannya+bagi+Indonesia,
diakses 21 Januari 2024, pukul 12.00 wib
Peraturan Presiden RI nomor 8 tahun 2021 tentang Kebijakan umum pertahanan
negara tahun 2020-2024. Kertas Negara, 2021
Prihastomo Wahyu Widodo, (2020), Menakar kekuatan angkatan laut Tiongkok versus
AS, siapa yang lebih unggul?, https://internasional.kontan.co.id/news/menakar-
kekuatan-angkatan-laut-china-versus-as-siapa-yang-lebih-unggul, diakses 21 Januari
2024, pukul 13.35 wib.
Redaktur BBC Indonesia, (2021), Laporan China minta Indonesia hentikan pengeboran
minyak di Laut Natuna: 'Indonesia tidak perlu takut' karena beroperasi di wilayah hak
berdaulat, https://www.bbc.com/indonesia/dunia-59505406, diakses 21 Januari 2024,
pukul 12.30 wib.
Rehia Sembajang, (2019), Ini Cara Tiongkok Maju, Jadi Ekonomi Terbesar ke-2 Dunia,
CNBC Indonesia 25 Desember 2019, diakses 18 Mei 2023, pukul 22.30 wib
Purnomo yusgiantoro. (2019) Strategi Diplomasi Pertahanan Indonesia dalam Menjaga
Stabilitas Kawasan Asean melalui Konsep Dynamic Equilibrium, 2019
United Nation. Unclos, 1982.

Anda mungkin juga menyukai