Kelompok
Ketua:Farhan
Anggota: Ihwanudin Saputra
Jeri oktari
Riswana
Aulita
Kelas : XII3
Mata Pelajaran : Sejarah
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah,dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
Pemberontakan PKI Madiun 1948. Makalah ini telah kami susun dengan maksimal secara
berkelompok sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini.
Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.Terlepas dari semua itu, kami menyadari
sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya.
Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki makalahilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini tentang bermanfaat untuk teman
temansekalian dan dapat memberikan inpirasi terhadap pembaca.
Penulis
DAFTAR ISI
COVER .................................................................................................................................................
KATA PENGANTAR .........................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................................................
A. Latar Belakang ...........................................................................................................................
C. Tujuan ........................................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN .....................................................................................................................
BAB III PENUTUP..............................................................................................................................
DAFTAR PUSAKA.................................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pergerakan Ratu Adil yang sempat mengadakan kudeta militer di Indonesia,
Angkatan perang yang didirikan oleh bekas tentara Belandayang juga dibantu oleh orang
pribumi. Kudeta berdarah ini memakan banyak korban dari kalanganTentara Nasional
Indonesia. Tentara ini adalah tentara Pro Belanda yang mengadakan kudeta di masa
Revolusi Indonesia.gerakan ini mengadakan pemberontakan karena mereka tidak suka
pada pengaruh Soekarno.Gerakan ini melakukan pergolakan di daerah Jawa, mereka
pernah berhasil menguasai Kota Bandung, tetapi mereka tidak berhasil menguasai. Kota
kota lain yang berada di daerah daerah lainnya.Dalam pergolakan ini mereka juga sempat
meminta bantuan kepada Tentara Islam Indonesia, tetapi bantuan dari Tentara Islam
Indonesia tidak datang sesuai perjanjian.
Westerlingtidak sendirian dalam melakukan aksinya di juga dibantu oleh salah satu
sultan yaitu, Sultan Hamid II.Gerakan ini juga melakukan banyak pembantaian kepada
masyarakat yang ada didaerah Sulawesi. Nama dari gerakan ini diambil dari ramalan
Buku Jawa Kuno (Kitab Jayabaya),didalam kitabtersebut di ramalkan bahwa pada suatu
saat nanti akan muncul seseorang yang akan menegakan hukum dan juga akan
membebaskan rakyat Indonesia dari segala bentuk penjajahan dan juga belenggunya.
gerakan ini merencanakan pembunuhan terhadap banyak anggota pemerintahan
diantaranya Sultan Hamengkubuwono dan Ali Budiarjo namun upaya yang sudah
direncanakan ini tidak berhasil di realisasikan, malahan otak dari konspirasi itu dapat
diketahui.Otak dari gerakan tersebut salah satunya berhasil ditangkap oleh Tentara
Nasional Indonesiayaitu Sultan Hamid II yang juga salah satu dari anggota RIS, namun
Raymond Westerling berhasil melarikan diri ke luar Negeri dengan menumpang
pesawat Catalina Milik Belanda.
B. Rumusan masalah
1. Apa yang melatar belakangi terjadinya pemberontakan APRA ?
2. Kapan dimulainya serangan APRA ?
3. Reaksi pemerintah Indonesia untuk menumpas APRA ?
4. Apa dampak kegagalan APRA ?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui latar belakangi terjadinya pemberontakan APRA
2. Untuk mengetahui Kapan dimulainya serangan APRA
3. Untuk mengetahui Reaksi pemerintah Indonesia untuk menumpas APRA
4. Untuk mengetahui dampak kegagalan APRA
BAB II
PEMBAHASAN
Ratu Adil adalah mitologi yang sakral di dalam masyarakat Indonesia. Ratu Adil berasal
dari ramalan Jayabaya, yaitu pemimpin yang akan memerintah rakyat dengan adil dan bijaksana,
sehingga keadaan akan aman dan rakyat makmur sejahtera. Namun, bagaimana jika mitologi
tersebut justru dijadikan sebagai salah satu propaganda politik, seperti yang dilakukan oleh
Westerling beserta Angkatan Perang Ratu Adil nya (APRA). Dengan menggunakan embel-
embel Ratu Adil, Westerling mencoba mencari simpati rakyat untuk melakukan pemberontakan
terhadap pemerintah Republik Indonesia.
Pada titik inilah, kaum reaksioner yang subversif memanfaatkan situasi untuk terus menyebar
hasutan guna merongrong pemerintah Indonesia.
Pada pertengahan November 1949, muncul seorang tokoh militer Belanda, Raymond
Pierre Westerling, yang mulai menyusun kekuatan dengan menarik anggota KNIL yang
didemobilisasikan.
Raymond Westerling pemimpin APRA
Westerling dikenal sebagai seorang militer yang berpengalaman dan kejam. Perjalanan
hidupnya di Indonesia diwarnai dengan genangan darah. Pada awalnya, ia ditugaskan
sebagai Kapten Tentara Kerajaan Belanda untuk melumpuhkan semangat juang rakyat di
Sulawesi Sealatan.
Bebas dari tugas militer, Westerling justru membentuk gearakan dengan nama Ratu Adil.
Dengan nama ini gerakan Westerling semakin mendapat simpati rakyat. Dalam waktu
yang realtif singkat, ia telah berhasil mengumpulkan modal dan pengikut sebanyak 8.000
orang termasuk para bekas pasukan Belanda.
Tujuan APRA dan kaum kolonialis yang ada di belakangnya adalah mempertahankan
bentuk federal di Indonesia dan mempertahankan adanya tentara tersendiri pada setiap
negara-negara bagian RIS. Tujuan ini bertolak belakang dengan hasil Konferensi Antar-
Indonesia di Yogyakarta yang telah menyetujui bahwa APRIS adalah Angkatan Perang
Nasional.
Target utama dari kebengisan Westerling adalah Jakarta dan Bandung. Setelah menyusun
rencana, APRA mulai bergerak di sekitar Cililin, di bawah pimpinan dua orang Inspektur
Polisi Belanda, van Beeklen dan van der Meula. Gerakan APRA yang terdiri dari sekitar 800
orang di antaranya 300 anggota KNIL bersenjata lengkap menyerang kota Bandung pada
pagi hari tanggal 23 Januari 1950.
Walaupun satu hari sebelum serangan pimpinan Divisi Siliwangi telah mensinyalir adanya
suatu gerakan dari sekelompok orang bersenjata yang bergerak dari Cimahi menuju kota
Bandung, tetap saja Westerling berhasil memasuki kota itu. Keesokan harinya APRA telah
memasuki kota Bandung dan secara ganas membunuh setiap anggota TNI yang dijumpai.
Gerombolan APRA berhasil menduduki Markas Staf Divisi Siliwangi, pertempuran tidak
berimbang pun terjadi antara 150 orang APRA melawan 18 orang anggota TNI.
Pertempuran itu menyebabkan 15 orang, termasuk Lenan Kolonel Lemboh gugur,
sedangkan hanya 3 orang yang berhasil melarikan diri.
Korban APRA di Bandung
Secara keseluruhan gerakan APRA di kota Bandung menyebabkan 79 anggota APRIS
gugur dan banyak penduduk sipil menjadi korban pembantaian.
Supaya publik tertipu, Sultan Hamid II juga akan ditembak di tangan atau kakinya agar orang
mengira bahwa ia juga termasuk yang akan dibunuh Westerling. Sultan Hamid II dijanjikan
oleh Westerling akan dijadikan Menteri Pertahanan jika rencana itu sukses.
Akan tetapi berkat kesigapan APRIS, usaha APRA di Jakarta juga menemui kegagalan.
Meskipun demikian Westerling dengan gerombolannya masih terus mencoba untuk
mencapai tujuannya. Tetapi usahanya tetap berujung pada kegagalan.
Sementara itu, Westerling yang melihat indikasi kegagalan rencananya, memilih
melarikan diri dengan pesawat Catalina Angkatan Laut Belanda ke Singapura pada 22
Februari 1950. Di Singapura, Westerling justru ditahan polisi setempat dengan tuduhan telah
memasuki wilayah itu tanpa izin.
Sementara itu Sultan Hamid II yang ikut serta dalam rencana makar tersebut baru
tertangkap pada 5 April 1960.
Tindakan Westerling di Jawa Barat serta Pengkhinatan Sultan Hamid II juga telah diprotes
oleh rakyat Kalimantan. Di daerah ini sejak awal 1950 telah terjadi pergolokanan yang
menuntut unitarisme.
Pada pertengahan Januari 1950, dr. Murdjani selaku wakil Pemerintah RI mengadakan
kunjungan ke Kalimantan Timur guna menyaksikan penggabungan daerah tersebut ke dalam
RI. Sementara itu, Dewan Kalimantan Timur dalam sidangnya telah mengambil suatu
resolusi yang mendesak Dewan Gabungan Kesultanan untuk menyerahkan mandat
secepatnya kepada RIS. Dalam resolusi tersebut disepakati penggabungan daerah Kalimantan
Timur sebagai daerah otonomi Negara Kesatuan.
A. Kesimpulan
Westerling dikenal sebagai seorang militer yang berpengalaman dan kejam.
Perjalanan hidupnya di Indonesia diwarnai dengan genangan darah. Pada awalnya, ia
ditugaskan sebagai Kapten Tentara Kerajaan Belanda untuk melumpuhkan semangat
juang rakyat di Sulawesi Sealatan.
Akan tetapi Pemerintah Belanda, akhirnya memecat Westerling dari dinas
ketentaraan. Namun, hal ini ternyata lebih memberikan keleluasaan kepadanya. Ia bisa
lebih dekat dan semakin aktif melakukan kegiatan bersama unsur-unsur penentang
Republik Indonesia.
Bebas dari tugas militer, Westerling justru membentuk gearakan dengan nama Ratu
Adil. Dengan nama ini gerakan Westerling semakin mendapat simpati rakyat. Dalam
waktu yang realtif singkat, ia telah berhasil mengumpulkan modal dan pengikut
sebanyak 8.000 orang termasuk para bekas pasukan Belanda.
Tidak lama setelah APRA dibentuk, Westerling mengajukan ultimatum kepada
Pemerintah RIS agar kekuasaan militer daerah Pasundan diserahkan sepenuhnya
kepada APRA. Ia menilai TNI kurang mampu menjalankan tugas itu dan meminta
agar APRA dijadikan pasukan resmi.Pemerintah RIS menganggap ultimatum itu
sebagai sebuah kekonyolan. Oleh karena itu, Westerling mulai berusaha merebut
kekuasaan dengan kekerasan. Pemerintah RIS segera bereaksi dengan mengirimkan
bala bantuan ke Bandung untuk menghentikan APRA.
Kegagalan gerakan APRA justru meningkatkan sikap anti-federal negara-negara
bagian RIS. Usaha untuk menyerahkan kekuasaan kepada pemerintah pusat RIS
semakin keras. Pada tanggal 30 Januari 1950, R. A. A Wiranatakusumah, Wakil
Negara Pasundan mengundurkan diri dan pada tanggal 8 Februari Perdana menteri
mengangkat Sewaka sebagai penggantinya dengan jabatan komisaris RIS di Pasundan
DAFTAR PUSTAKA
http://wawasansejarah.com/angkatan-perang-ratu-adil-apra/