Anda di halaman 1dari 96

GERAKAN SAREKAT ISLAM 1912-1921

SKRIPSI

Diajukan Kepada Prodi Pendidikan Sejarah


Sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan
Program Sarjana Pendidikan Sejarah

DISUSUN OLEH :
AGUS JUNAEDI (A1A216019)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH


JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2020
Abstrak

Gerakan Sarekat Islam 1912-1921

Oleh : Agus Junaedi


Nim : A1A216019

Kedatangan Bangsa Eropa ke Indonesia membawa perubahan bagi


kehidupan masyarakat Indonesia. Bangsa Eropa membawa Agama Kristen yang
bertentangan dengan Agama Islam yang mayoritas dianut masyarakat Indonesia.
Perbedaan ini kerap kali menghadirkan konflik antara kaum Muslimin yang
mayoritas rakyat Pribumi dengan Bangsa Asing yang mayoritas beragama
Nasrani. Bangsa Asing juga menganggap agama Islam sebagai ancaman sehingga
melakukan penekanan agar Islam tidak berkembang. Kebangkitan Islam mulai
terlihat ketika diberlakukan politik etis yang salah satu dampaknya adalah
memunculkan organisasi pergerakan salah satunya Sarekat Islam. Sarekat Islam
dibentuk bertujuan untuk membangkitkan ekonomi masyarakat Pribumi serta
memperbaiki nasib pribumi. Dengan berlandaskan nilai-nilai ke Islaman Sarekat
Islam mampu membawa perubahan bagi masyarakat Pribumi.
Penulisan Skripsi ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis: 1.
Latar Belakang lahirnnya Sarekat Islam, 2. Gerakan Sarekat Islam terhadap
Pemerintah Belanda, 3. Dampak yang ditimbulkan Sarekat Islam terhadap
masyarakat Pribumi dalam bidang ekonomi, sosial dan politik.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
sejarah yang meliputi: Heuristik atau pengumpulan sumber, Kritik sumber atau
penilaian terhadap sumber, Interpretasi atau penafsiran terhadap sumber dan
historiografi atau penulisan sejarah.
Dari penelitian ini dapat diketahui bahwa Sarekat Islam dibentuk sebagai
reaksi dari kondisi sosial ekonomi masyarakat Indonesia yang saat itu tidak
mampu bersaing dengan Bangsa Asing dan kerap kali mendapatkan perlakuan
yang semena-mena dari Bangsa Asing itu sendiri. Sarekat Islam yang awalnya
bernama Sarekat Dagang Islam yang didirikan oleh Haji Samanhoedi di Surakarta
1911 awalnya meruapakan organisasi dagang yang bertujuan membantu pedagang
Pribumi Muslim untuk bersaing dengan bangsa Cina. Perkembangan yang pesat
membuat anggaran dasar Sarekat Dagang Islam dan secara resmi berganti nama
menjadi Sarekat Islam pada 1912. Perkembangan Sarekat Islam yang begitu pesat
membuat paham komunis disisipkan oleh Pemerintah Belanda ke dalam tubuh
organisasi Sareakat Islam. Hal ini menyebabkan Sarekat Islam terpecah menjadi
Sarekat Islam merah dan Sarekat Islam putih yang melemahkan kedudukan
Sarekat Islam itu sendiri.
Kehadiran Sarekat Islam ditengah masyarakat memberikan angin
perubahan bagi masyarakat. Sarekat Islam berperan aktif dalam perbaikan
ekonomi masyarakat Pribumi dengan mendirikan koperasi dan toko-toko untuk
masyarakat Pribumi. Sarekat juga aktif membela hak masyarakat dalam Volksraad
serta menumbuhkan kesadaran kebangsaan berlandaskan nilai-nilai ke Islaman.
Sekolah-sekolah dan lembaga pendidikan yang dibangun oleh Sarekat Islam
memberikan perbaikan pendidikan bagi masyarakat Pribumi.

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT berkat Rahmat, Hidayah dan Karunia-Nya

kepada kita semua sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

“Gerakan Sarekat Islam 1912-1921”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu

persyaratan menyelesaikan program sarjana pendidikan sejarah di Jurusan

Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,

Universitas Jambi.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak akan selesai

tanpa bantuan dari berbagai pihak. Karena itu pada kesempatan ini peneliti ingin

mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Drs. Budi Purnomo, M.Hum., M.Pd., selaku dosen Pembimbing dan

Ketua Program Pendidikan Sejarah, atas bimbingan, saran, dan motivasi yang

diberikan.

2. Ibu Anny Wahyuni, S.Pd., M.Pd., selaku dosen Pembimbing Skripsi, atas

bimbingan, saran, dan motivasi yang diberikan.

3. Segenap Dosen Jurusan PIPS dan Program Pendidikan Sejarah FKIP

Universitas Jambi yang telah memberikan ilmunya kepada penulis.

4. Kedua orang tua ku yang teramat mulia Bapak Jaman dan Ibu Rostini, adik-

adik ku Reza Julianto dan Ajeng Pratiwi Aprilia atas doa, bimbingan, dorongan

materil dan moril serta kasih sayang yang selalu tercurah selama ini.

5. Sahabat-sahabatku Leo Anggara, Pabean Enjo Skyvo, Muhammad Adhary,

Danny Prasetya dan Ricky Gustianto atas do’a, motivasi, bimbingan, dan

waktu kebersamaan yang sangat berharga bagi penulis.

i
ii

6. Teman-teman Manusio Tebuang, mahasiswa Pendidikan Sejarah angkatan

2016 Normansyah, Sigit Pratama, Doddy Dwi Indiarto, Acep Sunandar,

Lukfan Ari Prayoga, Saddam dan Hutabri atas do’a, motivasi dan bantuan yang

telah diberikan kepada penulis serta waktu kebersamaan yang sangat berharga

bagi penulis.

7. Teman-teman pendidikan sejarah 2016, Maysela Arnawati, Masita Wahdia

Putri, Dewi Nurismawati, Diza Oktora Anandini, Syahrul Adli dan teman-

teman pendidikan sejarah lainnya yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas

doa, motivasi dan bantuan yang telah diberikan kepada penulis serta waktu

kebersamaan yang sangat berharga bagi penulis.

8. Ikatan Mahasiswa Pendidikan Sejarah (IMAPENSA) UNJA atas do’a,

motivasi, kerja sama serta kebersamaan yang telah diberikan kepada penulis

selama proses pendidikan di Kampus.

Penulis menyadari skripsi ini tidak luput dari berbagai kekurangan. Penulis

mengharapkan saran dan kritik demi kesempurnaan dan perbaikannya sehingga

akhirnya skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi bidang pendidikan dan

penerapan di lapangan serta bisa dikembangkan lagi lebih lanjut. Amiin.

Jambi, 10 November 2020

Penulis
ii

Daftar Isi

KATA PENGANTAR................................................................................i

DAFTAR ISI...............................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah................................................................1

1.2. Rumusan Masalah..........................................................................4

1.3. Fokus Penelitian.............................................................................5

1.4. Tujuan Penelitian...........................................................................5

1.5. Manfaat Penelitian.........................................................................6

1.6. Tinjauan Pustaka............................................................................6

1.7. Kerangka Konseptual.....................................................................8

1.8. Metode Penelitian..........................................................................13

1.9. Sistematika Penelitian....................................................................16

BAB II SEJARAH TERBENTUKNYA SAREKAT ISLAM

2.1. Kondisi sosial politik menjelang Terbentuknya Sarekat Islam.....17

2.2. Terbentuknya Sarekat Islam.........................................................27

BAB III GERAKAN SAREKAT ISLAM MELAWAN PEMERINTAH

KOLONIAL

3.1. Sarekat Islam bergabung ke Volksraad.........................................37

3.2. Sarekat Islam mendirikan Sekolah Rakyat ...................................45

3.3. Sarekat Islam mendirikan Koperasi...............................................53

BAB IV PENGARUH HADIRNYA SAREKAT ISLAM BAGI

MASYARAKAT INDONESIA
ii

4.1. Pengaruh di bidang Politik.............................................................57

4.2. Pengaruh di bidang Sosial..............................................................67

4.3. Pengaruh di bidang Ekonomi.........................................................74

BAB V PENUTUP

5.1. Kesimpulan....................................................................................84

5.2. Saran..............................................................................................86

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................87
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang.

Kedatangan bangsa Eropa pada Abad ke 19, membawa perubahan dalam

tatanan budaya dan adat masyarakat Indonesia. Salah satu bangsa Eropa yang

datang ke Indonesia adalah bangsa Belanda. Bangsa Belanda dengan cepat

merubah struktur masyarakat Indonesia. Belanda di bawah VOC melakukan

monopoli perdagangan yang membuat rakyat Indonesia menderita. Selain

melakukan monopoli bangsa Belanda membawa sistem pendidikan barat yang

bertolak belakang dengan nilai-nilai keislaman sehingga melahirkan sekularisme

dikalangan masyarakat Indonesia

Sekularisme ini membawa dampak terhadap kehidupan rakyat Indonesia.

Dampak Pertama sekularisasi yang berkaitan dengan Negara, sistem politik,

sistem ekonomi dan lembaga-lembaga sosial yang tidak sesuai dengan Al – Quran

dan Hadist. Kedua monopoli bangsa barat, tidak lagi dalam bidang politik

pemerintahan saja tetapi menyangkut perubahan-perubahan yang mendasar pada

lembaga utama yang ada di Negara jajahan. Ketiga timbulnya percabangan

pendidikan, di mana muncul pendidikan sekuler.1 Yang memecah, masyarakat

menjadi dua kelompok, yaitu kelompok elite modern dan pemimpin agama yang

tradisional. Dampak Keempat krisis kepemimpinan, secara sistematis pemimpin

muslim dihancurkan. Pemimpin asing dipaksakan untuk dapat memimpin dengan

cara-cara Eropa serta mereka ikut menentukan kekuasaan politik dan ekonomi.
1
Eliana Yunitha Seran. “Peranan Haji Oemar Said Cokroaminoto dalam perkembangan
Sarekat Islam 1912-1934”. (Skripsi. Pendidikan Sejarah. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.
Universitas Sanatha Darma. 2007). Hal. 1

1
2

Hal ini membuat kemunduran pendidikan Islam dan memunculkan sikap phobia

terhadap Islam.2

Phobia terhadap Islam tidak mengalami perubahan meskipun kekuasaan

VOC pindah ke tangan pemerintah Hindia Belanda, walaupun pemerintah melalui

undang-undangnya menyatakan netral terhadap agama. Penyebab phobia terhadap

Islam ini tidak hilang karena banyaknya perlawanan rakyat (Petani, Buruh, dll)

pada akhir abad ke-19, yang dinilai diilhami oleh ideologi Islam. Banyak pejabat

pemerintah Hindia Belanda waktu itu yakin semua pemberontakan itu mempunyai

kaitan erat dengan ajaran Islam, seperti tercermin dalam beberapa laporannya.

Padahal kesaksian yang dilampirkan dalam laporan-laporan itu terungkap jelas

bahwa orang-orang pribumi yang didakwa sebagai pelaku atau saksi,

menyebutkan beban ekonomi yang mendorong mereka melakukan pemberontakan

yang cukup radikal, dalam arti disertai tindak kekerasan.3

Perlawanan rakyat yang cukup besar dan sering dijadikan dasar

pertimbangan pemerintah Hindia Belanda dalam menjalankan kebijakan terhadap

agama Islam, contohnya tidak melibatkan agama Islam dalam politik dan

menjadikan agama Islam hanya sekedar ibadah. Pemerintah Hindia Belanda,

selalu mewaspadai setiap perkembangan Islam di Indonesia.4 Seperti

Bertambahnya jumlah mesjid, pesantren, jemaah haji dan peserta pada pengajian,

mereka melihat itu sebagai kebangkitan Islam yang dipandang akan memunculkan

perang salib baru yang harus segera dicegah.

2
Ibid.
3
Muhammad Iskandar. "Islam fobi dan aksi-aksi radikal”. Paradigma Jurnal Kajian Budaya.
Hal 71.
4
Ibid, hal 86.
3

Kebangkitan Islam mulai terlihat pada Abad ke 20 dengan diberlakukannya

politik etis oleh pemerintah Hindia Belanda di Indonesia. Politik etis adalah

politik balas budi yang dilakukan pemerintah kolonial terhadap masyarakat

Hindia Belanda, politik etis berfokus kepada tiga aspek yaitu irigasi, edukasi, dan

emigrasi.5 Politik etis berpengaruh positif terhadap masyarakat Indonesia karena

berkat kebijakan politik etis dalam bidang edukasi, muncullah golongan-golongan

muslim terpelajar Indonesia yang menentang pemerintah Hindia Belanda melalui

jalur organisasi modern yang bersifat kooperatif.

Organisasi modern yang bersifat kooperatif ini salah satunya adalah Sarekat

Islam (SI). Organisasi Sarekat Islam (SI) bertujuan untuk menentang pemerintah

Hindia Belanda dan menjalankan lembaga ini berlandaskan asas keislaman. SI

pada awalnya merupakan organisasi dagang yang bernama Sarekat Dagang Islam

(SDI). SDI didirikan Haji Samanhudi di Surakarta pada tahun 1911. Latar

Belakang dibentukanya SDI sebagai respon terhadap pedagang Cina yang

melakukan monopoli perdagangan terhadap rakyat Indonesia (bumiputera). SDI

dipandang sebagai organisasi yang berbahaya sehingga sempat dibekukan oleh

pemerintah Hindia Belanda. Atas inisiatif H. O. S. Tjokroaminoto, SDI berubah

menjadi SI pada tahun 1912, tujuan perubahan tersebut dilakukan dengan maksud

memperluas pergerakan serta keanggotaan. 6

SI mempunyai peranan yang penting dalam perjuangan kemerdekaan

Indonesia. SI merupakan organisasi yang berjuang melewati berbagai zaman, dari

zaman pergerakan kemerdekaan, zaman perjuangan kemerdekaan, hingga zaman

5
Cahyo Budi Utomo. “Dinamika Pergerakan Kebangsaan Indonesia Dari Kebangkitan
Hingga Kemerdekaan”. (Semarang : Ikip Semarang Pres, 1995). Hal 12.
6
Maftuhin dkk. “The Movement Of Sarekat Islam's Politics In Struggling National
Independence In 1918-1945”. Jurnal Historica Volume. 1 (2017) 2252-4673. Hal 240.
4

mengisi kemerdekaan. Para pemimpin dan anggota SI ikut menghadapi berbagai

ancaman dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.7

SI bahkan menjadi pelopor gerakan politik pertama yang berjuang mencapai

kemerdekaan secara modern. SI adalah organisasi yang merupakan tonggak

munculnya gerakan politik modern di Indonesia yang memakai cara-cara baru

dalam perjuanganya. SI tidak hanya berjuang melalui gerakan buruh serta partai

politik akan tetapi organisai ini berjuang melalui federasi baik nasional maupun

internasional dalam rangka membangun kekuatan persatuan untuk melawan

pemerintah Hindia Belanda. SI sebagai gerakan politik merupakan kelanjutan dari

perjuangan rakyat bumiputera untuk mencapai kemerdekaan Indonesia. 8

Perjuangan Sarekat Islam dalam mencapai kemerdekaan Indonesia menjadi

menarik untuk diteliti. Pertama SI merupakan organisasi massa pertama di

Indonesia. Kedua SI merupakan organisasi yang berasaskan Islam sehingga

menjadi acuan dan inspirasi bagi organisasi pergerakan lain.

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas peneliti tertarik

untuk membahas proposal mengenai Sarekat Islam dengan judul “Gerakan

Sarekat Islam 1912-1921” .

1.2. Rumusan Masalah.

1. Bagaimana Sejarah lahirnya Sarekat Islam ?

2. Bagaimana Gerakan Sarekat Islam Terhadap pemerintah kolonial 1912-

1921 ?

7
Ibid., hal 240.
8
Ibid.
5

3. Bagaimana Dampak Gerakan Sarekat Islam terhadap masyarakat Indonesia

1912-1921 ?

1.3. Fokus Penelitian.

1.3.1. Ruang Lingkup Temporal.

Ruang lingkup dalam penelitian ini dimulai dari tahun 1912, karena pada

1912 Sarekat Islam diakui secara resmi melalui akte notaries pada tanggal 10

November 1912. Adapun akhir batasan waktu penelitian ini adalah pada tahun

1921. Pada tahun ini diadakan disiplin partai yang membuat semaun dan rekan-

rekannya meninggalkan Sarekat Islam, hal inilah yang menyebabkan perpecahan

dalam tubuh Sarekat Islam hal ini melemahkan kedudukan Sarekat Islam dan

membuat pengaruhnya dimasyarakat berkurang.

1.3.2. Ruang Lingkup Spasial.

Untuk batasan Spasial penelitian yang dilakukan ini adalah di Pulau Jawa,

karna pergerakan Sarekat Islam lebih terpusat di pulau Jawa seperti di beberapa

kota yaitu Surakarta dan Jakarta.

1.4. Tujuan Penelitian.

1. Untuk mengetahui Sejarah lahirnya Sarekat Islam.

2. Untuk mengetahui Gerakan Sarekat Islam terhadap pemerintah kolonial

1912-1921.

3. Untuk mengetahui dampak Gerakan Sarekat Islam terhadap masyarakat

Indonesia terutama Jawa 1912-1921.


6

1.5. Manfaat Penelitian.

1. Bagi Ilmu Pengetahuan.

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dan menambah wawasan

dan pengetahuan akademis bagi mahasiswa tentang Gerakan Sarekat Islam 1912-

1921.

2. Bagi Universitas Jambi.

Untuk menambah bahan bacaan yang berguna bagi pembaca baik yang

berada di lingkungan Universitas Jambi maupun bagi pembaca yang berada di luar

Universitas Jambi khususnya mengenai Gerakan Sarekat Islam 1912-1921.

3. Bagi Peneliti.

Untuk menambah pengalaman dan pengatahuan dalam menulis karya ilmiah

khususnya tentang Gerakan Sarekat Islam 1912-1921.

1.6. Tinjauan Pustaka.

Dari beberapa tulisan yang ditemukan beberapa sumber karya tulis seperti

buku skripsi dan jurnal yang mengungkapkan tema tersebut yang dapat dijadikan

perbandingan oleh penulis tentang sejauh mana masalah ini dibahas dalam tulisan

ini yaitu :

Pertama, Jurnal yang ditulis oleh Yasmis dengan judul Sarikat Islam dalam

Pergerakan Nasional Indonesia (1912-1927). Sarekat Islam lahir diawali oleh

kondisi ekonomi rakyat pribumi yang saat itu kalah bersaing dengan masyarakat

Cina, sehingga dibentuklah suatu badan dagang yang bernama Sarekat Dagang

Islam (SDI). SDI yang berkembang pesat membuat organisasi ini dikenal
7

masyarakat yang kemudian membuat organisasi ini berubah menjadi Sarekat

Islam. SI akhirnya mengalami perpecahan dan mengalami kemunduran. Jurnal ini

membahas perkembangan SI mulai dari terbentuknya hingga SI mengalami

perpecahan dan mengalami kemunduran hingga tahun 1927, sementara penelitian

penulis hanya sampai SI mengalami perpecahan 1921.

Kedua, adalah jurnal karya Endang Muryanti dengan judul Muncul dan

Pecahnya Sarekat Islam di Semarang 1913-1920. Jurnal ini berfokus mengenai SI

Semarang yang merupakan cabang SI daerah. SI Semarag menjalankan beberapa

program untuk memajukan taraf hidup masyarakat. SI Semarang mulai

mengalami perpecahan setelah masuknya paham Komunis melalui Semaun.

Semaun masuk dan menjabat menjadi ketua SI Semarang menggantikan ketua

sebelumnya.

Pemikiran Komunis yang disebarkan Semaun cepat berkembang di SI

Semaran salah satunya karena sulitnya pengawasan yang dilakukan SI pusat. SI

akhirnya mengalami perpecaha setelah pada kongres di Surabaya tahun 1921 SI

melakukan disiplin partai dan mengeluarkan anggota SI yang berpaham komunis.

Anggota SI yang berpaham komunis yang mayoritas adalah anggota SI Semarang

memutuskan keluar dari Sarekat Islam dan bergabung dengan haluan Komunis.

Ketiga, adalah jurnal yang ditulis oleh Retno Winarni dengan judul Konflik

Politik dalam pergerakan Sarekat Islam 1926. Jurnal ini membahas mengenai

awal pembentukan organisasi Sarekat Islam oleh Haji Samanhoedi. Dengan

perkembangan yang begitu pesat membuat SDI pada akhirnya berubah menjadi

SI, peruabahan ini juga seiring dengan perubahan orientasi pergerakan yang
8

awalnya hanya berfokus pada aspek ekonomi kini juga merambah pada aspek lain

seperti sosial dan politik.

Perkembangan SI yang pesat membuat Pemerintah Kolonial berusaha untuk

mengahancurkan SI. Cara yang dipilih oleh Pemerintah Kolonial untuk

menghancurkan SI adalah dengan memasukan paham komunis ke dalam tubuh SI.

Hal ini cukup berhasil karena perbedaan pandangan yang kerap terjadi di dalam

tubuh SI sering membuat anggotanya saling berselisih hal ini melemahkan

kekuatan SI itu sendiri. Untuk mengatasi hal ini SI melakukan disiplin partai pada

tahun 1921 untuk mengeluarkan orang-orang yang berpaham komunis dari

organisasi. Hal ini menyebabkan SI terbelah menjadi SI Merah yang berpusat di

Semaran dan SI putih yang berpusat di Yogyakarta.

1.7. Kerangka Konseptual.

Penelitian ini menggunakan teori Collective Action dari Charles Tilly.

Charles Tilly mengatakan bahwa aksi kolektif merupakan suatu aksi yang muncul

karena beberapa individu memiliki kesamaan tujuan yang menggerakan mereka

untuk melakukan suatu tindakan demi mencapai tujuan bersama. Tilly

mengatakan Collective Action memiliki lima komponen besar yaitu kepentingan

yang berhubungan dengan ekonomi-politik, organisasi, mobilisasi, peluang dan

berbagai bentuk aksi. Teori ini dipilih karena sesuai dengan penelitian yang

dilakukan oleh penulis seperti yang di jelaskan dibawah ini.9

Memasuki abad ke 20 pemerintah kolonial mulai menerapkan perubahan

sistem politik di kawasan Hindia Belanda, salah satunya dengan diberlakukannya


9
Ade Setiawan. “Gerakan Sarekat Buruh: Gerakan Penolakan/Penuntutan Revisi Ranperda
Ketenagakerjaan 2011 Oleh Serikat Buruh di Kabupaten Gresik”. Jurnal Politik Muda, Vol 1,
No. 1 Oktobes-Desember (2012) . Hal 84.
9

Politik Etis. Politik Etis adalah politik Balas budi yang diberlakukan oleh

pemerintah kolonial terhadap masyarakat pribumu Hindia Belanda. Politik etis di

Latar belakangi atas rasa keprihatinan beberapa rakyat Belanda terhadap nasib

masyarakat jajahan, sehingga mereka meminta pemerintah kolonila lebih

memperhatikan masyarakat jajahan. Politik Etis sendiri berfokus pada tiga aspek

yaitu Edukasi, Emigrasi dan Irigrasi. Politik etis khususnya melalui program

Edukasi berhasil melahirkan kaum-kaum terpelajar yang mempelopori perjuangan

rakyat pribumi melalui jalan organisasi.10

Organisasi pergerakan yang pertama muncul adalah Boedi Oetomo pada

tanggal 20 Mei 1908 yang didirikan oleh Dr. Wahidin Soediro Hoesodo. Boedi

Oetomo lahir sebagai jawaban terhadap penetrasi barat dengan imperialisme dan

kolonialismenya.11 Budi utomo memiliki tujuan “Kemajuan Bagi Hindia-Belanda”

ini berlaku untuk siapa saja penduduk Jawa. Madura, dan akhirnya meluas ke

seluruh Hindia. Tanpa membedakan agama, ras dan jenis kelamin. 12 Boedi

Oetomo membuka jalan munculnya organisasi pergerakan lain salah satunya

Sarekat Dagang Islam (SDI) yang kemudian hari lebih dikenal dengan Sarekat

islam.

SDI awalnya didirikan oleh Raden Mas Tirtoadisuryo di Bogor 1911. Berita

tentang berkembangnya SDI di Bogor menarik perhatian pedagang di kota

lainnya. Para pedagang di Kota Solo yang mendengar soal SDI juga berkeinginan

mendirikan perserikatan dagang macam itu. Karena itu mereka merencanakan

untuk mendirikan cabang SDI di Surakarta.13


10
Cahyo Budi Utomo. Op.Cit., Hal 12.
11
Ibid., hal 49
12
Ayi Budi Santosa. “Buku Ajar Sejarah Pergerakan Nasional (Dari Budi Utomo 1908
sampai Proklamasi Kemerdekaan 1945)”. (t.k, 2008). Hal 15.
13
Anhar Gonggong. “HOS. Tjokromainoto”. (Jakarta : Departemen Pendidikan Dan
Kebudayaan. 1985). hal 28
10

SDI juga berkembang hingga menyentuh kota Surabaya dimana disini SDI

berkenalan dengan Tjokroaminoto. Tjokroaminoto merupakan pemimpin paling

berpengaruh di dalam Sarekat Islam nantinya. September 1912 Tjokromainoto

menyusun anggaran dasar baru untuk SDI dan disahkan melalui akta notaris

sehingga SDI berubah secara resmi menjadi Sarekat Islam (SI).14

Organisasi ini berkembang dengan pesat. Anggotanya berjumlah 360.000

orang, mulai melancarkan suatu gerakan politik menuntut pemerintahan sendiri.

Kegiatan Sarekat Islam ini sulit untuk diawasi, karena Residen Surakarta segera

membekukannya. Pencabutan itu yang dijadikan alasan karena seringnya terjadi

perkelahian antara pribumi dan Cina serta timbulnya pemogokan buruh kebun di

perkebunan Krapyak milik Mangkunegaran, tetapi kemudian pembekuan itu

dicabut kembali tanggal 26 Agustus 1912 dengan syarat agar anggarannya diubah,

hingga hanya terbatas pada daerah Surakarta saja.15

Pada kongres di Solo diputuskan pula bahwa Sarekat Islam terbuka untuk

bangsa Indonesia. Untuk menjaga agar Sarekat Islam tetap menjadi organisasi

rakyat, dilakukan pembatasan terhadap masuknya pegawai negeri sebagai

anggota. Walaupun begitu karena agama Islam sebagai lembaga persatuan dan

bertujuan mempertinggi derajat rakyat, menyebabkan Sarekat Islam tersebar di

seluruh Jawa dan pulau lainnya. Kekuatan yang terhimpun dalam lingkungan

Sarekat Islam dan keberaniannya bergerak mengkhawatirkan pemerintah Belanda.

Kekhawatiran ini muncul karena sering terjadinya kerusuhan-kerusuhan anti Cina.

14
A. P. E. Korver. “Sarekat Islam Gerakan Ratu Adil ?”. (Jakarta : Grafiti Pres, 1985), Hal
22.
15
Retno Winarni. “Konflik Politik dalam pegerakan Sarekat Islam 1926”. Literasi Volume 5
no 2 (2015). Hal 221
11

Di samping itu juga timbul keributan-keributan yang ditimbulkan oleh agitasi

yang dipimpin oleh Sarekat Islam.16

Usaha organisasi Sarekat Islam untuk mencapai tujuan tidak terhenti sampai

di situ, bahkan kemudian rasa tidak puas dari pemimpinnya dilampiaskan kepada

pemerintah pusat Belanda yang mengakibatkan fatal bagi para pemimpin.

Pemerintah Belanda mengadakan penangkapan pemimpin-pemimpin yang

dianggap berbahaya dan menjatuhi hukuman buangan dan mereka memilih ke

negeri Belanda. Sarekat Islam pada saat itu sangat kuat sehingga dapat menarik

para anggota organisasi lain terutama orang-orang Indonesia, untuk menyalurkan

tuntutannya mencapai suatu pergerakan ke arah nasionalisme Indonesia.17

Dalam kongres 1913 di Surabaya, H. O. S. Tjokroaminoto melancarkan

kampanye memberantas tujuh “M”, main (judi), madod (nafsu seks), minum

(mabuk), madat (candu), mangan (makan berlebihan), maling (mencuri), misuh

(memaki). Hal ini dinilai harus diberantas agar masyarakat menjadi lebih

bermartabat. SI juga berusaha memberantas kesengjangan antara bangsawan dan

rakyat jelata. Ada memberi hormat dengan berjongkok dan mencium kaki juga

harus diberantas.18

Kongres yang diadakan 1916 dinamakan Kongres Nasional pertama,

sehingga nampaklah usaha menggalang persatuan penduduk Hindia Belanda. Pada

saat itu tampak pula bahwa Sarekat Islam telah mengambil sikap politik terhadap

pemerintah. Tuntutan kongres pada pemerintah adalah agar pemerintah mengakui

pula wakil-wakil rakyat dan adanya otonomi yang lebih luas sebelum itu dalam

16
Yasmis. “Sarikat Islam dalam pergerakan nasional Indonesia (1912-1927)”. Jurnal Sejarah
Lontar Vol 6 no 1 Januari – Juni (2009). hal 27.
17
RetnoWinarni. Loc. Cit., Hal 221
18
ElianaYunitha Seran. Loc. Cit., Hal. 120
12

tahun 1915 Sarekat Islam telah menjadi anggota Indie Weerbaar yang menuntut

adanya parlemen milisi.

Sarekat Islam juga memperhatikan perekonomian masyarkat Indonesia.

Sarekat Islam membawa sukses luar biasa dalam mendirikan toko-toko di banyak

kota. Toko-toko Sarekat Islam adalah cerminan dari keberhasilan organisasi

tersebut untuk menggalang permodalan dengan menjual saham kepada para

anggotanya. SI juga merupakan sukses ekonomi karena keberhasilannya bersaing

dengan perusahaan Cina, namun kemudian Sarekat Islam berkembang menjadi

organisasi massa. Hanya di beberapa tempat saja pengurusnya terdiri atas para

pedagang, seperti yang ada di Jatinegara, dimana ketujuh anggota pengurusnya

semuanya pedagang. Sarekat Islam di tempat lain, biasanya mencakup semua

kelompok pencari nafkah di masyarakat setempat, termasuk para priyayi dan

petani. Di Madura dan Surakarta, bahkan serdadu pribumi memasuki organisasi

Sarekat Islam.19

Politik Etis

Pergerakan
Nasional

Sarekat Dagang Gerakan Sarekat


Islam Islam

Ekonomi Sosial dan Politik

Dampak
1.8. Metode Penelitian.

19
Retno Winarni. Loc. Cit., Hal 221
13

Penulisan ini termasuk dalam penelitian kualitatif metode pengumpulan data

yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian sejarah

dengan pendekatan Study Pustaka. Metode penelitian sejarah ada 4 langkah yaitu:

1. Heuristik.

Heuristik yaitu pengumpulan sumber yang dilakukan oleh peneliti untuk

mengumpulkan sumber sejarah, data sejarah ataupun jejak sejarah. 20 Dalam

penelitian sejarah peninggalan sejarah berupa sumber benda, dokumen-dokumen

maupun sumber lisan merupakan sumber sejarah. Sumber sejarah umumnya

terbagi menjadi sumber primer dan sumber sekunder. Sumber primer adalah

bahan atau data yang berhubungan langsung dengan masa kejadian sejarah atau

peristiwa historis yang diteliti. Sumber sekunder merupakan sumber yang tak

berhuungan langsung dengan peristiwa sejarah yang diteliti. 21 Penelitian ini

menggunakan sumber Sekunder berupa buku

1. Gerakan Sarekat Islam karangan A. P. E. Korver.

2. H.O.S. Tjokroaminoto karangan Anhar Gonggong.

3. Gerakan Islam Modern 1900-1942 karya Deliar Noer.

4. Citra Dasar dan Pola Perjuangan Sarekat Islam karya Gani.

5. Dinamika Pergerakan Kebangsaan dari Pergerakan hingga Kemerdekaan

karangan Cahyo Budi Utomo.

Buku buku ini didapat dari:

1. Online Shop

2. Perpustakaan Universitas Jambi.

20
Lilik Zulaicha. “Metodelogi Sejarah”. (Surabaya : Uin Sunan Ampel Surabaya. 2007). hal
17.
21
Mestika Zed. “Metodelogi Sejarah”. (Padang : FIS Universitas Negeri Padang. 1999). hal
37.
14

3. Internet.

Penelitian ini hanya menggunakan Sumber sekunder karena sumber primer

dan pihak-pihak terkait tidak dapat ditemui.

2. Kritik Sumber.

Kritik sumber adalah penilaian sumber-sumber yang dibutuhkan guna

mengadakan penulisan sejarah. Penilaian sumber dibutuhkan untuk mengetahui

apakah data yang terdapat disumber tersebut dapat diperatnggungjawabkan isinya.

Penilain juga dibutuhkan untuk menilai kredebilitas dan ke aslian suatu sumber.

Kritik sumber terbagi menjadi kritik Ekstern dan Kritik Intern. Kritik Eksternal

bertujuan untuk menguji keaslian suatu sumber, agar diperoleh sumber yang

sungguh-sungguh asli dan bukannya tiruan atau palsu. Sumber yang asli biasanya

waktu dan tempatnya diketahui. Makin luas dan makin dapat dipercaya

pengetahuan kita mengenai suatu sumber, akan makin asli sumber itu.

Kritik internal bertujuan menguji sejauh mana informasi yang terdapat di

dalam sumber apakah benar dapat dipercaya dan kredibel. Artinya peneliti atau

sejarawan harus menentukan seberapa jauh dapat dipercaya fakta-fakta yang di

peroleh dari suatu sumber sejarah.22

3. Interpretasi.

Interpretasi berarti menafsirkan atau memberi makna kepada fakta-fakta

atau bukti-bukti sejarah. Interpretasi diperlukan karena pada dasarnya bukti-bukti

sejarah sebagai saksi realitas di masa lampau adalah hanya sebagai saksi-saksi

bisu belaka. Fakta-fakta sejarah itu tidak dapat berbicara sendiri mengenai realitas
22
Daliman. “Metode Penelitian Sejarah”. (Yogyakarta : Penerbit Ombak. 2012). hal 65.
15

di masa lampau. Untuk mengungkapkan makna dan signifikansi dirinya fakta-

fakta dan bukti-bukti sejarah masih harus menyandarkan dirinya pada kekuatan

informasi dari luar yaitu dari peneliti atau sejarawan. Sejarawan berfungsi sebaga

determinan terhadap makna sejarah yang diinterpretasikan dari fakta-fakta atau

bukti sejarah.23 Rekonstruksi sejarah melibatkan interpretasi dan ekspelnasi

berdasarkan perspektif dan kerangka berfikir tertentu.

4. Historiografi.

Tahapan Historiografi merupakan tahapan berupa kegiatan penulisan hasil

penafsiran atas fakta-fakta dan usaha merekontruksi masa lampau untuk

memberikan jawaban atas masalah-masalah yang telah dirumuskan diatas. Dengan

demikian historiografi adalah tahapan lanjutan dari interpretasi yang kemudian

hasilnya dituliskan menjadi kisah yang menarik.

Pada tahapan historiografi ini, hasil penafsiran atas fakta-fakta itu kita

tuliskan menjadi suatu kisah sejarah yang selaras. Dengan demikian tahapan yang

diatas telah disusun dengan sebaiknya. Dengan melihat tahapan-tahapan ini

tidaklah mengherankan apabila dikatakan bahwa kerja seorang sejarawan untuk

menghasilkan sebuah hasil karya ilmiah yang bernilai historis.

Ada tiga proses dalam historiografi yaitu (1) Proses teoritis dalam yang

menetukan prinsip dalam mencari kebenaran sejarah, (2) proses metodelogis yang

menentukan bagaimana mendekati objek sejarah sampai kepada kebenaran

sejarah, dan (3) proses teknis yaitu penggunaan kemahiran dengan alat metode

mencapai kebenaran tersebut.24

23
Ibid. hal 81
24
Ibid.,
16

1.9. Sistematika Penulisan.

Hasil dari penelitian ini kemudian dilakukan penulisan, yang menjadi

sistematika pembahasan yang terdiri dari lima bab sebagai berikut :

BAB I : Pendahuluan yang memuat konteks penelitian, rumusan masalah,

fokus penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kajian pustaka

kerangka konseptual, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II : Sejarah lahirnya Sarekat Islam.

BAB III : Gerakan Sarekat Islam terhadap pemerintah kolonial 1912-1921.

BAB VI : Dampak Gerakan Sarekat Islam terhadap masyarakat Indonesia 1912-

1921.

BAB V : Kesimpulan.

BAB II

SEJARAH TERBENTUKNYA SAREKAT ISLAM

2.1. Kondisi Sosial Politik menjelang terbentuknya Sarekat Islam.

Abad ke 20 masyarakat Indonesia mengalami perubahan besar dalam

tatanan kehidupan. Perebutan daerah jajahan oleh negara-negara Imprealis di

kawasan Asia dan Afrika mendorong tumbuhnya kesadaran betapa pentingnya

wialayah jajahan bagi suatau Negara Imprealis. Indonesia yang sebelumnya hanya

dianggap sebagai wilayah koloni Belanda yang tugasnya menghasilkan

keuntungan buat Belanda, kini nasibnya mulai diperhatikan. Tekanan dan Kritik

terhadap sistem Politik Kolonial yang menjadikan daerah jajahan hanya sebagai
17

alat keuntungan semata bagi daerah induk tanpa memperhatikan nasib daerah

jajahan tersebut membuat desakan untuk memperbarui fungsi daerah jajahan

sebagai daerah yang menjadi tanggungjawab penguasa kolonial semakin besar.25

Faktor ekonomi dan rasa kasihan serta rasa manusiawi menjadi dasar bahwa

diperlukannya pembaruan mengenai fungsi jajahan. Kerugian-kerugian yang

dialami oleh pemerintah Kolonial ikut berdampak pada kerhidupan ekonomi

masyarakat. Kerugian yang dialami terutama didasari atas gagal panennya gula

dan kopi karena terserang penyakit. Untuk mengatasi krisis maka Pemerintah

Belanda mengijinkan modal asing untuk masuk ke Hindia Belanda. Hal ini

memang mampu memperbaiki keadaan tapi hal ini justru membuat perusahaan

Prbumi tidak berkembang karena kalah bersaing dengan perusahaan asing.

Akibatnya juga dirasakan oleh rakyat Pribumi, rakyat Primbumi hanya memiliki

pendapatan f 80 per keluarga, dimana hanya f 39 yang berupa uang tunai dan

sisanya berbentuk hasil bumi sedangkan pajak begitu tinggi f 16 perkeluarga

dengan f 9 berupa uang tunai. Padahal sejak tahun 1816 Indonesia menghasilkan

keuntungan sebesar 832 juta gulden bagi Pemerintah Kolonial. Disaat pemerintah

Belanda merasakan manisnya keuntungan, rakyat Pribumi justru makin menderita.

Apabila ini dianggap hutang tentulah ini hutang yang sangat besar bagi

pemerintahan Belanda kepada masyarakat Pribumi.26

Eksploitasi terhadap Indonesia tidak lagi dijadikan sebagai alasan utama

kekuasaan Belanda, dan diganti dengan rasa prihatin dan tanggungjawab terhadap

kesejahteraan rakyat Indonesia. Kebijakan ini dinamakan Politik Etis. 27 Di awal

25
Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho Noto Susanto. Sejarah Nasioanl Indonesia
Jilid V. (Jakarta: Balai pustaka. 1993). Hal 20
26
Ibid. Hal 36
27
M. C. Rekclifs. Sejarah Indonesia Modern 1200-2004. (Jakarta: PT. Serambi Ilmu
Semesta. 1981). Hal 327
18

abad 20 sebagian orang Belanda yang bekerja di Hindia Belanda mulai merasa

prihatin terhadap nasib masyarakat pribumi Indonesia. Masyarakat Pribumi

membutuhkan perubahan didalam tatanan kehidupan baik dari segi sosial maupun

dari segi ekonomi agar mampu menaikan taraf kesehjateraan mereka.28

Van Deventer menulis sebuah artikel dalam majalah De Gids 1899 yang

berjudul “Een Ereschuld” atau “Hutang Kehormatan”. Dalam artikel itu ia

menjelaskan bahwa kekosongan kas yang dialami oleh Belanda sebagai akibat

dari Perang Diponegoro dan Perang kemerdekaan Belgia telah diisi oleh orang

Indonesia. Artinya orang Indonesia telah berjasa membantu pemerintah Belanda

dalam menstabilkan kembali keuangannya. Oleh karena itu Belanda dianggap

memiliki hutang budi dengan rakyat Indonesia dan hutang itu harus dibayar

kembali. Keuntungan yang diperoleh dari tetes keringat pribumi Indonesia juga

harus dirasakan oleh pribumi itu sendiri untuk kesehjateraan mereka sendiri.

Menurut Van Deventer “Hutang Budi” itu harus dibalas melalui tiga jalur yang

dirasa dapat meningkatkan kesehjateraan rakyat “irigasi, edukasi dan emigrasi”.29

D. Fock mengatakan masyarakat Indonesia memerlukan pendidikan, hal ini

menguntungkan bagi pemerintah Belanda karena dapat menghasilkan masyarakat

pribumi yang pandai di dalam bidang administrasi sehingga dapat diperkerjakan

dengan harga murah. Fock memberikan ide agar dibangunnya jalur kereta api,

pembangunan sistem irigrasi yang baik, kembali dibelinya tanah-tanah partikelir 30,

28
Agus Susilo. Politi Etis dan Pengaruhnya Bagi lahirnya Pergerakan Bangsa Indonesia.
Jurnal Historia Volume 6 Nomor 2 (2018) 2337-4713. Hal 404
29
Suhartono. Sejarah Pergerakan Nasional Dari Budi Utomo sampai Proklamasi 1908-
1945. (Yogyakarta: Pustaka Belajar. 1994). Hal 16
30
Tanah Partikelir adalah tanah Eigendom dengan hak-hak pertuanan. Tanah Eigendom
adalah tanah dengan hak milik muthlak.
19

pemberian kredit untuk pertanian serta mendorong industri. Hal ini dimaksudkan

untuk menaikan taraf kesejahteraan rakyat Indonesia.31

Dukungan politik terhadap ide dari Van Deventer datang dari kalangan

kapitalis dan industrialis. Golongan ini mendorong pemikiran “Hutang Budi” Van

Deventer karena ingin memasarkan hasil industrinya sambil memperbaiki

perekonomian pendudukn pribumi yang berjasa bagi pemerintah Belanda.32

Desakan juga datang dari para pegawai kolonial yang terinsipirasi dari novel Max

Havelar mengenai sulitnya nasib rakyat Indonesia.33

Desakan ini akhirnya membuahkan hasil dengan mulai diberlakukannya

Politik Etis di Hinida Belanda. Politik Etis ditetapkan pada tahun 1901 ketika

Ratu Wihelmina menyampaikan pidato tahunan. Politik etis menjadi pertanda

dimulainya zaman baru bagi Pribumi Hindia Belanda. 34 Dalam pidato tahunan itu

ditegaskan usaha yang akan dilakukan oleh Pemerintah Belanda untuk

menanggulangi kondisi ekonomi yang carut marut itu :

1. Membentuk panitia yang bertugas menyelidiki kemunduran kesehjateraan yang

dialami oleh masyarakat Pribumi.

2. Menghidupkan kembali usaha agraris dan industri untuk memajukan

perusahaan pribumi.

3. Diadakan pinjaman tak berbunga sebesar 30 juta gulden dengan jangka waktu

kembali 5-6 tahun dan pemberian pinjaman sebagai hadiah uang senilai 40 juta

gulden.

31
Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho Noto Susanto. Op. Cit. Hal 37
32
Suhartono. Loc. Cit.
33
M. C. Recklifs. Op. Cit. Hal 328
34
Agus Susilo. Op. Cit. Hal 407
20

4. Penyelidikan yang dilakukan berdasarkan data yang tercantum dalam karya

Van Deventer dan D. Fock memberi gambaran bahwa pribumi Indonesia

sangat miskin yang disebabkan oleh hasil minim dari tanah yang terpecah dan

upah rendah yang pada akhirnya membuat masyarakat Pribumi hidup tertekan

dari hari ke hari.35

Politik Etis mulai medapat perhatian ketika Alexander W. F. Idenburg

menjadi Menteri urusan daerah jajahan (1902-1905, 1908-1909, 1918-1919)

dengan memegang jabatan ini dan jabatan Gubernur Jenderal (1909-1916),

Idenburg pun menerapkan kebijakan Politik Etis di Hindia Belanda. Kebijakan

Politik Etis Berfokus pada pendidikan, pengairan dan perpindahan penduduk.

Dalam melaksanakan proyek Politik Etis Pemerintah Belanda mengambil alih

hutang Pemerintah Kolonial yang mencapai 40 Gulden, sehingga Batavia dapat

meningkatkan pengeluaran tanpa harus dibebani hutang, Politik Etis pun mulai

berjalan.36

Politik Etis dimulai dengan dilakukannya penyelidikan mengenai penyebab

turunnya taraf kesehajteraan masyarakat Jawa. 1904 Idenburg selaku Gubernur

Jendral Belanda memerintahkan Van Deventer untuk melakukan penyelidikan

mengenai kondisi masyarakat Indonesia yang telah dijajah selama ratusan tahun

oleh Belanda. Laporan Van Deventer ini berisi tentang kemunduran masyarakat

Jawa. Laporan Van Deventer kemudian dijadikan sebagai usulan namun mendapat

tentangan dari kaum liberal dan kaum radikal. Beberapa kebijakan yang diusulkan

seperti Pengairan, kredit pertanian dan emigrasi mendapat perhatian namun tidak

dengan penelitian.37
35
Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho Noto Susanto. Op. Cit. Hal 37
36
M. C. Rekclifs. Loc. Cit
37
Agus Susilo. Op. Cit. Hal 408
21

Politik Etis yang tujuan awalnya untuk meningkatkan kehidupan masyarakat

Pribumi menjadi lebih baik, akan tetapi dalam prakteknya hal itu belum terlihat.

Kebijakan irigrasi dan migrasi tidak dijalankan secara semestinya oleh Pemerintah

Belanda. Pemerintah Belanda banyak membangun sistem pengairan bukan untuk

kepentingan rakyat Pribumi melainkan kepengtingan pemerintah Belanda itu

sendiri.38 Untuk program emigrasi, penduduk yang dipindahkan dari pulau Jawa

ke deareh luar Jawa yang memiliki wilayah perkebunan luas dan pertembangan

tujuannya adalah untuk dijadikan pekerja rodi melalui sistem Cultur Stelsel.39

Pendidikan dibawah pengaruh Politik Etis memang membawa dampak

positif bagi rakyat pribumi, tapi juga terdapat diskriminasi di dalam pendidikan.

Snouc Hurongje dan J.H. Abendanon berpendapat bawah dalam pendidikan yang

harus diutamakan adalah kaum priyai agar bisa dijadikan elite baru yang terdidik

secara Barat sehingga bermanfaat bagi pemerintah Belanda. Bagi mereka berdua

hal ini lebih masuk akal untuk dilakukan karna dapat memperkecil biaya

administratif, menghambat “Fanatisme” Islam, dan memberi contoh kepada

masyarakat bawah Hindia Belanda agar menjadi seperti yang diinginkan

pemerintah Belanda.40

Sekolah-sekolah rakyat yang diadakan oleh Belanda semisal Eerste

Inlandsche School41 nyatanya tidak cukup untuk memberikan perubahan yang

signifikan terhadap masyarakat Pribumi. Hal ini karena pemerintah Belanda lebih

fokus kepada pendidikan bangsa-bangsa asing seperti bangsa Eropa dan Bangsa
38
M. Syarif. Politik Etis Pemerintah Kolonial Hindia Belanda dan Pengaruhnya Terhadap
Pesantren. Inovatif Volume 5 No 1 Februari (2019) 2598-3172. Hal 113
39
Cultur Stelsel disebut juga sistem tanam paksa oleh orang Indonesia yang merupakan
kebijakan Van Den Bosc (1830).
40
Taufik Ajuba. Politik Keagamaan Kolonial : Diskontiniunitas dan Kontiniunitas di
Indonesia. Farabi : Jurnal Pemikiran Konstruktif bidang Filsafat dan Dakwah Volume 18 No 2
Desember (2018) 2442-8624. Hal 119
41
Merupakan Sekolah Dasar Bumiputera Kelas 1.
22

Cina. Sementara bagi Pribumi yang diperhatikan hanyalah kalangan elit

bangsawa, sementara kaum jelata hanya mendapat perlakuan seadanya.42

Meskipun terjadi perkembangan yang pesat didalam bidang ekonomi tapi itu

tidak menimbulkan peningkatan sosial dikalangan masyarakat pribumi, penduduk

tidak mengalami peningkatan modal dan tidak memiliki hasil yang dapat ditabung

sehingga tarah kehidupannya tetap rendah. Perkembangan ekonomi ini juga

memberikan dampak sosial bagi masyarakat yaitu makin besarnya jarak antara

golongan Eropa dan golonga Pribumi.43

Pemerintah Belanda pada tahun 1909 membuat keputusan kegiatan missi

Kristen mulai diluaskan hingga ke bidang pendidikan dimana sekolah menjadi

lembaga penyebaran Agama Kristen. Usaha menyebarkan ajaran Agama Kristen

juga dilakuan dengan menyisipi nilai-nilai Kritsten di masyarakat seperti ”Surat

Edaran Mingguan” dan “Surat Edaran Pasar” yang melarang segala bentuk

kegiatan resmi dilakukan di hari minggu. Hal ini menimbulkan keresahan bagi

penduduk karena mereka tidak mengenal nilai-nilai itu didalam kehidupan sehari-

hari mereka. Kebijakan yang diterapkan oleh Belanda bertentang dengan nilai-

nilai yang diajarkan oleh Agama Islam sehingga menimbulkan kereshan

dikalangan masyarakat. 44

Politik Etis yang dianggap sudah memuaskna rakyat nyatanya menuai kritik

dari berbagai pihak sejak tahun 1914 dimana masyarakat mulai bergejolak dan

melancarkan kecaman bahwa Politik Etis Telah gagal. 45 Pecahnya perang dunia I

(1914-1918) turut mempengaruhi kondisi sosial masyarakat Pribumi, disatu sisi

42
Muljono dan Sutrisno Kutoyo. Haji Samanhudi. (Jakarta : Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan 1979/1980). Hal 19.
43
Marwati Djoened dan Nugroho Notosusanto. Op. Cit. Hal 59
44
Ibid. Hal 60
45
Ibid. Hal 61
23

masyarakat masih mengucapkan janji setia kepada Pemerintah Belanda, tapi

dengan kondisi yang dirasakan oleh mereka saat itu pemikiran untuk

membebaskan diri dari cengkaraman penjajah mulai terbesit di benak mereka.46

Pemerintah Belanda yang kewalahan dalam mengendalikan kondisi

masyarakat mulai melakukan usaha untuk menetralkan keadaan. Pemerintah

Belanda yang menghadapi perlawanan rakyat Indonesia yang mayoritas Muslim

mulai memusatkan fokus nya kepada politik bagi Agama Islam, Snouck

Hurgronje mengatakan ideologi Islam yang menyebar di masyarakat adalah

menganggap pemerintah Belanda adalah pemerintah Kafir sehingga sulit

mendapat kepercayaan dari masyarakat.47

Untuk menghindari Fanatisme terhadap Agama Islam pemerintah Belanda

menjalankan politik yang berdasarkan dua hal : Satu, Islam Sebagai ajaran Agama

dan Dua, Islam sebagai ajaran Politik. Selama Islam hanya dianut sebagai Agama

maka masyarakat harus diberi kebebasan dalam menjalakan nilai-nilai Agama

Islam. Namun, apabila Islam dijadikan sebagai alat politik untuk melawan

pemerintah Belanda maka pemerintah tidak akan tanggung-tanggung

memberantasnya. Jelaslah maksud Pemerintah Belanda agar menjadikan ajaran

Agam Islam hanya sebagai Ibadah dan tidak mencampur adukannya kedalam

kehidupan politik masyarakat Pribumi.48

Untuk melawan Islam pemerintah Belanda juga menggandeng kaum adat

dan menghidupkan kembali tradisi yang nilai-nilai nya tidak sesuai dengan ajaran

Islam. Snouck Hurgronje mengatakan bahwa ajaran Islam tidak akan mampu

membuat masyarakat Indonesia berkembang, masyarakat yang berkembang akan


46
Ibid. Hal 63
47
Ibid. Hal 73
48
Ibid
24

diperoleh dari masyarakat yang di Westernisasikan. Sehingga pemerintah Belanda

pun dengan gencar memajukan budaya barat dalam kehidupan masyarakat

Pribumi. Hal ini semakin menegaskan bahwa pemerintah Belanda ingin

menjauhkan masyarakat Pribumi dari nilai-nilai ke Islaman.49

Demi menekan laju pertumbuhan Islam, pemerintah Belanda melegalakan

proses kristenisasi di Indonesia. Proses kristenisasi ini dianggap sebagai proses

pengkafiran menurut pandangan Bumi putera. Hal ini mendapat pertentangan dari

kau Pribumi khususnya dari kalangan pesantren. Para santri dilarang meniru

segala budaya dan tingkah laku warga Belanda dan budaya Barat hal ini bukan

hanya karena perlakuan pemerintah Belanda terhadap masyarakat Pribumi tapi

juga banga Belanda dan bangsa Barat lainnya dianggap sebagai orang kafir. 50

Kondisisi agama Islam yang kian tertekan dan terdesaka oleh kebijakan

pemerintah Belanda menyadarkan perasaan Bumi putera agar mengakhiri situasi

menyesakan ini. Para pemuda Pribumi yang merupakan lulusan dari sekolah-

sekolah Belanda memandang kondisi Pribumi yang sekarang sangat

memprihatinkan sehingga dibutuhkan perubahan agar kondisi Pribumi menjadi

lebih sejahtera dari pada sebelumnya.51

Diskriminasi terhadap Islam bukannya satu-satunya hal rasis yang dialami

oleh Pribumi, rakyat Pribumi pun oleh pemerintah Belanda diperlakukan beda

dengan bangsa Eropa, masyarakat pada waktu itu dibedakan oleh kondisi sosial

dan warna kulit sehingga terbentuklah kelas-kelas sosial didalam masyarakat.

Orang-orang Eropa dianggap sebagai ras yang paling tinggi sehingga mendapat

49
Ibid. Hal 74
50
Nasihin. Islam dan Kebangsaan: Studi tentang Politik Islam Masa Pergerakan Nasional.
Jurnal Rihlah Volume 11 No 1 (2014). Hal 16
51
Maryam. Gerakan Politik Islam Versus Belanda. Jurnal Tsaqofah dan Tarikh Volume 2
No 11 Juli-Agustus (2017). Hal 183
25

perhatian yang begitu istimewa. Kemudian orang-orang ketururan Asing dan

orang-orang Cina lalu orang-orang Pribumi yang memiliki kekuasaan, sementara

rakyat biasa diletakan dalam kasta terbawah. Kondisi ini tentu sangat menyesakan

bagi penduduk Pribumi apalagi yang beragama Islam. Mereka tidak nyaman

hidup di dalam lingkungan yang membuat mereka jauh dari Islam itu sendiri.52

Orang Cina dan orang Belanda merupakan yang paling bersikap keras

terhadap Pribumi, mereka bertidak semaunya dan merendahkan harga diri

Pribumi. Orang Cina merupakan yang paling sering melakukan tindakan bullyin

terhadap Pribumi. Beberapa kasus penganiaan terhadap Pribumi dilaporkan pada

waktu itu. Seperti misalnya di Solo, saat orang Cina naik andong dengan orang

Bumiputera, maka orang Bumiputera akan duduk dibawah dan orang Cina akan

duduk diatas, hal ini menggambarkan bahwa bangsa Cina memilik kedudukan

yang lebih tinggi. Sikap seperti ini membuat sentimen orang Pribumi terhadap

orang Cina begitu tinggi dan masih berlangsung hingga sekarang.53

Kondisi yang demikian menghasilakan pergolakan yang terjadi di dalam

lapisan masyarakat, banyak dari mereka yang tidak suka dengan sikap Belanda

dalam meperlakukan Pribumi sehingga mereka mulai mencoba usaha-usaha untuk

melawan Pemerintah Belanda. Hal ini didukung dengan kondisi Politik Etis yang

mulai melamah pasca meletusnya perang Dunia I menyebabkan pemerintah

Belanda mulai kehilangan kekuatannya untuk menekan masyarkat.54

Dengan kondisi seperti ini dan dilatar belakangi oleh nasib rakyat yang

sangat menyayat hati, lahirlah organisasi-organisasi yang menginisiasi lahirnya

52
Siti Aisyah. Dinamika Umat Islam pada masa Kolonial Belanda (Tinjauan Historis).
Jurnal Rihlah Volume 11 No 1 (2015). Hal 126
53
Muljono dan Sutrisno Kutoyo. Op. Cit. Hal 17
54
Marwati Djoened dan Nugroho Notosusanto. Op. Cit. Hal 76
26

pergerakan Nasional. Organisasi ini didirikan oleh para pemuda Pribumi yang

mendapat pendidikan dari sekolah-sekolah Belanda dimana hal itu menyadarkan

mereka untuk membebaskan negara mereka dari kaum penjajah.55

Dengan munculnya Pergerakan Nasional, bukan hanya kesadaran rakyat

untuk merdeka saja yang memuncak, tetapi usaha rakyat untuk mewujudkan

kemerdekaan itu juga ikut membara. Pada akhirnya Politik Etis yang mulanya

merupakan politik balas budi dari Pemerintah Belanda kepada Indonesia dengan

tujuan memberikan kesehjateraan kepada masyarakat Pribumi, justru menjadi

jalan yang menginspirasi lahirnya kesadaran akan pentingnya Naisonalisme.56

Dalam suasana seperti diatas Islampun ikut membantu memerdekakan

Indonesia, dan Islam juga ikut melawan dan menolak nilai-nilai Kristen yang

ditanamkan oleh budaya Barat. Nilai-nilai keislaman yang selama ini dipegang

teguh oleh mayoritas masyarakat Indonesia menjadi salah satu penggerak dalam

memerdekakan Negara Indonesia. Para Haji, ulama, kiai serta lembaga Islam

lainnya bersatu padu menbentuk organisasi untuk mengusir bangsa Belanda

beserta dengan budaya baratnya.57

Kejadian-kejadian itu yang diikuti dengan pendirian Sarekat Islam

menunjukan bahwa Islam memegang peranan penting dalam menggerakan rakyat

Indonesia. Dalam keadan yang penuh dengan kegundahan perasaan yang

dirasakan itu disalurkan oleh masyarakat Pribumi melalui nilai-nilai agama Islam.

Sarekat Islam sendiri pada akhirnya nanti menjadi organisasi yang bernafaskan

Islam yang memiliki peran yang vital dalam memerdekakan Indonesia.58

55
Ibid
56
Ibid. Hal 77
57
Nasihin. Op. Cit. Hal 16
58
Marwati Djoened dan Nugroho Notosusanto. Op. Cit. Hal 75
27

2.2. Terbentuknya Sarekat Islam.

Kelahiran dari Sarekat Islam erat kaitannya dengan kondisi perekonomian

masyarakat Indonesia yang saat itu tengah morat-marit. Hal ini bertambah dengan

kondisi sosial masyarakat Pribumi yang jauh dibawah bangsa Asing, sehingga

perekonomian masyarakat Pribumi kian terpuruk. Kebijakan-kebijakan yang

dikeluarkan oleh Pemerintah Belanda lebih banya menguntungkan bangsa Asing

seperti seperti kebijakan Agraria (1870) yang sangat menguntungkan orang-orang

Cina. Orang-orang Cina begitu menguasai perekonomian di daerah Hindia

Belanda hal ini menimbulkan anggapan bahwa Pemerintah Belanda menjalin

hubungan dagang dengan Cina.59

Kondisi yang begitu jomplang di bidang ekonomi antara masyarakat

Pribumi dengan bangsa Cina juga berpengaruh dibidang sosial. Penduduk Pribumi

dipandang sebagai ras kelas bawah yang paling jelek diantara Bangsa Eropa,

Bangsa Cina dan Bangsa Asing lainnya, meskipun ada elit Pribumi yang

diperlakukan cukup baik oleh bangsa Asing tapi itu tidak cukup untuk

mengatakan bahwa penduduk Pribumi sering didiskriminasi apalagi yang

beragama Islam. Kondisi inilah yang melatarbelakangi Haji Samanhudi untuk

mendirikan organisasi pergerakan Sarekat Islam yang awalnya bernama Sarekat

Dagang Islam.60

Selain faktor ekonomi, faktor lain yang menjadi latar belakang berdirinya

Sarekat Islam adalah diskriminasi yang dilakukan oleh orang Cina. Etnis

59
Muhammad Kaffin Mustakif. Sarekat Dagang Islam (1905-1912) : Between the Savagery
Of Veerenidge Oostindische Compagnien (Voc) And The Independent Of Indonesia. International
Journal Of Nusantara Islam Vol 7 No 1 (2019). Hal 8
60
Ibid
28

Tionghoa selama ratusan tahun menjadi mesin uang bagi Pemerintah Belanda,

karna mampu memberi banyak keuntungan dari sektor perdagangan. Akibatnya

Orang Cina mendapat begitu banyak keuntungan dari Pemerintah Belanda hal ini

yang mendorong orang Cina untuk bersikap semena-mena kepada masyarakat

Pribumi. Di bidang ekonomi orang Cina menguasai perekonomin karna campur

tangan dari pemerintah Belanda. Selain itu orang Cina juga sering melakukan

sikap rasial dan merendahkan orang Pribumi, dan menganggap orang Pribumi

tidak memiliki harga diri.61

Sarekat Islam awalnya adalah organisai dagang yang beranama Sarekat

Dagang Islam. Sarekat Dagang Islam didirikan di bogor oleh Tirtoadisoerjo.

Sebelum mendirikan Sarekat Dagang Islam Tirtoadisoerho juga mendirikan

Sarekat Priyai pada tahun 1906, dimana organisasi ini merupakan perkumpulan

para bangsawan. Organisasi ini bertujuan untuk memajukan kesehjateraan rakyat

Bumi Putera melaui pendidikan yang diberikan kepada anak-anak bangsawan dan

priyai. Perkembangan Sarekat Priyai yang diiringi dengan meningkatnya jumlah

anggota Sarekat Priyai, maka orgnisasi ini pun membuat surat kabar agar

memudahkan dalam memberikan informasi dan menjalin komunikasi antar

anggotanya. Surat kabar itu bernama Medan Priyai yang didirikan pada 1 Januari

1907.62

Surat kabar Medan Priyai menampung semua aspirasi rakyat Bumi Putera

sehingga posisinya pun semakin kuat di masyarakat. Semakin kuatnya posisi

Medan Priyai tidak dibarengi dengan semakin kuatnya posisi Sarekat Priyai.

Struktur administrasi yang goyah dan masalah keungan membuat kedudukan


61
Siti Rahmana. Sarekat Islam : Mediasi Perkecuan di Surakarta Awal Abad Ke-20. Juspi :
Jurnal Sejarah Peradaban Islam Volume 2 No 1 (2018) 2580-8311. Hal 55
62
Nasihin. Op. Cit. Hal 18
29

Sarekat Priyai kian tersudut. Sarekat Priyai banyak diisi bangsawan yang

sebenernya dikendalikan oleh Pemeritah Belanda, sehingga hal ini membuat ruang

gerak organisasi begitu sempit karena para bangsawan lebih memihak kepada

kebijakan pemerintah Belanda yang lebih menguntungkan mereka.63

Administrasi dan keuangan yang terbengkalai serta Para bangsawan yang

lebih mementingkan keuntungan pribadi pada akhirnya membawa keruntuhan

bagi Sarekat Priyai, hal ini menjadi perhatian bagi Tirtoadisoerjo dalam

menjalankan dan mendirikan sebuah organisasi. Setelah runtuhnya Sarekat Priayi,

pada tahun 1908 dibentuklah Boedi Oetomo. Pada awal berdirinya Dr. Soetomo

yang merupakan pemimpin Boedi Oetomo mengajak Tirtoadisoerjo untuk

bergabung, namun Tirto menolak karna ia menganggap bahwa Boedi Oetomo

tidak lepas halnya seperti Sarekat Priyai. Sebuah organisasi yang dicampur

tangani oleh Belanda, sehingga Tirto takut terjadi perpecahan dalam organisasi

itu.64

Tahun 1909, Tirtoadisoerjo mendirikan Sarekat Dagang Islamiah (SDI).

Penggunaan istilah dagang merupakan penegasan bahwa orgnisasi ini mewakili

kelompok tertentu. Organisasi ini mewakili para pedagang, pedagang sendiri

dianggap sebagai kelompok yang bebas dan tidak mendapat tekanan dari

Pemerintah Belanda dan bebas atas tekanan ekonomi. Sesuai dengan namanya

Islam, organisasi ini berlandaskan Islam. Nilai-nilai ke Islaman merupakan

representasi dari kaum Bumiputera yang mayoritas beragama Islam. Dengan dasar

Islam dan bergerak dibidang perdagangan organisasi ini diharapkan mampu

mengikat persatuan dikalangan Bumiputera.65


63
Ibid
64
Ibid. Hal 19
65
Ibid. Hal 20
30

SDI secara resmi disahkan oleh pemerintah Belanda pada tahun 1909.

Organisasi ini merupakan satu-satunya organisasi yang mau menerima seluruh

kelas sosial yang ada didalam masyarakat. SDI bekembang pesat hingga akhirnya

mendirikan cabang diberbagai daerah. SDI berkembang begitu pesat hingga

menyebar dan mendirikan berbagai cabang dibanyak daerah. Salah satunya

organisasi ini tumbuh dan berkembang di Surakarta.66 Di Surakarta67 organisasi ini

berkolaborasi dengan organisasi milik Haji Samanhoedi.

Haji Samanhoedi memiliki pemikiran untuk mendirikan sebuah organisasi

pegerakan tidak lepas dari pengalamannya selama ia menjalani ibadah haji pada

tahun 1904. Dalam ibadahnya di Mekah, ia juga bergaul dengan kaum pergerakan

Muslim disana yang memberikan kenangan yang begitu membekas dihatinya

mengenai kondisi Muslim ditanah airnya. Usaha pertamannya dalam merintis

organisasi pegerakan dimulai dengan mendirikan perkumpulan kematian Mardhi

Budhi. 68

Kondisi perekonomian masyarakat Pribumi saat itu yang dikuasai oleh Cina

kembali menggerakan hati Haji Samanhudi untuk mendirikan organisasi lain

dengan tujuan memajukan ekonomi masyarakat lokal terutama kerajinan batik di

daerah lawean. Di Lawean usaha batik menjadi milik orang Cina dan Arab,

sementara orang Jawa hanya sebagai pekerja di pabrik-pabrik batik milik orang

Cina dan Arab tersebut. Biaya produksi yang makin mahal dan sulitnya

mendapatkan bahan-bahan dalam membuat batik memberikan kerugian yang

66
Ibid.
67
Surakarta biasanya digunakan di dalam situasi formal pemerintahan, sedangkan Solo
digunakan secara umum
68
Muljono dan Sutrisno Kutoyo. Op. Cit. Hal 33
31

besar kepada usaha kecil dan kelas menengah masyarakat lawean yang ikut

mendorong penurunan perkonomian mereka.69

Pada saat itu terdapat organisasi gabungan antara orang Cina dan Orang

Jawa yang bernama Kong Sing. Organisasi ini merupakan organisasi perdagangan

yang berdiri setelah berdirinya Boedi Oetomo pada 1908. Organisasi ini diisi oleh

orang Cina “Kelas Bawah” yang takut dicurangi atau dikecewakan oleh orang

Cina “Kelas Atas” di dalam perdagangan, sehingga mereka mengajak pedagang

Jawa untuk bergabung. Haji Samanhudi beserta koleganya turut bergabung

kedalam organisasi ini, tujuan Kong Sing sendiri adalah untuk saling memberikan

bantuan kepada sesama anggotanya dalam peristiwa-peristiwa kematian atau

perkelahian. Organisasi ini banyak mendapat tentangan dari orang Cina “Kelas

Atas”. 70

Orang Cina tetaplah orang Cina, dalam organisasi Kong Sing orang Cina

lebih mendominasi dan memberikan perlakuan yang buruk kepada orang Jawa.

Hal ini menjadi alasan yang kuat bagi Haji Samanhoedi untuk keluar dari

organisasi tersebut. Setelah keluar dari Kong Sing, Haji Samanhoedi memutuskan

untuk mendirikan organisasi sendiri yang bernama Rekso Rumekso dimana ia

menjadi ketuannya. 71

Rekso Rumekso (Penjaga keamanan) atau perkumpulan ronda yang didirikan

Haji Samanhudi di kampung halamannya di Lawean. Perkumpulan ini bertugas

untuk menjaga keaamanan kampung dari para pencuri dan pejahat yang

69
A. P. E. Korver. Op. Cit. Hal 14.
70
Ibid. Hal 18
71
Ibid.
32

berkeliaran namun tujuab didirikannya perkmpulan ini bukan hanya itu saja

melainkan juga untuk menyaingi Kong Sing itu sendiri. 72

Sebagai sebuah organisasi Rekso Rumekso membutuhkan sebuah badan

hukum agar diakui secara legal oleh pemerintah. Berdasarkan saran Raden Ngabei

Djojomargoso, Haji Samanhoedi meminta pertolongan kepada Raden

Martodharsono yang merupakan mantan ridektur Medan Priyai dan temannya

Tirtoadisoerjo untuk memecahkan permasalahan badan hukum ini. Untuk

mengatasi hal ini maka Martodharsono mengatakan bahwa Rekso Rumekso

merupakan cabang Sarekat Dagang Islam Bogor yang didirikan oleh

Tirtoadisoerjo.73

SDI surakarta mampu berkembang begitu pesat. Organisasi ini mampu

menarik perhatian massa dari berbagai kalangan yang akhirnya bergabung dengan

SDI. Naiknya jumlah anggota mereka membuat SDI kini tidak hanya fokus

mengamankan perdagangan Bumiputera tapi juga fokus mengatur praktik

perdagangan dan penyebarannya.74

SDI surakarta secara resmi didirikan pada tahun 1911, SDI Surakarta

memiliki tujuan sebagai berikut: Satu Memajukan perdagangan Pribumi, Dua

Menolong para anggotanya, Tiga Memajukan kepentingan rohani dan jasmani

Bumiputera, Empat Menajukan kehidupan Bumiputera, Lima Mendorong

masyarakat Islam agar menjadi Saudara, Enam Mengerakan hati umat Islam agar

bersatu dan saling tolon menolong. Tujuh Di dalam lingkungan dan batas undang-

undang negara.75

72
Retno Winarni. Op. Cit. Hal 219
73
Ibid.
74
Nasihin. Op. Cit. Hal 18
75
Muthaharah. K. H. Samanhudi dan Sjarikat Islam. Jurnal Al-Fikr Volume 19 No 1
(2015). Hal 120.
33

Haji samanhoedi dengan meminta bantuan kepada tirtoadisoerjo melakukan

usaha-usaha untuk mengembangkan Sarekat Dagang Islam. Mereka

memanfaatkan koneksi yang dimiliki untuk menyebarkan organisasi Sarekat

Dagang Islam ke berbagai perusahan batik milik keluarga dan kolega mereka.

Usaha ini cukup berhasil, sehingga SDI mampu berkembang seperti di daerah

Purwakerto dan Surabaya. Selanjutnya SDI tidak hanya menarik minat dari para

pedangan saja tetapi juga dari kalangan petani dan buruh.76

Perjalanan SDI bukannya tidak ada hambatan, banyak masalah yang

dihadapi organisasi ini selama ia berdiri. Orang-orang Cina memandang SDI

sebagai organisasi yang berbahaya terutama karna tujuan organisasi ini yang

berfokus kepada pemajuan ekonomi para pedagang Muslim. Hal ini memunculkan

suasana permusuhan antara kedua pihak ini yang mengakibatkan sering terjadinya

perkelahian dari kedua kelompok tersebut. Banyaknya perkelahian yang terjadi

menimbulakn persepsi bahwasannya SDI adalah gerakan yang diskriminatif,

rasialis dan anti orang Cina.77

Atas kejadian-kejadian yang menyudutkan SDI hal ini mendorong ke

Residenan Surakarta untu mengambil tindakan. Pada tanggal 12 Agustus 1912

Sarekat Dagang Islam dibekukan oleh ke Residenan Surakarta, yaitu dengan

melarang SDI mengadakan rapat dan menerima anggota baru organisasinya.

Menindaklanjuti keputusan ini maka diadakan penyeledikan dan penggedahan

terhadap rumah-rumah pemimpin SDI. Penggedahan ini bertujuan untuk mencari

bukti bahwasannya organisasi ini mencoba untuk bersikap nonkooperatif dan

melawan pemerintah. Karena bukti itu tak ditemukan maka pada tanggal 16

76
Ibid.
77
Muljono dan Sutrisno Kutoyo. Op. Cit. Hal 48
34

Agustus 1912 SDI dipulihkan kembali. SDI boleh aktif kembali tetapi dengan

syarat anggaran dasar organisasi harus diubah dan hanya boleh menerima anggota

baru dari Surakarta. 78

Menindaklanjuti hal ini Haji Samanhudi menunjuk Tjokroaminoto untuk

menyelesaikan masalah ini. Tjokroaminoto yang merupakan seorang pegawai

sebuah perusahan dagang di Surabaya diminta untuk menyusun anggaran dasar

Sarekat Dagang Islam yang baru. Tjokroaminoto sendiri menyarankan agar

embel-embel dagang dihilangkan dan cukup hanya Sarekat Islam saja. Hal ini

dimaksudkan bahwasannya organisasi ini tidak hanya untuk para pedagang, tapi

juga untuk semua kalangan masyarakat, perubahan nama ini juga seiring dengan

perubahan orientasi organisasi yang kini tidak hanya fokus pada bidang ekonomi

saja tetapi juga pada bidang lain seperti sosial dan pendidikan.79

Tjokroaminoto menyusun sebuah anggaran dasar organisasi yang baru

untuk organisasi Sarekat Islam di seluruh wilayah Indonesia. Hal ini juga

dimaksudkan untuk meminta pengakuan dari Pemerintah Belanda mengenai

keberadaan organisasi ini agar terhindar dari “pengawasan preventif dan represif

secara administratif”. Delia Noer hal 118 Dengan akte Notaris B. Ter Kulie, maka

pada tanggal 10 September 1912, ditetapkanlah anggaran dasar Sarekat Islam

yang telah disusun oleh tjokromainoto. Untuk lebih menguatkan posisi Sarekat

Islam maka pada tanggal 14 September 1912 pemerintah diminta menyetujui

anggaran dasar Sarekat Islam yang telah disusun.80

78
A. K. Pringgodigdo. Sejarah Pergerakan Rakyat Indonesia. (Jakarta : PT. Dian Rakyat
1991). Hal 5
79
Endang Muryanti. Muncul dan Pecahnya Sarekat Islam di Semarang 1913-1920. Jurnal
Paramitha Volume 20 No 1 (2010) 0854-0039. Hal 22
80
Muljono dan Kutoyo. Op. Cit. Hal 56
35

Menurut anggaran dasar tersebut Sarekat Islam memiliki tujuan Sebagai

berikut: Satu Memajukan Perdagangan, Dua Menolong para anggotanya yang

mengalami kesusahan, Tiga Memajukan kepengtingan rohani dan jasmani kaum

bumiputera, Empat Memajukan agama Islam. Selanjutnya Sarekat Islam juga

bertujuan: Satu Menyusun masyarakat Islam agar bisa berkumpul menjadi

saudara, Dua Menggerkaan hati umat Islam agar bersatu dan mau tolong

menolong, Tiga Melakukan segala upaya untuk mengankat derajat dan

kemakmuran rakyat.81

Atas anggaran dasar yang telah disebutkan diatas, terlihat jelas bahwa

Sarekat Islam merupakan organisasi sosial dan tidak bergerak di bidang politik.

Hal ini dikarenakan adanya Regerings Reglement yang melarang berdirinya

organisasi-organisasi politik.82

Seiring berjalannya waktu Sareka Islam yang awalnya organisasi dagang

dan bertujuan memajukan ekonomi masyarakat mengalami perkembangan

organisasi baik dari anggotanya maupun bentuk dan tujuan organisasi itu sendiri.

Kini Sarekat Islam juga terjun didunia politik serta ikut memajukan aspek

kehidupan lain seperti dibidang sosial. Sarekat Islam juga banyak mendapat

dukungan dari masyarakat. Sarekat Islam kini mendapat perhatian serius dai

pemerintah Belanda, karna dinilai dapat memberikan ancaman. Sarekat Islam

yang terus mengalami kemajuan pada akhirnya mengalami kemunduran hingga

mengalami perpecahan didalam organisasinya. 83

81
Ibid. Hal 55
82
Ibid. Hal 55
83
Ibid. Hal 56
36
BAB III

GERAKAN SAREKAT ISLAM MELAWAN PEMERINTAH KOLONIAL

3.1. Sarekat Islam Bergabung ke Volskraad (Dewan Rakyat).

Sarekat Dagang Islam yang awalnya organisasi dagang resmi berganti

haluan menjadi organisasi yang tidak hanya menyasar bidang ekonomi saja, tapi

juga memperluas cakupannya dengan masuk ke ranah politik dan sosial

masyarakat. Hal ini sesuai dengan berubahnya anggaran dasar Sarekat Dagang

Islam yang ikut merubah namanya menjadi Sarekat Islam. Perubahan anggaran

dasar ini juga diikuti dengan tumbuhnya kesadaran untuk menaikan kesejahteraan

Pribumi serta munculnya pemikiran mengenai Pemerintahan Nasional. Sarekat

Islam pertama kali mengadakan kongres di Surabaya pada tanggal 26 Januari

1913. Rapat ini menegaskan bahwa Sarekat Islam bukan merupakan organisasi

politik dan bukan organisasi yang mencoba menggulingkan pemerintah Belanda.

Meki demikian nafas Islam yang terdapat di dalam SI mempercapat

perkembangan organisasi ini khususnya di daerah Jawa.84

Sarekat Islam yang perkembangannya semakin pesat mendapat perhatian

dari pemerintah Belanda. Organisasi ini dianggap berbahaya oleh pemerintah

Belanda karna mampu menarik masyarakat untuk bergabung kedalamnya

terutama masyarakat Pribumi yang beragama Islam. Beberapa penduduk Eropa

dan Cina serta beberapa Pamong praja juga tertarik terhadap Sarekat Islam,

termasuk juga Gubernur Jendral Idenburg.85 Untuk mengantisipasi hal itu

pemerintah Belanda memberlakukan kebijakan yang menekan Sarekat Islam.

84
A. K. Pringgodigdo. Op. Cit. Hal 6
85
A. P. E. Korver. Op. Cit. Hal 23

37
38

Pemerintah Belanda memutuskan Sarekat Islam boleh berdiri dan mendapat

pengakuan secara hukum sebagai organisasi setempat. Cabang-cabang SI di

daerah harus berdiri secara sendiri-sendiri. Hal ini tentu dimaksudkan untuk

memecah SI itu sendiri.86

Kebijakan Pemerintah Belanda untuk memecah SI memberikan pemikiran

dari anggotanya untuk membentuk Central Sarekat Islam (CSI). CSI adalah

organisasi yang menjadi induk dan mewadahi seluru cabang SI yang ada diaerah.

Hal ini bertujuan untuk mempertahankan organisasi itu sendiri agar tetap utuh. 87

Menindaklanjuti rencana pembetukan CSI, SI melakukan kongres di Yogyakarta

pada 18-20 April 1914 dengan tujuan kongres adalah membentuk anggaran dasar

yang baru membentuk kepengurusan dari CSI. Kongres ini tidak mampu

mengahasilkan kesespakatan tentang CSI, karena terjadi peselisihan dalam

pemilihan pemimpin SI. Tjokroaminoto dan Goenawan yang terpilih menjadi

ketua dan wakil ketua mendapat pertentangan dari antek-antek Samanhoedi yang

menganggap Samanhoedi yang harusnya menjadi pemimpin SI serta mereka

sendiri yang tak mau kehilangan kedudukannya.88

Central Sarekat Islam sendiri akhirnya berdiri pada tahun 1915 di

Surabaya.89 CSI sendiri mendapat pengakuan dari pemerintah Belanda melalui

Gubernur Idenburg sebagai organisasi yang wilayahnya mencakup seluruh daerah

Hindia Belanda.90 Central Sarekat Islam dipimpin oleh dipimpin oleh

Tjokroaminoto dan Goenawan sebagai wakilnya sementara Haji Samanhoedi

86
Ibid, Hal 32
87
Ibid, Hal 36
88
Ibid, Hal 34
89
A. K. Pringgodigdo, Op. Cit. Hal 7
90
Anonim. Hos Tjokoroaminoto : Penyemai Kebangsaan dan Kemerdekaan. (Jakarta : Tim
Museum Nasional Kebangkitan. 2015). Hal 57
39

menjadi ketua kehormatan dalam CSI, struktur organisi inilah yang diterima dan

disahkan oleh pemerintah Belanda pada tanggal 18 Maret 1916.91 Setelah

pembentukan CSI, diadakan kongres nasional yang pertama, dengan tujuan untuk

menggalang persatuan penduduk Hindia Belanda.92

Sarekat Islam yang diawal pembentukan disebut bukan organisasi politik

dan hanya merupakan organisasi sosial yang berfokus di bidang ekonomi, kini

mulai menunjukan tajinya dibidang politik. Hal ini terlihat dari penamaan

kongresnya yang semula hanya bernama kongres saja kini berubah menjadi

kongres Nasional. Penggunaan kata Nasional dimaksudkan bahwa organisasi ini

telah tersebar diseluruh wilayah Hindia Belanda dan kongres itu sendiri di ikuti

oleh seluruh daerah Hindia Belanda. Kata Nasional juga mencerminkan semangat

Nasionalisme yang coba disebarkan oleh para pemimpin Sarekat Islam dengan

nilai Islam sebagai dasarnya.93 Dalam kongres nasional pertama Sarekat Islam

Cokroaminoto juga mengemukakan pendapat nya mengenai pemerintah Belanda,

ia menganggap bahwa sudah seharusnya masyarakat pribumi diperlakukan dengan

adil dan baik oleh pemerintah Belanda karna pemerintah Belanda hanyalah

pendatang, ia juga menuntut perbaikan nasib pribumi yang menurutnya sangat

memprihatinkan.94

Perubahan sikap Sarekat Islam yang kini mencoba menyebarkan semangat

Nasionalisme kepada seluruh Pribumi Hindia Belanda, menunjukan bahwa kini

organisasi ini mulai memperjuangkan nasib-nasib masyarakat Pribumi dan

perlahan-lahan melakukan pegerakan melawan pemerintah Belanda dengan nilai-

91
Retno Winarni. Op. Cit. Hal 222
92
Ibid. Hal 223
93
Deliar Noer. Gerakan Moderen Islam di Indonesia 1900-1942. (Jakarta : LP3S. 1982). Hal
126
94
Muljono dan Sutrisno Kutoyo. Op Cit. Hal 89
40

nilai Islam sebagai dasarnya.95 Sifat Politik Sarekat Islam dituangkan dalam

“Keterangan Pokok” dan Program Kerja yang disetujui pada tahun 1917. Dalam

keterangan pokok ini dikemukakan bahwa Central Sarekat Islam menjunjung

tinggi nilai-nilai ke Islaman dan percaya nilai-nilai Islam memberikan pemikiran

mengenai persamaan hidup manusia dan tetap menjunjung tinggi kuasa negeri.

Dan program kerja dibagi menjadi delapan point yaitu: politik, pendidikan,

agama, keadilan, agraria dan pertanian, keungan dan perpajakan, perlindungan

hukum serta nasionalisasi industri-industri penting.96

Pandangan Sarekat Islam di dalam bidang politik adalah meminta

dibentuknya sebuah dewan-dewan daerah, dan perluasan hak-hak dewan tersebut

dengan maksud menjadi sebuah lembaga perwakilan untuk keperluan legislatif.

Dalam bidang pendidikan, Sarekat Islam menuntut agar peraturan yang bersikap

diskriminatif terhadap siswa dihapuskan, juga wajib belajar sampai berumur 15

tahun harus diberlakukan kepada seluruh penduduk Pribumi, serta sarana

pendidikan yang harus diperbaiki.97

Tuntutan Sarekat Islam dalam bidang agama adalah menuntut

dihapuskannya undang-undang yang mengahambat penyebaran Islam, juga

pembayaran gaji bagi kiyai dan penghulu serta subsidi bagi lembaga pendidikan.

Untuk bidang keadilan Sarekat Islam meminta agar kekuasaan yudikatif dan

eksekutif dipisahkan serta dibangun lembaga masing-masing dengan kedudukan

hukum yang sama serta menuntut perlindungan hukum bagi warga miskin.

Penghapusan kepemilikan tuan tanah dan perbaikan irigasi serta pengadaan

95
Yasmis. Op. Cit. Hal 27
96
Ismail Usman. Sarekat Islam (SI) Gerakan Pembaruan Politik Islam. Jurnal Potret : Jurnal
Penelitian dan Pemikiran Islam Vol 21 No 1 Januari-Juni (2017). Hal 51
97
Ibid. Hal 52
41

ekspansi menjadi perhatian Sarekat Islam dibidang agraria dan pertanian. Islam

juga menuntut agar industri-industri penting dinasionalisasikan terutama industri

yang bersifat monopoli dan yang menyediakan pelayanan dan barang pokok bagi

rakyat. Di bidang keuangan dan perpajakan Sarekat Islam menuntut agar pajak

diambil secara proposional serta adanya pajak bagi laba perkebunan. Sarekat

Islam juga menuntut agar pemerintah memberikan bantuan bagi koperasi, serta

ikut memerangi minuman keras dan candu, perjudian dan prostitusi serta

melarang penggunaan tenaga anak-anak. Sarekat Islam melalui tuntutan diatas

mencoba melawan pemerintah Belanda dengan memperjuangkan nasib rakyat

Pribumi.98

Sikap Sarekat Islam yang semakin terbuka membuat pemerintah Belanda

mulai curiga dan berhati-hati terhadap organisasi tersebut. Sikap tegas

Cokroaminoto sebagai ketua Sarekat Islam dan Abdoel moeis sebagai wakilnya

membuat pemerintah Belanda makin berhati-hati terhadap Sarekat Islam. Apalagi

Cokroaminoto mengirimkan mosi kepada pemerintah Belanda agar segera

dibentuknya dewan rakyat membuat pemerintah belanda semakin memperhatikan

organisasi ini. Semua kegiatan yang dilakukan organisasi ini dinilai merugikan

pemerintah Belanda. Tapi karena Van Limburg Sitrum gubernur jendral yang

menjabat waktu itu merupakan orang yang toleran, maka usulan pembentukan

dewan rakyat (Volksraad) diterima dengan direalisasikan pada 18 mei 1917 dan

Sarekat Islam diwakili oleh Cokroaminoto dan Abdoel moeis.99

Volksraad adalah lembaga legislatif yang merupakan produk dari proses

desentralisasi hukum pemerintah Belanda. Lembaga ini hanyalah lembaga


98
Delia Noer. Op. Cit. Hal 128-129
99
Maryam. Gerakan Politik Islam Versus Belanda. Jurnal Tsaqofah dan Tarikh Volume 2 No
11 Juli-Agustus (2017). Hal 185-186.
42

konseling umum bagi gubernur jendral yang tidak menjalankan fungsinya sebagai

lembaga legislatif sehingga keberadaannya seringkali dianggap sebagai omong

kosong belaka. Meskipun begitu anggota Volksraad masih tetap memperjuangkan

nasib pribumi. Lembaga ini terdiri dari 38 anggota dan 1 ketua. Dalam Volksraad

bangsa Indoesia hanya mendapat sedikit bagian untuk menjadi anggota.

Berbanding terbalik dengan bangsa Eropa yang banyak mendapat tempat di

Dalam Volksraad. 100

Masuknya Sarekat Islam kedalam Volksraad awalnya menimbulkan

pertentangan dikalangan anggotanya. Beberapa pengurus Central Sarekat Islam

semisal Abdul moeis mendukung gagasan bergabungnya Sarekat Islam kedalam

dewan rakyat atau Volksraad. Abdul moeis berpendapat bahwa dengan bergabung

ke dalam Volksraad dapat memudahkan jalan Sarekat Islam dalam mencapai

tujuannya. Sementara anggota lainnya menentang keikutsertaan Sarekat Islam

kedalam dewan rakyat.

Semaun salah satu anggota yang menentang bergabungnya Sarekat Islam ke

dalam dewan rakyat berpendapat bahwa dewan rakyat hanyalah organisasi bohong

yang sengaja dibentuk oleh pemerintah Belanda untuk mengelabui masyarakat

Pribumi agar pemerintah Belanda tetap dapat mengeksploitasi sumber daya di

Hindia Belanda, sehingga ide masukanya Sarekat Islam kedalam Volksraad

Sangat ditentang oleh Semaun. Usulan Semaun ditolak oleh Abdul Moeis. Moeis

menegaskan bahawa Volksraad adalah wadah yang tepat bagi Sarekat Islam

dalam menyuarakan keinginan untuk mensejaterahkan masyarakat. Senada

dengan Abdu Moeis, Agus Salim juga mendukung masukya Sarekat Islam
100
Nazirwan Rohmadi dan Warto. Voolksraad (People Council) : Radicale Concentratie
Political Arena and National Fraction, 1918-1942. Jurnal Humaniora Vol 31 No 2 Juni (2019).
Hal 166-167
43

kedalam Volksraad. Agus Salim berpendapat bawha dewan rakyat adalah lembaga

yang dapat memberikan usulan ataupun pertimbangan kepada parlemen sehingga

nasib rakyat dapat lebih diperhatikan. 101

. Pada Kongres Sarekat Islam 1917, Semaun menolak gagasan Sarekat Islam

untuk masuk kedalam Volksraad. Menurut Semaun organisasi itu hanyalah janji

palsu pemerintah Belanda kepada rakyat Pribumi mengenai lembaga legislatif. Di

dominasi oleh bangsa Eropa membuat Semaun merasa organisasi ini hanyalah

boneka pemerintah Belanda untuk menyenangkan hati rakyat Pribumi. Semaun

juga menganggap jika bergabung ke dalam Volksraad sama hal nya dengan mau

tunduk dan menjadi budak pemerintah Belanda.

Pemikiran Semaun ini mendapat banyak dukungan dari anggota Sarekat

Islam yang satu pemikiran dengannya. Meski mendapat dukungan tidak sedikit

juga yang menentangg ide Semaun. Abdul Moeis yang merupakan sosok yang

mendukung Sarekat Islam bergabung ke dalam Volksraad mengungkapkan

pandangannya bahwa dengan bergabungnya Sarekat Islam ke dalam Volksraad

akan memudahkan perjungan Sarekat Islam dalam mensejahterakan penduduk

Pribumi. Dengan perbedaan pendapat seperti ini Sarekat Islam akhirnya

memutuskan untuk tetap bergabung dalam Volksraad, namun dari sini dapat

dilihat bahwa benih-benih perpecahan itu mulai terasa.102

Pertentangan dan perbedaan pendapat memang mengiringi perjalanan

Sarekat Islam dalam bergabung ke Volksraad. Ada yang pro dan ada yang kontra

kepada keputusan ini. Abdul Moeis adalah yang paling vokal dalam menyuarakan

pendapatnya agar Sarekat Islam bergabung dengan Volksraad hal ini didasari

101
Maftuhin dkk. Op. Cit. Hal 244-245
102
Sok Hok Gie. Op. Cit. Hal 23
44

bahwa dengan bergabung ke Volksraad hak masyarakat pribumi akan lebih mudah

dibela. Sementara Semaun adalah yang palin menentang Sarekat Islam untuk

bergabung kedalam Volksraad, ia berpendapat bahwa Volksraad tidak akan

memberi manfaat apa-apa bagi masyarakat pribumi. Meski pada akhirnya banyak

anggota Sarekat Islam yang menyetujui ide untuk bergabung kedalam Volksraad

karena gagasan bergabung ke dalam Volksraad dipandang sebagai kesempatan

yang strategis. Sarekat Islam menggunakan Volksraad sebagai alat untuk melawan

pemerintah Belanda, hal ini sebagai upaya perlawanan melalui organisasi tanpa

harus melibatkan senjata dan perang.103

Sarekat Islam berusaha untuk menumbuhkan kesadaran nasional pada

masyarakat Pribumi. Sarekat Islam berusaha untun mengembalikan harga diri

bangsa selain juga ikut membantu dibidang ekonomi, sosial, politik dan

keagamaan. Sarekat Islam berusaha untuk membangun kembali semangat

ekonomi masyarakat untuk meningkatkan perekonomian pribumi. Organisasi ini

juga berusaha untuk meningkatkan status sosial masyarakat serta perbedaan yang

merendahkah harga diri rakyat Pribumi dan diganti dengan sikap persaudaraan

dan kebersamaan. Sarekat Islam juga bertujuan memperbaiki moral masyarakat

melalui pendidikan Islam.

Sarekat Islam juga menjadikan kongres sebagai alat untuk memberikan

pendidikan bagi masyarakat Bumi Putera mengenai semangat kebangsaan. Serta

menuntut diikutsertakannya masyarakat Pribumi di dalam pemerintahan.

Voolksraad juga dijadikan alat untuk menyampaikan semua keinginan dan keluh

kesah masyarakat. Para pemimpin Sarekat Islam menganggap tugas utama mereka

103
Ibid
45

adalah menyadarkan rakyat mengenai hak-haknya yang dilindungi oleh

pemerintah terhadap ketidakadilan dan kesewenang wenangan yang terjadi.104

Sarekat Islam berjuang melalui Volksraad dilakukan dengan cara kooperatif

dengan maksud untuk memperoleh pemerintahan sendiri. Wakil Sarekat Islam

yang duduk di Volksraad yaitu Cokroaminoto dan Abdul Moeis memutuskan

untuk bergabung dengan sebuah fraksi Radical Concentratie, tujuannya adalah

untuk membagun jaringan dengan golongan yang dianggap memiliki kekuatan

yang besar. Perjuangan yang dilakukan Sarekat Islam melalui Volksraad nyatanya

tidak membuahkan hasil karena berbagi tuntunan yang diberikan kepada

Pemerintah Belanda tidak ada yang dikabulkan. Pada periode kedua Voolksraad

Sarekat Islam diwakili oleh Haji Agus Salim. Hal ini juga tidak mengalami

perubahan karena perjuangan melalui Volksraad selalu menuai kekecewaan,

hingga akhirnya Sarekat Islam memutuskan keluar dari dewan rakyat

(Volksraad).105

3.2. Sarekat Islam Mendirikan Sekolah Rakyat.

Sarekat Islam pada awalnya dibentuk berdasarkan kondisi ekonomi

masyarakat. Kesulitan ekonomi masyarakat yang semakin menjadi-jadi

memunculkan gagasan lahirnya organisasi ini. Sarekat Islam sendiri bertujuan

untuk memperbaiki situasi dan kondisi masyarakat saat itu yang terjepit oleh

kebijakan yang dijalankan oleh Bangsa-Bangsa Asing.106

104
Soraya Rasyid dan Anisa Tamara. Sarekat Islam Penggagas Nasionalisme Di Indonesia.
Jurnal Rihlah Vol 8 No 1 Januari-Juni (2020) 2580-5762. Hal 75
105
Ibid. Hal 245-246
106
Muljono dan Sutrisno Kutoyo. Op Cit. Hal 50
46

Sarekat Islam memang pada awal nya berfokus kepada sektor ekonomi.

Namun seiring berjalannya waktu organisasi ini berubah menjadi organisasi

Sosial-ekonomi. Sarekat Islam kini juga berfokus untuk memperbaiki kondisi

sosial masyarakat Pribumi.107

Fokus Sarekat Islam untuk memperbaiki kondisi sosial masyarakat di

wujudkan oleh Sarekat Islam melalui jalur pendidikan. Diskriminasi yang terjadi

di dalam pendidikan serta sulitnya masyarakat Pribumi untuk mendapatkan

pendidikan membuat Sarekat Islam melancarkan gerakan untuk mendirikan

sekolah-sekolah Sarekat Islam. Sarekat Islam berpadangan bahwasannya

pendidikan merupakan alat yang tepat untuk memperbaiki kondisi sosial rakyat

Pribumi. Selain itu lembaga pendidikan Sarekat Islam juga digunakan sebagai alat

untuk menanamkan nilai-nilai ke Islaman pada masyarakat Pribumi guna

mencegah Kristenisasi yang kerap ada di sekolah-sekolah bentukan bangsa

barat.108

Bagi Sarekat Islam pendidikan haruslah mampu memebebaskan rakyat

Pribumi dari kebodohan. Melalui pendidikan Sarekat Islam juga ingin

menyadarkan masyarakat bahwa selama ini mereka belum menggunakan akalnya

dengan baik.109 Sarekat Islam seperti yang dikemukankan Cokroaminoto

menginginkan pendidikan bagi masyarakat Pribumi adalah sebagai berikut :

1. Pengajaran dan pendidikan yang dilaksanakan di dalam sekolah haruslah

mampu untuk membentuk peserta didik menjadi Muslim yang sejati dan

memiliki Jiwa Nasionalisme yang tinggi.

107
A. P. E. Kover. Op. Cit. Hal 180
108
M. A. Gani. “Citra Dasar dan Pola Perjuangan Syarikat Islam”. (Jakarta : PT. Bulan
Bintang, 1984). Hal 248
109
Mansur. “Kontribusi Sarekat Islam dalam Membentuk Masyarakat Madani Melalui
Pendidikan”. Inferens: Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan Vol 7 no 2 Desember (2013). Hal 411
47

2. Nilai-nilai demokrasi haruslah disisipkan dalam praktek pengajaran sebagai

usaha menaikan martabat bangsa.

3. Nilai-nilai keberanian yang bersifat luhur, keikhlasan hati, kesetian dan

kecintaan kepada yang benar di tanamkan secara konsisten.

4. Sikap budi pekerti yang halus dan tingkah laku yang sopan dan santun harus

diajarkan di dalam sekolah.

5. Harus ditanamkan prinsip hidup sederhana dan sikap saleh dalam kehidupan

beragam, bermasyarakat dan bernegara.

6. Prinsip untuk menghargai derajat serta martabat bangsa sendiri juga harus

ditanamkan kepada peserta didik.

7. Pendidikan yang erat kaitannya dengan Nasionalisme tidak boleh membuat

peserta didik terpisah dari adat istiadat lingkungan rumahnya.

8. Pendidikan juga bukan hanya harus mampu menumpuk rasa Nasionalisme tapi

juga harus mampu meningkatkan kecerdasan bangsa dan membentuk sifat

tanggungjawab dalam kehidupan sehari-hari.

9. Pendidikan yang diberikan haruslah mampu menangkal pengaruh negatif yang

datang dari luar sehingga peserta didik mampu menjadi Muslim yang sejati dan

tetap menjunjung tinggi sejarah bangsanya dan adat istiadat daerahnya.

10. Dalam bidang pendidikan dan pengajaran Sarekat Islam segala ilmu

pengetahuan tentang Agama Islam tidak boleh dipisahkan dari ilmu-ilmu

keduniaan. Hal ini agar segala tujuan hidup hanya diniatkan kepada Allah.110

11. Pendidikan yang dilakukan Sarekat Islam haruslah mampu membentuk

pemuda dan pemudi Muslim yang tetap menjunjung nilai-nilai Islam di dalam

kehidupan modern.
110
M. A. Gani. Op. Cit. Hal 250
48

Sarekat Islam berusaha menyadarkan masyarakat bahwa pendidikan itu

penting. Sarekat Islam juga menginginkan agar masyarakat wajib mendapat

pendidikan hingga usia 15 tahun. Usaha Sarekat Islam dalam memajukan

pendidikan bagi masyarakat Pribumi ketika mendirikan sekolah-sekolah Sarekat

Islam mulai dari jenjang pendidikan TK, SD, SMP, SMA, Sekolah kejuruan

hingga Universitas didirikan oleh Sarekat Islam untuk memperbaiki kondisi

pendidikan masyarakat Pribumi.111

Pendidikan yang diberikan Sarekat Islam sangat membantu masyarakat. Hal

ini dapat dilihat dari munculnya tokoh-tokoh yang memiliki pemahaman Agama

hasil didikan Sarekat Islam yang membatu memperjuangkan nasib masyarakat.

Berkat pendidikan Sarekat Islam derajat dan martabat masyarakat Pribumi

menjadi terangkat dan sedikit demi sedikit mampu memperbaiki nasib masyarakat

Pribumi.112

Penekanan yang dilakukan oleh Pemerintah Belanda terhadap agama Islam

coba diatasi oleh Sarekat Islam dengan berbagai cara. Salah satunya adalah

dengan pendidikan yang telah disebutkan diatas. Sarekat Islam juga berusaha

menggalang persatuan anatara umat Islam di Hindia Belanda, meski banyak umat

Islam Pribumi yang memiliki wawasan yang rendah mengenai Islam tapi mereka

tetap bangga disebut sebagai orang Islam.113

Sarekat Islam menganggap pendidikan yang dijalankannya memiliki arti

sebagai membebaskan dan memberdayakan masyarakat dan penyadaran

masyarakat Indonesia sebagai berikut:

1. Pendidikan sebagai proses pembebasan dan pemberdayaan.


111
Mansur. Op. Cit. Hal 426
112
Ibid. Hal 427
113
A. P. E. Kover. Op. Cit. Hal 66
49

Oleh Sarekat Islam pendidikan dijadikan sebagai alat untuk membebaskan

masyarakat Indonesia dari kebodohan baik dimasa lalu maupun yang akan datang.

Hal ini sesuai dengan Salah satu trilogi Sarekat Islam yang berbunyi “Setinggi-

tinggi ilmu pengetahuan. Artinya Allah tidak hanya memerintahkan manusia

hanya untuk mencari akherat saja tapi juga memperhatikan bagian dunianya. Dan

hanya dengan ilmu pengetahuanlah manusia itu akan mampu diangkat derajatnya.

Berangkat dari hal itu SI berusaha memberdayakan masyarakat Indonesia dan

membebaskannya dari kebodohan melalui pendidikan. Dengan pendidikan SI

menganggap manusia bisa menjadi lebih produkti serta aktif. Pendidikan juga

menurut SI mampu membebaskan manusia dari penindasan dan sikap

kesewenang-wenangan. 114

2. Pendidikan sebagai upaya penyadaran.

Pendidikan yang dilakukan oleh Sarekat Islam juga merupakan upaya untuk

menyadarkan masyarakat bahwa mereka belum menggunakan akal mereka

dengan sebaik-baiknya. Karena itu melalui pendidikan Sarekat Islam bertekad

untuk membantu masyarakat Pribumi dalam menggunakan akalnya dengan sebaik

mungkin agar akal tersebut mampu dimanfaatkan bagi kehidupan dunia maupun

akhirat.115

Cokroaminoto sebagai salah satu tokoh utama Sarekat Islam memaparkan

bahwa sistem pendidikan dan pengajaran Sarekat Islam dapat dibagi dalam 3

tingkatan:

114
Mansur. Op. Cit. Hal 421
115
Ibid. Hal 422
50

1. Yang pertama adalah tingkat sekolah dasar yang memerlukan waktu sekitar

tujuh tahun untuk menempuh masa pendidikannya. Dari sistem ini diharapkan

peserta didik pada usia 12-13 tahun telah menamatkan jenjang sekolah dasar.

2. Yang kedua adalah tingkat sekolah menengah yang memerlukan waktu empat

sampai lima tahun untuk menuntaskan jenjang pendidikannya.

3. Yang ketiga adalah tingkat universitas atau perguruan tinggi.

Dalam sistem pendidikan ketiga tingakatan itu, ilmu pengetahuan duni dan

ilmu pengetahuan akhirat haruslah berjalan dengan beriringan dan berjalan lurus

dengan ketentuan ekstra kurikuler yang telah disusun oleh alhi di bidangnya

masing-masing. Diharapkan dengan diterapkannya sistem pendidikan kurikuler

yang sebanding kearah tujuan ilmu pengetahuan yang ingin dicapai pada

tingkatnya masing-masing maka peserta didik setelah tamat dari masing-masing

jenjangnya dapat menjadi muslim yang tidak hanya menonjol dari segi dunia tapi

juga menonjol dalam urusan agama.116

Keseriusan Sarekat Islam dalam bidang pendidikan kian terlihat ketika

Sarekat Islam hendak mendirikan sekolah. Pendirian sekolah oleh Sarekat Islam

tidak dapat dilepaskan dari sosok Tan Malaka. Tan Malaka yang datang ke Jawa

pada 1919 bertujuan menjadi pengajar menarik perhatian dari para petinggi

Sarekat Islam. Tan Malaka lalu diajak oleh Semaoen ke Semarang untuk

memberikan pendidikan kepada anak-anak PKI melalui sebuah kursus. Kursus itu

mendapat sambutan hangat oleh masyarakat memberikan jalan bagi Sarekat Islam

untuk mendirikan lembaga pendidikan lainnya. Pada kongres SI di Yogyakarta

Semaoen mengajukan usul untuk mendirikan sekolah. Usulan Semaoen itu

diterima dan diwujudkan dengan didirikannya Sekolah Sarekat Islam di Semaran


116
M. A. Gani. Op. Cit. Hal 252
51

pada tahun 1921 dengan Tan Malaka sebagai kepala sekolah dan tenaga

pengajarnya. Dengan murid pertamanya berjumlah 50 orang.117

Kursus maupun lembaga pendidikan lain yang dijalankan oleh Sarekat Islam

selalu mendapatkan halangan dari Pemerintah Kolonial melalui Residen

Semarang. Hal ini membuat sekolah kesulitan untuk mencari donatur guna

membiayai keperluan sekolah. Guna mengatasi hal tersebut Sekolah mengirim

murid-muridnya ke perkampungan untuk mencari kasih sayang dari warga

setempat. Usaha ini membuahkan hasil bahkan murid sekolah Sarekat Islam

bertambah menjadi 120 orang.118

Sekolah Sarekat Islam yang berkembang pesat membuat Sarekat Islam kian

gencar untuk mempromosikan sekolahnya. Dengan biaya yang murah dan iklim

pelajaran yang lebih dekat kearah timur membuat sekolah Sarekat Islam ini

mampu menarik minat masyarakat Pribumi. Perkembangan Sekolah Sarekat Islam

semakin pesat hal ini dapat dilihat dari dibukanya sekolah Sarekat Islam di daerah

Kaliwungu, Nganjuk, Salat Tiga dan Bandung dan daerah-daerah lain yang

merupakan basis dari Sarekat Islam lokal.119

Sekolah Sarekat Islam memiliki dua tingakatan yaitu tingkatan rendah dan

tingakatan menegah. Dalam tingakatan rendah diajarkan pelajaran dasar seperti

membaca, menulis dan berhitung. Sementara tingkat menengah adalah kelanjutan

dari tingkat rendah. Di sekolah tingkat menengah murid-murid diberikan pelajaran

pendidikan agar dapar mengajar di sekolah tingkat rendah.120

117
Shela Rahmawati. Peran Tan Malaka dalam Sekolah Sarekat Islam Semarang Tahun
1921-1924. Jurnal Pendidikan Sejarah Universitas Negeri Yogyakarta. Hal 8
118
Marwati Djoened Poespanegoro dan Nugroho Notosusanto. Op. Cit. Hal 258
119
Shela Rahmawati. Op. Cit. Hal 9
120
Ibid. Hal 13
52

Tan Malaka menjelaskan bahwa sekolah Sarekat Islam diperuntukan bagi

kaum Kromo atau kaum miskin yang kesulitan untuk mendapatkan pendidikan

dari Pemerintah Kolonial. Tan Malaka juga menjelaskan bahwa tujuan sekolah

Sarekat Islam adalah: Pertama untuk memberikan bekal kepada peserta didik

dalam menjalani kehidupannya di dunia kapitalis. Hal ini wujudkan oleh sekolah

Sarekat Islam dengan memberikan pelajaran berhitung, menulis, sejarah, ilmu

bumi, bahasa Jawa, bahasa Melayu dan bahasa Belanda. Kedua memberikan

murid-murid kesenangan dan suka cita dengan cara berkumpul denngan sesama

murid sekolah. Ketiga menunjukan kewajibannya kepada kaum kromo.121

Menurut Tan Malaka pendidikan untuk rakyat Hindia-Belanda harus

berakar pada budaya asli masyarakat Pribumi bukan dari budaya yang dibawa

Pemerintah Kolonial. Sekolah-sekolah Sarekat Islam juga bertujuan untuk

membentuk manusia yang memilik manfaat bagi masyarakat. Diharapkan lulusan

dari sekolah-sekolah Sarekat Islam dapat memberikan kontribusi dalam

mensejaterahkan masyarakat Pribumi.122

Perjalanan sekolah Sarekat Islam tidak berlangsung lama. Setelah kesulitan

tenaga pengajar yang coba di atasi dengan memperbantukan murid tingkat

menengah untuk mengajar di tingkat rendah, sekolah harus menerima dampak

perpecahan ideologi yang terjadi di dalam tubuh Sarekat Islam. Ditambah dengan

perginya Tan Malaka ke belanda membuat sekolah Sarekat Islam kian tak terurus.

Setelah pecah nya Sarekat Islam, sekolah-sekolah Sarekat Islam berubah menjadi

sekolah rakyat.123

121
Ibid. Hal 10
122
Ibid.
123
Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto. Op. Cit. Hal 263
53

Sekolah yang didirikan Sarekat Islam memang tidak berlangsung lama. Tapi

sekolah Sarekat Islam ini mampu memberikan banyak manfaat kepada

masyarakat. Salah satunya dengan lahirnya beberapa cendikiawan yang kelak

membawa perubahan bagi masyarakat dan bangsa Indonesia itu sendiri.

3.3. Sarekat Islam membangun koperasi.

Salah satu latar belakang berdirinya Sarekat Islam adalah kondisi ekonomi

masyarakat setempat yang tidak mampu bersaing dengan bangsa asing. Hal ini

dikarenakan kebijakan yang dikeluarkan oleh Pemerintah Kolonial yang

menguatkan kedudukan dari bangsa asing itu. Hal ini membuat monopoli

perdangan sangat mudah dilakukan oleh bangsa asing tersebut.124

Perkembangan industri yang terjadi juga merupakan faktor sulitnya

masyarakat pribumi untuk bersaing dengan perusahaan yang dijalankan oleh

bangsa asing. Bangsa asing yang memiliki peralatan industri yang lebih canggih

tidak mampu disaingi oleh masyarakat pribumi yang masih menggunakan

peralatan tradisional.125

Dikuasainya sektor ekonomi membuat bangsa asing juga bersikap semena-

mena kepada penduduk setempat. Cina merupakan bangsa asing yang kerap kali

berkonflik dengan penduduk pribumi. Di lawean yang merupakan tempat asal

muasal dibentuk nya Sarekat Islam oleh Haji Samanhoedi, Cina menguasai

sebagian besar industri batik disana, Bangsa Cina juga kerap kali melakukan

perundungan terhadap masyarakat Pribumi. Hal inilah yang menjadi dasar

lahirnya Sarekat Islam.126


124
Muljono dan Sutrisno Kutoyo. Op. Cit. Hal 20
125
Ibid. Hal 22
126
Ibid. Hal 23
54

Sarekat Islam melakukan beberapa usaha di dalam organisasinya untuk

membantu anggotanya yang mengalami kesulitan. Di awal syarat masuk

organisasi, calon angota diminta untuk membayar semacam uang pendaftaran.

Begitu pula setelah resmi menjadi organisasi para anggota diwajibkan membayar

uang kas beberapa bulan sekali. Semua ini adalah usaha untuk membantu anggota

Sarekat Islam yang mendapatkan kesulitan ekonomi.127

Usaha lain yang dilakukan Sarekat Islam dalam memajukan sektor ekonomi

masyarakat Pribumi adalah dengan membentuk koperasi. Koperasi bentukan

Sarekat Islam juga merupakan hasil kerja sama antara anggotanya. Dengan

menjunjung prinsip tolong-menolong para anggota Sarekat Islam bahu-membahu

untuk membangun koperasi yang ditujukan kepada anggota Sarekat Islam maupun

yang bukan anggota Sarekat Islam.128

Kegiatan koperasi Sarekat islam yang berlandaskan ekonomi kerakyatan

bertujuan untuk meningkatkan kedudukan para anggotanya. Program ini bertujuan

untuk meningkatkan semangat berdagang rakyat Indonesia dan meningkatkan

kepentingan materil rakyat Indonesia di bidang lapangan dangan, kerajinan, dan

pertanian.129

Pembentukan koperasi juga sesuai dengan tujuan Sarekat Islam dalam akte

notaris tanggal 10 September yang memuat statuten yaitu:

1. Memajukan perdagangan masyarakat pribumi.

2. Memberikan bantuan dan pertolongan kepada anggota Sarekat Islam yang

terkena musibah melalaui koperasi.

127
A. P. E. Kover. Op. Cit. Hal 76
128
Ibid. Hal 77
129
Roni Tabroni. “Sarekat Islam (1912-1916): Sebuah Gerakan Ekonomi Kerakyatan”.
Proceendings Ancoms (2017). Hal 57
55

3. Memberikan peningkatan sosial kepada penduduk pribumi melalui pendidikan

jasmani dan rohani.

4. Memajukan Agama Islam.130

Sarekat Islam menganggap bahwa dengan koperasi adalah hal yang paling

tepat untuk melawan kapitalisme yang dijalankan oleh Pemerintah Kolonial.

Dengan sistem koperasi yang memberikan pinjaman kepada anggotanya, hal ini

sedikita banyaknya mampu menyaingi sistem ekonomi kapitalis yang berusaha

menanamkam modal sebesar-besarnya. Koperasi juga dipandang oleh Sarekat

Islam sebagai wadah yang tepat untuk meningkatkan kemandirian ekonomi

pribumi.131

Sarekat Islam awalnya membagun koperasi-koperasi rumah tangga.

Kemudian koperasi ini berkembang menjadi koperasi toko yang menyediakan

kebutuhan pokok sehari-hari dari anggotanya. Pada akhirnya koperasi ini kembali

berkembang dan Sarekat Islam mendirikan koperasi batik sebagai kelanjutan dari

koperasi-koperasi yang telah didirkan sebelumnya.132

Sarekat Islam juga berhasil mengembangkan organisasinya ke beberapa

daerah seperti di Surbaya, dimana pada tahun 1913 terdapat sepuluh koperasi dan

toko milik Sarekat Islam. Di Surakarta terdapat juga koperasi milik Sarekat Islam

yang menjual kebutuhan pokok. Pada bulan Mei 1913 di Surakarta didirikan dua

toko yang menjual kebutuhan pokok sehari-hari serta menjual bahan bakar. Di

130
Kartika Sari. “Gerakan Sarekat Islam (SI)-Merah (Persinggungan antara Islam dan
Komunis di Indonesia tahun 1920-1926”. (Tesis. Studi Sejarah Peradaban Islam. Program
Pascasarjana. IAIN Raden Fatah Palembang. 2011). Hal. 27
131
M. A. Gani. Op. Cit. Hal 126
132
Dr. Itang, M. Ag. Pemikiran Ekonomi Koperasi Muhammad Hatta Relevensinya
dengan Etika Ekonomi Islam. (Jakarta: Laksita Indonesia. 2016). Hal 56
56

daerah lain juga didirikan banyak koperasi Sarekat Islam dari tahun 1913 sampai

1914.133

Koperasi yang didirikan Sarekat Islam sedikit banyaknya mampu membantu

perekonomian masyarakat Pribumi ditengah hempitan kapitalisme bangsa Asing.

Koperasi juga menjadi bukti kemandirian ekonomi masyarakat Pribumi. Dengan

sistem ekonomi masyarakat yang saling bantu membantu sesama anggotanya,

koperasi yang didirikan Sarekat Islam mampu membantu masyarakat Pribumi

untuk bersaing dengan Bangsa Asing.134

133
Kover. Op. Cit. Hal 89-90
134
Ibid. Hal 91
BAB IV

PENGARUH GERAKAN SAREKAT ISLAM

4.1. Pengaruh di Bidang Politik.

Sarekat Islam memiliki peranan penting dalam usaha mencapai

kemerdekaan Indonesia. Sarekat Islam bisa disebut sebagai organisasi politik

pertama yang menggunakan cara modern dalam hal ini diplomasi dan bersifat

kooperatif untuk mencapai kemerdekaan Indonesia. Sarekat Islam memakai

banyak cara dalam memperjuangkan nasib Pribumi di Indonesia. Mulai dari

berjuang melalui gerakan buruh dan partai politik serta bergabung dengan federasi

Nasional dan Internasional untuk memperkuat kedudukan Sarekat Islam. Semua

hal itu di tempuh oleh Sarekat Islam dengan tujuan untuk memperbaiki nasib

warga Pribumi.135

Latar Belakang didirikannya Sarekat Islam adalah karena menurunya

perekonomian masyarakat sebagai akibat dimonopolinya perdagangan oleh

bangsa Belanda dan bangsa Cina. Dominasi bangsa Cina atas industri batik yang

ada di lawean membuat Haji Samanhoedi berinisiatif untuk mendirikan Sarekat

Dagang Islam dengan tujuan untuk membantu para pedagang Pribumi Muslim

dalam bersaing dengan bangsa Cina. Juga pembagian kelas sosial yang dilakukan

oleh Pemerintah Belanda yang menempatkan kaum Bumiputera dilapisan

terbawah membuat rakyat Pribumi kerap kali mendapat perlakuan sewenang-

wenang dari bangsa Asing khususnya bangs Cina. Hal ini menjadi alasan lain

didirkannya Sarekat Dagang Islam. Hingga dari awal pendirian Sarekat Dagang

135
Maftuhin dkk. Op. Cit. Hal 240.

57
58

Islam sampai berganti nama menjadi Sarekat Islam, organisasi ini merupakan

organisasi yang bersifat sosial ekonomi.136

Sarekat Islam awalnya adalah organisasi yang tidak bersifat politik, hal ini

ditegaskan di dalam kongres Sarekat Islam di Solo pada 1913 yang menyatakan

bahwa organisasi ini bukan merupakan organisasi politik. 137 Tetapi arah

pergerakan Sarekat Islam sedikit banyak berubah sejak berubahnya anggaran

dasar pada tahun 1912. Perubahan anggaran dasar mendorong munculnya

pemikiran untuk mensejahterakan rakyat serta mendorong munculnya konsepsi

mengenai pemerintah Nasional. Dengan nilai-nilai ke Islamana sebagai dasarnya

Sarekat Islam berusaha untuk memperjuangkan nasib rakyat. Serta bergantinya

tampuk kepemimpinan Sarekat Islam dari Haji Samanhoedi ke Cokroaminoto

pada tahun 1912 semakin memperjelas gerakan politik Sarekat Islam138.

Sifat politik Sarekat Islam terlihat jelas dari nama kongres tahunanya.

Awalnya kongres tahunan Sarekat Islam hanya bernama kongres saja, tapi kini

ditambahkan kata Nasional sehingga menjadi Kongres Nasional. Kata Nasional

mencerminkan tiga hal bagi Sarekat Islam, yang Pertama kata Nasional

menegaskan bahwa organisasi Sarekat Islam telah menyebar di seluruh wilayah

Hindia Belanda, ke Dua kata Nasional digunakan karena peserta yang menghadiri

kongres Sarekat Islam merupakan anggota Sarekat Islam lokal yang berasal dari

banyak daerah Hindia Belanda, dan yang ke Tiga kata Nasional mencerminkan

usaha yang dilakukan oleh para pemimpin Sarekat Islam untuk menyebarkan

136
Azmi. Abdul Muis. (Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat
Sejarah dan Nilai Tradisional. 1984). Hal 20
137
Yasmis.Op. Cit. Hal 25
138
A. K. Pringgodigdo. Op. Cit. Hal 6-7.
59

kesadaran Nasional ke seluruh masyarakat Pribumi di setiap daerah Hindia

Belanda dengan menjadikan nilai-nilai Islam sebagai landasannya.139

Sifat Politik Sarekat Islam dituangkan kedalam “Keterangan Pokok” dan

program kerja yang disetujui oleh kongres nasional Sarekat Islam pada tahun

1917. Keterangan pokok ini menyebutkan bahwa Sarekat Islam yakin bahwa

Agama Islam itu memberikan pemikiran mengenasi persamaan derajat manusia

dengan tetap memberikan kepercayaan penuh terhadap pemerintah yang berkuasa.

Sarekat Islam juga yakin bahwa Islam merupakan agama yang memuat akhlak

budi pekerti yang baik yang dapat mendidik masyarakat Pribumi. Sarekat Islam

juga mengharapkan hancurnya kapitalisme serta tidak mengakuinya suatu

golongan rakyat berkuasa di atas golongan rakyat lainnya.140

Sarekat Islam mengusung program kerja yang dibadi menjadi Delapan point

yaitu politik, pendidikan, agama, agraria, keadilam, industri, keuangan dan

perpajakan. Di bidang politik Sarekat Islam meminta agar dibentuknya suatu

dewan rakyat dan dibentuknya dewan-dewan daerah sebagai bagian membentuk

lembaga perwakilan sesungguhnya untuk keperluan legislatif. Dalam pemilihan

dewan desa hak pilih haruslah diberikan kepada warga Pribumi yang berusia 18

tahun ke atas dan untuk dewan lainnya harus berusia 21 tahun, dengan syarat

dapat membaca dan menulis dalam bahasa apapun serta menguasai bahasa melayu

secukupnya. Sarekat Islam juga menuntu dihapuskannya kerja paksa dan sistem

izin berpergian dengan maksud agar hak-hak politik yang diajukan dapat berjalan

dengan baik.141

139
Deliar Noer. Op. Cit. Hal 126
140
Ismail Usman. Op. Cit. Hal 51
141
Ibid
60

Bidang pendidikan juga menjadi perhatian Sarekat Islam seperti yang

tertuang di program kerjanya. Sarekat Islam menuntut agar diskriminasi di

sekolah di hapuskan. Juga dilaksanakanya wajib belajar bagi tiap penduduk

hingga umur 15 tahun. Serta perbaikan fasilitas sekolah dan penambahan jumlah

sekolah. Di bidang Agama Sarekat Islam menuntut agar segala peraturan yang

menghambat penyebaran Islam untuk dihapuskan, pembayaran gaji bagi kyai dan

penghulu, subsidi bagi lembaga pendidikan Islam dan pengakuan hari-hari besar

Islam.142

Sarekat Islam juga memberikan tuntutan di bidang keadalian yang dianggap

selama ini tidak sesuai dengan keiginan masyarakat Pribumi. Sarekat Islam

meminta agar kekuasaan eksekutif dan yudikatif dipisahkan dan menuntut agar

hukum diberlakukan sama rata bagi seluruh penduduk Hindia Belanda. Juga

menuntut perlindungan hukum bagi warga miskin. Dalam bidang agraria, Sarekat

Islam meminta agar dihapuskannya “Milik Tuan Tanah” serta perbaikan irigasi.

Sarekat Islam juga menuntu agar industri penting seperti industri yang

menghasilkan bahan pokok masyarakat untuk dinasionalisasikan dan mengambil

alih perusahaan yang dimonopoli oleh Pemerintah Belanda. Sarekat Islam juga

menuntut agar keuntungan perkebunan juga dikenakan pajak serta pajak yang

ditetapkan diminta agar sesuai dengan porsinya.143

Sarekat Islam menginginkan agar kemerdekaan bagi seluruh Pribumi di

Hindia Belanda dalam bidang politik dan ekonomi. Sarekat Islam ingin agar hak-

hak masyarakat Pribumi di dalam bidang kenegaraan dan pemerintahan di

bebaskan dan diberikan kekuasaan sepenuhnya sehingga dapat menetukan dan

142
Deliar Noer. Op. Cit. Hal 128
143
Ibid. Hal 128-129
61

merancang nasib bangsanya sendiri. Dalam kemerdekaan ekonomi Sarekat Islam

meminta agar segala bentuk kapitalisme dihapuskan agar masyarakat Pribumi

mampu menjalankan roda perekonomiannya sendiri dengan bebas.144

Sarekat Islam juga menuntu dibentuk nya sistem pemerintahan yang

demokratis dan konstitusional. Bukanya sistem pemerintahan yang bersifat

komunis atau fasis. Semua ini menurut Sarekat Islam hanya dapat dicapai melalui

persatuan seluruh masyarakat Pribumi Hindia Belanda. 145 Sarekat Islam juga

menuntu didirikannya lembaga legislatif sebagai bentuk perwujudan sistem

demokrasi karena anggota lembaga legislatif hanya diakaui melalui pemilu. Hal

ini sesuai dengan mosi yang disampaikan oleh Cokroaminoto yang dikenal

sebagai “Mosi Cokroaminoto” pada tahun 1916 yang menuntut didirikanya

lembaga parlemen yang anggotanya dipilih melalui pemilihan umum dan

membentuk sebuah pemerintahan yang bertanggung jawab kepada parlemen.146

Sarekat Islam muncul ditengah masyarakat dengan menyebarkan pemikiran

mengenai kebangsaan, nasionalisme, serta kemerdekaan. Pemikiran ini mengalir

bersama dengan nilai-nilai ke islaman sehingga mudah diterima di masyarakat.

Sarekat Islam berusaha keras memperjuangkan hak-hak masyarakat Pribumi

dalam segalam bidang. Sarekat Islam berjuang dengan cara kooperatif dalam jalur

politik. Sarekat Islam lebih memilih diplomasi yang dianggap jauh lebih efektif

ketimbang berperang melawan Pemerintah Belanda yang sudah terbukti tidak

efektif.147

144
M. A. Gani. Op. Cit. Hal 90
145
Ibid. Hal 90-92
146
Maryam. Op. Cit. Hal 185-186.
147
Soraya Rasyid dan Anisa Tamara. Op. Cit. Hal 68
62

Jalan politik Sarekat Islam kembali terlihat saat Sarekat Islam mendirikan

CSI (Central Sarekat Islam) sebagai organisasi yang mewadahi Sarekat Islam

lokal yang ada di daerah-daerah. Central Sarekat Islam dijadikan media untuk

menampun aspirasi masyarakat Pribumi serta menyatakan tuntutan kepada

Pemerintah Belanda. Sarekat Islam tidak hanya fokus untuk menjalankan gerakan

dalam memperjuangkan nasib masyarakat Pribumi, sarekat juga memberikan

pengetahuan mengenai pemerintahan kepada rakyat Pribumi memanfaatkan

forum-forum Central Sarekat Islam sebagai persiapan mendirikan Pemerintahan

Nasional sendiri.148

Cokroaminoto menegaskan bahwa tujuan Sarekat Islam berpolitik adalah

agar dapat duduku di dalam dewan rakyat (Volksraad) dan agar memiliki

pemerintahan sendiri. Perjuangan Sarekat Islam makin terlihat jelas ketika

bergabung dengan Volksraad pada tahun 1918. Sebelum bergabung dengan

Volksraad Sarekat Islam lebih dulu memanfaatkan kondisi politik yang kacau

balau akibat perang dunia I melalui aksi Indie Werbar yang diusung oleh

Pemerintah Belanda. Aksi Indie Werbar adalah aksi mengumpulka kekuatan dari

seluruh penduduk Hindia Belanda untuk membela Hindia Belanda dari serangan

musuh. Sekilas aksi ini tidak menguntung bagi masyarakat Pribumi sehingga

bergabung dengan aksi Indie Werbar di tentang oleh beberapa anggota Sarekat

Islam salah satunya Semaun. Tetapi para pemimpin Central Sarekat Islam melihat

ini sebagai peluang untuk memperbaiki nasib rakyat Pribumi. Sarekat Islam mau

mendukung aksi ini asalkan hak politik masyarakat Pribumi diperluas oleh

pemerintah Belanda.149

148
Ibid. Hal 69
149
Maftuhin. Op. Cit. Hal 244
63

Bergabung dengan Volksraad dianggap sebagai peluang yang paling baik

oleh Sarekat Islam dalam usaha memperjuangkan nasib rakyat Pribumi. Volksraad

merupakan organisasi yang dibentuk dengan tujuan memberikan nasehat kepada

gubernur jendral dalam mengambil keputusan. Volksraad juga merupakan

pendampin kekuasaan legislatif. Dengan bergabung ke organisasi ini Sarekat

Islam menganggap perjuangan bagi nasib masyarakat Pribumi akan jauh lebih

mudah karena keluhan-keluhan dan keinginan yang dimiliki masyarakat Pribumi

dapat disampaikan di dalam Volksraad dan menjadi pertimbangan bagi gubernur

jendral dalam mengambil keputusan.150

Bergabung dengan Volksraad juga memiliki keuntungan yang lainnya selain

yang telah disebutkan diatas. Abdul Moeis anggota Sarekat Islam yang

mendukung bergabungnya Sarekat Islam ke dalam Volksraad mengatakan bahwa

Volksraad merupakan tempat belajar bagi seluruh orang dalam hal ilmu politik,

tempat perdebatan antara golongan satu dengan golongan lain dalam

memperjuangkan haknya serta tempat berorasi mengeluarkan suara untuk

mendukun golongan lain yang lebih lemah. Nilai-nilai dalam Volksraad ini sangat

penting sebagai pondasi awal dalam membentuk Pemerintahan yang mandiri bagi

Pribumi Indonesia.151

Sarekat Islam dalam berjuang di dalam Volksraad menggunakan cara-cara

yang kooperatif.152 Para pemimpin Sarekat Islam sadar bahwa mereka memiliki

tanggungjawab untuk menyadarakan masyarakat mengenai hak-haknya sebagai

suatau bangsa serta menuntut keadilan bagi masyarakat Pribumi dan

mengahapuskan kesewenag-wenangan. Sarekat Islam berusaha sekali untuk


150
Muljono dan Sutrisno Kutoyo. Op. Cit. Hal 50
151
Ibid.
152
Maftuhin. Op. Cit. Hal 245
64

mendengarkan seluruh keluh kesah masyarakat Pribumi terutama keinginan

masyarakat Pribumi untuk memperoleh hak-haknya sebagai suatu bangsa serta

diikut sertakannya masyarakat Pribumi dalam suatu pemerintahan Naisonal.

Keluhan-keluhan ini disampaikan oleh Sarekat Islam kepada Pemerintah Belanda

melalui Volksraad sebagai lembaga yang mewakili masyarakat.153

Sarekat Islam juga bergabung dengan fraksi oposisi yang ada di Volksraad

untuk menggalang kekuatan fraksi itu bernama Radicale Concentratie. Radicale

Concentratie adalah fraksi yang menuntut agar Volksraad menjadi dewan yang

sungguh-sungguh. Abdul Muis juga membahkan agar Volksraad membela kaum

yang lemah. Selain bergabung dengan Radicale Concentratie di dalam Volksraad

Sarekat Islam juga bergabung dengan Democratische Concentratie di luar

Volksraad fraksi ini juga menuntut agar Volksraad difungsikan secara sungguh-

sungguh.154

Sarekat Islam yang kian menjadi gerakan politik mengalami masalah

internal di dalam organisasinya. Paham komunis ajaran Snevliet menyusupi tubuh

Sarekat Islam dan mempengaruhi para anggota Sarekat Islam salah satunya

Semaun dan Darsono. Hal ini kerap kali membuat pertentangan dalam tubuh

Sarekat Islam sendiri dimana nilai ke Islaman dan komunis itu tidak dapat

disatukan. Hal ini membuat lemah kedudukan Sarekat Islam. Meskipun golongan

radikal yang ada di dalam Sarekat Islam juga mengiginkan kemerdekaan bagi

penduduk Pribumi namun cara yang ditempuh oleh golongan ini kerap kali

bertentangan dengan nilai-nilai ke Islaman.155

153
Soraya Rasyid dan Anisa Tamara. Op. Cit. Hal 75
154
Muljono dan Sutrisno Kutoyo. Op. Cit. Hal 50
155
Ismail Usman. Op. Cit. Hal. 53
65

Perpecahan akhirnya tak bisa dielakan lagi ketika pada tahun 1920 Sarekat

Islam melakukan disiplin partai dan mengusir secara paksa orang-orang yang

berhaluan Komunis dari Sarekat Islam. Hal ini membuat Sarekat Islam pada

akhirnya terpecah menjadi dua yaitu Sarekat Islam merah dibawah pimpinan

Semaun yang berkedudukan di Semarang. Dan Sarekat Islam putih dibawah

pimpinan Agus Salim dan Cokroaminoto yang berkedudukan di yogyakarta.156

Perpecahan yang terjadi di dalam tubuh Sarekat Islam memang membuat

kedudukan organisasi ini melemah. Tapi kedua organisasi hasil perpecahan itu

tetap menjalankan tugasnya untuk memerdekakan Pribumi dengan caranya

masing-masing. Kedua organisasi itu bahkan kian kental dengan bau politik

setelah secara resmi berubah menjadi partai politik Sarekat Islam merah berubah

menjadi Partai Komunis Indonesia dan Sarekat Islam putih berubah menjadi

Partai Sarekat Islam.157

Perjuangan Sarekat Islam membuahkan hasil yang dirasakan oleh

masyarakat Pribumi. Rakyat semula tidak mengetahui apa yang menjadi hak-

haknya dan hanya mengetahui apa yang menjadi kewajibannya. Semenjak

hadirnya Sarekat Islam rakyat jadi mengetahui apa yang menjadi hak-haknya dan

apa yang menjadi tanggungjawabnya. Rakyat kini tau hak-hak mereka yang

harusnya mereka peroleh dari pemerintah dan menuntut hak-hak itu kepada

pemerintah. Sarekat Islam juga memupuk rasa persaudaraan antar rakyat

Pribumi.158

Rakyat juga menyadari tentang harga dirinya dan nilai-nilai kemanusiaan

yang selama ini di injak-injak oleh bangsa asing. Kesadaran ini membuat
156
Ibid. Hal 54
157
Ibid. Hal 55
158
Soraya Rasyid dan Anisa Tamara. Op. Cit. Hal 78
66

masyarakat Pribumi ikut berperan aktif dalam memperjuangkan nasib bangsa.

Rakyat juga menganggap Sarekat Islam merupakan organisasi yang dapat

membantu memperjuangkan nasib Pribumi itu sendiri. Rakyat juga mulai

memiliki keberanian untuk mengemukakan keluhan-keluhan dari semua yang

selama ini dilakukan oleh bangsa asing.159

Kehadiran Sarekat Islam juga membuat rakyat mampu mengajukan

tuntutan-tuntutan di dalam forum yang disediakan oleh Sarekat Islam. Tuntutan-

tuntutan itu ditampung oleh Sarekat Islam. Dan oleh Sarekat Islam tuntutan-

tuntutan itu dibawa kedalam Volksraad. Kesinambungan antara rakyat dan

Sarekat Islam membuat perjuangan Sarekat Islam jauh lebih mudah karena kita

rakyat juga telah memikirkan nasibnya sendiri. Hal ini tidak lepas dari kesadaran

yang diberikan oleh Sarekat Islam yang mempengaruhi rakyat Pribumi itu

sendiri.160

Sarekat Islam menjadi organisasi yang mampu mengumpulkan anggotanya

dari seluruh wilayah Hindia Belanda. Pemahaman yang diberikan Sarekat Islam

membuat munculnya semangat Nasionalisme di dalam masyarakat. Dengan nilai-

nilai ke Islaman yang sejalan dengan semangat Nasionalisme masyarakat

membuat Sarekat Islam mudah diterima didalam masyarakat. Hadirnya Sarekat

Islam mampu mempengaruhi masyarakat untuk bersama-sama saling membantu

dalam memperbaiki nasibnya sendiri.161

Sarekat Islam memberikan dampak yang signifikan di dalam bidang politik

bagi masyarakat Pribumi. Sarekat Islam menumbuhak semangat kebangsaan

dikalangan Pribumi dan memberikan pemikiran kepada Pribumi untuk merebut


159
Ibid.
160
Ibid. Hal 79
161
Ibid. Hal 80
67

kembali hak-hak miliknya dan mengembalikan harga diri bangsa. Sarekat Islam

memberikan pengetahuan dasar tentang politik kepada masyarakat Pribumi

melalui forum-forum bentukan Sarekat Islam. Sarekat Islam juga bergabung

dengan Volksraad sebagai usaha memperbaiki nasib Pribumi dan mempersiapkan

diri agar dapat memiliki Pemerintahan sendiri. Keinginan yang kuat dari Sarekat

Islam untuk membentuk pemerintahan sendiri dan mengembalikan hak-hak politik

masyarakat membuat Sarekat Islam terus berjuang meski Sarekat Islam sempat

dimasuki pengaruh komunis.

4.2. Pengaruh Di Bidang Sosial.

Lahirnya Sarekat Islam tidak terlepas dari kondisi sosial masyarakat

Pribumi yang saat itu kerap kali mendapat penindasan dari bangsa asing.

Kebijakan Pemerintah Belanda yang selalu merugikan masyarakat Pribumi juga

membuat kondisi bertambah buruk. Di tambah lagi pembagian kelas sosial yang

dilakukan Pemerintah Belanda yang menempatkan masyarakat Pribumi di lapisan

paling bawah, membuat masyarakat Pribumi sering kali diinjak-injak dan

diperlakukan sewenang-wenang oleh bangsa asing.

Permasalahan diskriminasi yang dialami oleh masyarakat Pribumi menjalar

hampir keseluruh lapisan kehidupan. Dalam bidang ekonomi masyarakat Pribumi

kerap kali kalah bersaing dengan bangsa Asing karena monopoli yang dilakukan.

Di bidang pendidikan masyarakat Pribumi sulit untuk mendapatkan pendidikan

yang layak. Pendidikan yang mereka dapatkan hanyalah pendidikan yang

seadanya saja. Di bidang politik, hak-hak masyarakat untuk ikut di dalam

pemerintahan sangat dibatasi bahkan saat itu organisasi politik pun dilarang
68

berdiri. Di bidang Agama, masyarakat Pribumi yang mayoritas memeluk Agama

Islam tidak memiliki kebebasan dalam menjalankan perintah Agamanya. Mereka

justru mendapat tekanan dari nilai-nilai Agama Kristen yang coba diterapkan oleh

Pemerintah Belanda di dalam kehidupan sehari-hari.162

Berangkat dari Permasalahan tersebut Sarekat Islam lahir untuk

memperbaiki kondisi masyarakat Pribumi yang semerawut. Sarekat Islam

merupakan organisasi sosial-ekonomi. Sarekat Islam lahir sebagai bentuk simpati

dari kalangan menengah ke atas terhadap kondisi Pribumi yang begitu

memilukan. Sarekat Islam menjunjung tinggi nilai-nilai ke Islaman sebagai

landasan pergerakannya. Hal ini dikarenakan Islam adalah agama yang sesuai

dengan nilai-nilai sosial masyarakat dan juga karean mayoritas masyarakat

Pribumi adalah Muslim sehingga organisasi ini mudah diterima di masyarakat.163

Islam merupakan landasan dari Sarekat Islam, hal ini dapat dilihat dari

trilogi landasan prinsip Sarekat Islam. Pertama adalah sebersih-bersihnya Tauhid,

dalam perjuangannya selain iman dan taqwa Sarekat Islam menganggap

diperlukannya Tauhid, semua gerak langkah yang dilakukan haruslah diniatkan

karena Allah. Karena hanya Allah lah yang dapat membantu masyarakat untuk

mencapai tujuannya.164

Setinggi-tingginya ilmu pengetahuan menjadi yang kedua dalam landasan

prinsip Sarekat Islam. Sarekat Islam menganggap manusi diciptakan bukan hanya

untuk mecapai tujuan akhirat saja tetapi ada juga bagian dunia yang dipersiapkan

untuk manusia. Tetapi jangan sampai dunia membuat manusia terpana sehingga

162
Maryam. Op. Cit. Hal 187
163
Ibid. Hal. 188
164
M. A. Gani. Op. Cit. Hal 177
69

diperlukanlah ilmu untuk mengarahkan manusia kepada tujuan yang sebenarnya

dan membantu manusia dalam mencapai tujuannya.165

Landasan Prinsip Sarekat Islam yang terakhir adalah Sepandai-pandai

siasah. Siasah maksudnya ialah politik. Maksudnya adalah selain menguasai ilmu

politik, yang lebih penting adalah bagaimana menerapkannya. Bagi Sarekat Islam

politik tidak lah dapat dipisahkan dari Islam itu sendiri juga selalu berkaitan

dengan tingginya ilmu pengetahuan. Politik yang baik hanya akan terlaksana bila

sesuai dengan ajaran agama Islam dan memiliki ilmu yang cukup untuk

menerapkannya.166

Tujuan berdirinya Sarekat Islam dalam jangka waktu pendek adalah untuk

menjalin perasudaraan sesama Muslim, saling tolong menolong sesama

anggotanya, membina kerja sama antar anggotanya, menciptakan usaha yang halal

yang tidak bertentangan dengan aturan Pemerintah pusat maupun Pemerintah

daerah serta menciptakan kehidupan makmur seluruh rakyat demi kesejahteraan

Negeri. Dalam jangka panjang Sarekat Islam bertujuan untuk mencapai Islamisasi

yang makin mantap bagi seluruh masyarakat Muslim Indonesia. Dan untuk

mewujudkan semua itu maka diperlukan suatu pemerintahan sendiri yang terbebas

dari campur tangan pihak lain.167

Sarekat Islam berjuang memperbaiki nasib Pribumi dengan sistem

persaudaraan. Hal ini dapat dilihat dari salah satu prinsip kerja Sarekat Islam yaitu

saling membantu sesama anggotanya. Haji Samanhoedi selaku pendiri Sarekat

Islam, menginginkan agar setiap anggota organisasi memiliki pemikiran bahwa

organiasi Sarekat Islam adalah milik bersama karena dengan kebersamaan inilah
165
Ibid. Hal 183
166
Ibid. Hal 197
167
Ismail Usman. Op. Cit. Hal 50
70

organisasi ini dapat kuat dalam menghadapi Bangsa Cina dan Pemerintah

Belanda.168

Sarekat Islam menginginkan tidak adanya perbedaan antara sesama umat.

Hal ini sesuai dengan ajaran Islam yang tidak pernah membagi umat kedalam

kasta atau kelas-kelas sosial. Sarekat Islam juga menuntut agar hukum yang

berlaku sama terhadap pria dan perempuan. Hak-hak asasi masyarakat Pribumi

juga harus dipenuhi oleh Pemerintah Belanda. Menurut Sarekat Islam hal ini

menjadi penting karea masyarakat Pribumi sudah lama ditindas oleh Bangsa

Belanda. Sarekat Islam juga menginginkan agar warga Muslim diberikan

kebebasan dalam menjalankan ajaran agam Islam.169

Sarekat Islam berjuang dengan penuh semangat untuk memperbaiki nasib

Pribumi. Sarekat Islam memilih jalur kooperatif untuk berjuang melawan bangsa

Asing, hal ini sesuai dengan nilai-nilai ke Islaman. Sarekat Islam menggunakan

Volksraad untuk menyampaikan tuntutan-tuntutan masyarakat Pribumi yang

menginginkan perbaikan di dalam kehidupannya. Sarekat Islam juga menuntut

agar Pemerintah Belanda lebih memperhatikan lagi pendidikan bagi masyarakat

Pribumi dan memberikan kebebasan dalam menjalankan perintah Agama bagi

masyarakat Muslim.170 Sarekat Islam juga menggunakan jalur dakwah untuk

memberikan pemahaman kepada masyarakat mengenai nilai-nilai kehidupan. Hal

ini dimaksudkan untuk mengubah kondisi masyarakat.171

Sarekat Islam sangat memperhatikan masalah sosial di kalangan masyarakat

Pribumi. Perlakuan sewenang-wenang dari bangsa Asing yang menjatuhkan harga

168
M. A. Gani. Op. Cit. Hal 25-26
169
Ibid. Hal 158
170
Deliar Noer. Op. Cit. Hal 128
171
M. A. Gani. Op. Cit. Hal. 206
71

diri Bangsa sangat ditentang oleh Sarekat Islam. Seperti kebiasaan “Salam” dan

“Jongkok” pegawai kepada atasan dinila sangat merendahkan harga diri Pribumi.

Sarekat Islam menganggap hal ini tak perlu dilakukan karena Sarekat Islam

menganggap manusia dilahirkan dengan harga diri yang sama sehingga Bangsa

Asing tidak selayaknya memperbudak masyarakat Pribumi. Karena itu Sarekat

Islam berusaha memperbaiki masalah ini.172

Sarekat Islam juga berusaha untuk menghapuskan kesenjangan sosial yang

ada di antara kaum Pribumi. Oleh Pemerintah Belanda Pribumi dibagi menjadi

bangsawan dan rakyat jelat. Kaum bangsawan banyak mendapat dukungan dari

Pemerintah Belanda karena kaum bangsawan memiliki kekuasaan dan mau

bekerja sama dengan pemerintah Belanda. Sementara kaum rakyat jelata yang

tidak memiliki apa-apa menjadi golongan yang tertindas karena mendapat

perlakuan kasar dari bangsawan, Pemerintah Belanda dan Bangsa Asing. Hal

inilah yang ingin dihilangkan oleh Sarekat Islam karena sama-sama masyarakat

Pribumi harusnya bersatu bukannya saling menjatuhkan.173

Usaha Sarekat Islam untuk memperbaiki moral masyarakat Pribumi dapat

kembali dilihat pada tahun 1913. Pada tahun ini Sarekat Islam melakukan

kampanye untuk membasmi “7 M”, Main (Judi), Madon (Nafsu Seks), Minum

(Mabuk), Madat (Candu), Mangan (Makan Berlebihan), Maling (Mencuri), Misuh

(Memaki). Tujuh M ini dinilai oleh Sarekat Islam sebagai penyakit masyarakat

yang sangat berbahaya dan bertentangan dengan ajaran Agama Islam sehingga

perlu untuk dibasmi. Hal ini juga dimaksudkan agar terciptanya masyarakat yang

jauh lebih bermartabat.174


172
Yunita Elia Sheran. Op. Cit. Hal 118
173
Ibid. Hal 120
174
Ibid.
72

Sarekat Islam sangat menginginkan persatuan umat Islam di Hindia

Belanda, Hal ini dimaksudkan untuk melawan agama Kristen yang dibawa oleh

Pemerintah Belanda. Pemerintah Belanda berusaha untuk menyebarkan Agama

Kristen yang dibawa nya ke kawasan Hindia Belanda. Pemerintah Belanda

menggunakan kekuasaan yang dimilikinya untuk menyebarluaskan Agama

Kristen di Hindia Belanda. Nilai-nilai Agama Kristen perlahan-lahan diterapkan

di dalam kehidupan sehari-hari masyarakat, seperti misalnya hari minggu dilarang

bekerja. Pemerintah Belanda juga memanfaatkan lembaga pendidikan untuk

menyebarluaskan Agama Kristen. Di tambah lagi dengan peraturan-peraturan

yang menekan agama Islam semakin membuat warga Pribumi Muslim

terterkan.175

Sarekat Islam juga berusaha memperbaiki kehidupan masyarakat melalui

jalur pendidikan. Pendidikan merupakan hal yang penting yang dapat membantu

memperbaiki kehidupan Pribumi. Tetapi pendidikan yang diberikan kepada

Pribumi oleh Pemerintah Belanda sama sekali tidak menguntungkan masyarakat

Pribumi itu sendiri. Hal ini tidak lain karena tujuan dari pendidikan yang

diberikan Pemerintah Belanda adalah agar warga Pribumi semakin patuh kepada

Pemerintah Belanda. Belum lagi lembaga pendidikan yang di susupi misionaris

oleh pemerintah Belanda untuk menyebarkan agama Kristen makin membuat

pendidikan bagi Pribumi justru makin mengkhawatirkan.176

Efek dari hadirnya Sarekat Islam bagi masyarakat Muslim dapat dilihat dari

semenjak hadirnya Sarekat Isam masjid-masjid dan langgar-langgar menjadi

ramai bukan hanya pada hari Jum’at tapi juga pada hari lainnya. Hal ini sangat

175
M. A. Gani. Op. Cit. Hal 83
176
Mansur. Op. Cit. Hal 410
73

penting bagi masyarakat karena mereka masih berpegang teguh kepada Al-Quran

dan agama Islam dapat tetap berkembang ditengah maraknya Penginjilan yang

dilakukan oleh Pemerintah Belanda.177

Tojkroaminoto menginginkan agar Sarekat Islam dalam hal Ibadah dan

Syariat untuk tidak membesar-besarkan masalah Furu, menghindarkan Sarekat

Islam dari bahaya yang mengancam, dan diluar umat Islam tidak boleh ikut

campur dalam urusan ke Islaman. Hal ini berati mereka yang beragama Kristen di

larang ikut campur dalam urusan Agama Islam. Yunita elia sheran hal 121

Kekuatan nilai-nilai Ke Islaman Sarekat Islam kembali terlihat ketika

organiasi itu disusupi oleh paham komunis. Paham komunis yang bertenrangan

dengan Islam membuat sering terjadi perselisihan dalam tubuh Sarekat Islam.

Nilai-nilai ke Islaman dalam Sarekat Islam sendiri pada akhirnya mampu untuk

menyingkirkan Paham Komunis dari Sarekat Islam. Meski bertentngan dengan

ajaran agama Islam sesungguhnya penganut paham komunis dalam tubuh Sarekat

Islam juga menginginkan perbaikan nasib bagi masyarakat Pribumi. Hal ini

dibuktikan dengan gerakan yang dilakukan oleh Sarekat Islam pimpinan Semaun

untuk menolong rakyat Pribumi meski dengan cara yang radikal. Semaun juga

ikut mendirikan sekolah dan kursus bagi masyarakat Pribumi.178

Kehadiran Sarekat Islam menjadi angin segar bagi masyarakat Pribumi di Hindia

Belanda. Sarekat Islam menjadi organisasi yang memperjuangkan nasib Pribumi.

Berlandaskan nilai-nilai ke Islaman Sarekat Islam berusaha untuk memperbaiki

keadaan masyarakat Pribumi. Mulai dari mendirikan sekolah, mengirimkan

177
A. P. E. Kover. Op. Cit. Hal. 69
178
A. P. E. Kover. Op. Cit. Hal 80
74

tuntutan dan berdakwah adalah usaha yang dilakukan Sarekat Islam untuk

membawa umat menjadi lebih baik lagi.

4.3. Pengaruh di Bidang Ekonomi.

Sarekat Islam lahir dilatar belakangi oleh kondisi ekonomi masyarakat

Pribumi yang sangat buruk. Perdangan dimonopoli oleh Bangsa Belanda dan

Bangsa Cina. Dengan kebijakan yang selalu menguntungkan kedua Bangsa

tersebut membuat masyarakat Pribumi kesulitan untuk bersaing di dalam

perdagangan. Hal inilah yang menjadi latar belakang lahir nya gerakan Sarekat

Islam. Dengan maksud memperbaiki kondisi perekonomian masyarakat Pribumi

Sarekat Islam lahir dengan nama awal Sarekat Dagang Islam yang didirikan oleh

Haji Samanhudi di Surakarta 1905.

Perekonomian masyarakat Pribumi yang memburuk disebabkan oleh

kebijakan-kebijakan yang dilakukan oleh Pemerintah Belanda yang banyak

merugikan masyarakat Pribumi. Tanam paksa merupakan salah satu kebijakan

Pemerintah Belanda yang banyak merugikan masyarakat Pribumi. Belum lagi

kebijakan lain seperti Undang-undang Agraria yang juga membuat Pribumi

merugi. Semua kebijkan itu dibuat untuk keuntungan jutaan Gulden yang

dirasakan bangsa Asing. Keuntungan itu berbanding terbalik dengan penderitaan

yang dirasakan masyarakat Pribumi.179

Perubahan orientasi ekonomi dari perkebunan menjadi sistem industri turut

juga mempengaruhi ekonomi Masyarakat Pribumi. Majunya sistem komunikasi

dan transportasi membuat perekonomian menjadi berkembang pesat. Hal ini

mendorong tumbuhnya pabrik-pabrik industri dan perusahaan di berbagai kota di


179
Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho Noto Susanto. Op. Cit. Hal 98
75

Hindia Belanda. Tumbuhnya perkantoran ini mendorong masyarakat desa

berbondong-bondong pindah ke kota untuk mengadu nasib mencari pekerjaan.

Kurangnya tanah pertanian di desa juga menjadi salah satu sebab perpindahan

penduduk dari desa ke kota. Tapi Perpindahan penduduk dari desa ke kota ini

nyatanya tidak cukup untuk menaikan taraf ekonomi masyarakat. Masyarakat

Pribumi justru didik untuk dijadikan pekerja murah di kantor-kantor milik

pemerintah Belanda.180

Perekonomian masyarakat Pribumi Hindia Belanda semakin terpuruk

setelah diberlakukannya politik pintu terbuka oleh Pemerintah Belanda. Politik

pintu terbuka mengizinkan pihak swasta untuk menanamkan modal di Hindia

Belanda dan mengelolanya sendiri. Hal ini membuat para pedagang Pribumi

kesulitan untuk bersaing dengan perusahan swasta milik Bangsa Asing. Hal ini

selain karena kemampuan perusahaan swasta menggunakan teknologi muktahir

yang mempermudah produksi, juga banyaknya kebijakan-kebijakan yang

dikeluarkan Pemerintah Belanda yang lebih menguntungkan pihak asing, apalagi

dengan pembagian kelas sosial oleh Pemerintah Belanda yang menempatkan

masyarakat Pribumi di kelas terbawah makin membuat perekonomian masyarakat

Pribumi terpuruk.181

Kondisi perekonomian yang demikian mendapatkan kecaman dari kaum

terpelajar Pribumi. Banyak organisasi didirikan dengan tujuan membantu

mensejahterakan masyarakat salah satunya Sarekat Dagang Islam. Sarekat Dagang

Islam hadir ditengah masyarakat sebagai organisasi yang bertujuan untuk

180
Ibid. Hal 20-21
181
Riswan Rambe. “Gerakan Ekonomi Islam di Indonesia pada Era Pra Kemerdekaan”.
(Thesis. Ekonomi Islam. Program Pasca Sarjana. Universitas Islam Negeri Sumatera Utara. 2018).
Hal. 63
76

memajukan ekonomi masyarakat dengan menjunjung nilai-nilai ke islaman.

Sarekat Dagang Islam merangkul para pedagang Islam yang ada di Indonesia

untuk bersatu dan membuat perkumpulan. Para pedagang Jawa, Sumatera, dan

beberapa warga Arab bergabung dengan perkumpulan ini.182

Sarekat Dagang Islam didirikan oleh haji Samanhoedi di Lawean Surakarta.

Organisasi ini berisikan para pedagang batik yang berusaha melawan monopoli

perdagangan yang dilakukan oleh bangsa Cina. Cina menguasai ekspor dan

penyaluran bahan pembuatan batik. Mereka berhasil mempengaruhi harga yang

membuat masyarakat Pribumi kesulitan untuk membelinya. Dengan sulitnya

mendapatkan bahan baku pembuatan batik membuat beberapa perusahan batik

dibeberapa daerah bangkrut serta ada pula yang menjual perusahaan nya ke orang

Cina. Kondisi ini membuat prihatin Haji Samanhoedi yang merupakan salah satu

pedagang Batik di Surakarta untuk mendirikan Sarekat Dagang Islam dengan

maksud menjadi wadah bagi para pedagang dalam bersaing dengan pedagang

Cina dengan cara membantu satu sama lain sesama pedagang Muslim Pribumi.183

Sarekat Dagang Islam menjunjung asas kerakyatan yang memiliki gagasan

untuk memperjuangkan nasib rakyat Pribumi yang miskin dan sengsara. Serta

menjunjung asas sosial ekonomi yang dituangkan dalam tujuan awal didirikannya

Sarekat Dagang Islam oleh Haji Samanhudi sebagai berikut : Satu mengutamakan

sosila ekonomi, Dua mempersatukan pedagang-pedangan batik, Tiga

mempertinggi derajat Bumiputera, dan Empat memajukan agama dan sekolah-

sekolah Islam.184

182
A. P. E. Korver. Op. Cit. Hal 12.
183
Yasmis. Op. Cit. Hal 24
184
M. A. Gani. Op. Cit. Hal 27.
77

Sarekat Dagang Islam yang telah berubah menjadi Sarekat Islam tidak

melupakan fokusnya untuk tetap fokus kepada bidang ekonomi hal ini seperti

yang tertuang dalam anggaran dasar Sarekat Islam 10 November 1912 : Satu

Memajukan perdagangan, Dua memberikan pertolongan kepada anggota yang

mendapat kesulitan, Tiga memajukan kepentingan rohani dan jasmani

Bumiputera, Empat memajukan kehidupan Agama Islam. Meskipun telah berganti

nama tetapi Sarekat Islam tidak melupakan tujuan awalnya sebagai organisasi

yang membantu menaikan tingkat ekonomi masyarakat Pribumi.185

Sarekat Islam melakukan usaha untuk membantu perekonomian Pribumi

dimulai dari dalam organisasinya itu sendiri. Di dalam organiasi Sarekat Islam

terdapat sumbangan tahunan dan sumbangan bulan tiap anggotanya. Bagi anggota

yang baru bergabung diwajibkan untuk membayar uang masuk sebesar 30 Sen.

Hal ini dimaksudkan untuk dijadikan tabungan apabila nanti ada anggota Sarekat

Islam yang membutuhkan bantuan secara finansial dapat menggunakan tabungan

organiasi untuk menolongnya. Di awal pendiriannya Sarekat Islam juga punya

perusahaan surat kabar sebagai salah satu badan usahanya.186

Sarekat Islam mulai melakukan kegiatan di luar organiasi untuk memajukan

perekonomian masyarakat Pribumi. Salah satu usaha yang dilakukan adalah

dengan mendirikan koperasi-koperasi yang modalnya didapatkan melalui

sumbangan anggotanya. Koperasi yang didirikan dimaksudkan agar para anggota

Sarekat Islam mampu memenuhi kebutuhannya sehari-hari dengan harga yang

185
Muljono dan Sutrisno Kutoyo. Op. Cit. Hal 55
186
Takashi Shiraishi. Zaman Bergerak Radikalisme Rakyat di Jawa 1912-1926. (Jakarta :
PT Midas Surya Grafindo. 1997). Hal 59
78

murah. Hal ini juga diharapkan mampu meningkatkan taraf ekonomi

masyarakat.187

Koperasi yang didirikan Sarekat Islam sedikit banyaknya mampu membantu

masyarakat Pribumi. Pada 1913 sampai 1914 banyak koperasi yang didirikan oleh

Sarekat Islam dibanyak daerah. Daerah seperti Surabaya dan Surakarta menjadi

pusat berdirinya koperasi Sarekat Islam. Dengan hadirnya koperasi ini banyak

masyarakat Pribumi yang memilih belanja di koperasi ini selain karena harganya

murah mereka juga hanya mau membeli produk dari pedagang Muslim seperti

yang digemakan oleh Sarekat Islam agar membeli produk pedagang Muslim

jangan pedagang Cina.188

Koperasi yang digalang oleh Sarekat Islam menjadi bukti suksesnya Sarekat

Islam dalam mengelola permodalan dari anggotanya. Permodalan ini didapat

dengan cara menjual saham kepada para anggotanya. Koperasi ini juga menjadi

bukti sukses ekonomi Pribumi dapat bersaing dengan ekonomi Asing.189 Koperasi

juga di anggap sebagai jalan yang tepat untuk melawan kapitalisme karena

pengelolaan modal atau uang yang ada dikoperasi dianggap sebagai salah satu

cara untuk melawan kapitalisme.190

Sarekat Islam juga berusaha mendirikan badan usaha yang lebih besar untuk

meningkatkan perekonomian masyarakat Pribumi. Seperti bank dan Asuransi

yang direncanakan didirikan oleh para pemimpin SI pada tahun 1913 serta

perusahaan impor dan ekspor. Hal ini dimaksudkan untuk menyaingi perusahaan

dagang Cina. Untuk menjalankan usaha ini dilakukan pengumpulan modal oleh

187
Roni Tabroni. Op. Cit. Hal 57
188
Ibid. Hal 58
189
Kuntowijoyo. “Paradigma Islam: Interpretasi untuk Aksi”. (Bandung : Penerbit Mizan,
1994), Hal 87.
190
M. A. Gani. Op. Cit. Hal 126
79

Sarekat Islam, hasilnya di Yogyakarta dibentuk perusahan dengan cara melakukan

perjanjian kredit dengan Dinas Pembentukan Usaha Kredit Rakyat Yogyakarta.

Setelah itu Sarekat Islam juga banyak mendirikan badan-badan usaha di berbagai

daerah serta mendukung program-program ekonomi di beberapa daerah.191

Sarekat Islam di Bogor berencana membentuk perusahan perdagangan serta

melakukan proyek bangunan dan barang yang tidak bergerak pada 1914.

Sementara SI di Banyumas berencana membentuk perusahan dagang dibidang

tekstil dan tembakau. Di Temanggung ada usaha untuk mendorong hasil pertanian

tembakau untuk menyaingi perusahaan Cina. Pada akhir 1913 sebuah percetakan

dan perusahaan dagang didirikan di Kudus. Di Bengkulu di dirikan sebuah

perusahaan penangkutan. Di Palembang Sarekat Islam membeli kapal motor

untuk disewakan. Di Kalimantan tenggara Sarekat Islam berhasil membeli sebuah

kapal Uap pada 1915 untuk pelayaran sungai. Usaha yang dilakukan Sarekat

Islam ini bertujuan untuk memajukan ekonomi masyarakat Pribumi dan menyaigi

perusahan Asing serta perusahan milik Cina. Usaha yang dilakukan oleh Sarekat

Islam ini sedikit banyaknya mampu membantu perekonomian masyarakat

Pribumi.192

Sarekat Islam selain membentuk koperasi dan badan usaha untuk membantu

perekonomian rakyat Pribumi juga membentuk perserikatan-perserikatan pekerja

untuk melawan kapitalisme pemerintah Belanda. Seperti dibentuknya Perserikatan

Pegawai Bumiutera (PBB) 1916, perkumpulan para sopir Jawa serta perkumpulan

lain yang muncul yang oleh Sarekat Islam dijadikan menyerupai organiasi Kaum

191
Roni Tabroni. Op. Cit. Hal 56
192
Ibid. Hal 58-59
80

Buruh agar perserikatan atau perkumpulan yang ada jauh lebih terpusat dan

pergerakan yang dilakukan jauh lebih terarah.193

Perkumpulan Sarekat Islam selain fokus mendirikan badan-badan usaha

untuk menunjang perekonomian rakyat juga fokus untuk memberikan edukasi dan

solusi kepada masyarakat mengenai ekonomi. Ini dilakukan karena ada beberapa

badan usaha yang didirikan oleh Sarekat Islam tidak berjalan semestinya dan

malah bangkrut. Hal ini dikarenakan kurangnya pengetahuan masyarakat Pribumi

mengenai sistem ekonomi, sehingga sering terjadi kerugian di badan-badan usaha

milik Sarekat Islam dan dibeberapa kasus juga terjadi korupsi dan penyelewengan.

Karena itu Sarekat Islam menganggap pendidikan merupakan hal yang penting

untuk memperbaiki kehidupan ekononomi masyarakat Pribumi. Sehingga Sarekat

Islam menuntut agar dibukanya sekolah-sekolah yang layak bagi masyarakat

Pribumi.194

Sarekat Islam juga berusaha mendengarkan keluhan-keluhan masyarakat

Pribumi mengenai sistem ekonomi umumnya mengenai pajak, kerja rodi dan

tanah partikelir. Sarekat Islam menganggap pajak terlalu merugikan masyarakat

Pribumi serta sikap sewenang-wenang dalam menetapkan pajak dan menagih

pajak yang memberatkan masyarakat Pribumi. Sarekat Islam juga menampung

keluhan rakyat Pribumi tentang beratnya kerja rodi. Juga keluhan para petani yang

mendapat tekanan dari perusahan-perusahan industri untuk menyewakan tanah

nya dengan harga yang sangat murah. Hal-hal inilah yang membuat Sarekat Islam

mulai mengirimkan tuntutan-tuntutan kepada Pemerintah Belanda agar

memperbaikai sistem perekonomian.195


193
Eliana Yunitha Seran. Op. Cit. Hal 106
194
A. P. E. Kover. Op. Cit. Hal 89-90
195
Ibid. Hal 111-112
81

Sarekat Islam juga memempuh jalan diplomasi untuk memperjuangkan

perbaikan ekonomi Pribumi dengan mengirimkan tuntutan-tuntutan kepada

Pemerintah Belanda. Sarekat Islam menuntut perlindungan hukum bagi warga

miskin. Mengahapus kepemilikan tuan tanah serta menuntut perbaikan irigasi.

Tuntutan Sarekat Islam yang lainnya adalah menuntut untuk

dinasionalisasikannya industri-industri penting terutama industri yang dimonopoli

oleh Pemerintah Belanda serta industri yang menyediakan kebutuhan bahan

pokok masyarakat. Sarekat Islam juga menuntut agar pajak diambil secara

proposional dan laba perkebunan juga terkena pajak serta menuntut Pemerintah

Belanda memberikan bantuan kepada koperasi-koperasi rakyat Pribumi.196

Perjuangan ekonomi yang dilakukan Sarekat Islam tidak hanya ditempuh

melalui jalur kooperatif tetapi ada juga yang radikal. Hal ini tidak terlepas dari

masuknya pengaruh Komunis ke dalam tubuh Sarekat Islam yang menyebabkan

sebagian anggota Sarekat Islam berpaham Komunis. Gerakan komunis di dalam

tubuh Sarekat Islam yang diketuai oleh Semaun menganggap cara yang dilakukan

Sarekat Islam selama ini terlalu lembut dalam memperjuangkan nasib ekonomi

rakyat Pribumi, sehingga sering tidak diperhatikan oleh Pemerintah Belanda.197

Pemogokan menjadi jalan yang dipilih oleh Semaun untuk memperjuangkan

nasib ekonomi masyarakat Pribumi. Pemogokan awalnya juga merupakan ide dari

Sarekat Islam itu sendiri. Pemogokan akan dilakukan bila jalan-jalan damai yang

ditempuh tidak membuahkan hasil. Sarekat Islam juga akan memberikan

pengarahan agar pemogokan yang dilakukan dapat berjalan dengan tertib.

196
Deliar Noer. Op. Cit . Hal 128-129.
197
Cahyo Budi Utomo. Op. Cit. Hal 66.
82

Pemogokan juga sebaiknya dibatasi hanya pada satu pabrik dan satu tempat

saja.198

Pemogokan yang dilakukan oleh Semaun lebih bersifat radikal. Semaun

mengkordinasikan kaum buruh agar jauh lebih militan dalam melancarkan protes.

Pemogokan yang dilakukan Semaun memakan korban pertama dengan

dipecatnnya 15 karyawan toko mabel. Semaun dengan menggunakan embel-

embel Sarekat Islam menuntut agar jam kerja buruh dikurangi menjadi 8 jam,

pegawai yang melakukan pemogokan tetap menerima gaji serta pegawai yang

dipecat mendapat pesangon 3 bulan gaji. Usaha Semaun cukup berhasil karena

tuntutan itu dikabulkan. Pemogokan-pemogokan yang dilakukan cukup berhasil

karena buruh-buruh Bumiputera mengalami kerasahan dari inflasi yang terus

terjadi sementara Pemerintah Belanda mendapat untung yang besar.199

Semaun juga memperjuangkan nasib warga Pribumiyang ada di tanah-tanah

partikelir dengan caranya sendiri. Ia berusaha membebaskan penduduk-penduduk

yang tinggal di tanah partikelir yang mendapat pemerasan dari tuan tanah.

Langkah pertama yang dilakukan semaun adalah menulis surat kepada tiap tuan

tanah yang ada di Semarang, agar mengikhlaskan tanahnya untuk dijual kepada

Pemerintah Belanda dan meminta Pemerintah Belanda dengan suka rela

menurunkan harga sewanya menjadi setengahnya bagi masyarakat Pribumi.

Semaun juga menuntut agar kerja rodi yang dilakukan dihapuskan karena begitu

merugikan dan memberatkan kaum Pribumi.200

Sarekat Islam yang memang awalnya berfokus pada bidang ekonomi tidak

melupakan tujuan awalnya berdiri untuk memperjuangkan nasib Pribumi dibidang


198
Deliar Noer. Op. Cit. Hal 135
199
Sok Hok Gie. Op. Cit. Hal 31
200
Ibid. Hal 30
83

ekonomi. Berbagai cara dilakukan Sarekat Islam untuk mencegah Kapitalisme dan

Imprelisme yang dilakukan bangsa Asing, salah satunya dengan mendirikan

koperasi dan industri-industri untuk menunjang perekonomian masyarakat.

Sarekat Islam juga menggandeng anggotanya untuk saling membantu sesama

anggota Sarekat Islam. Pembinaan juga dilakukan oleh Sarekat Islam kepada

golongan Pribumi yang tingkat ekonominya lemah. Memperjuangkan nasib buruh

dengan menuntut diperbaikinya aturan mengenai jam kerja dan upah serta

membina petani dan masyarakat pengerajin.201

Usaha yang dilakukan Sarekat Islam memang ada yang bersifat radikal

seperti pemogokan-pemogokan yang di kepalai oleh Semaun. Tapi hal ini tetap

bertujuan agar perekonomian masyarakat Pribumi semakin membaik. Sarekat

Islam yang berusaha memperbaiki kehidupan perekonomian Pribumi memberikan

dampak yang baik bagi masyarakat Pribumi itu sendiri. Industri dan

perekonomian Pribumi makin berkembang dan mampu bertahan di tengan sistem

monopoli Pemerintah Belanda dan gempuran perusahaan Swasta. Buruh dan

Petani pun nasibnya berubah dengan jam kerja dan upah yang kini disesuaikan

serta pajak yang kini jauh lebih proposional.

201
M. A. Gani. Op. Cit. Hal 127-130
BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan.

Kesimpulan yang dapat diambil dari penjelasan yang telah dibeberkan di

atas adalah sebagai berikut:

1. Kondisi politik Indonesia yang mengalami perubahan setelah diberlakukannya

Politik etis sekitar Abad ke 20 memberikan pengaruh yang besar bagi

kehidupan masyarakat Pribumi. Politik Etis yang diberlakukan memang

memberikan sedikit keuntungan bagi penduduk Pribumi salah satunya adalah

munculnya kaum terperlajar yang membawa perubahan ke jalan yang lebih

baik. Tapi hal itu tidak sejalan dengan kondisi ekonomi masyarakat Pribumi

yang kalah bersaing dengan bangsa Asing yang memonopoli perdagangan.

Harga diri rakyat Pribumi pun makin diinjak ketika hak-hak politiknya

dirampas dan dianggap kelas rendahan oleh Bangsa Asing. Hal ini membuat

Pribumi acap kali menderita karena perlakuan sewenang-wenang dari Bangsa

Asing terkhusus Belanda dan Cina. Berangakat dari hal itu seorang pedangan

batik di Lawean Surakarta yaituh Haji Samanhoedi berinisiatif untuk

mendirikan sebuah perkumpulan yang dapat membantu masyarakat Pribumi di

bidang ekonomi. Sarekat Dagang Islam yang didirikan pada tahun 1911

merupakan organisasi dagang bentukan Haji Samanhoendi yang tujuan

awalnya adalah untuk membantu pedagang Pribumi Muslim untuk bersaing

dengan para Pedagang Cina. Nilai-nilai ke Islaman Sarekat Dagang Islam

84
85

membuat organisasi ini dapat berkembang pesat dan mudah diterima di dalam

Masyarakat.

2. Perubahan Sarekat Dagang Islam ke Sarekat Islam ikut merubah orientasi

organisasi yang tadinya hanya bergeraka di bidang sosial ekonomi kini juga

mulai bergerakan dibidang politik. Sarekat Islam kini berkeinginan untuk

memajukan kesejahteraan rakyat pribumi dan untuk melakuka hal itu Sarekat

Islam melakukan pegerakan melawan pemerintah Kolonial. Gerakan dibidang

politik adalah dengan berbagung ke Volksraad, gerakan di bidang ekonomi

adalah dengan membentuk koperasi dan gerakan dibidang sosial adalah dengan

membangu sekolah-sekolah rakyat dibeberapa daerah. Gerakan yang dilakukan

Sarekat Islam ini bertujuan untuk memperbaiki nasib rakyat pribumi yang

selama ini begitu memperhatinkan karena kerap mendapat penindasan baik dari

Pemerintah Belanda maupun Bangsa Asing lain seperti Bangsa Cina.

3. Sarekat Islam memberikan perbaikan nasib kepada masyarakat Pribumi.

Sarekat Islam membantu ekonomi masyarakat Pribumi dengan mendirikan

kooperasi, toko serta industri-industri lainnya. Sarekat Islam juga mendorong

munculnya semangat kebangsaan dikalangan Pribumi, sarekat Islam juga

memberikan dasar-dasar politik kepada Pribumi sebagai persiapan untuk

memiliki pemerintahan sendiri. Sarekat Islam juga berperan penting

memajukan pendidikan Pribumi dengan mendirikan sekolah serta lembaga-

lembaga pendidikan lain bagi masyarakat Pribumi. Serta Sarekat Islam mampu

untuk terus mempertahankan ajaran agama Islam dikalangan masyarakat

Pribumi di tengah gelombang Kristenisasi Pemerintah Belanda.


86

5.2. Saran.

Berdasarkan kesimpulan yang telah dibuat maka penulis meyarankan saran

sebagai berikut :

1. Penulis berharap penelitian ini memiliki maanfaat bagi seluruh masyarakat

Indonesia.

2. Penulis berharap tulisan ini dapat membantu masyarakat untuk mengetahui dan

lebih menghargai sejarah Indonesia.

3. Penulis juga menyadari bahwa tulisan ini masih banyak kekurangan dan

memohon maaf atas hal tersebut.


Daftar Pustaka

Ahmad, Tsabit Azhinar. 2014. Sarekat Islam dan Gerakan Kiri di Semarang
1917-1920. Sejarah dan Budaya Tahun kedelapan No 2 Desember (2014).

Aisyah, Siti. 2015. Dinamika Umat Islam pada masa Kolonial Belanda (Tinjauan
Historis). Jurnal Rihlah Volume 11 No 1 (2015).

Ajuba, Taufik. 2018. Politik Keagamaan Kolonial : Diskontiniunitas dan


Kontiniunitas di Indonesia. Farabi : Jurnal Pemikiran Konstruktif bidang
Filsafat dan Dakwah Volume 18 No 2 Desember (2018) 2442-8624.

Anonim. 2015. Hos Tjokoroaminoto : Penyemai Kebangsaan dan Kemerdekaan.


Jakarta : Tim Museum Nasional Kebangkitan.

Azmi. 1984. Abdul Muis. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan


Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional.

Daliman. 2012. Metode Penelitian Sejarah. Yogyakarta : Penerbit Ombak.

Eliana, Yunitha Seran. 2007, “Peranan Haji Oemar Said Cokroaminoto dalam
perkembangan Sarekat Islam 1912-1934”. Pendidikan Sejarah. Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sanatha Darma. Yogyakarta.

Gani. 1984. Citra Dasar dan Pola perjuangan Syarikat Islam. Jakarta : PT. Bulan
Bintang.

Gie, Sok Hok. 1999. Dibawah Lentera Merah. Yogyakarta : Yayasan Bentang
Budaya. 1999.

Gonggong, Anhar. 1985. HOS. Tjokromainoto. Jakarta : Departemen Pendidikan


Dan Kebudayaan.

Iskandar Muhammad. "Islam fobi dan aksi-aksi radikal”. Paradigma Jurnal


Kajian Budaya.

Itang. 2016. Pemikiran Ekonomi Koperasi Muhammad Hatta: Relevansinya


dengan etika ekonomi Islam. Jakarta: Laksita Indonesia.

Korver. 1985. Sarekat Islam Gerakan Ratu Adil ?. Jakarta : Grafiti Pres.

Kuntowijoyo. 1994. “Paradigma Islam: Interpretasi untuk Aksi”. (Bandung:


Penerbit Mizan.

87
88

Maftuhin, dkk. 2017. “The Movement Of Sarekat Islam's Politics In Struggling


National Independence In 1918-1945”. Jurnal Historica Volume. 1 (2017):
Issue. 2. 2252-4673.

Mansur. 2013. “Kontribusi Sarekat Islam dalam Membentuk Masyarakat Madani


Melalui Pendidikan”. Inferens: Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan Vol 7
no 2 Desember (2013).

Maryam. 2017. Gerakan Politik Islam Versus Belanda. Jurnal Tsaqofah dan
Tarikh Volume 2 No 11 Juli-Agustus (2017).

Muljono dan Kutoyo. 1979/1980. Haji Samanhudi. Jakarta : Departemen


Pendidikan dan Kebudayaan.

Muryanti, Endang. 2010. Muncul dan Pecahnya Sarekat Islam di Semarang 1913-
1920. Jurnal Paramitha Volume 20 No 1 (2010) 0854-0039.

Mustakif, Kaffin Muhammad. 2019. Sarekat Dagang Islam (1905-1912) :


Between the Savagery Of Veerenidge Oostindische Compagnien (Voc) And
The Independent Of Indonesia. International Journal Of Nusantara Islam
Vol 7 No 1 (2019).

Muthaharah. 2015. K. H. Samanhudi dan Sjarikat Islam. Jurnal Al-Fikr Volume


19 No 1 (2015).

Nasihin. 2014. Islam dan Kebangsaan: Studi tentang Politik Islam Masa
Pergerakan Nasional. Jurnal Rihlah Volume 11 No 1 (2014).

Noer, Deliar. 1973. Gerakan Modern Islam di Indonesia 1900-1942. Jakarta:


LP3S.

Poesponegoro dan Susanto. 1993. Sejarah Nasioanl Indonesia Jilid V. Jakarta:


Balai pustaka.

Pringgodigdo. 1991. Sejarah Pergerakan Rakyat Indonesia. Jakarta : PT. Dian


Rakyat.

Rahmana, Siti. 2018. Sarekat Islam : Mediasi Perkecuan di Surakarta Awal Abad
Ke-20. Juspi : Jurnal Sejarah Peradaban Islam Volume 2 No 1 (2018) 2580-
8311.
89

Rahmawati, Shella. 2016. Peran Tan Malaka di Sekolah Sarekat Islam Semarang
1921-1924. Jurnal. Program Studi Ilmu Sejarah. Jurusan Pendidikan
Sejarah. Fakultas Ilmu Sosial. Universitas Negeri Yogyakarta.

Rambe, Riswan. 2018. “Gerakan Ekonomi Islam di Indonesia pada Era Pra
Kemerdekaan”. Ekonomi Islam. Program Pasca Sarjana. Universitas Islam
Negeri Sumatera Utara.

Rasyid, Soraya dan Tamara, Anisa. 2020. Sarekat Islam Penggagas Nasionalisme
Di Indonesia. Jurnal Rihlah Vol 8 No 1 Januari-Juni (2020) 2580-5762.

Rekclifs. 1981. Sejarah Indonesia Modern 1200-2004. Jakarta: PT. Serambi Ilmu
Semesta.

Rohmadi, Nazirwan dan Warto. 2019. Voolksraad (People Council): Radicale


Concentratie Political Arena and National Fraction, 1918-1942. Jurnal
Humaniora Vol 31 No 2 Juni (2019).

Santoso, Budi. 2008. Buku Ajar Sejarah Pergerakan Nasional (Dari Budi Utomo
1908 sampai Proklamasi Kemerdekaan 1945).

Sari, Kartika. 2011. Gerakan Sarekat Islam (SI)-Merah (Persinggungan antara


Islam dan Komunis di Indonesia tahun 1920-1926. Sejarah Peradaban Islam
Konsentrasi Islam di Indonesia. Program Pasca Sarjana. Institut Agama
Islam Negeri Raden Fatah Palembang.

Setiawan, Ade. 2012. Gerakan Serikat Buruh: Gerakan Penolakan/Penuntutan


Revisi Ramperda Ketenagakerjaan 2011 Oleh Serikat Buruh di Kabupaten
Gresik. Jurnal Politik Muda Vol 1, No. 1 Oktober-Desember 2012.

Shiraishi, Takashi. 1997. Zaman Bergerak Radikalisme Rakyat di Jawa 1912-


1926. Jakarta : PT Midas Surya Grafindo.

Suhartono. 1994. Sejarah Pergerakan Nasional Dari Budi Utomo sampai


Proklamasi 1908-1945. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Suradi. 2014. Grand Old Man of The Republic Haji Agus Salim dan Konflik
Politik Sarekat Islam. Jakarta: Mata Padi Presindo. 2014.

Susilo, Agus. 2018. Politik Etis dan Pengaruhnya Bagi lahirnya Pergerakan
Bangsa Indonesia. Jurnal Historia Volume 6 Nomor 2 (2018) 2337-4713.
90

Syarif, Muhammad. 2019. Politik Etis Pemerintah Kolonial Hindia Belanda dan
Pengaruhnya Terhadap Pesantren. Inovatif Volume 5 No 1 Februari (2019)
2598-3172.

Tabroni, Roni. 2017. “Sarekat Islam (1912-1916): Sebuah Gerakan Ekonomi


Kerakyatan”. Proceedings Ancoms (2017).

Usman, Ismail. 2017. Sarekat Islam (SI) Gerakan Pembaruan Politik Islam.
Jurnal Potret : Jurnal Penelitian dan Pemikiran Islam Vol 21 No 1 Januari-
Juni (2017).

Utomo, Budi Cahyo. 1995. Dinamika Pergerakan Kebangsaan Indonesia Dari


Kebangkitan Hingga Kemerdekaan. Semarang : IKIP Semarang Press.

Winarni, Retno. 2015. Konflik Politik dalam pegerakan Sarekat Islam 1926.
Literasi Volume 5 no 2 (2015).

Yasmis. 2009. Sarikat Islam dalam pergerakan nasional Indonesia (1912-1927).


Jurnal Sejarah Lontar Vol 6 no 1 Januari – Juni (2009).

Zed, Mestika. 1999. Metodelogi Sejarah. Padang : Fis Universitas Negeri Padang.

Zulaicha, Lilik. 2007. Metodelogi Sejarah. Surabaya : Fakultas Adab dan


Humaniora Uin Sunan Ampel Surabaya

Anda mungkin juga menyukai