Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PEMBERONTAKAN PRRI/PERMESTA TAHUN 1958-1961

DISUSUN OLEH

Aulia Hamidah
Hanan Yunita
Muhamadi Ash Shofat
Restu Widiansyah
Velisa Risma Nurhaliza
Waldi Hafidz

XII IPA 3

SMAN 1 SOREANG
Jl. Raya Soreang – Banjaran, Soreang, Kec. Soreang, Kabupaten Bandung,
Jawa Barat 40911
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan
inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Sejarah Indonesia tentang
PRRI (Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia) atau Permesta.
Makalah ini kami tulis untuk memenuhi tugas mata pelajaran Sejarah Indonesia. Makalah
ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak
sehingga dapat memperlancar pembautan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak
terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari
segi susunan kalimat maupun tata bahasa. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima
segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat khususnya bagi
kami dan umumnya bagi pembaca.

Bandung, 8 Agustus 2023,

Peyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................................... i


DAFTAR ISI................................................................................................................................... ii
BAB I .............................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN .......................................................................................................................... 1
A. LATAR BELAKANG ......................................................................................................... 1
B. RUMUSAN MASALAH ..................................................................................................... 1
BAB II............................................................................................................................................. 2
PEMBAHASAN ............................................................................................................................. 2
A. LATAR BELAKANG TERJADINYA PRRI ..................................................................... 2
B. JALANNYA PEMBERONTAKAN ................................................................................... 3
C. UPAYA PENUMPASAN .................................................................................................... 4
1. Operasi Tegas ................................................................................................................... 4
2. Operasi 17 Agustus .......................................................................................................... 4
3. Operasi Sapta Marga ........................................................................................................ 5
D. TOKOH-TOKOH PRRI ...................................................................................................... 6
1. Letnan Kolonel Ahmad Husein. ....................................................................................... 6
2. Mr. Syafruddin Prawiranegara ......................................................................................... 6
3. Mr. Assaat Dt. Mudo ........................................................................................................ 6
4. Maluddin Simbolo ............................................................................................................ 6
5. Dr. Soemitro Djojohadikoesoemo .................................................................................... 6
6. Moh. Syafei ...................................................................................................................... 7
7. F. Warouw ........................................................................................................................ 7
8. Saladin Sarumpaet ............................................................................................................ 7
9. Muchtar Lintang ............................................................................................................... 7
10. Saleh Lahade................................................................................................................. 7
11. Ayah Gani Usman ........................................................................................................ 7
12. Dahlan Djambek ........................................................................................................... 7
BAB III ........................................................................................................................................... 8
PENUTUP....................................................................................................................................... 8
A. KESIMPULAN .................................................................................................................... 8

ii
B. SARAN ................................................................................................................................ 8
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................................... 9

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Bangsa Indonesia secara resmi telah memperoleh kemerdekaan pada tanggal 17
Agustus 1945. Keberhasilan rakyat Indonesia ini ditandai dengan pengorbanan harta,
benda bahkan nyawa manusia. Namun, setelah kemerdekaan tercapai bangsa Indonesia
tidak berarti atau telah lepas dari perjuangan, sebagai nasional-state yang baru saja
lepas dari situasi perang terhadap kolonialisme. Bangsa Indonesia berada dalam keadaan
tidak menentu, baik secara fisik maupun psikis untuk mencari atau menempatkan diri
pada situasi negara yang mandiri lepas dari tangan negara asing. Bangsa Indonesia banyak
menghadapi berbagai masalah dan gangguan yang terus bermunculan baik yang bersifat
eksternal maupun internal.
Berbagai pergolakan atau pemberontakan di Indonesia pada tahun 1950-an terjadi
karena ketidakpuasan daerah terhadap pemerintah pusat di Jakarta. Pada waktu itu,
Indonesia memang berada dalam situasi dan kondisi pencarian pemerintahan yang terbaik
untuk bangsa dan negara. Namun, sampai pertengahan tahun 1950-an kondisi pasca perang
tidak menunjukkan perubahan yang berarti. Munculnya Pemerintahan Revolusioner
Republik Indonesia (PRRI) tahun 1958 merupakan akumulasi dari kekecewaan rakyat
di daerah Sumatera Barat yang tidak tahan lagi dengan gerak pemerintah pusat. PRRI
diproklamirkan daerah lima hari setelah ultimatum dilayangkan, yaitu, pada tanggal 15
Februari 1958. Berdirinya PRRI yang sering disebut pemerintahan tandingan dipandang
pusat sebagai pemberontakan. Oleh sebab itu, berbagai suara dari pusat menghendaki
pemberontakan segera ditumpas.
Secara politis PRRI punya andil bagi berakhirnya era partai-partai politik dan era
demokrasi liberal di Indonesia serta mempercepat realisasi pembentukan Provinsi
Sumatera Barat, Riau, dan Jambi. Secara militer PRRI menjadi bukti bahwa pemerintah
lebih memilih menggunakan cara militer dalam memberantas gerakan separatis
dibanding diplomasi. Secara sosial dan psikologis PRRI telah menyebabkan terjadinya
eksodus besar-besaran masyarakat Sumatera Barat (Minangkabau) keluar daerahnya.
Peristiwa PRRI tahun 1958-1961 menyisakan trauma kemanusiaan yang sangat mendalam
bagi masyarakat Sumatra Barat khususnya Minangkabau. Begitu banyak korban jiwa
dan harta benda yang tidak terhitung jumlahnya. PRRI dianggap sebagai gerakan
pemberontakan dan pembawa nasib buruk bagi rakyat Sumatra Barat. Kekalahan PRRI
menjadi penderitaan dan penghinaan yang sangat menyedihkan. Harga diri orang
Minangkabau direndahkan dengan cara yang tidak dapat mereka terima.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana latar belakang terjadinya pemberontakan PRRI?
2. Kapan terjadinya pemberontakan PRRI?
3. Bagaimana peran pemerintah untuk menumpas pemberontakan PRRI?
4. Siapa saja tokoh-tokoh yang terlibat dalam PRRI?

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. LATAR BELAKANG TERJADINYA PRRI


PRRI dilatarbelakangi kekecewaan para pemimpin militer dan sipil Sumatra Tengah
terhadap pemerintah pusat yang cenderung sentralis, sehingga menimbulkan berbagai
ketimpangan dalam pembangunan, terutama pada daerah-daerah di luar pulau Jawa.
Sejumlah warga dan tokoh menuntut adanya otonomi daerah desentralisasi. Tuntutan
tersebut muncul pada acara reuni Divisi Banteng di Padang pada tanggal 20–25 November
1956. Dihadiri oleh 612 veteran, reuni menghasilkan kesepakatan yang disebut Piagam
Banteng.
Lewat Piagam Banteng, para peserta reuni menuntut pelaksanaan perbaikan
kepemimpinan nasional dan Angkatan Darat. Mereka juga menuntut komando pertahanan
daerah dan menghidupkan kembali Divisi Banteng. Selain itu, mereka juga menuntut
penghapusan sistem pemerintahan yang terpusat yang telah menyebabkan sistem birokrasi
yang tidak sehat, kemacetan pembangunan daerah, dan hilangnya inisiatif daerah. Untuk
memperjuangkan Piagam Banteng, maka dibentuk Dewan Banteng yang di bawah
pimpinan Letkol Ahmad Husein. Dewan Banteng beranggotakan 17 orang, delapan di
antaranya dari perwira aktif atau pensiun, dua dari polisi, dan tujuh lainnya dari kalangan
sipil, ulama, pimpinan politik, dan pejabat.
Pembentukan Dewan Banteng diikuti dengan dewan serupa di berbagai daerah yakni:
Dewan Gajah di Sumatra Utara pimpinan Kolonel Maludin Simbolon; Dewan Garuda di
Sumatra Selatan pimpinan Letkol Barlian; dan Dewan Manguni di Sulawesi Utara
pimpinan Letkol Ventje Sumual. Dewan-dewan ini kelak bergabung menjadi Dewan
Perjuangan pada September 1957.
Dalam menghadapi berbagai pergolakan daerah, Presiden Soekarno semula masih
mengutamakan diplomasi. Perdana Menteri Djuanda mengusulkan digelarnya
Musyawarah Nasional (Munas) pada 10–14 September 1957 di Jakarta. Sementara itu,
Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Abdul Haris Nasution mengusulkan masalah di
daerah dengan penggunaan kekerasan. Namun, usaha Nasution tersebut tidak berhasil dan
Presiden Soekarno menyetujui pelaksanaan Munas. Nasution menyiasati pelaksanaan
Munas tidak mengarah pada masalah yang mengancam posisinya. Ia mengadakan larangan
pertemuan komandan-komandan militer tanpa seizin KSAD.
Larangan KSAD justru membuat pimpinan militer di daerah melakukan pertemuan
yang tidak direncanakan. Pada 7–8 September 1957, menjelang dilaksanakannya Munas,
beberapa pimpinan militer di daerah terlebih dulu mengadakan musyawarah di Palembang.
Mereka menghasilkan apa yang dikenal dengan sebutan Piagam Palembang, yakni tuntutan
kepada pemerintah pusat untuk mengembalikan dwitunggal Soekarno-Hatta sesuai dengan
kedudukan semula; mengganti KSAD Nasution dengan stafnya; membentuk senat;
otonomi daerah; dan melarang aktivitas komunis. Namun, tuntutan pimpinan militer di
daerah yang disampaikan di Munas tidak mendapatkan hasil yang maksimal. Nasution

2
berhasil meyakinkan kabinet dan Presiden Soekarno tentang adanya kepentingan
terselubung dari para pimpinan militer tersebut.
PRRI mengajukan tiga tuntutan kepada pemerintah pusat, yaitu:
 Dibubarkannya Kabinet Djuanda.
 Mohammad Hatta dan Sultan Hamengkubuwono IX membentuk pemerintahan
sementara sampai pemilihan umum berikutnya akan dilaksanakan.
 Soekarno kembali pada posisi konstitusionalnya.
Tuntutan lain yang juga diajukan oleh PRRI yaitu terkait dengan masalah otonomi
daerah dan perimbangan ekonomi atau keuangan yang terjadi antara pemerintah pusat dan
daerah. Pemerintah pusat dianggap tidak adil kepada para warga sipil dan militer soal
pemerataan dana pembangunan. Sehingga mereka menuntut agar pemerintah bisa
bertindak lebih adil, khususnya pada pemerataan dana pembangunan di daerah.

B. JALANNYA PEMBERONTAKAN
Pemberontakan PRRI dan Permesta yang terjadi di Sumatera dan Sulawesi yang
disebabkan oleh adanya hubungan yang kurang harmonis antara pemerintah pusat dan
pemerintah daerah.
Hal itu dikarenakan jatah keuangan yang diberikan oleh pemerintah pusat tidak sesuai
anggaran yang diusulkan. Hal tersebut menimbulkan dampak ketidakpercayaan terhadap
pemerintah pusat
Selanjutnya dibentuk gerakan dewan yaitu:
 Dewan Banteng di Sumatera Barat dipimpin oleh Letkol Ahmad Husein
 Dewan Gajah di Sumatera Utara dipimpin oleh Letkol Simbolon
 Dewan Garuda di Sumatera Selatan Letkol Barlian
 Dewan Manguhi di Sulawesi Utara dipimpin oleh Letkol Ventje Sumual
Puncak pemberontakan PRRI dan Permesta terjadi pada tanggal 10 Februari 1958,
Ketua Dewan Banteng mengeluarkan ultimatum kepada pemerintah pusat.
Isi ultimatum tersebut adalah menyatakan bahwa Kabinet Djuanda harus
mengundurkan diri dalam waktu lima kali 24 jam (lima hari). Setelah menerima ultimatum
tersebut, pemerintah pusat bertindak tegas dengan cara memberhentikan Letkol Achmad
Husein secara tidak hormat. Oleh karena ultimatumnya ditolak pemerintah, pada 15
Februari 1958, Letkol. Ahmad Husein mengumumkan berdirinya PRRI kemudian diikuti
oleh pengumuman Permesta pada 17 Februari 1958 di Sulawesi.
Untuk menumpas pemberontakan PRRI/ Permesta, pemerintah melancarkan operasi
militer gabungan yang diberi nama Operasi Merdeka, dipimpin oleh Letnan Kolonel
Rukminto Hendraningrat. Operasi ini sangat kuat karena musuh memiliki persenjataan
modern buatan Amerika Serikat. Terbukti dengan ditembaknya Pesawat Angkatan Udara
Revolusioner (Aurev) yang dikemudikan oleh Allan L. Pope seorang warga negara
Amerika Serikat. Pada 29 Mei 1961, Ahmad Husein dan tokoh-tokoh PRRI lainnya
akhirnya menyerah. Akhirnya, pemberontakan PRRI dan Permesta baru dapat diselesaikan
pada bulan Agustus 1958, dan pada tahun 1961 pemerintah membuka kesempatan bagi

3
sisa-sisa anggota Permesta untuk kembali Republik Indonesia pemerintah melancarkan
operasi militer.

C. UPAYA PENUMPASAN
Dalam pemberontakannya, PRRI mengajukan beberapa ultimatum. Salah satu
ultimatum yang diberikan PRRI/Permesta kepada pemerintah pusat adalah presiden harus
mencabut mandat Kabinet Djuanda.
Semenjak gerakan PRRI semakin gencar dilakukan, pemerintah pusat menganggap hal
ini harus segera dihentikan. Untuk itu, pemerintah melakukan operasi gabungan dari
Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan Angkatan Udara Angkatan Perang RI (APRI) untuk
menumpas gerakan PRRI. Berikut ini serangkaian operasi militer yang dilakukan
pemerintah untuk menumpas pemberontakan PRRI.
1. Operasi Tegas
Operasi Tegas dimulai pada 12 Maret 1958 dengan sasaran Riau yang dipimpin
oleh Let. Kol. Kaharuddin Nasution. Pukul 05.00, operasi ini dimulai. Kemudian
pada pukul 07.30, para kesatuan payung diterjunkan di Lapangan Udara Pekanbaru.
Tidak butuh waktu lama, Lapangan Udara Pekanbaru pun berhasil dikuasai. Setelah
itu, Satuan Tanjung Pinang yang bernama Komando Kuat diberangkatkan untuk
terjun dalam penumpasan.
Pada pukul 14.00, Kasad bersama dengan rombongannya pun mulai memasuki
Kota Pekanbaru. Gerakan Operasi Tegas di Pekanbaru, Riau, dapat dikatakan tidak
menghadapi kesulitan yang banyak, karena tidak ada perlawanan dari pihak
pemberontak. Bahkan, keuntungan lain yang didapat dalam Operasi Tegas adalah
disitanya senjata-senjata lawan yang baru saja diturunkan di pelabuhan udara
tersebut.

2. Operasi 17 Agustus
Berdasarkan Surat Keputusan bersama antara Kasad, Kasal, dan Kasau, tanggal
9 April 1958 No. 010/P/GKS/1958, disusun Komando Operasi Gabungan 17
Agustus. Operasi 17 Agustus dipimpin oleh Kolonel Infanteri A Yani. Setelah
komando dibentuk, operasi mulai dilancarkan pada 16 April 1958, dengan
menjalankan kapal-kapal di perairan Padang.
Dengan strategi tersebut, lawan pun dibuat bingung karena timbul bermacam
dugaan tentang kemungkinan di mana pasukan komando akan berlabuh. Pasalnya,
mereka bisa saja berlabuh di Tabing, Teluk Bayur, atau melalui Pantai Padang.
Keesokan harinya, gerakan dilanjutkan untuk menguasai Teluk Bayur, yang
akhirnya berhasil diduduki pada pukul 01.00. Setelah dua tempat di Padang berhasil
dikuasai pasukan, dilakukan konsolidasi untuk mendiskusikan gerakan lebih lanjut.
Hasil konsolidasi diputuskan bahwa akan dilakukan pembersihan di sekitar daerah-
daerah yang sudah diduduki.

4
3. Operasi Sapta Marga
Untuk menumpas PRRI di Sulawesi Tengah, dilakukan Operasi Merdeka, yakni
gerakan operasi militer yang dipimpin oleh Letkol Inf. Rukmito Hendraningrat.
Operasi Merdeka terdiri dari Operasi Sapta Marga I, II, III, dan IV.
 Sapta Marga I
Operasi Sapta Marga I dipimpin Letkol Sumarsono dan dikirim ke Sulawesi
Tengah untuk segera membantu para putra daerah setempat yang
melakukan perlawanan terhadap pemberontak. Letkol Sumarsono bersama
dengan pasukan Frans Karangan (tokoh yang turut melawan PRRI di
Sulawesi) pun berupaya untuk menghadapi para pemberontak hingga
berhasil menduduki lapangan Palu pada 1 April 1958.

 Sapta Darma II
Tujuan dari Operasi Sapta Marga II adalah untuk merebut Kota Gorontalo,
lapangan terbang Tolotio, dan daerah-daerah di sekitarnya. Operasi Sapta
Marga II yang dipimpin oleh Letkol Agus Prasmono mulai menjalankan
tugasnya pada 19 Mei 1958. Sama seperti pasukan-pasukan sebelumnya,
Operasi Sapta Marga II tidak membutuhkan waktu lama untuk
menaklukkan Kota Gorontalo.

 Sapta Marga III


Operasi Sapta Marga III dipimpin oleh Letkol Magenda dan bertugas untuk
membebaskan Sangir-Talaud dari gerakan PRRI. Setelah pasukan Operasi
Sapta Marga III dikirim, mereka berhasil menguasai Sangir-Talaud tanpa
kesulitan pada 23 Mei 1958.

 Sapta Marga IV
Setelah Operasi Sapta Marga I, II, dan III dikirim, operasi ke-4 pun
diturunkan di Kota Manado, yang dipimpin oleh Letkol Rukminto
Hendraningrat. Pada 16 Juni 1958, semua pasukan Operasi Sapta Marga IV
mendarat di Kema dan mulai menjalankan tugas hingga Kema berhasil
ditaklukkan. Dengan mendaratnya semua pasukan di Kema, operasi di
daratan Sulawesi Utara diubah namanya menjadi Operasi Merdeka. Setelah
Kema dikuasai, serangan selanjutnya dilancarkan ke utara Manado, timur
Bitung, dan barat untuk merebut Makalisung.
Sayangnya, pada 18 Juni 1958, wilayah Airmadidi yang terletak di Selatan
Manado berhasil dikuasai PRRI. Untuk mengatasi hal tersebut, maka
pasukan Operasi Sapta Marga IV harus menguasai kota-kota lain di
Manado. Pada akhirnya, tanggal 21 Juni 1958, pasukan berhasil merebut
daerah Wori yang terletak hanya beberapa kilometer saja dari Manado.
Dengan ini, maka berakhir sudah pengepungan kota Manado.

5
Berbagai operasi militer yang dilancarkan untuk menghentikan gerakan PRRI
pun berhasil. Mendekati ujung tahun 1960, seluruh wilayah di Sumatra Barat pun
berhasil dikuasai oleh tentara APRI.

D. TOKOH-TOKOH PRRI
Tokoh-tokoh yang menjadi pelopor gerakan PRRI, yaitu:
1. Letnan Kolonel Ahmad Husein.
Ahmad Husein adalah pejuang kemerdekaan Indonesia serta dikenal sebagai pendiri
Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) di Padang, Sumatera Barat, pada
1958. Pada tanggal 15 Februari, Ahmad Husein mendeklarasikan pembentukan
Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia di Padang, Sumatera Barat.

2. Mr. Syafruddin Prawiranegara


Syafruddin Prawiranegara adalah seorang pejuang kemerdekaan yang pernah menjabat
sebagai Menteri Keuangan, Wakil Perdana Menteri RI, dan Gubernur Bank Indonesia
Pertama. Ia juga pernah ditunjuk untuk menjabat pimpinan PDRI (Pemerintahan
Darurat Republik Indonesia), ketika Presiden Soekarno dan Wakil Presiden
Mohammad Hatta diasingkan oleh Belanda ke Pulau Bangka. Dalam kabinet PRRI
Sjafruddin Prawiranegara menjabat sebagai Perdana Menteri dan Menteri Keuangan.

3. Mr. Assaat Dt. Mudo


Dalam PRRI Mr. Assat Dt. Mudo berperan sebagai Menteri Dalam Negeri. Sebelum
bergabung dengan PRRI, Mr. Assaat Dt. Mudo menjadi seorang politisi dan pejuang
kemerdekaan Indonesia. Selain itu Mr. Assaat Dt. Mudo juga sempat menjabat sebagai
pemangku jabatan Presiden Republik Indonesia pada masa pemerintahan Republik
Indonesia di Yogyakarta, dan juga sempat menduduki jabatan Menteri Dalam Negeri
Indonesia.

4. Maluddin Simbolo
Maluddin Simbolo juga merupakan tokoh PRRI yang memiliki peran penting
didalamnya. Dimana memegang jabatan sebagai Menteri Luar Negeri untuk Kabinet
PRRI pada masa itu. Sedangkan pada dasarnya Maluddin Simbolo merupakan seorang
tokoh militer dan juga pejuang kemerdekaan Indonesia.

5. Dr. Soemitro Djojohadikoesoemo


Soemitro Djojohadikoesoemo bergabung menjadi anggota PRRI pada tahun
dideklarasikannya PRRI yaitu 1958, dan menjabat sebagai Menteri Perhubungan dan
Pelayaran.. Dalam pemerintahan Indonesia, Soemitro Djojohadikoesoemo sempat
menjabat sebagai Menteri Keuangan, Menteri Perindustrian, dan Menteri Riset.

6
6. Moh. Syafei
Moh. Syafei sendiri merupakan tokoh pendidikan Indonesia yang bergabung dengan
PRRI, dan berperan sebagai Menteri PPK dan Kesehatan dalam Kabinet PRRI. Moh.
Syafei juga merupakan tokoh masyarakat di Sumatera Barat, dan merupakan pendiri
dari INS Kayutanam sebuah lembaga pendidikan menengah swasta.

7. F. Warouw
F. Warouw merupakan seorang perwira militer yang berperan pula dalam Perang
Kemerdekaan Indonesia. J. F. Warouw bergabung dengan PRRI untuk
memperjuangkan otonomi daerah, dan menjabat sebagai Menteri Pembangunan dalam
kabinet PRRI.

8. Saladin Sarumpaet
Dalam kabinet PRRI, Saladin Sarumpet memiliki peran atau menjabat sebagai Menteri
Pertanian dan Perburuan. Dimana juga berperan penting dalam upaya PRRI
memperjuangkan keseimbangan pembangunan dan otonomi daerah.

9. Muchtar Lintang
Dalam kainet PRRI menjabat sebagai Menteri Agama. Muchtar Lintang memang aktif
dalam melakukan dakwah islam di daerah-daerah Indonesia.

10. Saleh Lahade


Saleh Lahade merupakan seorang tokoh militer di Indonesia, dimana sempat juga
menjadi seorang pemimpin dalam pemberontakan Permesta di Sulawesi. Salah Lahade
menjabat sebagai seorang Menteri penerangan, dan menjadi salah atau tokoh yang
menandatangani Piagam Permesta pada Februari 1957.

11. Ayah Gani Usman


Ayah Gani Usman merupakan tokoh perjuangan yang aktif dalam dunia politik dan
sosial di Indonesia. Oleh sebab itu, dalam kabinet PRRI, Ayah Gani Usman diangkat
atau diberi peran untuk menjadi seorang Menteri Sosial.

12. Dahlan Djambek


Dahlan Djambek merupakan seorang tokoh militer yang juga bergabung sebagai
pejuang kemerdekaan Indonesia. Dalam kabinet PRRI, Dahlan Djambek menjabat
sebagai Menteri Pos dan Telekomunikasi.

7
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Kondisi yang dianggap sentralistik oleh daerah menyebabkan hubunga nantara
pusat dan daerah menjadi kurang harmonis, hal tersebut dikarenakan perbedaan
pendapat antara daerah dengan pusat, daerah menganggap bahwa kebijakan pemerintah
tidak sesuai dengan daerah, sedangkan pemerintah pusatmenganggap bahwa daerah
kurang mampu dalam melaksanakan tugasnya. Gerakan PRRI/Permesta merupakan
gejolak daerah yang berusaha melakukan koreksi terhadap kondisi bangsa yang morat-
marit, gerakan tersebut membawa dampak positif dan negatif terhadap bangsa Indonesia.
Kerugian materi maupun psikologis diderita oleh masyarakat, tetapi disisi lain gerakan
tersebut menyadarkan pemimpin bangsa akan pentingya otonomi daerah serta keharusan
menghayati hakekat Bineka Tunggal ika.

B. SARAN
Dalam menyikapi gerakan ini kita harus lebih bijaksana. Usahakan jalan damai untuk
menyelesaikannya. Pemerintah harus instrospeksi diri, apa yang salah dalam
pemerintahanya lalu memperbaikinya. Namun PRRI juga harus memahami keadaan
negara, jadi PRRI jangan terlalu menuntut pada pemerintah jika keadaan kurang
memungkinkan

8
DAFTAR PUSTAKA
https://regional.kompas.com/read/2022/07/27/164942678/pemberontakan-prri-permesta-
tokoh-latar-belakang-dan-
penumpasan?page=all#:~:text=PRRI%20diprakarsai%20oleh%20beberapa%20tokoh,Mudo%2C
%20Maluddin%20Simbolon%2C%20Prof.
https://www.studocu.com/id/document/universitas-tidar/science/ssi-makalah-
pemberontakan-prri-sumbar-muhammad-anwarudin-21402011-85-an4-dikonversi/29574302
https://www.slideshare.net/IswiHaniffah/permesta-prri
https://amp.kompas.com/regional/read/2022/07/27/164942678/pemberontakan-prri-
permesta-tokoh-latar-belakang-dan-penumpasan

Anda mungkin juga menyukai