Anda di halaman 1dari 16

TUGAS MATA KULIAH

MAKALAH

Judul:

SEJARAH PERKEMBANGAN IPS DI INDONESIA

Oleh:

SITI MELIANI
NIM: 858077454

UPBJJ - UNIVERSITAS TERBUKA

TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada
kita semua umumnya, dan kepada kami khususnya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
makalah ini tepat pada waktunya. Adapun Makalah yang kami susun ini adalah salah satu
tugas mata kuliah di UPBJJ - Universitas Terbuka Pontianak. Dan makalah ini berjudul
Sejarah Perkembangan IPS di Indonesia.

Kami menyadari sepenuh hati, bahwa tugas ini dapat terlaksana karena adanya dukungan
baik material maupun spiritual dari semua pihak yang telah membantu kelancaran tugas ini.
Oleh karena itu kami mengucapkan terima kasih kepada segenap pihak yang telah membantu
menyelesaikan tugas ini, terutama kepada dosen pembimbing yang telah membimbing kami,
sehingga makalah ini dapat kami selesaikan tepat pada waktunya.

Dan didalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh sebab itu keritik
dan saran yang sangat membangun sangat kami harapkan demi perbaikan kemudian hari.

Kami mohon maaf apabila dalam penyusunan makalah ini terdapat kesalahan ataupun
kerancuan baik dalam bahasa ataupun tulisan.

Akhir kata dari kami, semoga makalah ini dapat berguna bagi semua umumnya, dah bagi para
pembaca khususnya

Sandai, Mei 2023


Hormat kami,

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................i


DAFTAR ISI ...................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang ....................................................................................................1
Rumusan Masalah ...............................................................................................1
Tujuan Penulisan .................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN
A. Perkembangan Ips Secara Umum .......................................................................2-5
B. Sejarah Perkembangan Ips Di Indonesia ............................................................5
B.1. Permulaan istilah IPS ..................................................................................5
B.2. Mempertahankan Konsep Pendidikan IPS ..................................................6-8
B.3. Paradigma Pembangunan Pengetahuan dalam Bidang PDIPS ...................8-10

BAB III Penutup


A. Kesimpulan .........................................................................................................11
B. Keritik dan saran .................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................................13

i
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Sebagaimana kita ketahui, di era yang semakin moderen dan maju ini, ilmu pengetahuan dari
hari ke hari semakin berkembang dengan pesat. Tuntutan masyarakat dan bangsa terhadap
pendidikan di dunia akan senantiasa mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Hal ini
membawa dampak terhadap eksitensi kurikulum di setiap negara yang akan mengalami
perubahan sejalan dengan tuntutan dan kebutuhan masyarakat dan bangsanya. Begitu pula
dengan ilmu pengatahuan sosial, Ilmu yang mempelajari masalah-masalah yang terjadi dalam
masyarakat ini, sudah tidak terbantahkan lagi mngenai kelahirannya di Indonesia, karena
adanya kebutuhan masyarakat yang telah berkembang menuju masyarakat maju yang
beradab, adil, makmur, dan sejahtera. Arah perkembangan pendidikan ini sejalan dengan cita-
cita dan tujuan nasional Negara Kesatuan Republik Indonesia.

IPS tentu tidak muncul dengan begitu saja, IPS muncul melalui sebuah perjalanan yang
panjang menghadapi tantangan-tantangan antara perlu atau tidaknya IPS untuk pembelajaran
di sekolah. IPS bersumber dari ilmu-ilmu sosial yang berkembang di masyarakat yang
disederhanakan. sehingga para Ilmuwan dan ahli-ahli bidang sosial terus mencari inovasi
konsep dan kurikulum yang paling pas untuk menjadikan IPS sebagai ilmu yang penting bagi
siswa untuk menghadapi kehidupan dalam masyarkat.

Oleh karena itu, kita perlu mengetahui bagaimana sebenarnya sejarah perkembangan IPS
secara umum dan di Indonesia?. Untuk menjawab pertanyaan tersebut akan dibahas lebih
lanjut dalam bagian pembahasan.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimanakah perkembangan IPS secara umum?


2. Bagaimanakah perkembangan IPS di Indonesia?

C. TUJUAN PEMBAHASAN

1. Mendiskripsikan perkembangan IPS secara umum


2. Mendeskripsikan perkembangan IPS di Indonesia

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. PERKEMBANGAN IPS SECARA UMUM

Sejarah perkembangan IPS secara umum memang tidak dapat dipisahkan dari sejarah
perkembangan social studies yang berkembang di Amerika Serikat (USA), adanya social
studies ini dilatarbelakangi oleh hancurnya tatanan sosial yang ada di masyarakat pada masa
itu, penyebab kehancuran tersebut yaitu terjadinya Perang Dunia 1 pada tahun 1914-1918
yang menimbulkan dampak yang besar, seperti kelaparan, rusaknya fasilitas-fasilitas umum,
dan lain-lain yang tentu saja mempengaruhi status dan peranan seseorang di masyarakat,
norma-norma yang berlaku di masyarakat pada masa itu cenderung di abaikan. Karena hal
inilah para ahli ilmu pengetahuan yang dinaungi National Council for the Social Studies
NCSS melakukan pertemuan untuk pertama kalinya pada tanggal 20-30 November 1935
untuk membicarakan pemikiran tentang social studies. Pada pertemuan tersebut belum dapat
menghasilkan sesuatu yang diharapkan. Namun demikian, terbuka sebuah harapan pada suatu
saat akan mendapatkan suatu hasil yang gemilang dalam social studies. Menurut John L.
Tidsley bahwa hal tersebut memberi tanda sejak awal pertumbuhannya bidang social studies
dihadapkan kepada tantangan untuk dapat membangun dirinya sebagai suatu disiplin yang
solid.

Pada tahun 1937, Edgar Bruce Wisley mengemukakan bahwa social studies adalah ilmu-ilmu
sosial yang disederhanakan untuk tujuan pendidikan. Dari pengertian ini terkandung hal-hal
sebagai berikut :

1. Social Studies merupakan turunan dari Ilmu-Ilmu Sosial


2. Dikembangkannya Social Studies ini bertujuan untuk memenuhi tujuan
pendidikan/ pembelajaran baik pada tingkat sekolah maupun di tingkat pendidikan
tinggi
3. Aspek-aspek dari masing-masing disiplin ilmu sosial seperti contohnya aspek
ilmu Sejarah perlu di seleksi dan di sesuaikan dengan tujuan
pendidikan/pembelajaran tersebut.

Antara tahun 1940-1950 NCSS mendapat serangan pertanyaan yaitu penting atau tidaknya
Social Studies menanamkan nilai dan sikap demokratis kepada para pemuda. Hal itu terjadi

2
karena adanya tuntutan bagi sekolah untuk mengajarkan pengetahuan, keterampilan dan sikap
yang diperlukan untuk berpartisipasi dalam masyarakat yang demokratis.

Pada tahun 1960-an muncul suatu gerakan akademis yang mendasar dalam pendidikan, yang
dapat dipandang sebagai revolusi dalam social studies, yang dipelopori oleh para sejarawan
dan ahli-ahli ilmu sosial. Gerakan akademis tersebut dikenal sebagai gerakan the new social
studies (social studies gaya baru). Namun demikian hingga tahun 1970-an ternyata gagasan
untuk mendapatkan the new social studies ini belum bisa menjadi kenyataan.

Pada tahun 1940-1960 terjadi tarik menarik antara dua visi social studies yaitu disatu pihak
adanya gerakan untuk mengintergrasikan berabagai disiplin ilmu sosial untuk tujuan
citizhenship education dan dilain pihak, terus bergulirnya gerakan pemisahan berbagai
disiplin ilmu sosial yang cenderung memperlemah konsepsi social studies education. Hal ini
juga dipengaruhi oleh Perang Dunia ke II.

Pada tahun 1955 terjadi terobosan besar, diungkapkan oleh Barr. dkk. (1977:37) berupa
inovasi dari Maurice Hunt dan Lawrence Metcalf yang mencoba cara baru untuk menyatukan
pengetahuan dan keterampilan ilmu sosial untuk tujuan citizhenship education. Mengubah
program social studies yang dahulunya Closed Area ( hal-hal yang tabu dalam masyarakat )
menjadi hal-hal yang bersifat refleksi rasional dalam tujuan mengupayakan siswa untuk dapat
mengam-bil keputusan mengenai masalah-masalah yang terjadi dimasyarakat.

Gerakan the new social studies yang menjadi pilar dari perkembangan social studies pada
tahun 1960-an. Oleh karena itu, para ilmuwan, sejarawan dan ahli-ahli sosial bersatu padu
untuk bergerak meningkatkan social studies kepada taraf higher level of intellectual pursuit.

Pada dasarwasa 1970-an, demikian dicatat Barr. dkk. (1877:46) terjadi pertumbuhan social
studies yang serupa dengan hasilnya hampir semua proyek menitik beratkan pada inquiry
process , desicion making, value question, and student problem oriented (Proses penelitian,
pengambilan keputusan, nilai masalah, dan orientasi permasalahan mahasiswa).

Jika dilihat dari visi dan misi dari social studies menurut Barr (1978:1917), social studies di
kembangkan menjadi tiga tradisi yaitu :

1. Social Studies Taught as Citizenship Transmission (Ilmu Sosial yang


terintegrasi sebagai ilmu Kewarganegaraan)

3
2. Social Studies Taught as Social Science (Ilmu Sosial sebagai disiplin ilmu yang
terpisah)
3. Social Studies Taught as Revlective Inquiry (Ilmu Sosial sebagai ladang ilmu
pengetahuan yang bersifat melatih kepekaan terhadap gejala sosial yang terjadi
di sekitar)

Pada dasawarsa 1980-an perkembangan social studies ditandai oleh lahirnya dua pilar
akademis: laporan pertama menghasilkan definisi, tujuan, lingkup dan laporan kedua
mengahasilkan urutan materi mulai dari taman kanak-kanak sampai dengan kelas XII SMA.

Jika dilihat dari definisi dan tujuan dari social studies ada beberapa hal, yaitu :

1. Social studies merupakan mata pelajaran dasar diberbagai jenjang pendidikan


persekolahan
2. Yang merupakan tujuan utama dari mata pelajaran ini ialah mengembangkan siswa
untuk menjadi warga Negara yang memiliki pengetahuan, sikap, dan keterampilan
untuk berperan serta dalam kehidupan berdemokrasi
3. Konten pelajaran diambil dan diseleksi dari sejarah dan ilmu-ilmu sosial yang ada
dalam masyarakat
4. Pembelajaran menggunakan cara-cara yang mencerminkan kesadaran pribadi,
kemasyarakatan, pengalaman pribadi dan perkembangan pribadi siswa.

Hal tersebut menunjukan bahwa pada dasawarsa 1980-an telah terjadi kristalisasi pemikiran
social studies yang lebih solid dan telah mencairnya masalah ketidakpastian pada dasawarsa
sebelumnya.

Pada NCSS tahun 1994 mewujudkan visi, misi, dan strategi baru social studies yang
digariskan dalam hal-hal sebagai berikut

Pertama, program social studies mempunyai tujuan pokok yang ditegaskan kembali bahwa
civic competence itu bukanlah hanya menjadi tanggung jawab dari social studies.

Kedua, program social studies dalam dunia pendidikan persekolahan mulai dari taman kanak-
kanak hingga pendidikan menengah.

Ketiga, program social studies menitikberatkan pada upaya membantu siswa dalam
membangun pengetahuan dan sikap yang aktif melalui cara pandang secara akademik
terhadap realita.

4
Keempat, program social studies mencerminkan “...the canging nature of knowledge,
fostering entirely new and highly integrated approaches to resolving issues of significance to
humanity” (NCSS, 1994 : 5). Dengan begitu hakekat pengetahuan yang semula dilihat secra
kotak-kotak, ini harus dilihat secara terpadu yang menuntun perlibatan berbagai disiplin.

B. SEJARAH PERKEMBANGAN IPS DI INDONESIA

B.1. Permulaan istilah IPS

Istilah IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial), untuk pertama kalinya muncul dalam Seminar
Nasional Civic Education tahun 1972 di Tawangmangu Solo menurut laporan seminar
tersebut (Panitia Seminar Nasional Civic Education, 1972:2, dalam Winaputra, 1978:42) ada
3 istilah yang muncul dan digunakan secara bertukar pakai (interchangeably), yakni:

1. pengetahuan sosial,
2. studi sosial, dan
3. ilmu pengetahuan sosial

Konsep IPS untuk pertama kalinya masuk ke dalam dunia persekolahan terjadi pada tahun
1972-1973, yakni dalam kurikulum Proyek Perintis Sekolah Pembangunan (PPSP) IKIP
Bandung. Kurikulum PPSP dianggap sebagai pilar kedua dalam perkembangan pemikiran
IPS. Pendidikan IPS diwujudkan dalam 3 bentuk , yakni:

1) pendidikan IPS terintergrasi dengan nama Pendidikan Kewarganegaraan/ Studi sosial


2) pendidikan IPS terpisah, dimana istilah IPS hanya digunakan sebagai konsep untuk
mata pelajaran geografi, sejarah, dan ekonomi
3) pendidikan Kewargaan Negara sebagai suatu bentuk IPS

Konsep pendidikan IPS PPSP kemudian menginspirasi kurikulum 1975, didalam kurikulum
ini pendidikan IPS menampilkan empat profil, yakni :

1) Pendidikan Moral Pancasila


2) Pendidikan IPS terpadu.
3) Pendidikan IPS terkonfederasi
4) Pendidikan IPS terpisah-pisah

5
B.2. Mempertahankan Konsep Pendidikan IPS

Konsep pendidikan IPS dipertahanakan dalam kurikulum 1984 , yang merupakan


penyempurnaan dari kurikulum 1975. Penyempurnaan yang dilakukan khususnya dalam
aktualisasi materi yang disesuaikan dengan perkembangan baru dalam masing-masing
disiplin. Sedangkan konsep pendidikan IPS tidak mengalami perubahan yang mendasar.

Dengan berlakunya undang-undang No. 2/1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional.


Awalnya muncul dua kajian kurikuler, pendidikan pancasila dan pendidikan
kewarganegaraan. Kemudian tahun 1984 kedua kajian tersebut dilembagakan menjadi satu
mata pelajaran, yakni Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn).

Dalam kurikulum 1994 mata pelajaran PPKn merupakan mata pelajaran sosial khusus yang
wajib diikuti semua jenjang pendidikan, yang diwujudkan dalam:

1. Pendidikan IPS terpadu di SD kelas III sampai dengan VI.


2. Pendidikan IPS terkonfederasi di SLTP yang mencakup materi Geografi, Sejarah, dan
Ekonomi Koperasi.
3. Pendidikan IPS terpisah yang mirip dengan tradisi social studies.

Disimak dari perkembangan pemikiran IPS yang terwujudkan dalam Kurikulum sampai
dengan dasawarsa 1990-an , pendidikan IPS di Indonesia mempunyai dua konsep pendidikan,
yakni: pertama pendidikan IPS yang diajarkan dalam tradisi citizhenship transsmision dalam
bentuk mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan dan Sejarah Nasional;
kedua, pendidikan IPS yang diajarkan dalam tradisi social science dalam bentuk pendidikan
IPS terpisah di SMU, yang terkonfederasi di SLTP, dan yang terintergrasi di SD.

Perkembangan IPS di Indonesia juga bisa dilihat dari kajian konseptual dari para pakar
Indonesia. Dalam pembahasannya tentang “Perspektif Pendidikan Ilmu (Pengetahuan )
Sosial. Achmad Sanusi (1998) dalam konteks pembahasannya yang sangat mendasar
mengenai pendidikan IPS di IKIP, menyinggung sedikit tentang pengajaran IPS di sekolah.

Menurut Sanusi (1998:222-227);

1. melihat pengajaran IPS di sekolah cenderung menitikberatkan pada penguasaan


hafalan,
2. proses pembelajaran yang terpusat pada guru,
3. terjadinya banyak miskonsepsi,

6
4. Situasi kesal yang membosankan siswa,
5. Ketidak lebih unggulan guru sentralistik,
6. Pencapaian tujuan kongnitif yang mengulit bawang,
7. Rendahnya rasa percaya diri siswa sebagai akibat dari; amat lunaknya isi dari
pembelajaran, kontradiksi materi dengan kenyataan, dominannya latihan berfikir taraf
rendah, guru yang tidak tangguh,persepsi negatif dan prasangka buruk dari masyarakat
terhadap kedudukan dan peran ilmu sosial dalam pembangunan masyarakat.

Oleh karena itu, Sanusi (1998) merekomendasikan perlunya reorientasi pengembangan yang
mencakup peningkatan mutu SDM dalam hal ini guru agar lebih mampu mengembangkan
kecerdasan siswa lebih optimal melalui variasi interaksi dan pemanfaatan media dan sumber
belajar yang lebih menantang.

Sanusi (1998):24-247) menyarankan upaya konseptual yang diperlukan yaitu perlunya


batasan yang jelas mengenai tujuan dan konten pendidikan ilmu sosial untuk berbagai jenjang
pendidikan, termasuk di dalamnya pola pemilihan dan pengorganisasian tema-tema
pembelajaran yang dinilai lebih esensial dan sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan
perubahan dalam masyarakat.

Tentang kedudukan PIPS/ PDIPS dalam konteks orang lebih luas tampaknya cukup
prospektif. Misalnya, Dahlan (1997) melihat PIPS sebagai upaya strategis pembangunan
manusia seutuhnya untuk menghadapi era globalisasi. Sementara itu Tsauri (1997:1) yang
menguntip pemikiran Alfian ketika mengenang tokoh LIPI Profesor Sarwono Prawirohardjo,
melihat peranan PIPS dalam perspektif perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di
Indonesia, yang seyogianya memusatkan perhatian pada upaya pengembangan disiplin yang
kuat, ketekunan yang luar biasa, intergritas diri yang kokoh wibawa yang mantab, rasa
tanggung jawab yang tinggi, dan pengertian yang dalam.

Dilihat dari perkembangan pemikiran yang berkembang di Indonesia pendidikan IPS terpilah
dalam dua arah, yakni Pertama, PIPS untuk dunia persekolahan yang pada dasarnya
merupakan penyederhanaan dari ilmu-ilmu sosial, dan humaniora yang diorganisasikan
secara psikopedagogis untuk tujuan pendidikan persekolahan dan kedua, PDIPS untuk
perguruan tinggi pendidikan guru IPS yang pada dasarnya merupakan penyeleksian dan
pengorganisasian secara ilmiah dan meta psikopedagogis dari ilmu-ilmu sosial, humaniora
dan disiplin lain yang relevan untuk tujuan pendidikan profesional guru IPS.

7
PIPS untuk dunia persekolahan terbilah menjadi dua versi atau tradisi akademik pedagogis,
yakni pertama PIPS dalam tradisi cithizenship transmission. Dalam bentuk mata pelajaran
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan dan Sejarah Indonesia, dan kedua, PIPS dalam
tradisi social science dalam bentuk mata pelajaran IPS terpadu untuk SD, dan mata pelajaran
IPS terkonfederasi untuk SLTP, dan IPS terpisah-pisah untuk SMU. Kedua tradisi PIPS
tersebut terikat oleh suatu visi pengembangan manusia Indonesia seutuhnya sebagaimana
digariskan dalam GBHN dan UU No.9/1998 tentang sistem Pendidikan Nasional.

Secara filsafat ilmu pengetahuan bagian dari pengetahuan yakni, pengetahuan yang bersifat
ilmiah. Pengetahuan ilmiah adalah pengetahuan yang terorganisasikan dan bersistem yang
digali dan dibangun dengan menggunakan pendidikan ilmiah menurut Goldmark (1968,
dalam banks, 1977:16) pendidikan ilmiah atau science methode bertolak dari asumsi bahwa
“suatu kebenaran tidaklah mutlak dan tidak berunah, akan tetapi merupakan suatu kesimpulan
yang disepakati komunitas yang memahaminya dengan baik dan menghasilkan sesuatu.
Selanjutnya ditegaskan bahwa “maksudnya, segala kesimpulan tersebut seyogianya disikapi
sebagai jawaban sementara yang harus diuji, dievaluasi dan di rekonstruksi; Goldmark dalam
banks (1977:16-17) menyimpulkan bahwa suatu metode ilmiah memiliki ciri-ciri
systematized, precisse, expanding, testable open it public cutgement, demands responsibility
and reconstructable. Artinya, kegiatan itu mempunyai struktur yang konsisten atau memiliki
sistem, mengandung makna yang tepat, terbuka pada perluasan alternatif lain, terbuka untuk
dikaji ulang, terbuka pada umu, menuntut tanggung jawab atas kesimpulannya itu dan
terbuka untuk ditata ulang atau direkonstruksi.

Bidang pengetahuan yang bersifat ilmiah ini dikenal sebagai suatu disiplin ilmu. Sebagai ciri
tambahan, dufty (1967 dalam somantri, 1993, 1998) menyebutkan adanya masyarakat atau
komunitas ilmiah yang menjadi pendukung pemelihara dan pengambang disiplin itu. Ahli
lainya 9 anonim dalam Somantri, 1998.27 menambahkan empat syarat lainnya yakni suatu
disiplin selain harus memiliki logika internal sebagaimana telah dikemukakan Goldmark
dalam Banks (1977, juga perlu memiliki logika external, membiri kontribusi terhadap
masyarakat, mengusung peradaban dan nilai, berkaitan dengan kehidupan dunia saat ini, dan
mencerminkan adanya pemikiran nasional dan kepakaran yang baik.

Bertitik tolak dari pemikiran mengenai kedudukan konseptual PDIPS tersebut, dapatlah
diidentifikasi sekolah objek telaah dari sistem pengetahuan PDIPS tersebut sebagai berikut:

1. Karakteristik potensi dan perilaku belajar siswa SD, SLTP, dan SMU

8
2. Karakteristik potensi dan perilaku belajar mahasiswa FPIPS-IKIP atau JPIPS-
STKIP/FKIP.
3. Kurikulum dan bahan belajar IPS SD, SUP, dan SMU
4. Disiplin ilmu-ilmu sosial, humaniora, dan disiplin lain yang relevan
5. Teori, prinsip, strategi, media, dan evaluasi pembelajaran IPS.
6. Masalah-masalah sosial, dan masalah ilmu dan teknologi yang berdampak sosial.
7. Norma agama yang melandasi dan memperkuat profesionalisme.

B.3. Paradigma Pembangunan Pengetahuan dalam Bidang PDIPS

Hal yang dimaksud dengan paradigma adalah accepted pattern or model: (Kuhn 1970).
Secara operasional paradigma pembangunan pengetahuan dalam bidang PDIPS siartikan
sebagai pola pikir, pola sikap, dan pola tindak yang tertata secara utuh yang seyogianya
digunakan oleh para pakar atau ilmuwan PDIPS dalam melakukan kegiatan “konstruksi,
interpretasi, transformasi, dan rekonstruksi (KITR)” pengetahuan sampai pada akhirnya
ditemukan teori (Sanusi, 1998:19).

Teori inilah yang pada gilirannya membangun suatu sistem pengetahuan atau disiplin ilmu.
Namun demikian disiplin ilmu itu sendiri tidak bisa dipandang hanya sebagai akumulasi
informasi,fakta, teori paradigma. Melainkan merupakan sistem berpikir (Wilardjo, 1987;
Pranarka, 1987 dalam Supriadi, 1998: 19).

Pandangan tersebut memberikan suati visi dinamis dari perkembangan disiplin,karena


disiplin disikapi sebagai domain akademik yang selalu berubah, saling merangsang antara
disiplin sehingga menghasilkan teori baru;keberhasilannya diukur dari pencapaian terhadap
tujuannya, merupakan pencerminan nilai, dan merupakan sumber informasi bagi masyarakat.
Visi tersebut, sangat tepat, dan dapat diterima karena memang realita kehidupan atau menuru
Sanusi (1998) real life system (RLS) bersifat multifaset dan berubah dengan cepat, yang pada
gilirannya menurut upaya untuk melakukan observasi, interpretasi, konstruksi, transformasi,
dan rekonstruksi orang juga dinamis. Apabila rangkaian kegiatan itu dilakukan dengan
semangat dan komitmen keilmuan yang teapt, akan menghasilkan suatu sistem pengetahuan
yang baru.

Dengan menggunakan visi dinamis dari perkembangan ilmu tersebut, maka tumbuhnya
sistem pengetahuan yang baru yang kemudian berkembang menjadi disiplin baru, bukanlah
sesuatu yang aneh,tetapi justru merupakan kenyataan yang tidak bisa dipungkiri. Hal ini juga

9
merupakan ciri-ciri dari perkembangan ilmu paca-positivisme, yang oleh Khun (1970)
dilukiskan bahwa ilmu berkembang melalui alur perjalanan historis epistemologis yang
dimulai dari tahap pra-paradigmatik. Diterimanya paradigma secara meluas yang melahikan
ilmu normal; ditemukannya anomali atau penyimpangan melalui proses falsifikasi; dan pada
akhirnya ditemukannya paradigma baru yang lebih handal. Namun demikian, tidaklah berarti
bahwa kemudian ilmu itu berhenti, tetapi sebagaimana dikemukakan oleh Goldstein bahwa
proses ilmu itu akan berlangsung terus secara dinamis mengkuti dinamikanya pemikiran
manusia dalam menghadapi fenomena tersebut.

10
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa social studies pada dunia persekolahan
telah mendasari sistem pengetahuan terpadu yang mengarungi waktu 60 tahun lebih yang
diwadahi oleh NCSS sejak tahun 1935 dan tercatat banyak mempengaruhi pemikiran-
pemikiran di negara lain. Termasuk mengenai PIPS di Indonesia.

Konsep social studies berkembang di Amerika Serikat sejak tahun 1800-an, yang kemudian
menjadi domain pengkajian akademik tahun 1900-an dengan berdirinya National Council for
the Social Studies pada tahun 1935 sebagai pilar akademik pertama. Pilat tersebut berupa
kesepakatan untuk menempatkan social studies sebagai core curriculum dan tahun 1937
berupa kesepakatan mengenai pengertian social studies.

Sejak tahun 1935, social studies berkembang ditandai dengan adanya ketakmenentuan,
ketakeputusan, ketidakbersatuan, dan ketakmajuan. Antara 1940-1950 social studies
mendapat serangan dari berbagai sudut, tahun 1960-1970 timbul tarik-menarik antara
pendukung gerakan the new social studies yang menekankan pada citizenship education.
Pendukung gerakan ini kemudian mendirikan social science education consortium (SSEC).
Sedangkan NCSS terus mengembangkan gerakan social studies yang berpusat citizenship
education.

Pendidikan IPS di Indonesia berkembang sejak tahun 1967 dengan munculnya gagasan
pengajaran IPS, kemudian muncul pengajaran IPS menurut Kurikulum SD 1963, lalu berubah
menjadi pengajaran IPS dalam kurikulum PPSP 1973, trus berubah menjadi pengajaran IPS
dan PMP dalam Kurikulum 1975 dan Kurikulum 1984, dan akhirnya muncul mata pelajaran
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) dan pengajaran IPS terpadu di SD, yang
terkonfederasi di SUP dan yang terpisah di SMU atas dasar kurikulum sebagai konsekuensi
logis dari munculnya PIPS dalam dunia persekolahandi IKIP atau STKIP dikembangkan
program guru IPS yang di dalam kurikulumnya memuat konsep pendidikan disiplin IPS
(PDIPS) pada tingkat sarjana, magister, dan doktor pendidikan. Untuk mengembangkan
PDIPS sebagai suatu sistem terpadu perlu diupayakan pengembangan sinergi akademis dan
pedagogis dari seluruh komponen edukatif PIPS dan PDIPS pada FPIPS dan JPIPS serta PPS
IKIP / dan penelitian semua komponen PIPS san PDIPS.

11
B. SARAN

Sudah saatnya guru di Indonesia tidak hanya peduli terhadap materi yang akan disampaikan
di kelas, namun juga peduli akan sejarah dari materi yang disampaikannya tersebut. Semoga
uraian di atas dapat membantu memahami dan mengerti tentang sejarah dari Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS).

12
DAFTAR PUSTAKA

Winataputra, HUS. 2000. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial. Universitas Terbuka

Saripudin, U. W. 1989. Konsep dan Masalah Pengajaran Ilmu Sosial di Sekolah Menengah.
Jakarta : Depdikbud. Ditjen Dikti. Proyek Pengembangan LPTK.

Myers, C. B. et.al. 2000. National Standards for Social Studies Teacher 1. Washington DC:
National Council for the Social Studies.

Myers, C. B. et.al. 2000. National Standards for Social Studies Teacher 2. Program Standarts
for the Initial Preparation of Social Studies Teacher. Washington DC: National Council for
the Social Studies.

Sapriya. 2009. Pendidikan IPS Konsep dan Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Aza, Desi Kirana.2011.Sejarah Perkembangan IPS secara Umum (online) (http://tek-


chy1.blogspot.com/2011/10/sejarah-perkembangan-ips-secara-umum.html) diakses tanggal 2
September 2012

Ai, Rahmawati.2012.Sejarah Perkembangan IPS secara Umum (online) (http://pisces-


pride.blogspot.com/2012/04/sejarah-perkembangan-ips-secara-umum.html) diakses tanggal 2
September 2012

13

Anda mungkin juga menyukai