Anda di halaman 1dari 38

MAKALAH

SEJARAH POLITIK INDONESIA (SPI)


Dianjurkan Untuk Memenuhi Persyaratan Mata Kuliah Sejarah Politik Indonesia yang diampu
oleh H.Andang Andi S.H,.M.M

Di susun oleh :
Asep Nurjamal (3506180122)
Ayu Sri Mulyani (3506180040)
Dede Susi (3506180203)
Delvi Dwi Permadi (3506180168)
Enjang Evi Saepulloh (3506180256)
Eris Ita Rosita (3506180223)
Edi Purwanto (3506180066)
Fera Firdayanti (3506180078)
Lina Herlina (3506180246)
Nurul Huda Yusuf (3506180026)
Selvi Novita Anggraeni (3506180001)
KELAS D
PRODI ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS GALUH
T.A 2018/2019
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Robbil’Alamiin, Segala Puji bagi Allah SWT. Atas segala karunia nikmat-Nya
sehingga kami sebagai tim penulis dapat menyusun Makalah ini tepat waktu. Tanpa pertolongan-
Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan Makalah ini dengan maksimal.
Shalawat serta salam semoga tercurah limpahkan kepada Baginda tercinta kita yaitu Nabi
Muhammad SAW yang kita nanti-nantikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Dalam penulisan Makalah ini kami banyak menerima bantuan bimbingan dan dorongan dari
berbagai pihak. Pada kesempatan ini, kami tidak lupa mengucapkan Terima Kasih yang sedalam-
dalamnya kepada Bapak H.Andang selaku dosen Mata Kuliah Sejarah Politik Indonesia. Kami
berharap Makalah ini dapat memberikan manfaat bagi Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Politik.
Kami juga menyadari masih banyak kekurangan dan kesalahan, maka kami menerima kritik dan
saran yang bersifat membangun untuk menyempurnakan Makalah ini.

Dengan adanya Makalah ini, kami mengharapkan semoga Makalah ini dapat di terima dan berguna
bagi kami serta pembaca pada umumnya.

Ciamis, November 2018

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................................

DAFTAR ISI....................................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................................

1.1 LATAR BELAKANG.............................................................................................................


1.2 RUMUSAN MASALAH........................................................................................................
1.3 TUJUAN PEMBUATAN MAKALAH.................................................................................
1.4 MANFAAT PENULISAN....................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................................

2.1 INDONESIA MERDEKA.......................................................................................................


A. PERANG FASIFIK PASCA PENGEBOMAN PULAU SAIPAN...................................
B. BPUPKI DAN PPKI..........................................................................................................
C. PERISTIWA RENGASDENGKLOK...............................................................................
D. PERUMUSAN PROKLAMASI........................................................................................
E. DETIK-DETIK PROKLAMASI.......................................................................................
F. PROSES PENYEBARAN.................................................................................................
G. PENDARATAN TENTARA SEKUTU DI BONCENGI NICA.......................................

BAB III PENUTUP

3.1 KESIMPULAN...............................................................................................................

3.2 SARAN...........................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Pada tanggal 12 Agustus 1945, Jepang melalui Marsekal Terauchi di Dalat, Vietnam,
mengatakan kepada Soekarno, Hatta, Radjiman bahwa Pemerintah Jepang akan segera
memberikan kemerdekaan kepada Indonesia dan promklamasi kemerdekaan dapat
dilaksanakan dalam beberapa hari, tergantung cara kerja PPKI.
Perumusan Teks Proklamasi dilakukan tanggal 16 Agustus 1945 di rumah laksamana Maeda
yang terletak di jalan Imam Bonjol no. 1 Jakarta. Para perumus Tek Proklmasi adalah
Ir.Soekarno, Drs. Moh Hatta dan Ahmad Soebardjo. Teks Proklamasi ditulis tangan oleh
Bung Karno dan diketik oleh Sayuti Melik. Proklamasi ditanda tangani oleh Ir.Soekarno dan
Drs. Moh Hatta, atas nama bangsa Indonesia pertama kali dikumandangkan tanggal 17
Agustus 1945 Hari Jum’at, di jalan Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta.
Organisasi yang sangat berperan dalam mewujudkan kemerdekaan adalah BPUPKI diketuai
oleh Dr. Radjiman Widyodiningrat, sedangkan PPKI diketuai oleh Ir.Soekarno. BPUPKI
telah berhasil menyusun dasar negara dan rancangan UUD.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang terjadi pasca kekalahan Jepang melawan Sekutu ?
2. Apa saja hasil sidang BPUPKI dan PPKI ?
3. Bagaimana Proses Perumusan naskah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia ?
4. Apa yang menyebabkan terjadinya konflik antara Indonesia dan Belanda pasca
Kemerdekaan Indonesia?

1.3 TUJUAN PEMBUATAN MAKALAH


1. Mengetahui latar belakang persiapan kemerdekaan Indonesia.
2. Mengetahui peristiwa sekitar Proklamasi kemerdekaan Indonesia.
3. Kemampuan untuk mengidentifikasi konflik yang terjadi antara Indonesia dan Belanda
pasca Kemerdekaan Indonesia.
4. Kemampuan untuk mengidentifikasi peran dunia Internasional dalam penyelesaian
konflik Indonesia-Belanda.

1.4 MANFAAT PENULISAN


1. Pembaca dapat memahami dengan jelas jalannya Negara Indonesia Merdeka.
2. Pembaca dapat memahami detik-detik Proklamasi.
3. Pembaca dapat memahami penyebab terjadinya konflik antara Indonesia-Belanda pasca
Kemerdekaan Indonesia.
BAB II PEMBAHASAN

A. PERANG FASIFIK PASCA PENGEBOMAN PULAU SAIPAN

Perang Asia Pasifik atau perang pasifik lebih dikenal di Jepang dengan sebutan perang
Asia Timur Raya (Greater East Asia War). Merupakan perang yang melibatkan pihak pihak sentral
(Japang, Jerman Nazi dan Italia) melawan pihak Sekutu ( Amerika Serikat, Tiongkok, Uni Soviet,
Britania Raya, Philipina, Australia, Belanda dan Selandia Baru). Konflik ini terjadi antara tahun
1937-1945. Perang ini terjadi di wilayah samudra Pasifik, pulau-pulaunya dan di Asia.

Perang ini terjadi lebih awal dibandingkan negara yang terlibat perang dunia
2 sebagai akibat perang dunia 1, tepatnya pada 7 Juli 1939 – 9 September 1945. Sebagaimana
pepatah mengatakan bahwa tak ada asap jika tak ada api. Maka tentu konflik dan perang ini tidak
akan mungkin terjadi jika tidak terdapat hal yang melatar belakanginya sebagaimana sebab khusus
perang dunia 2 di eropa . Apalagi perang ini melibatkan negara-negara dengan kekuatan militer
yang cukup mumpuni seperti pada bentuk pelaksanaan perang dingin . Oleh karena itu, mari kita
mengingat kembali seharah mengenai 4 latar belakang perang asia pasifik beserta dampaknya bagi
dunia internasional.

Jepang ingin menjadi penguasa Asia seperti semboyan yang tertuang dalam prinsip mereka,
yakni Hokko Icciu. Cita-cita Jepang ini ialah dapat menguasai seluruh wilayah Asia dan kemudian
mengeksplotasinya. Oleh karena itu, mulailah Jepang menyerang dan menguasi wilayah yang
notabene memiliki kekayaan alam berlimpah termasuk juga indonesia dan wilayah Asia Tenggara
Lainnya. Jepang menjadi negara imperialisme yang kuat bersama negara-negara fasis lain, seperti
Jerman dan Italia. Simak juga dampak positif perang dunia 2 .

Jepang mulai mengincar Indonesia setelah mengetahui kekayaan alam yang dipunyai.
Kebetulah pada saat itu, Indonesia sedang dalam masa penjajahan Belanda. Kemudian, Jepang
masuk ke wilayah Indonesia untuk mengambil alih kekuasaan yang dipimpin oleh Jendral
Terauchi. Jepang menduduki Indonesia dengan mempunyai tujuan untuk memperoleh dukungan
dalam perang asia timur raya.

2. Konflik Jepang-Rusia (1904-1905)


Rencana licik Jepang untuk dapat menguasai dan mengekploitasi wilayah Asia rupanya
mendapat tentangan dari pihak Rusia. Rusia sendiri saat itu menginginkan wilayah Asia Timur
untuk dibangun pelabuhan laut, hal ini karena wilayah perairan Asia Timur memiliki air laut
yang tenang dan tidak pernah mengalami kebekuan sepanjang tahunnya. Perselisihan dan konflik
antar kedua negara tersebut kemudian memicu perang antara Jepamg dan Rusia pada tahun
1904-1905.

Perang ini kemudian dimenangkan oleh Jepang. Kemenangan ini kemudian membuat
Jepang merasa sombong dan menjadikan upaya untuk dapat memperluas lagi wilayah
jajahannya. Wilayah kekuasaan Jepang (pada tahun 1931) meliputi Cina Timur Laut dan
Semenanjung Korea. Sikap Jepang ini mendapat kritikan dari dunia Barat, namun Jepang tidak
bergeming. Jepang justru menganggap negara Barat yang menjatuhkan embargo bahan mentah
sebagai tindakan menguasai Jepang perlahan-lahan.

3.Insiden Jembatan Marcopolo (Jepang-Tiongkok 1937)

Walaupun kedua negara telah sebentar-sebentar berperang sejak tahun 1931 perang
berskala besar baru dimulai sejak tahun 1937 dan berakhir dengan menyerahnya Jepang pada tahun
1945. Perang ini merupakan akibat dari kebijakan imperialisme Jepang yang sudah berlangsung
selama beberapa dekade. Jepang bermaksud mendominasi Tiongkok secara politis dan militer
untuk menjaga cadangan bahan baku dan sumber daya alam yang sangat banyak dimiliki
Tiongkok. Pada saat yang bersamaan, kebangkitan nasionalisme Tiongkok dan kebulatan tekad
membuat perlawanan tidak bisa dihindari.

Sebelum tahun 1937, kedua pihak sudah bertempur dalam insiden-insiden kecil dan lokal
untuk menghindari perang secara terbuka. Perang ini dimulai lebih awal dari Perang Dunia
II yaitu pada tanggal 8 Juli 1937 oleh sebuah insiden yang disebut Insiden Jembatan Marco
Polo Peristiwa tersebut menyulut peperangan antara Tiongkok dengan Jepang.Konflik antara
Jepang dan Tiongkok dan beberapa dari peristiwa dan serangannya yang penting juga merupakan
bagian dari perang tersebut.

4. Serangan Jepang ke Pearl Harbour


Upaya negara Barat mengembargo Jepang dengan tujuan agar Jepang mau menghentikan
agresi militer-nya ditolak mentah – mentah. Jepang lebih memilih untuk menginvasi Asia
Tenggara, menguasai daerah yang kaya akan sumber daya alamnya. Kemudian Jepang
menjalankan rencana untuk menyerang Pearl Harbour sebagai bentuk pencegahan terganggunya
posisi Jepang di Asia Timur. Simak juga invasi amerika serikat ke afghanistan .

Peristiwa penting terjadi pada hari Minggu pagi 7 Desember 1941. Dimana secara tiba-tiba
tentara Jepang melancarkan pengeboman ke pangkalan angkatan laut Amerika Serikat di Pearl
Harbour. Serangan ini membuat banyak kapal perang milik Amerika Serikat rusak dan hanya
sedikit yang bisa menyelamatkan diri. Dasyatnya serangan ini juga memakan banyak korban yang
berasal dari kelompok tentara yang saat itu sedang bertugas di dalam kapal. Insiden ini juga pernah
difilmkan dan mendapatkan banyak pujian dari penggemar dan kritikus film.

Dampak Perang Asia Pasifik


Selain banyak memakan korban jiwa, bahkan ditaksir sekitar 25 juta jiwa yang melayang,
dampak lain yang ditimbulkan dari adanya Perang Pasifik adalah sebagaimana dampak perang
vietman bagi vietman sebagai berikut:

 Kemenangan Blok Sekutu


Kemenangan yang diperoleh blok sekutu kemudian secara otomatis menjadikan Kepulauan
Jepang berhasil diduduki juga oleh sekutu. Sehingga Jepang kemudian kehilangan
beberapa wilayah yang penting.
 Wilayah yang sempat diinvasi Jepang kembali jatuh ke tangan penguasa lamanya
Setelah kekalahan yang dialami oleh Jepang, maka secara otomatis negara yang berhasil
dikuasi oleh Jepang. Kemudian kembali kepadan penguasa sebelumnya. Keadaan ini
membuat Jepang kembali kehilangan semua wilayah jajahannya yang ia peroleh selama
masa imperaliasme berlangsung.
 Beberapa negara jajahan Eropa berhasil memerdekakan diri
Ini merupakan salah satu dampak yang sangat positif dan dapat kita rasakan. Terdesaknya
pasukan Jepang akibat serangan tentara sekutu membuat tentara jepang di Indonesia di
tarik, sehingga tentara kita lebih leluasa untuk mnyerang dan mendesak tentara Jepang.
Pada akhirnya, tepat tanggal 17 Agustus 1945 bangsa ini akhirnya dapat
memproklamasikan kemerdekaan. Bahkan hal ini terjadi sebelum perang Asia Pasifik usai.
 Kekalahan Jepang mengakibatkan Jepang kehilangan wilayah jajahan dalam
Perang dunia I
Wilayah meliputi Korea,Manchuria, Asia Tenggara dan beberapa daerah di Kepulauan
Pasifik yang merupakan wilayah jajahan yang diperoleh dari perang dunia 1, dengan
tetpaksa harus direlakan. Hal ini merupakam dampak yang harus dialami oleh Jepang.
Akibat dari kekalahan yang dialaminya pada perang Asia-Pasifik.
 Jepang tidak diperbolehkan memiliki angkatan perang
Ibarat kata sudah jatuh tertimpa tangga, mungkin itulah yang patut disematkan pada negara
Jepang. Setelah kalah dalam Perang Asia-Pasifik Jepangpun tidak diberbolehkan memiliki
angkatan perang. Hal ini merupakan upaya untuk mencegah terjadinya perang yang bisa di
picu kembali oleh Jepang.
 Kaisar Jepang kehilangan status “dewa”
Kaisar Jepang saat itu memiliki status Dewa yang selama itu di agung-agungkan rakyatnya
harus rela menanggalkan status tersebut. Kekalahan Jepang dalam perang Asia Pasifik
membuat rakyat merasa malu. Tentunya hal tersebut menjadi pukulan berat bagi seluruh
masyarakat Jepang. Sehingga status dewa yang selama ini melekat pada kaisar Jepang
harus dilepas.
B. BPUPKI DAN PPKI
Hasil sidang PPKI 1, 2, 3 tanggal 18-22 Agustus 1945 PPKI atau Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia adalah badan khusus yang dibentuk untuk mempersiapkan
kemerdekaan Indonesia. Tugas tugas PPKI memang untuk melakukan persiapan
kemerdekaan. Wujudnya bisa dilihat dari hasil sidang PPKI yang menghasilkan keputusan
seperti mengesahkan UUD 1945 dan membentuk komite nasional.
Awalnya PPKI dibentuk sebagai pengganti dari BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha
Persiapan Kemerdekaan Indonesia) yang dibubarkan karena dianggap sudah
menyelesaikan tugasnya. Dalam bahasa Jepang, PPKI disebut Dokuritsu Junbi Iinkai.
Umumnya tugas PPKI yang paling utama adalah mempersiapkan segala hal yang berkaitan
dengan kemerdekaan Indonesia. Ketua PPKI adalah Ir. Soekarno dan Drs. Mohammad
Hatta. Terdapat total 21 anggota PPKI yang kemudian bertambah 6 anggota lagi. Di antara
anggota PPKI juga meliputi Achmad Soebardjo, Otto Iskandardinata, Dr. Soepomo dan
Radjiman Widyodiningrat.
Usai pembacaan teks proklamasi kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945,
PPKI melaksanakan sidang di hari berikutnya. Sidang PPKI dilaksanakan sebanyak 3 kali
yakni :

1. Sidang pertama PPKI dilaksanakan tanggal 18 Agustus 1945


2. Sidang kedua PPKI dilaksanakan tanggal 19 Agustus 1945
3. Sidang ketiga PPKI dilaksanakan tanggal 22 Agustus 1945
Hasil sidang PPKI selama tiga kali tersebut menghasilkan banyak keputusan penting, di
antaranya adalah pengesahan undang-undang dasar 1945, pengangkatan presiden dan
wakil presiden Indonesia yang pertama, pembagian wilayah Indonesia menjadi 8 provinsi
serta pembentukan komite nasional Indonesia pusat.
Hasil Sidang PPKI

Sidang PPKI dilaksanakan tiga kali, yakni pada tanggal 18, 19 dan 22 Agustus 1945. Tiap sidang
menghasilkan ide, gagasan dan keputusan berbeda yang dibahas, meliputi pembentukan konstitusi,
struktur pemerintahan, komite nasional dan pasukan Negara.

Hasil Sidang PPKI Tanggal 18 Agustus 1945

Berikut merupakan beberapa keputusan dan hasil sidang PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945 atau
hasil sidang PPKI yang pertama.

1. Mengesahkan UUD 1945


Hasil sidang PPKI pertama adalah mengesahkan undang-undang dasar sebagai konstitusi negara.
PPKI mengesahkan Undang-Undang Dasar (UUD 1945). Adapun rancangan batang tubuh UUD
1945 sudah dibuat oleh BPUPKI sebelumnya .Selain itu juga dilakukan revisi Piagam Jakarta
dimana kalimat ‘Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-
pemeluknya’ diganti menjadi ‘Ketuhanan Yang Maha Esa’.

2. Mengangkat Soekarno sebagai Presiden dan Moh. Hatta sebagai Wakil


Presiden
Hasil sidang pertama PPKI berikutnya adalah memilih dan mengangkat presiden serta wakil
presiden Indonesia. Atas usulan Otto Iskandardinata secara aklamasi, Ir. Soekarno terpilih sebagai
presiden Indonesia pertama didampingi oleh Drs. Mohammad Hatta sebagai wakil presidennya.

3. Membentuk Komite Nasional


Sidang PPKI juga memutuskan pembentukan sebuah komite nasional. Fungsi komite nasional ini
adalah untuk sementara membantu tugas tugas Presiden sebelum dibentuknya MPR dan DPR.

Hasil Sidang PPKI Tanggal 19 Agustus 1945

Berikut merupakan beberapa keputusan dan hasil sidang PPKI pada tanggal 19 Agustus 1945 atau
hasil sidang PPKI yang kedua.

1. Membentuk pemerintah daerah yang terdiri dari 8 provinsi


Hasil sidang PPKI kedua salah satunya adalah pembentukan pemerintah daerah. Indonesia dibagi
menjadi 8 provinsi, dimana tiap provinsi dipimpin oleh seorang gubernur sebagai kepala daerah.

Adapun 8 provinsi yang dibentuk beserta nama gubernurnya adalah :

No Provinsi Nama Gubernur

1 Sumatra Teuku Mohammad Hassan

2 Jawa Barat Sutarjo Kartohadikusumo

3 Jawa Tengah R. Panji Suroso

4 Jawa Timur R. A. Suryo

5 Sunda Kecil I Gusti Ketut Puja Suroso


6 Kalimantan Ir. Pangeran Mohammad Nor

7 Sulawesi Mr. J. Ratulangi

8 Maluku Dr G. S. S. J. Latuharhary

2. Membentuk komite nasional daerah


Setelah membagi wilayah Indonesia menjadi 8 provinsi, selanjutnya juga dibentuk komite nasional
di tingkat daerah di tiap-tiap provinsi, mulai dari Sumatera, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur,
Sunda Kecil, Kalimantan, Sulawesi dan Maluku.

3.Membentuk 12 Kementerian dan 4 Menteri Negara


Hasil sidang kedua PPKI berikutnya adalah pembentukan 12 kementrian kabinet di tiap
departemen serta 4 menteri negara non-departemen. Berikut merupakan nama-nama menteri dan
departemen yang dipimpin pada kabinet Republik Indonesia yang pertama.

No Nama Menteri Departemen

1 R.A.A. Wiranata Kusumah Departemen Dalam Negeri

2 Mr. Achmad Soebardjo Departemen Luar Negeri

3 Prof. Dr. Mr. Soepomo Departemen Kehakiman

4 Ki Hajar Dewantara Departemen Pengajaran

5 Abikusno Tjokrosujoso Departemen Pekerjaan Umum

6 Abikusno Tjokrosujoso Departemen Perhubungan


7 A.A. Maramis Departemen Keuangan

8 Ir. Surachman Tjokroadisurjo Departemen Kemakmuran

9 Dr. Buntaran Martoatmojo Departemen Kesehatan

10 Mr. Iwa Kusuma Sumantri Departemen Sosial

11 Soeprijadi Departemen Keamanan Rakyat

12 Mr. Amir Syarifudin Departemen Penerangan

13 Wachid Hasjim non-departemen

14 Dr. M. Amir non-departemen

15 Mr. R. M. Sartono non-departemen

16 R. Otto Iskandardinata non-departemen

4. Membentuk Tentara Rakyat Indonesia


Usai sidang PPKI kedua dilakukan rapat kecil yang menghasilkan keputusan untuk segera
membentuk Tentara Rakyat Indonesia. Atas usulan Adam Malik, pembentukan pasukan tentara
nasional ini berasal dari tentara Heiho dan PETA.

Selain itu anggota kepolisian dimasukkan dalam departemen dalam negeri. Keputusan ini
dihasilkan dari buah pikiran Otto Iskandardinata. Kemudian Otto Iskandardinata, Abdul Kadir dan
Kasman Singodimerjo ditunjuk untuk mempersiapkan pembentukan tentara kebangsaan dan
kepolisian negara.

Hasil Sidang PPKI Tanggal 22 Agustus 1945


Berikut merupakan beberapa keputusan dan hasil sidang PPKI pada tanggal 22 Agustus 1945 atau
hasil sidang PPKI yang ketiga.

1. Menetapkan Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP)


Di sidang pertama telah diputuskan untuk membentuk komite nasional, namun baru di sidang
ketiga Komite Nasional Indonesia Pusat atau KNIP resmi terbentuk. Sebanyak 137 anggota KNIP
dilantik terdiri dari golongan muda dan masyarakat.

Pada sidang KNIP, ditunjuk Kasman Singodimerjo sebagai ketua. Sementara terdapat tiga wakil
ketua, yakni M. Sutarjo sebagai wakil ketua pertama, Latuharhary sebagai wakil ketua kedua serta
Adam Malik sebagai wakil ketua ketiga.

2. Membentuk Partai Nasional Indonesia (PNI)


Hasil sidang PPKI ketiga salah satunya adalah membentuk Partai Nasional Indonesia atau PNI
yang diketuai oleh Ir. Soekarno. Pembentukan PNI awalnya ditujukan sebagai satu-satunya partai
di Indonesia. Tujuannya untuk mewujudkan negara Republik Indonesia yang berdaulat, adil, dan
makmur berdasarkan kedaulatan rakyat.

Rancangan awal PNI sebagai partai tunggal di Indonesia kemudian ditolak. Pada akhir Agustus
1945, rencana ini pun dibatalkan dan sejak itu gagasan yang hanya ada satu partai di Indonesia
tidak pernah dimunculkan lagi.

3. Membentuk Badan Keamanan Rakyat (BKR)


Hasil sidang ketiga PPKI juga menghasilkan keputusan untuk membentuk Badan Keamanan
Rakyat atau BKR. Fungsi BKR adalah untuk menjaga keamanan umum bagi masing-masing
daerah.

Berkaitan dengan pembentukan BKR, maka PETA, Laskar Rakyat dan Heiho resmi
dibubarkan. Pembentukan tentara kebangsaan Indonesia harus dilakukan segera demi kedaulatan
negara Republik Indonesia.
C. PERISTIWA RENGASDENGKLOK
Kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945 didapatkan setelah banyak serangan
dikalahkan. Serangan yang sangat tidak seimbang antara bangsa terbelakang (saat itu)
dengan bangsa maju termasuk dalam perlengkapan perang. Tapi kenyataanya kemerdekaan
yang hampir mustahil tersebut dapat dicapai. Pasca kemerdekaan Republik Indonesia
diproklamirkan pun masih banyak rongrongan datang dari dalam maupun luar negeri.
Namun kali ini kita akan fokus kepada sebuah peristiwa maha penting yang membuat
Indonesia berani mendeklarasikan sebagai sebuah bangsa merdeka. Peristiwa ini bernama
Rengasdengklok.
Tujuan Peristiwa Rengasdengklok
Peristiwa Rengasdengklok dianggap sebagai konflik internal Indonesia yang memberikan
dampak baik sepanjang sejarah. Konflik ini terjadi antar golongan pejuang tua yang pola
pikirnya panjang dengan mengedepankan berbagai pertimbangan melawan pejuang muda
yang semangatnya menggebu-gebu dan tidak takut pada siapapun termasuk penjajah.
Uniknya, peristiwa Rengasdengklok yang memanas tersebut malah berakhir damai.
Perseteruan mereka mendebatkan masalah waktu pendeklarasian kemerdekaan Indonesia.
Peristiwa ini sengaja dibuat untuk menekan para senior agar memiliki keberanian berterus
terang menyuarakan jeritan rakyat yang sudah lama ingin merdeka menjadi bangsa
berdaulat.
Latar Belakang Peristiwa Rengasdengklok

Latar belakang mengapa peristiwa ini bisa terjadi adalah anggapan dari golongan tua dan
muda yang berlawanan, seperti tadi di atas. Tepatnya, golongan muda menganggap
proklamasi kemerdekaan suatu negara hendaknya tidak dilakukan berdasar belas kasihan
negara lain karena itu artinya sama saja kehidupan negara yang bersangkutan masih di
bawah kaki negara yang memerdekakan. Lebih lanjut, Panitia Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (PPKI) adalah bentukan bangsa Jepang. Oleh karenanya tidak patut bila PPKI
mengambil alih semua persiapan menuju kemerdekaan Indonesia.
Ketepatan pada waktu perdebatan terjadi, datanglah kabar Jepang kalah dari lawannya di
perang pasifik, Sekutu. Penyebar berita menggegerkan tersebut adalah Sutan Syahrir yang
merupakan penggerak golongan muda. Begitu mengetahui Sekutu berhasil mengalahkan
Jepang, Sutan Syahrir tidak menanti waktu lama menuju kediaman Mohammad Hatta.
Tanpa mengurangi rasa segan, Syahrir mendesak Bung Hatta dan Bung Karno yang
menjadi pioneer golongan tua supaya bersedia memproklamirkan kemerdekaan
Indonesia. Dalam pandangan golongan muda, kondisi vakum kekuasaan pasti akan
memerdekakan Indonesia cepat atau lambat. Masalahnya, golongan muda tidak mau
kemerdekaan Indonesia diterima sebagai hadiah dari bangsa lain, baik Jepang maupun
sekutu.
Tanggal 15 Agustus 1945, tepatnya jam 20.00 WIB diadakanlah rapat golongan muda.
Mereka menggunakan ruangan bersejarah yang terletak di belakang laboratorium biologi
pegangsaan timur nomor 17 –gedung ini sekarang berubah menjadi Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI). Waktu itu PKI masih menjadi bagian dari
pejuang kemerdekaan tanpa menerima diskriminasi berarti. Di dalam ruangan ini
berkumpullah penggerak-penggerak kaum muda seperti Wikana, Margono, Dipa
Nusantara Aidit, Sunyoto, Chaerul Saleh, Kusnandar, Subadio, Darwis, Djohan Nur,
Subianto, E. Sadewo, Armansyah dan Abu Bakar.
Chaerul Saleh sebagai pemimpin dalam pertemuan tersebut mengeluarkan keputusan
sebagai hasil kesepakatan bersama seluruh golongan muda dari berbagai latar belakang.
Isi dari keputusan tersebut adalah “Kemerdekaan Indonesia merupakan hak dan menjadi
persoalan rakyat Indonesia itu sendiri, tidak bisa digantung-gantungkan kepada orang
maupun kerajaan lainnya. Untuk menyatakan bahwa Indonesia telah mampu merdeka,
dan telah tiba saat merdeka, baik sesuai kondisi maupun kodrat dan sejarahnya.
Dan jalan satu-satunya yakni : proklamasi kemerdekaan oleh bangsa Indonesia sendiri,
terlepas dari campur tangan asing, bangsa apapun itu.” Semua ikatan serta hubungan
dengan janji kemerdekaan yang diberi Jepang wajib diputuskan. Diharapkan pula akan
ada perundingan dengan Bung Karno didampingi Bung Hatta supaya dua orang tadi
terlibat dalam pernyataan proklamasi. Hal ini menjadi keputusan final setelah Syahrir
gagal meyakinkannya.
Keputusan rapat pemuda tadi malam tanggal 15 Agustus 1945 kemudian menyuruh
utusan menemui Bapak Ir. Soekarno di kediamannya, Jalan Pegangsaan Jakarta. Sekitar
jam sepuluh malam Darwis dan Wikana sampai di Pegangsaan Timur Nomor 56. Dua
orang utusan golongan muda sudah berusaha merayu founding father kita, namun Bapak
Soekarno tetap pada pendiriannya yang mewakili suara golongan tua.
Menurut golongan tua, Jepang masih menguasai Indonesia meskipun hanya secara de
facto. Justru kepada anak-anak muda yang datang itu, Bung Karno memberi arahan
bahwa musuh mereka kini sudah berganti dari Jepang menuju Belanda. Karena Belanda
masih memiliki hasrat tinggi untuk berkuasa lagi di tanah Hindia Belanda.
Hanya berbekal penolakan, kedua utusan muda kembali ke kaumnya saat tengah malam.
Inilah yang melatar belakangi terjadinya Peristiwa Rengasdengklok. Sesampainya
memberi kabar buruk kepada kawan-kawannya, golongan muda langsung menggelar
rapat lagi. Kali ini Yusuf Kunto, Chaerul Saleh, Shodanco Singgih dan Sukarni
mengambil tempat di jalan Cikini Nomor 71 Jakarta.
Keputusan rapat malam itu diambil dari usulan Djohan Nur. “Segera ambil tindakan.
Soekarno dan Soehatta terpaksa harus dijemput dari kediamannya masing-masing.” Ide
yang agak beringas itu disampaikan kepada ketua forum yang tetap dipegang Chaerul
Saleh. Pemimpin ini kemudian memberi feedback “Kita angkat saja Soekarno dan
Soehatta. Mari selamatkan mereka dari Jepang dan segera gelar proklamasi besok, tanggal
16 Agustus 1945.” Planning mengamankan dua tokoh sentral ini disepakati seluruh
forum. Ketua pelaksana pengamanannya diputuskan Shodanco Singgih.
Kronologis Peristiwa Rengasdengklok
Shodanco Singgih segera melaksanakan amanah golongan muda. Ia mulai bergerak pukul
03.00 WIB dini harinya. Peristiwa yang akan terkenal ini dilakukan oleh petugas
keamanan golongan muda. Singgih sendirilah yang memohon kepada Ir. Soekarno agar
bersedia ikut kemana para pemuda pergi pagi buta itu. Sebagai Bapak yang bijak,
permintaan tersebut dikabulkan. Bung Karno hanya mengajukan syarat Fatmawati dan
anaknya, Guntur yang masih berumur satu semester boleh dibawa. Satu jam setelahnya
mereka sudah siap masuk kendaraan menuju daerah Rengasdengklok. Pengawalan ketat
dilakukan oleh tentara PETA (Pembela Tanah Air) setelah mereka semua selesai sahur
(Saat itu Ramadhan).

Kenapa Rengasdengklok dipilih sebagai tempat pengamanan dua tokoh terpenting


proklamasi kemerdekaan Indonesia? Daidan Peta Rengasdengklok hubungannya sangat
erat dengan Daidan di Jakarta. Meskipun mengamankan, sebenarnya para pemuda sadar
dua orang yang bersama mereka penting dan harus dijaga. Tempat ini hanya 15 km dari
Kedunggede, Kerawang.

Setibanya di Rengasdengklok tawanan tadi diletakkan di ruma Djiaw Kie Siong, seorang
warga keturunan Tionghoa. Siong hanyalah petani kecil yang rumahnya ada di RT 1 RW
9 Nomor 41 Rengasdengklok Utara, Karawang.

Di dalam hati para pemuda, Ir. Soekarno – Drs. Moh. Hatta bersedia memproklamirkan
kemerdekaan Indonesia tanggal 16 Agustus 1945. Sayangnya Pak Karno tetap bersikukuh
pada keputusan awalnya. Bung Karno yang tidak mematuhi ultimatum dari pemuda ini pun
membuat golongan muda geregetan. Maksud dari pengamanan di Rengasdengklok supaya
tokoh kuat itu mau berdiskusi lebih lapang, bisa ditekan tanpa menyakiti tapi hasilnya
masih gagal.

Di tanggal 16 Agustus 1945 harusnya Soekarno – Hatta ada di Jakarta untuk memimpin
sidang PPKI, tapi mereka tidak hadir. Ahmad Soebarjo yang juga golongan tua pun
berinisiatif mencari Soekarno –Hatta dan bertemu Yusuf Kunto – Wikana. Mereka
membuat kesepakatan. Ahmad Subarjo akan diantar ke Rengasdengklok asal mau memberi
jaminan proklamasi dilaksanakan besok.

Akhirnya tibalah Ahmad Subarjo jam 17.30 WIB dan segera menenangkan kegelisahan
pemuda. Janji Ahmad Subarjo, proklamasi besok akan dilaksanakan sebelum jam 12.00
WIB siang hari. Jaminan inilah yang membebaskan Soekarno – Hatta dari tangan pemuda
dan dikembalikan dengan hormat ke Jakarta. Sampai di sini berakhirlah cerita kronologi
peristiwa Rengasdengklok.

D. PERUMUSAN PROKLAMASI

Perumusan Naskah Teks Proklamasi Kemerdekaan

Malam hari setelah tiba di Jakarta, Soekarno dan Hatta pergi mendatangi rumah Mayor
Jenderal Nishimura untuk menyatakan keinginan PPKI bersidang malam itu juga. Bung Hatta
juga mengatakan kepada Mayor Jenderal Nishimura bahwa rakyat Indonesia sudah mengetahui
berita kekalahan Jepang. Akan tetapi Nishimura dengan tegas menolak rencana diadakannya
sidang PPKI. Nishimura menjelaskan bahwa sejak siang hari pada tanggal 16 Agustus 1945
berdasarkan instruksi markas Besar Tentara Jepang Daerah selatan yang berkedudukan di
Saigon dilarang adanya perubahan status-quo di Indonesia, hal ini terkait dengan perjanjian
antara pemerintah Jepang dan pihak pemenang perang Pasifik (Sekutu).

Larangan perubahan status-quo itu berarti, bahwa pemerintah Jepang tidak membenarkan
terjadinya Proklamasi kemerdekaan, karena dengan Proklamasi kemerdekaan akan melahirkan
Negara Indonesia Merdeka, dan itu berarti mengubah status-quo. Dengan marah Bung Hatta
menjelaskan bahwa apapun yang akan terjadi Indonesia tetap pada pendirian semula untuk
segera memproklamasikan kemerdekaan.

Bertempat di rumah Laksamana Muda Maeda di Myakodori No. 1 (sekarang jalan Imam
Bonjol) maka dimulaiah sidang PPPKI untuk mempersiapkan Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia.

Mengapa dipilih rumah Laksamana Muda Maeda? Laksamana Muda Maeda adalah seseorang
yang mem-punyai hubungan yang sangat baik dengan para pemimpin Indonesia terutama Mr.
Achmad Subardjo. Beliau adalah Kepala Perwakilan Kaigun (Angkatan Laut Jepang). Sebagai
Kepala Perwakilan Kaigun beliau memilki kekebalan hukum di mana Rigukun (Angkatan
Darat Jepang) tidak berani bertindak sewenang-wenang di kediaman Maeda.
Di ruang makan rumah Laksamana Maeda dirumuskanlah naskah Proklamasi Kemerdekaan
oleh tiga orang tokoh kemerdekaan Indonesia. Bung Hatta dan Mr. Achmad Subardjo
meyumbangkan pikirannya secara lisan. Sedangkan Bung Karno bertindak sebagai penulis
rumusan konsep Proklamasi. Turut menyaksikan peristiwa tersebut adalah Miyosi (seorang
kepercayaan Nishimura) beserta tiga tokoh pemuda yaitu: Sukarni, Sudiro, dan B.M. Diah.

Adapun kalimat pertama yang berbunyi “Kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan
kemerdekaan Indonesia” adalah kalimat yang dikutip Mr. Achmad Subardjo dari rumusan
sidang BPUPKI (Dokuritsu Junbi Cosakai).

Sedangkan kalimat kedua adalah dirumuskan oleh Soekarno yang berbunyi “Hal-hal yang
mengenai pemindahan kekuasaan dan lain-lain akan diselenggarakan dengan cara yang
secermat-cermatnya serta dalam tempo yang sesingkat-singkatnya”. Kemudian kedua kalimat
tersebut digabung dan disempurnakan oleh Moh. Hatta sehingga berbunyi seperti teks
Proklamasi yang kita miliki sekarang.

Naskah Teks Proklamasi

Setelah naskah Proklamasi berhasil dirumuskan timbul permasalahan baru tentang siapa yang
akan menandatangani naskah Proklamasi. Ir. Soekarno menyarankan agar siapa saja yang hadir
dalam perumusan naskah Proklamasi ikut menandatangani selaku wakil-wakil bangsa
Indonesia. Saran tersebut ditentang oleh golongan pemuda yang tidak menyetujui apabila
naskah Proklamasi ditandatangani oleh anggota PPKI hasil bentukkan Jepang yang hadir di
sana.

Mereka menganggap bahwa kemerdekaan ini dicapai dengan hasil kerja keras bangsa
Indonesia sendiri tanpa adanya sangkut paut bangsa Jepang. Salah seorang tokoh golongan
muda yaitu Sukarni mengusulkan agar naskah Proklamasi ditandatangani oleh Bung Karno
dan Bung Hatta dengan mengatasnamakan bangsa Indonesia. Saran tersebut disetujui oleh
seluruh anggota yang hadir.

Kemudian Bung Karno meminta kepada Sayuti Melik untuk mengetik naskah Proklamasi
sesuai dengan perubahan yang telah disepakati.
Teks Proklamasi Otentik

Terdapat tiga perubahan dalam pengetikan ini. Pertama kata “tempoh” diganti menjadi
“tempo”, kedua kata “wakil-wakil bangsa Indonesia” diganti dengan “Atas nama Bangsa
Indonesia”, yang ketiga adalah penulisan tanggal yaitu “Djakarta 17-8-05” diganti menjadi
“Djakarta, hari 17 boelan 8 tahoen ‘05”.
Sesudah ditandatangani oleh Soekarno dan Hatta, maka tersusunlah naskah Teks Proklamasi
sebagai berikut (Nugroho Susanto: 1993):

PROKLAMASI
Kami bangsa Indonesia dengan ini menjatakan kemerdekaan Indonesia.
Hal-hal jang mengenai pemindahan kekoeasaan d.l.l., diselenggarakan
dengan tjara saksama dan dalam tempo jang sesingkat-singkatnja.
Djakarta, hari 17 boelan 8 tahoen 05
Atas nama bangsa Indonesia.
Soekarno/Hatta.

E. DETIK-DETIK PROKLAMASI
Pada hari Jumat 17 Agustus 1945 sejak pagi hari dirumah Ir. Soekarno telah diadakan
persiapan untuk menyambut proklamasi kemerdekaan Indonesia. Banyak tokoh
pergerakan baik golongan tua maupun golongan muda yang jumlahnya kurang lebih 1000
orang berkumpul di halaman rumah Ir. Soekarno.
Mereka ingin menyaksikan pembacaan teks proklamasi kemerdekaan Indonesia.
Sedangkan pasukan PETA dibawah komandannya Latief Hendradiningrat dan Arifin
Abdulrahman dengan senjata lengkap siaga penuh mengamankan jalannya upacara
proklamasi yang akan dilakukan.
Upacara proklamasi kemerdekaan Indonesia yang merupakan peristiwa besar dalam
sejarah bangsa Indonesia dilaksanakan sangat sederhana dimulai tepat pukul 10.00 WIB
dengan urutan upacara sebagai berikut :
 Pembacaan Teks Proklamasi oleh Soekarno
 Pengibaran bendera merah putih
 Sambutan Walikota Soewiryo dilanjutkan Dr Muwardi sebagai kepala keamanan
Pembacaan teks proklamasi dilakukan oleh Ir. Soekarno pada pukul 10.00 WIB dilanjutkan
pidato singkat. Setelah itu pengibaran bendera merah putih oleh Latief Hendradiningrat dan
pemuda Suhut serta seorang pemudi pembawa bendera (Tri Murti). Walikota Jakarta
Soewiryo memberikan sambutan sebagai penyelenggaran upacara, sedangkan Dr. Muwardi
memberikan sambutan sebagai penanggungjawab keamanan kota Jakarta.
Proklamasi 17 Agustus 1945 itu mempunyai arti dan makna yang sangat mendalam bagi
bangsa Indonesia karena :
1. Proklamasi kemerdekaan merupakan titik kulminasi perjuangan bangsa Indonesia dalam
mengusir kaum imperialis asing,
2. Kemerdekaan dicapai oleh bangsa Indonesia dengan kekuatan dan tekad bangsa sendiri
tanpa campur tangan dari pihak manapun,
3. Proklamasi merupakan momentum politik terbebasnya bangsa Indonesia dari belenggu
penjajahan asing menjadi bangsa yang merdeka, berdaulat, mempunyai derajat yang sama
dengan bangsa lain,
4. Proklamasi kemerdekaan merupakan sumber hukum bagi tegak dan berdirinya Negara
Kesatuan Republik Indonesia,
5. Proklamasi kemerdekaan merupakan manifesto politik nasional dalam mewujudkan NKRI
yang bersatu, berdaulat seperti tercantum dalam Pembukaan UUD 1945,
6. Proklamasi kemerdekaan merupakan jembatan emas bangsa Indonesia untuk membangun
bangsa dan negara mencapai masyarakat adil dan makmur, dll.

F. PROSES PENYEBARAN
Sesaat setelah teks proklamasi kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945
selesai dibacakan, penyebaran berita proklamasi kemerdekaan Indoenesia gencar
dilakukan agar berita kemerdekaan ini sampai ke seluruh pelosok di tanah air bahkan luar
negeri. Berbagai upaya ditempuh untuk kepentingan ini. Baik melalui media seperti radio,
koran, pamflet, coretan-coretan di dinding dan gerbong-gerbong kerata api (grafiti)
maupun melalui lisan dari mulut ke mulut. Hal ini tidak hanya dilakukan oleh tokoh-tokoh
BPUPKI atau PPKI tetapi oleh setiap lapisan masyarakat di negeri ini, terutama dari
kalangan pemuda.

Penyebarluasan berita proklamasi ini sangat penting untuk dilakukan untuk mendapatkan
pengakuan dari rakyat sendiri dan dunia internasional. Untuk mendapatkan pengakuan
sebagai sebuah negara merdeka. Sebuah negara dapat diakui dunia internasional sebagai
negara yang berdaulat atau merdeka harus memenuhi 4 syarat berikut ini :
1. Memiliki wilayah
2. Memiliki rakyat
3. Pemerintahan yang berdaulat (memiliki susunan penyelenggaraan negara seperti
lembaga yudikatif, legislatif, eksekutif, dan sebagainya)
4. Mendapatkan pengakuan dari negara lain (baik secara de facto maupun secara de jure).
Proses dan Semangat Penyebarluasan Berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
Penyebaran berita proklamasi kemerdekaan Indonesia ini sendiri berawal dari pesan Drs.
Moh. Hatta kepada pemuda B.M. Diah seorang wartawan yang ikut hadir dalam perumusan
teks proklamasi, untuk, memperbanyak teks proklamasi dan menyiarkannya ke seluruh
dunia. Pesan ini disampaikan oleh Drs. Mohammad Hatta, pada tanggal 16 Agustus 1945
jam 20.00 WIB sesaat setelah teks proklamasi kemerdekaan selesai dirumuskan.
Pada tanggal 17 Agustus 1945 teks proklamasi tersebut berhasil diselundupkan dan sampai
ke tangan Waidan B. Palenewen, seorang Kepala Bagian dari Kantor Berita Domei
(sekarang : Kantor Berita Antara) . Waidan B. Palenewen menerima teks tersebut dari
seorang wartawan berita Domei sendiri yang bernama Syahruddin. Seterusnya Waidan
memerintahkan seorang markonis radio yang bernama F. Wuz untuk menyiarkannya
secara terus menerus dengan jeda waktu 30 menit sampai pukul 16.00 saat siaran berhenti.
Mendengar siaran berita Radio Domei/Yoshima ini, pucuk pimpinan tentara Jepang di
Jawa memerintahkan untuk meralat berita tersebut dan menyatakannya sebagai kekeliruan.
Namun hal ini tidak dapat menyurutkan semangat para wartawan Radio Domei untuk tetap
menyiarkannya. Akibatnya pada tanggal 20 Agustus 1945 kantor berita tersebut disegel
dan para pegawainya dilarang masuk.
Namun semangat para tokoh pemuda bangsa ini memang sangat luar biasa. Setelah kantor
berita tersebut disegel, mereka tanpa sepengetahuan militer Jepang, mengambil beberapa
peralatan penting yang dimiliki Kantor Berita Domei. Kemudian mereka membuat
pemancar baru di jalan Menteng 31 Jakarta, dengan bantuan beberapa teknisi radio, yaitu
Sukarman, Sutanto, Susilahardja, Suhandar, dan M. Yusuf Ronodipuro. Bahkan kemudian
M. Yusuf Ronodipuro bertindak sebagai pembaca berita proklamasi. Dengan kode
panggilan DJK 1 pemancar baru ini terus menerus menyiarkan berita ke seluruh pelosok
Jawa dan tanah air.
Siaran lewat Radio juga sempat dilakukan oleh Radio Hoso Kanri Kyoku (sekarang : Radio
Republik Indonesia/RRI). Tepat pukul 19.00, setengah jam setelah Domei menyiarkan
berita proklamasi, para penyiar dari radio ini seperti M. Yusuf Ronodipuro, Bachtiar Lubis,
dan Suprapto berperan besar dalam menyiarkan berita proklamasi kemerdekaan tersebut.
Sementara itu di jalan-jalan, di tembok-tembok, di gerbong-gerbong kereta api dan
sebagainya semangat kemerdekaan dan revolusi tercermin dalam setiap tulisan-tulisan atau
slogan-slogan. Bukan hanya dalam bentuk tulisan atau grafiti bahkan diteriakkan dengan
semangat yang membara. Misalnya beberapa dari slogan-slogan tersebut seperti : “Respect
our Constitution, 17 August! Hormatilah Konstitusi kami, tanggal 17 Agustus! ; Sekali
Merdeka Tetap Merdeka! ; Merdeka atau Mati!

Peranan surat kabar-surat kabar juga tidak kalah pentingnya dalam menyebarkan berita
proklamasi kemerdekaan Indonesia ini. Yang tercatat pertama kali menyebarkan berita
tersebut adalah surat kabar Thahaja yang terbit di Bandung dan Soera Asia yang terbit di
Surabaya. Para pemuda yang terkenal berjuang lewat pers adalah Adam Malik, Sajoeti
Melik, Sutan Syahrir, B.M Diah, Ki Hajar Dewantara, Otto Iskandardinata, G.S.S.J
Ratulangi, Iwa Kusuma Sumantri, Sukoharjo Wiryopranoto, Sumanang S.H., Manai
Sophian, dan Ali Hasyim.
Pemerintah Republik Indonesia yang baru terbentuk juga menugaskan kepada para
Gubernur yang telah dilantik pada tanggal 2 Septembar 1945 untuk segera kembali kepada
tugasnya masing-masing guna menyiarkan berita proklamasi kemerdekaan Indonesia ini di
wilayahnya. Tokoh-tokoh tesebut antara lain :

1. Teuku Muhammad Hasan untuk wilayah Sumatera


2. Sam Ratulangi untuk daerah Sulawesi
3. Ktut Pudja untuk daerah Nusa Tenggara
4. Ir. Mohammad Nur untuk daerah Kalimantan
Reaksi Masyarakat Indonesia
Reaksi masyarakat terhadap berita proklamasi kemerdekaan Indonesia ini beragam, ada
yang menyambut dengan antusias dan penuh suka cita (perasaan ini datang dari sebagian
besar masyarakat Indonesia, ada yang tidak percaya dan menganggap berita itu hanya
sebagai isu (biasanya ini dari kalangan yang jauh dari Jakarta), dan ada yang ragu-ragu dan
lebih memilih bersikap tenang dan waspada serta melihat perkembangan selanjutnya.
Para raja di Jawa dan Bali menyatakan dukungan atas berdirinya RI. Di Sulawesi, Makasar,
dan Bugis banyak pula mengakui kekuasaan Sam Ratulangi sebagai Gubernur. Raja Bone
juga memberikan dukungan atas berdirinya RI, tapi masih banyak raja-raja di luar Jawa
yang tidak mau mengakui kekuasaan RI karena fanatisme golongan. Mereka ini adalah
orang-orang yang selama ini selalu mendapatkan keuntungan dari penjajah Belanda
,mereka lebih suka Belanda kembali menguasai Indonesia. Dan mereka tidak suka dengan
para pemimpin bangsa yang ada di Jakarta yang dianggap bersifat radikal, bukan ningrat,
dan kadang-kadang bersifat islami.
G. PENDARATAN SEKUTU DI BONCENGI NICA.

Awal kedatangan Sekutu ditandai dengan dibomnya dua kota di Jepang yaitu kota Hiroshima pada
6 Agustus 1945 dan kota Nagasaki pada 9 Agustus 1945, membuat Jepang menyerah tanpa syarat
kepada Sekutu pada tanggal 14 Agustus 1945. Sebagai pihak yang kalah perang, maka Jepang
harus menarik semua pasukan di wilayah kekuasaannya di Asia, termasuk Indonesia dan diatur
oleh SEAC (South East Asia Command). SEAC dipimpin oleh Lord Mountbatten (Amerika) yang
berkedudukan di Singapura. Sedang untuk pelucutan senjata tentara Jepang di Indonesia dilakukan
oleh AFNEI (Allied Forces Netherland East Indies). Ada pun tugas AFNEI adalah:
1. Membebaskan tawanan perang Sekutu yang ditahan Jepang.
2. Menerima penyerahan kekuasaan dari Jepang.
3. Melucuti dan memulangkan tentara Jepang.
4. Mencari dan menuntut penjahat perang.
Pasukan AFNEI yang akan menlucuti senjata tentara Jepang di Indonesia dibagi menjadi 2, dimana
pendatarannya diatur oleh Lord Mountbatten di Singapura yaitu:
1. Pasukan AFNEI Inggris yang dipimpin oleh Sir Philip Christisson. Pasukan ini bertugas
melucuti senjata tentara Jepang yang ada di Sumatra dan Jawa.
2. Pasukan AFNEI Australia yang dipimpin oleh Albert Thomas Blarney. Pasukan ini
bertugas melucuti senjata tentara Jepang yang ada di Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku.
Ternyata pasukan AFNEI Inggris yang akan melucuti senjata Jepang di Indonesia di boncengi
NICA (Belanda). Maksud NICA membonceng Sekutu tidak lain adalah ingin kembali menguasai
wilayah Indonesia. Pada tanggal 15 September 1945, pasukan Sekutu yang diboncengi NICA
mendarat di pelabuhan Tanjung Priok dengan menggunakan Kapal Chamberlain yang dipimpin
oleh W.R Petterson dan disertai oleh dua tokoh NICA, yaitu Van Der Plass dan Van Mook. Inggris
bersedia membawa NICA ke Indonesia karena terikat perjanjian rahasia dalam Civil Affairs
Agreement di Chequers, London pada tanggal 24 Agustus 1945. Dimana isi perjanjian tersebut
yaitu Inggris bertindak atas nama Belanda dan pelaksanaannya diatur oleh NICA yang
bertanggung jawab kepada Sekutu.
Setelah mengetahui bahwa pasukan AFNEI Inggris diboncengi NICA dan ingin kembali merebut
wilayah Indonesia, maka muncullah perlawanan rakyat diberbagai daerah di Indonesia. Rakyat
ingin mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Berbeda dengan pasukan AFNEI Australia, yang
dapat melaksanakan tugas melucuti tentara Jepang dengan lancar tanpa adanya perlawanan dari
rakyat Indonesia.
A. Perkembangan Ideologi pada Babak Awal Kemerdekaan Indonesia.
Pada periode awal kemerdekaan, partai politik dibentuk dengan derajat kebebasan yang
luas bagi setiap warga negara untuk membentuk dan mendirikan partai politik. Dalam perjalanan
sejarahnya bangsa Indonesia mengalami berbagai perubahan asas, paham, ideologi dan doktrin
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, melalui berbagai hambatan dan
ancaman yang membahayakan Indonesia dalam mempertahankan serta mengisi kemerdekaan.
1. Keragaman ideologi partai politik di Indonesia
Maklumat Politik 3 November 1945, dikeluarkan oleh Moh. Hatta, sebagai
peraturan dari pemerintah Indonesia. Akibatnya, muncullah partai – partai politik
dengan berbagai ideologi, arah dan metode pergerakan yang berbeda – beda.
2. Hubungan antara KNIP dan Lembaga Pemerintahan
Pada dasarnya, posisi wewenang KNIP dikukuhkan melalui Maklumat X, 16
Oktober 1945, yang memberikan kuasa legislative terhadap KNIP. Dengan maklumat
itu, KNIP berposisi seperti layaknya DPR untuk sementara waktu sebelum
dilaksanakannya Pemilu untuk memilih anggota DPR sebenarnya. Tugas KNIP yaitu
membantu dan menjadi pengawas kinerja presiden dalam melaksanakan tugas
pemerintahan.
3. Hubungan Keragaman Ideologi Dan Pembentukan Lembaga Kepresidenan
Terdapatnya keragaman ideologi pada era awal kemerdekaan ternyata
menyebabkan perubahan yang sangat besar. Perubahan KNIP dan munculnya berbagai
partai politik menjadi katalisator utama terhadap perubahan struktur pemerintahan
Indonesia. Presiden Soekarno membentuk susunan kabinet sebagai pelaksana eksekutif
dari lembaga kepresidenan Indonesia.
B. Pengaruh Perbedaan Ideologi Politik terhadap Strategi Menghadapi Belanda
Ideologi dan strategi dari partai politik dalam menghadapi Belanda terlihat dengan
jelas dari dasar dan tujuan partai politik yang ada di Indonesia. Partai – partai yang
muncul dan berkembang di Indonesia memiliki beragam ideologi.
C. Konflik antara Kelompok – kelompok Partai Politik di Indonesia
1. Kabinet Syahrir
Program kabinet syahrir yaitu meningkatkan kesejahteraan rakyat dan mengatasi
konflik antara Indonesia dan Belanda. Karena sekutu merebut kembali wilayah
Indonesia dan perundingan Linggarjati, Sultan Syahrir menyerahkan mandatnya kepada
presiden sehingga berakhirlah kabinet Syahrir ini.
2. Kabinet Amir Syarifuddin
Saat perundingan Renville dapat dilaksanakan, Amir Syarifuddin bersama Musso
melakukan pemberontakkan kepada pemerintahan RI di Madiun pada 1948.
3. Kabinet Hatta
Presiden menunjuk Moh. Hatta untuk membentuk kabinet untuk menyelesaikan
konflik antara Indonesia – Belanda agar bisa selesai secepatnya. Dibawah pimpinanya
Indonesia berhasil mendapat pengakuan sebagai Negara merdeka dan berdaulat dari
pemerintahan kerajaan Belanda.
Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Melalui Perlawanan Bersenjata diberbagai
Daerah, Perjuangan Diplomasi dan Pembentukan RIS dan Pengakuan Kedaulatan:
A. Perlawanan Bersenjata diberbagai Daerah
1. Pertempuran Surabaya
Tragedi ini terjadi karena insiden bendera di Hotel Yamato yang melibatkan
Indonesia dan sekutu. Kedatangan pasukan AFNEI di Surabaya menumbuhkan
kecurigaan bagi pemerintah RI bahwa kedatangan AFNEI diboncengi oleh NICA. Pada
tanggal 27 Oktober 1945 mulailah pertempuran antara pasukan Indonesia melawan
AFNEI. Soekarno-Hatta dan Amir Syarifuddin tiba di Surabaya tanggal 29 Oktober
1945. Insiden ini mengakibatkan tewasnya Brigjen Mallaby, menyulut kemarahan
pasukan AFNEI. Pada tanggal 10 November 1945, pasukan AFNEI menggempur kota
Surabaya melalui darat, laut, dan udara, tetapi rakyat Surabaya gigih mempertahankan
Kota Surabaya. Pertempuran yang terakhir terjadi pada tanggal 28 November 1945 di
Gunung Sari.
2. Insiden Bandung Lautan Api
Pada bulan Oktober 1945, TRI dan pemuda serta rakyat sedang berjuang melawan
tentara Jepang untuk merebut senjata dari tangan Jepang. Disamping itu, TRI harus
mengosongkan kotra Bandung bagian utara paling lambat tanggal 29 Oktober 1945.
Pada tanggal 23 maret 1946, AFNEI kembali mengeluarkan ultimatum supaya TRI
meninggalkan kota Bandung. Sebelum meninggalkan Bandung, TRI dan rakyat
Bandung mengadakan perlawanan dengan membumihanguskan kota Bandung bagian
selatan yang dikenal dengan Bandung Lautan Api.
3. Pertempuran Medan Area
Tanggal 9 Oktober 1945 pasukan AFNEI dibawah pimpinan Brigjen T.E.D. Kelly
mendarat di Belawan. Tawanan yang ada di Medan dibebaskan, kemudian dipersenjatai
dan dibentuk menjadi Batalyon KNIL di Medan. Hal tersebut memancing kemarahan
para pemuda sehingga meletuslah pertempuran di Medan pada tanggal 13 Oktober 1945.
Pada tanggal 18 Oktober 1945 AFNEI mengeluarkan ultimatum yang memerintahkan
TKR dan Laskar Perjuangan supaya menyerahkan senjata. Tanggal 1 Desember 1945
AFNEI membatasi daerah Medan dengan memasang papan pembatas yang bertuliskan
Fixed Boundaries Medan Area (Batas Resmi Medan Area) di sudut-sudut pinggiran kota
Medan. Pada bulan April 1946, kota Medan dikuasai oleh pasukan AFNEI.
4. Peristiwa Merah Putih di Manado
Sejak akhir tahun 1945 pasukan AFNEI meninggalkan Sulawesi Utara dan
kekuasaan diserahkan sepenuhnya kepada NICA, sehingga ia bertindak semena – mena.
Mantan anggota KNIL ini dikenal sebagai Tangsi Hitam yang kemudian membentuk
Pasukan Pemuda Indonesia. Pada tanggal 14 Februari 1946 tanpa dilengkapi senjata,
PPI menyerbu kedudukan NICA di Teling. Pada hari itu juga, sebagian pejuang
Indonesia mengambil bendera Belanda yang berada di pos penjagaan dan merobek
warna birunya sehingga yang masih ada hanya warna merah dan putih. Bendera itu
dikibarkan di Tangsi Teling. Peristiwa ini menandai peristiwa merah putih di Manado.
5. Pertempuran di Jakarta
Karena NICA dan KNIL terus melakukan provokasi yang menyebabkan
kemarahan masyarakat sehingga keadaan di Jakarta pun menjadi sulit dikendalikan.
Pendaratan pasukan marinir Belanda di Tanjung Priok tanggal 30 Desember 1945
membuat situasi semakin memburuk maka ibu kota Republik Indonesia dipindahkan ke
Yogyakarta.
6. Peristiwa Merah Putih di Biak
Di Biak terbentuk pula Partai Indonesia Merdeka yang dipimpin oleh Lucas
Roemkorem. Tanggal 14 Maret 1948 para pejuang Irian menyerang tangsi militer
Belanda di Sorido dan Biak yang dipimpin oleh Yoseph. Karena persenjataan NICA
lebih unggul, maka serangan mengalami kegagalan. Tiga orang pimpinan ditangkap dan
diadili di Belanda , dua orang dihukum mati dan seorang dijatuhi hukuman seumur
hidup.
7. Pertempuran Lima Hari di Semarang
Pertempuran ini dimulai tanggal 15 Oktober 1945 dan berakhir 20 Oktober 1945
yang disebabkan karena larinya tentara Jepang dan tewasnya Dokter Kariadi. Terdengar
bahwa Jepang meracuni sumber air di kota Semarang. Dokter Kariadi bersikeras
memeriksa kondisi mata air tersebut. Di perjalanan ia tertembak oleh tentara Jepang
yang membuat rakyat sangat marah dan menyerang tentara Jepang.
8. Pertempuran Puputan Margarana
Pada tanggal 18 November 1946 Ngurah Rai mengadakan serangan terhadap
markas Belandi di Kota Tabanan, dan meraih kemenangan kemudian memusatkan
markas perjuangannya di Desa Margarana. Namun pada 20 November 1946 Belanda
menyerang secara tiba – tiba sehingga Ngurah Rai beserta pasukannya gugur.
Pertempuran ini sampai titik darah penghabisan atau lebih dikenal Perang Puputan.
9. Pertempuran Palagan Ambarawa
Pertempuran Ambarawa terjadi tanggal 20 November - 15 Desember 1945.
Pertempuran Ambarawa dikarenakan AFNEI membebaskan tawanan perang di
Ambarawa dan Magelang dan mempersenjatai bekas tawanan itu. Pada tanggal 20
November 1945 pertempuran antara pasukan TKR di bawah pimpinan Mayor Sumarto
melawan tentara Sekutu. Pertempuran Ambarawa mengakibatkan gugurnya Letkol
Isdiman, Komandan Resimen Banyumas. Posisi Letkol Isdiman kemudian digantikan
oleh Letkol Soedirman. Kota Ambarawa berhasil dikepung selama 4 hari 4 malam oleh
pasukan RI.
10. Pertempuran Lima Hari di Palembang
Pasukan sekutu mendarat di Palembang tanggal 12 okteber 1945, dipimpin oleh
Letnan Kolonel Carmichael, bersama sekutu dan aparat NICA. Pasukan sekutu ini hanya
diizinkan mendiami Talang Semut, akan tetapi mereka tidak mengindahkan peraturan
itu. Ketika meninggalkan kota Palembang sekutu menyerahkan kedudukannya pada
Belanda, sementara perundingan berlangsung pada tanggal 1 januari 1947, pertempuran
meletus kembali pertempuran berlangsung selama 5 hari. Pada tanggal 6 januari 1947
dicapai persetujuan gencatan senjata antara Belanda dan pemerintah Indonesia di
Palembang.
11. Peristiwa Westerling
Peristiwa ini adalah peristiwa pembunuhan ribuan rakyat sipil yang ada di Sulawesi
Selatan yang dilakukan oleh Belanda yaitu Depot Speciale Tropen (DST) yang dipimpin
oleh Raymond Pierre Paul Westerling. Tahap I pada 11 Desember 1946 di Desa Batua,
tahap II pada 19 Desember 1946 di Polobangkeng, Makassar, tahap III pada 26
Desember 1946.
12. Agresi Militer Belanda I
Agresi Militer Belanda I Dilatarbelakangi oleh perbedaan pendapat dan penafsiran
yang semakin memuncak mengenai ketentuan-ketentuan persetujuan Linggarjati.
Tanggal 27 Mei 1947 Belanda menyampaikan ultimatum kepada Pemerintah RI yang
harus dijawab dalam waktu 14 hari. Jam 10.04 pagi kapal pemburu torpedo “Piet Hein”
menghujani markas ALRI tersebut dengan tembakan meriam. Di selatan Sitoebondo
para pejuang Republik berusaha menahan serangan dari dalam parit dan bunker buatan,
tapi karena kalah unggul dalam persenjataan, terpaksa mereka menarik mundur.
Pertempuran terakhir terjadi di Pabrik Gula Prajekan, dimana tersimpan 30.000 ton gula.
13. Agresi Militer Belanda II
Agresi Militer Belanda II diawali serangan terhadap Yogyakarta penangkapan
Soekarno, Mohammad Hatta, Syahrir dan beberapa tokoh lainnya. Agresi Militer
Belanda II dilatarbelakangi oleh Belanda masih ingin menguasai Indonesia dan
berusaha untuk mengingkari perjanjian Renville. 18 Desember 1948. PBB juga
mendesak Belanda untuk menghentikan operasi militer dan membebaskan para
pemimpin Indonesia dan membuat Belanda mengakhiri agresi militer II.
14. Serangan Umum 1 Maret 1949
Propaganda yang dilakukan oleh Belanda dapat dibuyarkan oleh serangan secara
terorganisasi ke Ibu kota Yogyakarta. Serangan itulah yang dikenal sebagai Serangan
Umum 1 Maret 1949. Serangan umum itu dilakukan oleh pasukan TNI dari Brigade 10
/ Wehkreise III, di bawah pimpinan Letkol Soeharto. Keberhasilan serangan umum itu
amat ditentukan oleh peran Sri Sultan Hamengkubuwono IX . Dalam waktu relatif
singkat, pasukan TNI berhasil memukul mundur pasukan Belanda keluar Yogyakarta.
B. Perjuangan Diplomasi
1. Mencari dukungan internasional
Perjuangan mencari dukungan Internasional lewat PBB dilakukan baik secara
langsung maupun tidak langsung. Tindakan langsung dilakukan dengan mengemukakan
masalah Indonesia dihadapan sidang Dewan Keamanan PBB. Tindakan tidak langsung
dilakukan melalui pendekatan dan hubungan baik dengan Negara – negara yang
mendukung seperti Australia, India, Negara – negara liga Arab, Negara – negara
anggota Dewan keamanan PBB.
2. Perundingan dengan Belanda
a. Permulaan perundingan-perundingan dengan Belanda (10 Februari 1946)
Letnan Jenderal Christison memprakarsai pertemuan Pemerintah RI dengan
Belanda. Pada awal perundingan, H.J. Van Mook menyampaikan pernyataan politik
pemerintah Belanda. Pada tanggal 12 Maret 1946, pemerintah Republik Indonesia
menyampaikan pernyataan balasan.
b. Perundingan di Hooge Veluwe (14–25 April 1946)
Setelah beberapa kali diadakan pertemuan pendahuluan, diselenggarakanlah
perundingan resmi antara pemerintah Belanda dengan Pemerintah RI untuk
menyelesaikan konflik namun mengalami kegagalan.
c. Perundingan gencatan senjata (20–30 September 1946)
Banyaknya insiden pertempuran antara pejuang Indonesia dengan pasukan Sekutu
dan Belanda mendorong diadakannya perundingan gencatan senjata, perundingan
tidak mencapai hasil yang diinginkan.
d. Perundingan RI dan Belanda (7 Oktober 1946)
Perundingan berlangsung di rumah Konsul Jenderal Inggris di Jakarta pada tanggal
7 Oktober 1946. Dalam perundingan tersebut, masalah gencatan senjata yang gagal
perundingan tanggal 30 September 1946 disetujui untuk dibicarakan lagi dalam
tingkat panitia yang diketuai Lord Killearn.
e. Perundingan Linggarjati (10 November 1946)
Tanggal 10 November 1946 di Linggarjati di Cirebon, dilangsungkan perundingan
antara Pemerintah RI dan komisi umum Belanda. Berikut isinya :
1) Belanda mengakui secara de facto Republik Indonesia dengan wilayah kekuasaan
meliputi Sumatera, Jawa, dan Madura.
2) Republik Indonesia dan Belanda akan bekerja sama dalam membentuk negara
Serikat dengan nama RIS.
3) RIS dan Belanda akan membentuk Uni Indonesia- Belanda dengan Ratu Belanda
sebagai ketua. Perjanjian Linggarjati ditandatangani oleh Belanda dan Indonesia
pada tanggal 25 Maret 1947 dalam suatu upacara kenegaraan di Istana Negara
Jakarta.
3. Perjanjian Renville (8 Desember 1947 – 17 Januari 1948)
Perjanjian Renville dimulai pada tanggal 8 Desember 1947. Perjanjian Renville
menghasilkan beberapa keputusan sebagai berikut :
a. Penghentian tembak-menembak.
b. Daerah-daerah di belakang garis van Mook harus dikosongkan dari pasukan RI.
c. Belanda bebas membentuk negara-negara federal di daerah-daerah yang didudukinya
dengan melalui plebisit terlebih dahulu.
d. Membentuk Uni Indonesia-Belanda. Negara Indonesia Serikat yang ada di dalamnya
sederajat dengan Kerajaan Belanda.
4. Resolusi DK PBB (28 Januari 1949)
Berkaitan dengan Agresi Militer Belanda II, pada tanggal 28 Januari 1949, Dewan
Keamanan PBB mengeluarkan sebuah resolusi, isinya :
1) Belanda harus menghentikan semua operasi militer dan pihak RI diminta untuk
menghentikan aktivitas gerilya, kedua pihak harus mengadakan perdamaian.
2) Pembebasan dengan segera dan tidak bersyarat semua tahanan politik dalam daerah
RI oleh Belanda sejak 19 Desember 1948.
3) Belanda harus memberikan kesempatan kepada pemimpin RI untuk kembali ke
Yogyakarta dengan segera. Kekuasaan RI di daerah-daerah RI menurut batas-batas
Persetujuan Renville dikembalikan kepada RI.
4) Perundingan akan dilakukan dalam waktu yang secepat-cepatnya dengan dasar
Persetujuan Linggarjati, Persetujuan Renville, dan berdasarkan pembentukan suatu
Pemerintah Interim Federal paling lambat tanggal 15 Maret 1949.
5. Perjanjian Roem-Royen (17 April – 7 Mei 1949)
Roem-Royen Agreement : Dewan Keamanan PBB pada tanggal 23 Maret 1949
memerintahkan UNCI untuk membantu pelaksanaan resolusi DK PBB pada tanggal 28
Januari 1949. Delegasi Indonesia dipimpin Mr. Mohammad Roem. Delegasi Belanda
dipimpin Dr. Van Royen. Pertemuan dipimpin Merle Cohran dari UNCI yang berasal
dari Amerika Serikat. Akhirnya pada tanggal 7 Mei 1949 tercapai persetujuan.
Persetujuan itu dikenal dengan nama “Roem-Royen Statement”.
6. Konferensi Inter-Indonesia (19 -22 Juli 1949 dan 31 Juli – 2 Agustus 1949)
Konferensi Inter-Indonesia ini penting untuk menciptakan kesamaan pandangan
menghadapi Belanda dalam KMB. Konferensi Inter-Indonesia I diadakan di Yogyakarta
pada tanggal 19 – 22 Juli 1949,dipimpin oleh Mohammad Hatta. Konferensi Inter-
Indonesia II diadakan di Jakarta pada tanggal 30 Juli – 2 Agustus 1949,dipimpin
oleh Sultan Hamid (Ketua BFO). Pada tanggal 1 Agustus 1949, pihak Republik
Indonesia dan Belanda mencapai persetujuan penghentian tembak-menembak yang
akan mulai berlaku di Jawa dan Sumatera.
7. Konferensi Meja Bundar (KMB) (23 Agustus 1949 – 2 November 1949)
KMB dipimpin oleh Perdana Menteri Belanda, W. Drees. Konferensi berlangsung
dari tanggal 23 Agustus - 2 November 1949. KMB dapat menghasilkan beberapa
persetujuan. Berikut ini hasil dari KMB di Den Haag:
1) Belanda menyerahkan kedaulatan atas Indonesia sepenuhnya dan tanpa syarat kepada
RIS.
2) Republik Indonesia Serikat (RIS) terdiri atas Republik Indonesia dan 15 negara
federal. Corak pemerintahan RIS diatur konstitusi yang dibuat oleh RI dan BFO.
3) Melaksanakan penyerahan kedaulatan selambat- lambatnya tanggal 30 Desember
1949.
4) Masalah Irian Jaya akan diselesaikan dalam waktu setahun sesudah pengakuan
kedaulatan.
5) Kerajaan Belanda dan RIS akan membentuk Uni Indonesia-Belanda.
6) Menarik mundur pasukan Belanda dari Indonesia dan membubarkan KNIL.
7) RIS harus membayar utang Belanda yang diperbuatnya semenjak tahun 1942.
C. Pembentukan RIS dan Pengakuan Kedaulatan
Penandatanganan naskah pengakuan kedaulatan dilakukan pada waktu yang
bersamaan di Indonesia dan di negeri Belanda, pada 27 Desember 1949. Di Belanda,
penandatanganan naskah pengakuan kedaulatan dilaksanakan di ruang takhta Istana
Kerajaan Belanda. Ratu Juliana, P.M. Dr. Willem Drees, Menteri Seberang Lautan
Mr. A.M.J.A. Sassen, dan Mohammad Hatta membubuhkan tanda tangan pada naskah
pengakuan kedaulatan. Jakarta, Sultan Hamengkubuwono IX dan Wakil Tinggi Mahkota
membubuhkan tanda tangan pada naskah pengakuan kedaulatan. Pada tanggal yang sama,
di Yogyakarta dilakukan penyerahan kedaulatan dari Republik Indonesia kepada Republik
Indonesia Serikat.
BAB III PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Kemerdekaan Indonesia merupakan hasil dari kerja keras Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Bukan melalui bantuan dari Jepang atau negara lain, setelah Indonesia
Merdeka pun ternyata masih harus berjuang mempertahankan Kemerdekaan
Indonesia, sebagai bukti dengan adanya pertempuran-pertempuran di berbagai daerah
seperti pembahasan di atas. Upaya bangsa Indonesia untuk mempertahankan
Kemerdekaan dilakukan melalui cara Perjuangan Fisik dan Non Fisik, khususnya
untuk mempertahankan proklamasi dan diplomasi yaitu diadakannya perjanjan-
perjanjian pada periode awal kemerderkaan, partai politik dibentuk dengan derajat
kebebasan yang luas bagi setiap warga negara untuk membentuk dan mendirikan
partai politik. Contoh-contoh perundingan tersebut ialah: Perundingan Linggarjati,
Perjanjian Renville, Persetujuan Roem-Royen, Konferensi Inter-Indonesia, dan
Konferensi Meja Bundar.
3.2 SARAN
Diharapkan kita sebagai warga yang baik khususnya bagi kita Mahasiswa yang
berpendidikan kita harus mempertahankan dan memperjuangkan kemerdekaan
Indonesia ini agar kita tidak terjajahi lagi dan harus menghargai jasa para pejuang
yang telah berhasil memperjuangkan Negara Indonesia ini.
Semoga dengan adanya makalah ini dapat menjadi referensi bagi semua pihak dari
kalangan mahasiwa maupun pembaca lain pada umumnya, untuk dapat lebih
mengetahui Sejarah Politik Indonesia dan dapat mengerti tentang bagaimana rakyat
dan pejuang memerdekakan Indonesia terlebih dulu.
DAFTAR PUSTAKA
https://hukamnas.com/latar-belakang-perang-asia-pasifik
https://www.zonareferensi.com/hasil-sidang-ppki/
http://sejarahlengkap.com/indonesia/kemerdekaan/peristiwa-rengasdengklok
http://www.academia.edu/8934231/Sejarah_Indonesia
https://mustaqimzone.wordpress.com/2010/02/21/perjuangan-bangsa-indonesia-
sejak-proklamasi-hingga-lahirnya-orde-baru-2/
http://coretan-berkelas.blogspot.com/2015/02/perumusan-naskah-teks-
proklamasi.html

Roem, Mohamad. 1982. Tahta Untuk Rakyat. Jakarta: Gramedia

Sumiyati, Sri Endang. 2001. Pelurusan Sejarah Serangan Oemoem 1 Maret 1949. Yogyakarta:
Media Pressindo

Cribb, R. d. (2012). Kamus Sejarah Indonesia. Jakarta: Komunitas bambu.

Dewi, F. Y. (2008). Pemerintahan Daerah di Sumatera selatan pada tahun 1948-1957 Tesis Jurusan
Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya. Depok: Tidak diterbitkan.

Lapian, A.B (.Tim) (1996). Terminologi Sejarah 1945-1950& 1950-1959. Jakarta: Cv Defit Karya.

Simatupang, T. (2005). Revolusi dan Kita sekarang. dalam W. H. Frederick (Ed.), Pemahaman
Sejarah Indonesia sebelum dan sesudah revolusi (hal. 76). LP3ES.

Zed, M. (2003). Kepialangan , Politik , dan Revolusi Palembang 1900-1950. Jakarta: LP3ES.

Anda mungkin juga menyukai